Kompetisi sepak bola di Indonesia dari segala usia masih belum bergulir karena izin dari pihak Kepolisan RI belum dikeluarkan. Namun, akademi PSS Sleman tetap menggelar latihan dan kegiatan pembinaan pemain muda. Mereka tetap mempersiapkan tim menghadapi kompetisi tahun 2021. Tim U-16, U-18 dan U-20 tetap berlatih sejak September 2020.
Kepala Development Center PSS, Guntur Cahyo Utomo, menjelaskan saat ini terdapat lebih dari 70 pemain yang berstatus trial. Mereka berlatih dengan didampingi tim pelatih, analis dan kitman.
Menurut Guntur, terhentinya kompetisi tentu merugikan bagi tim. Karena menghambat perkembangan pemain akibat tak adanya pertandingan yang kompetitif. Akan tetapi, Guntur juga melihat sisi positif dari tidak adanya kompetisi ini.
“Terhentinya kompetisi usia muda memang merugikan karena tak adanya medium untuk bertanding secara kompetitif,” kata Guntur kepada wartawan, Minggu (13/12/2020).
“Namun, pada sisi lain didapatkan keuntungan untuk mengembangkan dan bereksperimen berbagai hal, tanpa dikejar kompetisi,” lanjutnya.
Peran penting akademi sepakbola, kata Guntur, tak hanya dilihat dari aspek pembinaan. Tapi juga pengembangan bisnis sebuah klub.
Saat ini manajemen PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) juga mempersiapkan lapangan latihan untuk para pemain Akademi PSS. Lapangan itu berlokasi di daerah Prambanan.
“Memang dibutuhkan modal tidak kecil untuk mewujudkan sebuah akademi yang benar-benar siap dan profesional. Namun keuntungan yang didapatkan bagi sebuah klub tidaklah sedikit, baik untuk bibit atau calon-calon pemain yang akan memperkuat tim senior maupun dari aspek bisnis,” paparnya.
Para pemain Akademi PSS pada 2020 ini juga menorehkan catatan tersendiri. Terdapat 6 pemain yang terpilih bergabung dengan tim senior PS Sleman, dan 5 pemain ke klub lain. Selain itu 6 pemain muda dipanggil tim nasional. Satu pemain ke Timnas U-19, 4 peman saat ini mengikuti seleksi Timnas U-16 dan 1 pemain terpilih dalam skuat Garuda Select III.
“Catatan itu membuat Akademi PSS makin bersemangat untuk terus mengembangkan bibit-bibit pemain muda ke level yang lebih tinggi,” kata Guntur.
Selain itu, keberhasilan para pemain Akademi PSS berhasil menembus timnas juga membuktikan bahwa pembinaan pemain tidak bisa dilakukan secara instan. Bibit-bibit pemain usia muda harus dicermati, diberikan jalan untuk bisa lebih berkembang, dan salah satunya melalui Akademi PSS.
Menurut Guntur yang pernah menjadi asisten pelatih timnas U-19, tim Development Center PSS juga menyiapkan buku “Super Elja Method”. Buku ini merupakan panduan mengembangkan pemain terutama dalam tataran teknis.
Tujuan buku ini, tambahnya, agar ada ukuran apakah metode yang sudah diterapkan sukses atau tidak. Buku tersebut nantinya bisa disebarluaskan agar ada keseragaman, terutama untuk sepakbola di akar rumput.
“Kami berharap akhir Desember 2020 buku itu sudah selesai cetak,” pungkasnya.