Tim putra SMAN 39 Jakarta mampu bertahan dalam persaingan ketat Honda Developmental Basketball League (DBL) 2019 DKI Jakarta Series – East Region. Bahkan, tim berjuluk Galan ini sukses melenggang ke fase semifinal. Keberhasilan itu tidak didapat dengan mudah. Tim sekolah yang bermarkas di daerah Cijantung itu harus bekerja ekstra demi menyingkirkan lawannya, SMAN 59 Jakarta. Dalam laga super seru di GOR Pulogadung, Rabu kemarin (2/10). Melalui drama double overtime, atau dua kali babak tambahan waktu, Galan akhirnya berhasil menumbangkan Smalix (julukan SMAN 59), dengan skor akhir 53-48.
Secara head to head kedua tim sudah pernah bersua pada musim lalu (2018). Kala itu, Galan berhasil menjinakkan Smalix. Pada pertemuan di fase perempatfinal musim ini, lagi-lagi Galan kembali sukses menaklukan rivalnya itu.
Smalix sejatinya adalah tim yang lagi naik daun musim ini. Mereka sukses menembus perempatfinal, usai menyingkirkan lawan-lawan yang berstatus unggulan. Smalix berhasil menumbangkan juara East Region musim lalu, SMAN 21 Jakarta pada babak awal. Setelah itu, giliran SMA Labschool Rawamangun yang menjadi korban kegarangan punggawa Smalix.
Tim asal Duren Sawit itu juga sempat merepotkan Galan pada laga kemarin. Apalagi pada awal kuarter para punggawa Galan terlihat bermain dengan tergesa-gesa. Passing yang dilakukan pada paint area kurang efektif. Meski mereka akhirnya bisa mencuri satu poin pertama berkat tembakan free throw dari center Galan, Ammar A.S. Para punggawa Galan mencoba bermain set play dan bermain dengan tempo. Mereka lebih sabar setelah beberapa peluang gagal dikonversi menjadi poin. Galan menutup kuarter pertama dengan keunggulan skor 10-6.
Tertinggal di kuarter pertama Smalix tetap tampil ngotot demi merebut satu tiket semifinal. Soni Dewantoro dkk terus mencoba menggedor lini pertahanan Galan. Perlawanan Smalix semakin kencang terutama saat menginjak kuarter ketiga dan keempat. Tim besutan Mario Hutapea itu mampu memangkas ketertinggalan.
Drama pun mulai terjadi saat Galan memimpin dengan skor 35-34. Memasuki 20 detik terakhir Smalix mendapat free throw. Satu poin berhasil dikonversi oleh guard benomor punggung empat, Muhammad Irbah. Kedudukan berubah menjadi 35-35. Smalix paksa Galan untuk melanjutkan pertandingan via overtime alias babak tambahan.
Guard Smalix, Fajar Dwi membuka keunggulan bagi Smalix pada menit pertama babak tambahan. Tak lama berselang guard Galan, Achmad Al Jufri membalas lewat dua poin free throw skor kembali imbang 37-37. Galan terlihat lebih mendominasi pada overtime pertama ini. Mereka unggul 41-37. Namun dominasi tersebut tak bertahan lama. Smalix justru berbalik unggul melalui three point dari Fajar Dwi dan dua poin Ramzy untuk merubah skor menjadi 42-41. Beruntung M.Hanif, forward Galan mampu menyamakan kedudukan pada 10 detik akhir pertandingan. Skor kedua tim imbang 42-42, laga pun berlanjut ke overtime yang kali kedua.
Galan akhirnya mampu menunjukkan keunggulan mental dan fisiknya pada babak tambahan kedua. Sementara itu, Smalix justru kehilangan salah satu pemain andalannya, Soni Dewantoro, karena harus menerima foul out. Galan pun berlari meninggalkan Smalix. Mereka mampu melesat dengan tambahan 11 poin dan menutup laga dengan keunggulan 53-48 atas lawannya.
Menurut coach Galan, Christian Poltak babak overtime pada pertandingan kemarin sangat menegangkan. ”Pertandingan yang luar biasa menegangkan. Saya bersyukur dengan hasil ini, dan bisa belajar apa saja yang menjadi kekurangan kami. Salah satunya, anak-anak terlalu banyak membuang peluang dari free throw,” komentar Christian Poltak, pelatih Galan. (*)
Kampanyekan Lawan Body Shaming
Tak hanya penampilan koreografi apik dan menawan yang ditunjukkan oleh tim dance SMAN 39 Jakarta. Saat mendapat kesempatan perform mendampingi tim basket putranya, di GOR Pulogadung, Rabu (2/10) kemarin. Kontestan UBS Gold Dance Competition 2019 ini juga mengirim pesan kampanye melawan body shaming. Perilaku mengomentari fisik diri sendiri atau orang lain, yang marak dilakukan anak milenial belakangan ini.
Tampil dengan mengusung karakter Belle, salah satu Disney Princess yang dikenal melalui film Beauty and The Beast, tim dance SMAN 39 benar-benar all out dalam membawakan konsep. Baik dalam alunan musik pengiring, properti yang digunakan, hingga plot dalam film tersebut.
Dengan jalan cerita menyesuaikan film Beauty and The Beast, White Shadow Dance Crew (julukan tim dance SMAN 39) mengajak audience agar tak melakukan body shaming. Dalam tariannya, salah satu personel memerankan putri Belle dengan kostum warna kuning. Sedangkan personel lainnya menggunakan kostum biru merupakan villain serta bisa juga dikatakan dayang-dayang dari Belle. Satu personel putra, memerankan The Beast atau si buruk rupa.
“Kami membawa pesan tersendiri supaya mereka juga mengerti bahwa body shaming itu nggak baik. Jangan berteman dengan seseorang karena secara rupa dia cantik ataupun ganteng. Berteman dengan orang-orang yang baik dan bisa menerima kita apa adanya,” ungkap leader White Shadow Dance Crew, Ekalina Rahayu.
Lebih lanjut Ekalina dan tim juga berharap orang-orang yang menyaksikan penampilannya bisa mengerti bahwa mereka tidak hanya tampil untuk menghibur saja. “Kami berharap dengan tarian kami ini, para penonton bisa memahami betul jalan cerita dari Putri Belle ini,” ucap siswi kelas XI tersebut.