Jakarta- Demi mengejar target masuk peringkat 10 besar di pesta olahraga terbesar negara-negara se-Asia (Asian Games) pada 18 Agustus – 2 September 2018, kontingen Merah Putih memburu 16 medali emas. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Menilik hasil Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan, skuad Garuda finish diposisi 17, dengan raihan 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu. Sedangkan peringkat 10 dihuni Qatar (10 emas, 4 perak), kemudian ada Taiwan diurutan sembilan (10 emas, 18 perak, 23 perunggu).
Lalu diposisi delapan ditempati India (11 emas, 10 perak, 36 perunggu), serta Korea Utara diposisi tujuh (11 emas, 11 perak, 14 perunggu), dan Thailand bertengger diperingkat enam (12 emas, 7 perak, 28 perunggu).
Sedangkan lima besar masing-masing diisi China (151 emas, 108 perak, 83 perunggu), Korea Selatan (79 emas, 71 perak, 84 perunggu), Jepang (47 emas, 76 perak, 77 perunggu), Kazakhstan (28 emas, 23 perak, 33 perunggu), serta Iran (21 emas, 18 perak, 18 perunggu).
Bersaing dengan 45 negara yang mengikuti Asian Games 2018, Indonesia masih berharap besar pada cabang Olimpiade seperti bulutangkis dan angkat besi. Diluar cabang Olimpiade, harapan dibebankan pada cabang pencak silat, jetski, bridge, panjat tebing serta paralayang.
Mulyana, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), mengatakan sejauh ini prediksi dan kalkulasi penyebaran medali pada cabang-cabang harapan masih sesuai progres.
“Memang cabang-cabang seperti pencak silat, jetski, bridge, panjat tebing serta paralayang yang kami harapkan bisa memberikan kontribusi medali untuk mencapai target masuk 10 besar Asian Games 2018,” ujar Mulyana, di Jakarta, Jumat (3/8).
Dengan pelaksanaan Asian Games yang hanya tinggal hitungan hari, fokus pemerintah dalam hal ini Kemenpora, ungkap Mulyana, adalah menjaga kondisi atlet dari cedera, doping, serta terkait penyelesaian masalah keuangan.
“Saat ini yang menjadi concern yakni menjaga atlet tidak cedera maupun terkena doping. Begitu juga dengan penyelesaian masalah keuangan. Jangan sampai masalah itu nantinya mengganggu bahkan membubarkan target kontingen Indonesia,” tambah pria yang pernah menjadi Satgas Asian Games 2010, Guangzhou, China itu. (Adt)