Jakarta- Tiga kali tampil di fase penyisihan Grup A Piala AFF U-16 2018 ternyata Timnas U-16 memiliki karakter yang serupa dengan seniornya di Timnas U-19, atau Timnas U-23 yang tak lama lagi berlaga di Asian Games 2018.
Membukukan 16 gol dan kebobolan tiga, kemiripan pasukan Fakhri Husaini dengan skuat Indra Sjafri dan Luis Milla adalah penguasaan bola. Ketiga tim ini cenderung aktif menyerang, dengan strategi memegang sebola banyak mungkin.
Saat menghadapi Filipina, Myanmar, dan Vietnam, Garuda Asia – julukan Timnas U-16 – mencetak penguasaan bola sebesar 73 persen, 61 persen, dan 57 persen. Jika dirata-ratakan, maka Indonesia sekurang-kurangnya mendapatkan bola sebanyak 63,66 persen.
Sekadar mencari pembanding, pada Piala Dunia 2014 di Brasil, event yang tercatat sebagai gelaran Piala Dunia dengan intensitas dan kualitas sepakbola tertinggi, rata-rata penguasaan bolanya malah tak sampai menyentuh angka 60 persen.
Berdasarkan riset International Journal Science Culture and Sport, juara dunia saat itu, Jerman, tercatat sebagai tim dengan penguasaan bola terbesar pada angka 56,71 persen, diikuti Argentina dengan 54,56 persen, Brasil dengan 53,12 persen, dan Belanda mencatatkan 50,32 persen.
Namun, penguasaan bola tersebut harus pula dibuktikan dengan akurasi dan kesuksesan menyampaikan umpan. Untuk angka ini, Timnas U-16 ternyata tak jauh berada di bawah empat tim terbaik di Piala Dunia 2014.
Di tiga laga pembuka AFF 2018, Timnas U-16 mencatatkan 82 persen umpan sukses versus Filipina, 73 persen kontra Myanmar, dan 69 persen menghadapi Vietnam. Rata-rata mereka mencatatkan 74,66 persen umpan sukses. Jumlah itu berselisih 0,13 persen dari Brasil di Piala Dunia 2014.
Sementara Jerman, mendapatkan 81,90 persen umpan sukses. Andai level tim Piala Dunia masih terlalu jauh untuk dijadikan perbandingan, mari melihat statistik laga final Piala Dunia U-17 2017 antara Inggris dan Spanyol di Kalkuta, India, Oktober tahun lalu.
Untuk urusan penguasaan bola, Indonesia pun masih unggul. Inggris, yang keluar sebagai pemenang dalam laga yang berakhir melalui adu penalti itu, hanya menguasai 52 persen bola, berbanding 48 persen yang dimiliki Spanyol.
Atau, dari segi yang lain, catatan laga Piala Eropa U-17 antara Italia dan Belanda, di Rotherham, Inggris, 21 Mei 2018. Partai yang dimenangi Belanda sebagai juara usai adu penalti (1-4), merangkum total tembakan yang dilepaskan Italia adalah empat bidikan sukses dan tujuh melenceng.
Sedangkan sang juara mengoleksi sembilan tembakan, empat di antaranya on target dan sisanya melenceng. Bandingkan dengan Indonesia, yang mencatatkan total sebelas tembakan dalam laga menghadapi Vietnam, selama 80 menit bermain. Tujuh di antaranya mengarah ke gawang lawan. Tidak berbeda dengan Italia, dan bahkan lebih dari Belanda.
Catatan ini menunjukkan kepada pencinta sepakbola Indonesia, bila peforma Timnas U-16 potensial bersaing di level yang lebih menantang. Hanya saja, komitmen terbesarnya adalah apakah potensi itu bisa terjaga saat mereka bermain di kategori senior. (art)