Jakarta- Terpisahnya pertandingan basket putri dan putra, membuat pihak penyelenggara kompetisi bola basket putri profesional Indonesia, Srikandi Cup, terkendala pada minimnya dukungan sponsor.
“Jika ada sponsor yang berani memberi dukungan dana, pasti kemasan Srikandi Cup lebih menarik. Dan memancing animo masyarakat datang menonton,” jelas Deddy Setiawan, Koordinator Srikandi Cup, pada Senin (12/3).
Ia mengungkapkan untuk menggelar Srikandi Cup disatu kota, pihak penyelenggara wajib mengeluarkan dana sebesar Rp 200 juta, sementara target gelaran ini dilaksanakan di empat kota (Makassar, Surabaya, Jakarta, Cirebon).
“Di satu kota kami gelar Srikandi Cup ini, kurang lebih mengeluarkan bujet Rp 200 juta. Sedangkan target kami berputar di empat kota, totalnya itu Rp 800 juta,” tambahnya.
Ia menyebut bila 90 persen tim yang bersaing di kompetisi bola basket putri didukung secara personal, dan hanya tim basket Merah Putih (MP) yang didukung Samator (perusahaan gas industri terbesar di Indonesia).
“Saya piker, tim yang didukung secara personal agak sulit untuk bertahan. Jadi memang butuh dukungan dari perusahaan yang memang peduli dengan kemajuan olahraga nasional,” cetusnya.
Adanya kerjasama dengan TVRI (Televisi Republik Indonesia) yang menayangkan kompetisi bola basket putri diharapkan menambah popularitas kompetisi, sehingga bisa mengundang sponsor.
“Apalagi seri ketiga Srikandi Cup di Jakarta, persaingan makin ketat. Harapannya kompetisi ini juga mendapat dukungan dari semua media,” paparnya.
Kompetisi bola basket putri Indonesia kasta tertinggi, Srikandi Cup, yang diikuti delapan klub basket putri dari berbagai daerah telah memasuki seri ketiga.
Seri pertama dihelat di Makassar (Sulawesi Selatan), dan seri kedua di Surabaya (Jawa Timur). Sedangkan seri ketiga digelar di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Lokasari, Tamansari, Jakarta Barat, 19-24 Maret 2018. (Adt)