Jakarta- Dua srikandi Indonesia yakni Fransiska Dimistri Inkiriwang (Deedee) dan Mathilda Dwi Lestari (Hilda), tiba di Tanah Air setelah mencatat sejarah mencapai 7 puncak tertinggi di 7 benua (seven summits).
Dua mahasiswi aktif di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat, itu berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Everest (8.848 mdpl), di Nepal, pada Kamis (17/5) pukul 07.15 WIB, sekaligus menggenapi rangkaian pendakian seven summits.
Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), menyebut keberhasilan Deedee dan Hilda menaklukkan 7 puncak tertinggi di 7 benua merupakan kabar membanggakan.
“Semangat, perjuangan dan tekad mereka serta diiringi doa orang tua, maka hari ini bisa melihat Deedee dan Hilda kembali kepangkuan Ibu Pertiwi dengan kegembiraan yang luar biasa,” ujar Imam saat menyambut kedatangan dua srikandi Indonesia itu di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Jumat (1/6).
Imam berharap keberhasilan duet yang tergabung dalam tim ‘The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (Wissemu), menjadi inspirasi bagi para atlet yang nanti akan berlaga di ajang Asian Games 2018.
“Yang mereka dapat sudah melebihi emas. Semoga nanti para atlet di Asian Games juga bisa terinspirasi oleh kedua pahlawan ini. Karena mereka meninggalkan keluarga, teman, dan meraih kebahagiaan,” lanjutnya.
“Mereka ini sudah mengorbankan semuanya. Mereka hanya berpikir untuk membuat sejarah besar bagi negeri ini. Merah Putih ditancapkan di 7 puncak gunung tertinggi dan tentu ini merupakan kebanggaan Indonesia dan dunia,” tambah pria berusia 44 tahun itu.
Sementara, Deedee mengatakan keberhasilan ini menjadi persembahan untuk persatuan bangsa. “Kami berdua ucapkan terima kasih kepada Menpora, orang tua, dan teman-teman yang menyambut kedatangan kami. Bendera Indonesia berkibar di 7 puncak dunia. Keberhasilan ini untuk persatuan bangsa,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa banyak pengalaman berkesan yang didapat selama melakukan perjalanan itu. “Selama pendakian semua berkesan. Seperti kita tahu semua cerita soal Everest. Dan, waktu kami dalam perjalanan ke summits itu melihat satu mayat. Ini jadi reminder juga bahwa kami harus tetap waspada,” urainya.
Sedangkan Hilda menjelaskan tantangan yang dihadapi yakni masalah cuaca dan proses aklimatisasi. “Faktor cuaca sangat berpengaruh. Kami butuh proses pemulihan sambil menunggu cuaca cerah. Kami juga yakin keluarga, teman-teman mendoakan, dan itu energi positif mencapai puncak serta kembali ke Indonesia,” tukas Hilda. (Adt)