Luar biasa tim putra SMA Cita Buana Jakarta. Tim polesan Muhammad Ghozy Dwiputro ini menorehkan sejarah baru. Sukses menembus final Honda Developmental Basketball League (DBL) 2019 DKI Jakarta Series – South Region. Menyusul kemenangan 76-62 atas SMAN 8 Jakarta pada laga semifinal regional Jakarta Selatan di GOR Bulungan, Senin (23/9) kemarin.
Tembus ke babak final regional Jaksel jadi pencapaian terbaik Cibun (julukan SMA Cita Buana). Sepanjang empat kali berpartisipasi pada kompetisi basket pelajar terbesar di tanah air ini. Musim lalu, tim asal Jagakarsa itu harus tersungkur di babak awal. Rafael Adwel dkk kala itu takluk dari SMA Al-Izhar Pondok Labu. Tahun ini, justru Cibun yang sukses melaju hingga final. Sementara Al-Izhar gagal mengulang sukses setelah kalah dari SMAN 3 Jakarta di perempatfinal.
Perjuangan yang harus dilalui Cibun untuk menapakkan kaki di final tidaklah mudah. Rafael Adwel dkk harus melakoni empat pertandingan dengan lawan yang sulit sebelum mencapai final. Termasuk menghadapi perlawanan sengit pasukan Bukit Duri (julukan SMAN 8 Jakarta) pada semifinal kemarin.
Adalah kapten tim Rafael Adwel dan sang big man Azriel Ralie yang paling punya andil atas keberhasilan Cibun menaklukkan Bukit Duri kemarin. Dua pemain berbeda posisi itu memperlihatkan kerja sama yang baik. Azriel Ralie yang merupakan tipikal permain besar, dengan tinggi 202 sentimeter dan berat 125 kilogram, mampu membuat paint area lawan kerepotan. Hal itu dibuktikan dengan raihan double-double dari pemain bernomor punggung 13 itu.
Tercatat, 21 poin dan 17 rebound mampu ditorehkan oleh Azriel. Tidak hanya dahsyat di paint area, akurasi three point pemain berposisi center itu juga mencapai 75%. Itu menandakan Azriel memiliki efektivitas yang baik untuk mencetak poin dari luar garis tembakan tiga angka. Azriel juga menjadi pilar pertahanan Cibun. Catatan 17 reboundnya merupakan duel udara saat berada dalam paint area Cibun.
Tak kalah dengan Azriel, Rafael Adwel juga menjadi kunci kemenangan Cibun atas Bukit Duri. Pemain berposisi guard itu kerap berani merangsek ke dalam jantung pertahanan Bukit Duri. Hal itu terlihat dari presentase field goals garda andalan Cibun yang mencapai 64,7%. Dari 17 kali percobaan 11 diantaranya berahasil dikonversi menjadi poin oleh Rafael. Student athlete berusia 16 tahun itu juga berhasil membukukan 26 poin bagi Cibun. Dirinya bermain sangat apik.
Cibun sendiri mengawali laga dengan baik. Mereka bisa unggul dua poin dari Bukit Duri pada kuarter pertama. Azriel luar biasa. Dirinya mencetak double three point di kuarter pertama ini. Total 10 poin sudah dibukukan pada kuarter pertama olehnya.
Pada kuarter selanjutnya, Cibun terus memimpin, meski Bukit Duri juga memberi perlawanan kuat. Puncaknya ada pada kuarter terakhir. Laga ketat, kuarter empat berakhir imbang. Sayang pada kuarter sebelumnya, Cibun lebih dulu unggul dengan margin 17 angka. Hingga kuarter akhir selesai, Cibun menutup kemenangan dengan skor 76-62.
“Alhamdulillah anak-anak main bagus kali ini. Mereka banyak mencetak three point. Mereka termotivasi untuk mencapai final. Dan syukur kami bisa tembus final,” ujar Muhammad Ghozy Dwiputro usai laga. ()
Dari persaingan putri, Honda DBL 2019 DKI Jakarta Series – South Region juga meloloskan finalis baru. Adalah tim putri SMAN 70 Jakarta, yang sukses memastikan satu tiket final regional Jakarta Selatan. Setelah menyudahi laga ketat melawan SMAN 82 Jakarta dengan keunggulan 46-40 di GOR Bulungan, Senin (23/9).
Sukses melaju hingga final adalah pencapaian terbaik Seventy (julukan SMAN 70) sepanjang enam kali keikutsertaan mereka pada kompetisi basket pelajar terbesar Seri Ibu Kota ini. Pencapaian terbaik putri Seventy adalah menembus semifinal pada tahun 2012. Setelah itu, mereka selalu tersingkir di babak awal masing-masing pada edisi 2013, 2014, 2015, dan 2018 lalu. Keberhasilan menembus final musim ini sekaligus menjaga asa bagi tim yang ber-homebase di Bulungan ini untuk menjadi penguasa Jaksel.
Kemenangan Seventy tak lepas dari trio utama trio Seventy. Kapten Inas Fathinah menyumbangkan 6 poin dan 6 rebound selama bermain 32 menit 17 detik. Keisha Ayu, forwarda bernomor punggung 15 yang tampil selama 37 menit 58 detik menyumbang 14 poin, 6 rebound, serta 2 steal. Dan center andalan Seventy, Savira Alifa tampil mengesankan. Dirinya kembali mencetak double-double. Lewat donasi 17 poin dan 17 rebound.
Sejak awal kuarter, kedua tim bermain impresif. Drama kejar-kejar poin terjadi. Baik Seventy maupun Daha (julukan SMAN 82) ngotot ingin memenangi laga ini. Sebenarnya, Daha banyak mendapat free throw dari kesalahan para pemain Seventy. Hanya saja, punggawa tim asal Kebayoran Baru gagal mengonversinya menjadi poin. Seventy unggul 6 angka atas Daha di kuarter pertama.
Serangan Seventy makin moncer di kuarter selanjutnya. Daha belum bisa menyamakan kedudukan, Seventy masih leading dengan skor 18-13 pada penghujung kuarter kedua. Tertinggal pada dua kuarter awal membuat Daha mulai gencar melakukan serangan tajam usai jeda half time. Pertahanan Seventy sempat kerepotan. Tembakan three point forwarda Daha, Raissa Bachtiar menjadi pecutan semangat pemain lainnya untuk mulai menambah pundi-pundi angka untuk Daha.
Namun perolehan skor itu masih belum cukup untuk menyamakan kedudukan dari lawannya. Seventy masih unggul 10 poin pada kuarter ketiga. Makin mendekati akhir laga, pertandingan makin berjalan panas dan keras. Forward andalan Seventy, Keisha harus diganhar foul out pada kuarter terakhir. Hal tersebut membuat Daha makin gencar menerobos paint area Seventy.
Namun hingga pertandingan berkahir, Daha gagal memangkas jarak ketertinggalan. Kemenangan tetap menjadi milik Seventy. Tim asuhan Abdul Karim itu bisa mempertahankan keunggulan dan lolos dari jeratan Daha dengan skor 46-40. Meski sukses masuk final, Mikki selaku assisten coach Seventy menyampaikan evaluasi untuk anak asuhannya yang sering melakukan foul. “Anak-anak memang kurang sabar dan terlalu bersemangat. Saat defense itu mereka harusnya bisa lebih sabar agar tidak timbul foul. Di final hal ini harus diminimalisir,” terangnya usai laga.