Sejarah PB Djarum, Klub Yang Rutin Melahirkan Atlet Bulu Tangkis Berprestasi

Sejarah PB Djarum, Klub Yang Rutin Melahirkan Atlet Bulu Tangkis Berprestasi

Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (disingkat PB Djarum) merupakan salah satu klub bulu tangkis terbesar di Indonesia. Klub yang bermarkas di Kota Kudus ini rutin menyumbang atlet yang mengharumkan nama bangsa. Mulai dari Liem Swie King hingga Kevin Sanjaya. Lantas bagaimana kah sejarah terbentuknya PB Djarum?

Semua berawalnya pada tahun 1969. Saat itu, setiap sore selepas jam kerja, sejumlah karyawan pabrik bermain bulu tangkis di dalam bangunan yang biasa dipakai untuk melinting rokok, atau yang biasa disebut brak di Bitingan Lama. Mereka kemudian membentuk Komunitas Kudus.

Seiring berjalannya waktu, yang ikut berlatih di perkumpulan itu bukan hanya karyawan, melainkan juga orang-orang termasuk atlet bulu tangkis dari luar pabrik. Siapa sangka, salah satu atlet yang ikut berlatih disitu ternyata kelak menjadi legenda bulutangkis Indonesia.

Ialah Liem Swie King. Liem muda kala itu cukup menonjol saat latihan. Tak heran, pada tahun Pada 1972, Liem meraih gelar juara Tunggal Putra Junior di Piala Munadi ketika usianya masih 15 tahun. Tak hanya itu, ia juga berhasil menjuarai cabang bulu tangkis dalam Pekan Olahraga Pelajar Indonesia (POPSI) tingkat provinsi.

Kejutan terus berlanjut. Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1973, Liem kembali merengkuh Piala Munadi Cup untuk kedua kalinya. Kali ini ia mampu menjuarai dua sektor sekaligus, yakni tunggal putra serta ganda putra, berpasangan dengan Kartono Hariamanto yang juga berasal dari komunitas yang sama.

Ditahun yang sama, Liem berhasil membawa pulang medali perak di Pekan Olahraga Nasional (PON )1973 untuk cabang bulu tangkis putra. Berkat torehan prestasi-prestasi Liem yang membanggakan tersebut, Pihak PT Djarum pun lantas berkomitmen untuk mendukung perkumpulan atau komunitas bulu tangkis di pabriknya itu.

Berkat antusiasme dari karyawan pabrik maupun warga sekitar terhadap bulu tangkis, akhirnya pada tahun 1974, perkumpulan latihan badminton itu diresmikan dengan nama PB Djarum yang kala itu diketuai oleh Setyo Margono.

Dua tahun berselang, PB Djarum Semarang pun diresmikan. Di tahun yang sama pula, Liem Swie King menjadi atlet asal PB Djarum pertama yang mampu mencapai partai puncak All England. Meskipun ia harus mengakui keunggulan legenda bulu tangkis Indonesia lainnya yakni Rudy Hartono.

Liem Swie King
Liem Swie King dan piala kemenangannya sebagai juara tunggal putra All England di London pada Maret 1978.

Pada 1978, Liem Swie King akhirnya menjadi pemain PB Djarum pertama yang menjuarai Tunggal Putra All England. Liem Swie King tercatat menjadi Juara Tunggal Putra asal Indonesia ketiga yang berhasil menjuarai turnamen bergengsi tersebut.

Capaian paling membanggakan terjadi pada 1992 dan 2016. Alan Budikusuma mempersembahkan medali emas Olimpiade nomor tunggal putra. Pada partai final dia mengalahkan kompatriotnya, Ardy B Wiranata.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir menggigit medali emas yang didapat usai mengalahkan pasangan Malaysia Peng Soon Chan dan Liu Ying Goh dua set langsung dalam partai final ganda campuran bulu tangkis Olimpiade Rio 2016. (Antara Foto/Reuters/Mike Blake).

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengulang capaian tersebut 14 tahun berselang. Sama-sama besar di PB Djarum, mereka menyumbang medali emas ketujuh Indonesia di Olimpiade

Selain Olimpiade, atlet asal PB Djarum juga berprestasi ajang paling bergengsi yakni Kejuaraan Dunia. Beberapa nama yang sukses merengkuh titel juara dunia yaitu Liliyana Natsir (4 kali), Tontowi Ahmad (2), Haryanto Arbi (2), dan Sigit Budiarto.

Kevin Sanjaya (kiri) dan Marcus F. Gideon Saat Berada di Podium All England 2018. (Foto: PP PBSI)

Tak hanya Liem Swie King (3) yang mampu meraih juara All England lebih dari satu kali, beberapa nama atlet asal PB Djarum sukses mengikuti capaian luar biasa tersebut yakni Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (3), Haryanto Arbi (2), Rudy Gunawan (2), hingga Kevin Sanjaya (2).

Atlet PB Djarum turut bersinar pada secara kolektif. Catatan paling mentereng terjadi kala Indonesia memenangkan Piala Thomas 1984. Ketika itu tujuh dari delapan anggota tim merupakan anggota PB Djarum.

Rentetan prestasi tersebut tak lepas dari dukungan dari sang pemilik PT Djarum. Sejumlah agenda rutin sudah dilakukan demi menjaring bakat-bakat bulu tangkis di Indonesia. Sebut saja Audisi umum PB Djarum yang sudah bergulir sejak 2006 dan dilaksanakan setiap tahun.

Audisi umum PB Djarum biasanya digelar di sejumlah kota sebelum nantinya peserta terpilih akan maju ke final audisi yang digelar di markas PB Djarum di Kudus. Berbondong-bondong para orang tua dan anaknya mengikuti screening dan tahap demi tahap untuk mewujudkan cita-cita menjadi atlet bulu tangkis kebanggaan Indonesia.

Meski sempat tersandung kasus tahun lalu dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). KPAI menuduh PB Djarum telah mengeksploitasi anak lewat audisi. Setelah melalui proses mediasi, akhirnya KPAI dan PB Djarum menemukan kata sepakat untuk tetap melanjutkan program Audisi Umum PB Djarum meski dengan beberapa syarat yang sudah disepakati bersama

Semoga dengan terus bergulirnya audisi ini, akan lahir juara-juara bulu tangkis asal Indonesia yang mampu berbicara banyak di kancah internasional.

Beberapa nama atlet jebolan PB Djarum Kudus:

  1. Liem Swie King
  2. Kartono
  3. Heryanto
  4. Christian Hadinata
  5. Ardy B Wiranata
  6. Alan Budi Kusuma
  7. Edi Hartono
  8. Haryanto Arbi
  9. Denny Kantono
  10. Antonius Ariantho
  11. Sigit Budiarto
  12. Chandra Wijaya
  13. Tri Kusharyanto
  14. Minarti Timur
  15. Maria Kristin Yulianti
  16. Maria Febe
  17. Tontowi Ahmad
  18. Liliyana Natsir
  19. Praveen Jordan
  20. Debby Susanto
  21. Mohammad Ahsan
  22. Melati Daeva Oktavianti
  23. Kevin Sanjaya Sukamuljo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *