Pandu, Atlet Silat Yang Pernah Batal Mengikuti Kejuaraan International

Mohamad-Pandu-Wijaya-pencak-silat

Dibatalkan mengikuti kejuaraan international memang suatu hal yang tidak diinginkan. Perasaan menyesal dan kecewa pun sangat dirasakan apalagi jika sudah begitu keras latihan. Demikian perasaan Pandu, yang merupakan salah satu atlet nasional di cabang olahraga pencak silat.

Berawal dari kecintaannya kepada olahraga pencak silat sejak duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar, cowok dengan nama panjang Mohamad Pandu Wijaya ini pernah memenangkan juara 1, dan juga berhasil di nobatkan menjadi pemain terbaik kejuaraan nasional dewasa di Jakarta. Lebih lanjutannya pemenang dalam kejuaraan tersebut, akan diberangkatkan ke turnamen Asean Beach Game 2016 di Vietnam. Namun, Pandu gagal untuk mengikuti turnamen tersebut.

“Waktu itu, saya sudah juara di kejuaraan nasional dewasa se-Indonesia. Saya semangat berlatih terus menerus selama 1 bulan. Ternyata saya dapat kabar disuruh sabar, dan saya tidak jadi ikut bertanding karena ada salah satu orang yang gak suka sama saya. Padahal niat saya buat keluarga dan juga biar ikut berikan nama baik pencak silat Indonesia,”ujarnya

Menghadapi hal tersebut, Pandu mengaku sangat menyesal dengan kejadian yang menimpanya. Namun, Pandu selalu bersabar dan berfikir bahwa semua yang terjadi akan ada hikmahnya.

“Saya fikir pasti ada gantinya yang lebih barokah. Saya dikasih motivasi oleh pelatih untuk semangat terus dan berdoa. Nanti Allah pasti ngasih gantinya,”tuturnya

Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang, Jawa Timur ini mengisi keseharian dengan berlatih dan mengaji. Ia pernah menjadi juara Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA), juara 3 Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), Juara 1 Piala Gubernur Jawa Timur dan masih banyak lagi.

Pandu juga mencurahkan bagaimana suka dan dukanya menjadi seorang atlet pencak silat di Indonesia.

“Sukanya ketika dalami silat, yang pasti untuk membahagiakan kedua orang tua. Gak enaknya itu, kadang wasit dan juri ada yang bela salah satu perguruan. Tapi perguruan saya nggaklah karena kalau curang juga dosa toh,”ucapnya

Pandu yang saat ini berusia 22 tahun memberikan penilaiannya terhadap atlet-atlet silat di Indonesia.

“Pandangan saya, ya atlet bertanding itu bukan seni. Atlet kita masih kurang maksimal karena masih kalah dengan atlet silat Malaysia dan Vietnam. Di luar negeri, silat lebih berkembang dengan cepat, dan uang pembinaannya lebih besar. Di Indonesia akan bisa lebih bagus dengan silat negara lain apabila wasit dan jurinya gak membela salah satu perguruan tertentu,”tutupnya(put/adt)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *