Makati- Partai babak kedua 17th Asian Continental Chess Championship di Makati, Filipina, ditutup dengan hasil mengejutkan dari tim Indonesia. FM Mohamad Ervan berhasil menghentikan GM Super dari China, GM Wang Hao (2730). Kemenangan itu diraih melalui adu taktik yang luar biasa di antara keduanya.
“Kemenangan Ervan atas Wang Hao bukanlah kemenangan kebetulan. Pertarungannya berjalan ketat, penuh adu strategi, serta taktik. Bahkan, pada langkah ke-16 Ervan harus menyerahkan kualitas bentengnya, untuk ditukar Gajah lawan,” ujar Krisitianus Liem, Kapten Tim Catur Indonesia, Jumat (14/12).
“Tapi, Ervan mendapat kompensasi penguasaan diagonal panjang b1-h7, dengan Menteri dan Gajahnya. Wang Hao yg tipe penyerang dan suka bangunan liar, tak mau bermain pasif dan bertahan. Kondisi ini menguntungkan Ervan karena terjadi perang terbuka, adu taktik,” tambahnya.
Kristianus juga menjelaskan keunggulan tim Indonesia adalah kemampuan membaca taktik. Hal ini membuat Wang Hao terseok-seok. Pada langkah ke-32, saat Menteri Ervan masuk ke petak e6, menyerang Benteng Hitam di d7, seharusnya Wang memaksa pertukaran Menteri dengan skak. Dan petak g6 saat permainan, akan berjalan imbang lagi.
Tak diduga, Wang justru memilih menumpuk Benteng ld lajur-d menyerang bidak d2. Pada saat itulah, Ervan nekad mengorbankan Gajahnya di petak g7. Langkah kejutan ini yang membuat Wang tak menyangka, sehingga tak ada pilihan selain ia harus memakan gajah.
“Wang menjalankan 32. Bfd8. Dalam waktu pikir kurang dari semenit, Wang tak menyangka bakal ada korban Gajah. Terpaksa, ia menutup skak dengan Menterinya. Sebab jika Raja mundur ke f8, akan datang mat dalam satu langkah. Andai mundur ke h8, bisa terjadi mat dalam tiga langkah,” papar Kris.
“Wang harus menyerah disini, karena posisi Gajahnya di petak c5, bakal lenyap dengan posisi tanpa harapan sama sekali. Sungguh penyelesaian yang indah. Ini sungguh layak disebut masterpiece!,” imbuhnya. Sayang, langkah Ervan tak bertahan lama.
Usai tampil cemerlang di dua babak awal, saat menahan remis GM M. Amin Tabatabaei (2587) dari Iran, dan melibas unggulan utama GM Wang Hao (2730), pemuda kelahiran Probolinggo, 15 Mei 1992, akhirnya takluk dari unggulan ketiga, GM Le Quang Liem (2714) dari Vietnam.
“Liem yg kelelahan ketika tiba di Filipina, usai tampil di “PON”nya Vietnam, ternyata sudah pulih. Ia menekuk Ervan, lewat langkah strategis yang halus sepanjang 45 langkah,” ujar Kris. “Keberuntungan” Ervan belum selesai. Babak keempat nanti, Ervan kembali melawan pecatur GM, kali ini dari Kazakhstan, Rustam Khusnutdinov (2470).
Pada babak Ketiga, Rabu (12/12), tim Indonesia terpaksa harus berhadapan dengan rekan senegaranya. Tak ada pilihan, cepat atau lambat pertarungan sesama negara memang bisa saja terjadi, jadi siapa yg terkuat akan melaju lebih jauh. Ternyata Megaranto mengalahkan Sean, sedang Citra mengalahkan Aay.
Sayangnya, pecatur Indonesia yang berjumpa pecatur negara lain, tak satupun meraih kemenangan. IM Yoseph Theolifus Taher (2454) harus puas bermain remis melawan pecatur tuan rumah nongelar, Michael Concio Jr. (1991), setelah bertarung 43 langkah.
“Yoseph yang pegang Hitam tak mendapatkan keunggulan di tahap pembukaan, bahkan cenderung jelek. Walau memiliki gelar, rating, dan pengalaman tanding lebih baik, upaya Yoseph mengolah permainan tengah dan permainan akhir, hanya menghasilkan remis,” Jelas Kris.
“Yang lebih tragis, dialami IM Novendra Priasmoro (2483). Ia ditaklukkan pecatur senior Filipina, IM Roderik Nava (2392). Kekalahan Novendra dipicu pengetahuan opening yang rendah,” pungkasnya. (Adt)