SYNC 2018 Resmi Ditutup, Pentas Seni Saint John’s Catholic School Serpong Meriah

Dengan tema ‘Aeternum’, acara pentas seni (Pensi) Saint John’s Catholic School, yang menutup gelaran ‘Saint John’s Youth Nation Cup (SYNC)’, di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (27/10), berlangsung meriah. (Riz/NYSN)

Serpong- Mengusung tema ‘Aeternum’, acara pentas seni (Pensi) Saint John’s Catholic School, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (27/10), berlangsung meriah. Selain band sekolah, event yang merupakan penutup dari seluruh rangkaian gelaran ‘Saint John’s Youth Nation Cup (SYNC)’, pada 12-23 Oktober 2018 itu, juga dimeriahkan oleh kehadiran grup musik asal Bandung, Jawa Barat, The Changcuter, dan Afgan Syahreza. Tujuan event ini sebagai sarana ketrampilan berkolaborasi antara siswa SMP dan SMA yang diimplementasikan dalam bentuk kepanitiaan SYNC 2018, seperti diungkapkan Catur Santosa, Principal SMA Saint John’s Catholic School, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. “Saat ini untuk berhasil tidak bisa hidup sendiri. Kami membuat event yang mendukung siswa berkembang, baik secara pengetahuan, organisasinya, maupun kerjasamanya. Sehingga pengetahuan yang dimiliki para siswa harus terus dikembangkan, iman dan ketakwaannya harus besar, serta memiliki kemampuan beradaptasi yang baik,” ujar Catur. Hal itu selaras dengan visi dan misi sekolah, yakni Scientia (Ilmu Pengetahuan), Virtus (Kebajikan), dan Vita (Kehidupan). Adapun yang diperlombakan dalam SYNC 2018, di antaranya basketball, futsal, badminton, fencing (anggar), mural, dan mobile legend. Catur menilai selama perhelatan SYNC 2018 antusiasme peserta sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penonton yang hadir untuk turut menyemarakan setiap pertandingan yang dihelat sekaligus memberikan dukungan pada tim sekolah masing-masing. “Ini mungkin yang membuat para siswa menjadi senang bergaul dengan rekan-rekannya. Lalu mereka dengan sangat antusias menghubungi rekannya dan mengajak untuk menonton pertandingan bersama, sehingga setiap pertandingan terlihat semarak,” lanjutnya. Apakah akan ada penambahan cabang olahraga pada hajatan SYNC tahun depan? Catur menjelaskan bahwa pada pelaksanaan SYNC 2018 sejatinya telah ada penambahan cabang olahraga yang dikompetisikan. Dan, event tahun depan, tambah Catur, bila ada cabang olahraga favorit yang bisa mendatangkan kemeriahan, dan mendapatkan antusiasme tinggi dari siswa, tak menutup kemungkinan akan adanya penambahan cabang olahraga yang dipertandingkan. “Keunggulan Saint John’s Catholic School yakni tim basketnya, dan fencing (anggar). Tapi, kemarin kami gelar pertandingan badminton (bulutangkis). Bila ditempat lain kebanyakan mempertandingan antar tim, namun kami gelar nomor individu. Ini mendapat apresiasi yang sangat baik, karena jarang badminton nomor individual, ” ungkap Catur. Disisi lain, jelas Catur, cabang olahraga futsal turut menjadi salah satu yang memiliki banyak peminat. Terbukti jumlah peserta yang selalu bertambah. Menurutnya, futsal bisa menyatukan seluruh siswa, baik sekolah negeri maupun swasta. “Jumlah pemainnya cukup banyak, ditambah animo penonton yang tinggi. Apalagi setiap tim selalu mendapat dukungan penuh dari suporter masing-masing. Soal kualitas penyelenggaraan, ada salah satu tim yang juara tingkat Provinsi, bahkan dikirim ke luar negeri, tapi mereka tetap berpartisipasi di SYNC 2018,” terangnya. “Bahkan anak didik kami yang selama ini tidak pernah ke final, dan dibabak penyisihan sudah gugur, tapi kemarin bisa masuk ke final (runner-up), akhirnya anak-anak senang, karena sebelum lulus mereka mendapatkan piala,” urainya. Catur berharap SYNC bisa menjadi sarana bagi para siswa dalam mengelola kemampuan yang dimiliki secara internal, sehingga mampu berkolaborasi serta bekerjasama dalam organisasi, dan bagaimana mengelola kegagalan, keberhasilan, dan mengatasi masalah. “Karena knowledge (ilmu pengetahuan) itu cepat sekali. Tapi, mereka harus bisa bertahan dalam menghadapi masalah, memiliki karakter untuk menghargai orang lain, serta mampu menyelesaikan masalah. Para siswa yang aktif di sekolah, pasti kedepanya baik di kampus, maupun meniti karir pasti akan aktif,” tegasnya. “Dengan relasi-relasi yang ditumbuhkan sejak dini, diharapkan mereka nantinya tumbuh sekaligus memiliki jaringan yang mempermudah kehidupan mereka untuk meraih kesuksesan,” tukas Catur. (Adt) Daftar Pemenang Lomba: Basket SMP: Putra: 1. Saint John’s Catholic School Serpong 2. Sekolah Tunas Indonesia (STI) Bintaro 3. SMPN 3 Tangerang Selatan Putri: 1. SMPN 3 Tangerang Selatan 2. Santa Ursula Serpong 3. Solideo Serpong Basket SMA: Putra: 1. Saint John’s Catholic School Serpong 2. Tunas Bangsa Tangerang Selatan 3. Solideo Serpong Futsal SMP Putra: 1. Annisa Tangerang Selatan 2. Saint John’s Catholic School 3. Global Islamic School Futsal SMA Putra: 1. YP Karya 2. Saint Johns Catholic School 3. Al Amanah Badminton: SMP: 1. Patrick Sixdio (Abdi Siswa) 2. Nathan (Ipeka) 3. Nathanael Pieter Audrico (Saint John’s Catholic School) SMA: 1. Jason Elezardo (Mater Dei) 2. Bobby Wong (SMKN 1) 3. Audie Febriansyah (Global Islamic School) Fencing SMP Putra: Kategori Epee: 1. Gold : Maulana Cahyadi (Ksatria Nusantara/SMPN 182) 2. Silver : Ilham Asri (Ksatria Nusantara/SMPN 115) 3. Bronze : Ryan Immanuel (Highscope) 3. Bronze : Arval Raziel (SD Polisi 4 Bogor) Kategori Foil: 1. Gold : Revanza Maulana (Ikasi Karawang/SMPN 1 Karawang Barat) 2. Silver Jason Lee (Jakarta Intercultural School) 3. Bronze : M. Zidan Muzaki (Ikasi Karawang/SMP Al Muhajirin Purwakarta) 3. Bronze : Raka Bima Ramadhan (Ikasi Karawang/SMP Lampu Iman Karawang) Kategori Sabre: 1. Gold : Raka Fachri Maulia Kamal (Ikasi Karawang/SMPN 1 Karawang Barat) 2. Silver : M. Latif (SMPN 13 Kota Tangerang) 3. Bronze : Muhammad Ramdani (Ikasi Karawang/SMPN 2 Karawang Timur) 3. Bronze : Rafi (SMP Purwakarta) Fencing SMP Putri: Kategori Epee: 1.Gold : Shayna Shanara (Mentari Intercultural School) 2. Silver : Richelle Xie (Binus Serpong) 3. Bronze : Anita Sol Oddsdottir (Jakarta Nanyang School) 3. Bronze : Tjut Keumala Syahlyanna (Highscope) Kategori Foil: 1. Gold : Cantika Aditya (Ikasi Karawang/SMPN 4 Karawang Barat) 2. Silver : Dina Oktaviana (SMPN 49 Bandung) 3. Bronze : Alleyda Siti Oddet (DOFC/SD Jalan Anyar Bandung) 3. Bronze : Alfira (SMP Purwakarta) Kategori Sabre: 1. Gold : Sania Azhara (Ikasi Kab. Tangerang/SMPN 5 Pasar Kemis) 2. Silver : Devi (SMP Purwakarta) 3. Bronze : Syafina Afaf Muzdalifah (Ikasi Karawang/SMPN 1 Karawang) 3. Bronze : Zahran Talitha Fauzi (Highscope) Fencing SMA Putra: Kategori Epee: 1. Gold : Haikal Al-Farizi (SMKN 1 Cilegon) 2. Silver : Salman (Ikasi Kab. Tangerang/SMK Aero Dirgantara) 3. Bronze : Azka Ranit Naufan Za (Zakaria Fencing) 3. Bronze : Chandra Gupti Mabbi (SMAN 2 Depok) Kategori Foil: 1. Gold : M Chikal Maulidna (SMAN 14 Kota Tangerang) 2. Silver : Faridz Hilmi (Ikasi Karawang/SMUN 5 Karawang) 3. Bronze : Jason Lee (Jakarta Intercultural School) 3. Bronze : Filza Shidqi (Patriot Nusantara/SMAN 55) Kategori Sabre: 1. Gold : Bagas Ahmad Fauzian (Ikasi Karawang/SMUN 3 Karawang) 2. Silver : M Adrenal (SMAN 33 Jakarta) 3. Bronze : Hardyanshel Kesuma (Saint John’s Catholic School) 3. Bronze : Jayanto Nanda Putra (Saint John’s Catholic School) Fencing SMA Putri: Kategori Epee: … Read more

Jadi Runner-up di SYNC 2018, Saint John’s Catholic School Akui Kualitas Skuat SMA YP Karya

Kiper SMA Yayasan Pendidikan (YP) Karya Kota Tangerang (Hijau), saat menghadang pemain SMA Saint John’s Catholic School, dalam laga final ‘Saint John’s Youth Nation Cup (SYNC) 2018’ cabang futsal. SMA YP Karya menjadi juara, usai menang dengan skor telak 10-2, pada Selasa (23/10). (Riz/NYSN)

Serpong- SMA Yayasan Pendidikan (YP) Karya Kota Tangerang, Banten, menjadi kampiun di ajang ‘Saint John’s Youth Nation Cup (SYNC) 2018’. Tim futsal putra yang dimotori Bagus Setiadi itu, sukses mengalahkan SMA Saint John’s Catholic School, Serpong, dengan skor telak 10-2, di laga final, pada Selasa (23/10). Di partai krusial, pesta gol SMA YP Karya diawali oleh aksi Bagus yang melakukan tendangan terarah dan tepat bersarang disisi kanan gawang SMA Saint John’s Catholic School, membuat skor berubah 1-0. Gol yang diciptakan SMA YP Karya itu berhasil meruntuhkan mental bermain tim besutan Randy Djielyandi ini. Meski begitu, tim tuan rumah berusaha keras mengejar ketertinggalan. Sempat mendapatkan peluang, namun tembakan pemain SMA Saint John’s Catholic School masih jauh dari sasaran. Alih-alih mengejar ketertinggalan, justru gawang SMA Saint John’s Catholic School kembali bobol oleh sepakan Bagus. Bahkan tim sekolah yang berlokasi di Cipondoh, Kota Tangerang itu, kembali memanen gol masing-masing melalui Hasnan Habib, Ikhsan Nurhidayat, Abdul Kholis, dan Bagus. Babak pertama berakhir dengan skor 6-0. Memainan babak kedua, para pemain SMA Saint John’s Catholic School mencoba bangkit. Mereka menebar ancaman ke jantung pertahanan lawan. Hasilnya, Ariel Jetro Christo Manurung berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan. Skor berubah 1-6. Tak butuh waktu lama, SMA YP Karya mampu membalas lewat aksi individu Aris Sunandar. Satu gol kembali tercipta melalui kaki Bagus, yang tampil impresif sepanjang laga berlangsung. SMA Saint John’s Catholic School akhirnya berhasil memperkecil ketertinggalan melalui gol ‘hiburan’ dari pemain yang akrab disapa Thegar. Meski berada di atas angin, tim tamu tak mengendurkan serangan. Bahkan, mereka berhasil menambah dua gol lewat Dendi Nugraha Prasetyo, dan Hasnan Habib. Skor 10-2 untuk SMA YP Karya ini bertahan hingga wasit meniup pluit tanda pertandingan berakhir, sekaligus memastikan meraih gelar juara di ajang ‘Saint John’s Youth Nation Cup (SYNC) 2018’. Sedangkan posisi tiga diraih SMK Al-Amanah, Setu, Kota Tangerang Selatan, yang menang atas SMKN 1 Kota Tangerang, Banten. Randy, juru racik tim futsal SMA Saint John’s Catholic School, menyebut tim lawan memiliki kualitas permainan yang bagus. “Peluang di pertandingan tadi sebenarnya ada, tapi kami mengakui lawan memiliki kualitas pemain yang bagus, baik secara individu maupun tim,” ujar Randy, usai laga. Namun, ia tetap memberi apresiasi anak asuhnya yang berjuang keras di final ini. “Kami tetap apresiasi para pemain yang sudah berusaha dan berjuang dengan keras untuk bisa meraih kemenangan. Tapi, memang hasilnya belum maksimal. Kedepan, mereka harus lebih fokus,” lanjutnya. Sementara itu, Hikmat, arsitek tim futsal SMA YP Karya, mengaku belum puas terhadap penampilan Bagus Setiadi Cs. Sebab, menurutnya, para pemain belum menemukan lawan yang seimbang, sehingga kualitas permainan mereka bisa lebih teruji. “Belum puas 100 persen melihat penampilan mereka tadi. Karena mungkin lawan pernah mereka kalahkan disaat penyisihan, sehingga karena sudah tahu kemampuan lawan, jadi mereka menganggap remeh,” terang Hikmat. “Inilah yang membuat masing-masing pemain ingin menunjukkan skill pribadi, bukan secara tim. Mungkin lain cerita kalau misalkan lawan memiliki kemampuan di atas tim kami, bisa lebih teruji,” tambahnya. Di pertandingan lainnya, tim futsal putra SMP Annisaa Kota Tangerang Selatan, menyabet gelar juara usai menaklukan tuan rumah SMP Saint John’s Catholic School, dengan skor 7-2. Dan, peringkat ketiga direbut SMP Global Islamic School, Serpong, Tangerang Selatan, usai menyudahi SMP Ehipassiko, Serpong, Tangerang Selatan. Nur Illahi, pelatih tim futsal SMP Annisaa, mengatakan prestasi skuatnya itu sudah sesuai target. “Hasil ini sesuai target bahwa kami harus juara. Padahal, di babak penyisihan kami ketemu dan kalah dengan skor 1-3. Tapi, hari ini anak-anak bermain lebih lepas dan enjoy,” tutur pria yang juga guru pendidikan jasmani (Penjas) itu. Disisi lain, Randy yang juga menukangi tim futsal SMP Saint John’s, menegaskan timnya hanya kalah mental, dan tak beruntung. “Kami juara pool, dan lawan runner-up pada saat penyisihan. Mental kami jelek, beberapa kali kebobolan, akibat bola lambung dari kiper yang dilempar langsung ke pertahanan kami,” imbuhnya. “Dipertandingan tadi para pemain juga kurang siap, dan sering ragu-ragu, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Yang pasti kualitas permainan mereka meningkat sejak dari penyisihan hingga ke final,” pungkas Randy. (Adt)

Takluk Dari SMA YP Karya 1-6, Finishing Touch Masih Jadi PR untuk Saint John’s Catholic School

Pemain futsal SMA Saint John’s Catholic School, Ananta (36), mengadang pemain SMA Yayasan Pendidikan (YP) Karya Kota Tangerang, di laga kedua event ‘Saint John’s Youth Nation Cup 2018’, pada Kamis (18/10). SMA Saint John’s menyerah dengan skor telak 1-6. (Riz/NYSN)

Serpong- Tim futsal putra SMA Saint John’s Catholic School dipaksa menyerah oleh SMA Yayasan Pendidikan (YP) Karya Kota Tangerang dengan skor telak 1-6, di laga kedua event ‘Saint John’s Youth Nation Cup 2018’, pada Kamis (18/10). Randy Djielyandi, Pelatih Futsal Saint John’s Catholic School, menilai timnya masih perlu perbaikan dan evaluasi. Menurutnya, finishing touch (sentuhan akhir) masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi tim yang berlokasi di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) itu. “Tim kami tak siap menghadapi SMA YP Karya di awal pertandingan. Apalagi lawan unggul cepat hingga babak pertama berakhir dengan skor 0-4. Bila di pertandingan tadi, kedua tim sama-sama memiliki banyak peluang. Memang lawan memiliki mental yang baik,” ujar Randy. “Secara keseluruhan semua bermain dengan baik, namun yang menjadi PR bagi kami adalah finishing touch terutama saat sudah menguasai bola di depan gawang lawan,” lanjutnya. Selain finishing touch, Randy menyebut defense juga menjadi hal yang penting bagi timnya dalam melakoni laga selanjutnya. “Karena kurang siap membuat defense juga tidak maksimal. Harusnya instruksinya A, tapi mereka malah melakukan B. Jadi di pertandingan selanjutnya mereka harus benar-benar siap segalanya,” tegas Randy. Sementara itu, Bagus Setiadi, Kapten Tim SMA YP Karya, menyebut bila rekan-rekannya bermain sangat baik pada pertandingan ini. “Nggak sia-sia juga kami latihan beberapa bulan untuk persiapan mengikuti event ini,” imbuh Bagus. Ia berpendapat lawan sebenarnya bermain sangat bagus, namun terdapat kelemahan pada defense, hal itu membuat timnya bisa menang besar di pertandingan ini. “Lawan mainnya sudah bagus, tapi defense mereka kurang rapi, dan tak terorganisir dengan baik, jadi mudah ditembus pertahanannya. Dan, bagi kami itu yang paling selain defense adalah komunikasi antar sesama pemain,” tukas Bagus. (Adt)

Beri Inspirasi Siswa Saint John’s Catholic School, Event Meet & Greet Freestyle Basketball Workshop Hadirkan Juara Dunia BUG dan Kirill

Saint John’s Catholic School Gelar Meet & Greet Freestyle Basketball Workshop, pada Kamis (27/9), yang menghadirkan Takumi Maekawa (World Championship 2011 dan 2014), dan Kirill Kuprenko (World Championship 2016 dan 2017). (Adt/NYSN)

Serpong- Freestyle? Apakah yang dimaksud dengan kata yang satu ini? Selain sepak bola, gaya yang paling populer dengan istilah freestyle pada masa sekarang ini adalah basket. Freestyle basketball menjadi salah satu olahraga trendsetter yang sangat digemari, dan tak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan, saat ini tengah naik daun. Gaya yang ditampilkan saat bermain di lapangan sedikit berbeda dengan olahraga basket konvensional pada umumnya, seperti three on three (3×3), maupun kontes slam dunk. Demi memotivasi generasi muda mencintai passion mereka dalam dunia basket, Saint John’s Catholic School menggelar Meet & Greet Freestyle Basketball Workshop, pada Kamis (27/9). Event di Lantai 4 JHS Hall sekolah yang berlokasi di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), menghadirkan dua bintang dunia freestyle basketball. Yakni bintang asal Jepang, Takumi Maekawa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan BUG (World Championship 2011 dan 2014), dan freestyle basketball asal Rusia, Kirill Kuprenko (World Championship 2016 dan 2017). Kehadiran mereka untuk berbagi pengalaman sebagai juara dunia freestyle basketball. BUG dan Kirill juga mempertontonkan berbagai trik mereka memainkan bola basket memakai beberapa bagian tubuh. “Intinya mereka sharing freestyle. Karena freestyle juga ada manfaatnya di basket, dan trik-triknya bisa dipelajari di formal game,” ujar Agung Christyantho, Pelatih Basket Saint John’s Catholic School itu, Kamis (27/9). Agung berharap kehadiran duo juara dunia freestyle itu mampu memberikan energi positif, sekaligus memberikan inspirasi kepada generasi muda, khususnya pada siswa-siswi Saint John’s Catholic School. “Seperti BUG misalnya, dia membiayai hidupnya dan keluarganya dari freestyle basket. Ini sangat menginspirasi, dan ada nilai positif dari event ini. Antusiasme siswa juga sangat tinggi. Semoga kedepan kami bisa menggelar event lainnya yang bisa memberi semangat menjalankan hidup dengan passion mereka masing-masing,” pugkasnya. (Adt)

Saint John’s Catholic School Adakan Zumba Bersama

Zumba-Saint-Jhon

Selepas Ujian Akhir Semester (UAS), Saint John’s Catholic School hari ini mengadakan olahraga zumba bersama. Acara ini diadakan untuk seluruh siswa dan guru serta staf. Retty N. Hakim selaku Public Relation Manager Saint John’s Catholic School menuturkan tujuan diadakan acara ini. “Acara ini lebih ke have fun ya sebenarnya untuk menjaga kebugaran. Tadi pagi juga ada acara musik. Jadi, mungkin anak-anak yang tidak terlalu tertarik dengan musik bisa tergali dan terapresiasi lagi di gymnasticnya. Sehingga dua-duanya dapat, musik dan olahraganya,” tuturnya Acara olahraga ini diadakan setiap setahun sekali. Selain zumba, Saint John’s Catholic School juga pernah mengadakan capoeira bersama. Retty juga menambahkan murid-murid merasa senang dan juga guru dapat melakukan pelajaran tambahan untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. “Mereka fun ya dan guru juga pakai acara ini untuk kreatifitas anak. Pernah saya lihat sehabis acara ini dan mereka disuruh membuat grup-grup kecil dan mereka membuat konsep olahraga mereka sendiri. Dan mereka bisa mencontoh dari gerakan-gerakan yang sudah dilakukan,”tambahnya Melalui acara ini, para siswa Saint John’s Catholic School diharapkan dapat belajar gerakan tubuh yang menyehatkan serta sebagai proses pendewasaan diri. “Anak-anak belajar mengenal gerakan-gerakan tubuh dan untuk kesehatan. Dan gerakan untuk zumba cewek agak berbeda karena gerakan-gerakan ini juga sebagai proses pendewasaan mereka juga,”ujar Retty N. Hakim (put)

Ini Hasil Akhir Basketball Competition Di Ajang Tahunan Saint john’s School BSD

saint-jhon-juara

Final basket competition high school yang di adakan di Sekolah Saint john’s school BSD Kota Tangerang Selatan telah melahirkan juara baru untuk setiap tingkatan sekolah menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMA). Final tersebut memakan waktu selama dua hari,dari tanggal 30-31 agustus 2017. Selain banyak juara per kategori yang di perebutkan juga waktu yang terbatas karena aktifitas sekolah saint jhon’s school tutup sampai jam 5. Berikut data tim sekolah tingkat SMP dan SMA di Tangerang yang menjadi juara di basketball competition yang di adakan di sekolah Saint john’s school. Kategori tim SMP putra adalah: Juara 1 : Kharisma Bangsa Juara 2 : SPH Lippo Village Juara 3 : SMP Kanaan Dan di kategori tim SMP putri Juara 1 : SPH Lippo Village Juara 2 : Santa Ursula BSD Juara 3 : SMPN 4 Tangerang Selatan Sedangkan kategori tim SMA putri di rebut oleh : Juara 1 : St. John’s Catholic School BSD Juara 2 : SMAN 7 Tangerang Selatan Dan di kategori tim SMA putra adalah : Juara 1 : Kharisma Bangsa Juara 2 : St. John’s Catholic School Juara 3 : SMAN 7 Tangerang Selatan (mrd/adt)

Berhasil Sedot 30 Partisipan Senior High School, St. John’s Catholic School Basketball Competition Masuki Babak Final

Senior High School Competition yang diadakan di St. John Catholic School, BSD

Sekolah yang terletak di Jalan Kencana Loka Raya No.8, Rw. Buntu, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Prov Banten ini Gelar turnamen basket antar sekolah. Beberapa diantara sekolah sejabodetabek yang ikut sebanyak 30 sekolah, kompetisi ini cukup rutin di lakukan biasanya dalam pertengahan bulan. Bagian publikasi di ajang kompetisi tahunan st jhon, Stefani mengatakan kepada nysnmedia.com, bahwa dalam bidang olahraga kita punya 3 agenda kegiatan. “Iya, tiap tahun acara ini kami lakukan secara rutin, ada 3 cabang olahraga yang di pertandingkan. Diantaranya adalah anggar, futsal, dan basketball. Dan dalam cabang basket sudah memasuki masa final.”ujar Stefani Stefani menambahkan bahwa setelah basket, senin depan akan di gelar kompetisi anggar dan futsal menyusul. “Selain basket, senin depan akan di gelar acara serupa tapi untuk cabang olahraga anggar, dan futsal menyusul.”tambah Stefani Dari pantauan nysnmedia.com, moment tradisi rutin St.Jhon dalam program tahunannya di khususkan hanya untuk tingkat SMA. Dalam pelaksanaan kompetisi basket berjalan dengan baik tanpa kendala.(adt)

Agung : Permainan Bola Basket Adalah Hobby yang Menghasilkan

Agung Christyantho yang lahir di Jakarta, pada tanggal 8 Agustus 1983 dengan history bermula bersekolah di SD ISLAMIC VILLAGE lalu melanjutkan ke sekolah SMPN 4 Kota Tangerang, lanjut ke sekolah SMA YUPPENTEK 1 dan akhirnya lulus dari kampus Univ. Mercu Buana Agung menceritakan pengalamannya masuk ke dunia olahraga kepada NYSN, bahwa dirinya terjun dari hobby bermain bola basket. “Berawal saat saya duduk di bangku sekolah menengah kejuruan, saat itu saya sangat senang dengan olahraga bola basket, di situ saya berlatih dan terus berlatih agar olahraga bola basket yang saya senangi ini bukan hanya sebuah hobby saja, tetapi berupaya untuk menjadi sebuah hal yang menghasilkan, oleh sebab senangnya dengan dunia basket yang saya tekuni, tangan saya sempat patah, namun semua itu dapat membuahkan hasil seperti yang saat ini saya lakukan.” Pungkas Agung Lebih lanjut Agung menambahkan bahwa dirinya sempat tidak mendapatkan restu sebagai tenaga pendidik. “Dulu sewaktu jaman saya sekolah, saya mendapat beasiswa 100%, sampai ibu saya bertanya, “kamu ini sekolah apa, kok tidak pernah ada bayaran ke sekolah”, tanya ibu saya, dan saat itu juga saya semakin semangat untuk membuktikan kepada orang tua saya. Karena agak menyangsikan keseriusan saya dalam bidang olahraga. Tambah Agung. Sementara begitulah kisah perjalanan guru penyabar yang saat ini masih mengabdikan sebagai guru olah raga di John’s Catholic School yang telah 8 tahun masa bhakti. Segudang pengalaman sempat singgah dalam kebanggaan yang terurai dalam sejarah, diantaranya : 1. Pelatih Tangsel untuk POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah), 2012, 2014 dan 2016 2. Pelatih Tangsel untuk event KEJURDA PELAJAR 3. Pelatih Banten untuk POPWIL dan POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional), 2013 dan 2015 4. Pelatih Banten untuk POSPENAS (Pekan Olahraga Antar Pondok Pesantren Nasional) 5. Pelatih terpilih dan mendapatkan Beasiswa dari TAHIR FOUDATION (Guang Zhou, Dongguan, Shenzen – Cina), 2015 6. Pelatih DBL INDONESIA ALL STAR Tim Putra 2015, setelah seleksi pelatih se-Indonesia dan mendapatkan basketball Trip to USA (Sacramento, San Fransisco, South Lake Tahoe, California) 7. Asisten pelatih Timnas Pelajar Putra di ajang ASG (ASEAN Schools Games), Chiangmai – Thailand, 2016 8. Coaching Staf / Advisor untuk Provinsi Banten (baik untuk level kejurnas atau pelajar). (ryo/adt)

Sabet juara 1, Nico : Jatuh cinta kepada wushu sejak umur 4 tahun

Tangsel – Wushu merupakan salah satu jenis bela diri yang ramah dan aman untuk anak-anak. Selain mencakup aspek olahraga, wushu juga melatih mental dan emosi anak. Wushu juga merupakan seni bela diri yang terfokus pada kelenturan, kecepatan, jurus, dan penampilan. Melatih gerakan wushu secara rutin dapat membuat tubuh anak menjadi tangkas, bahkan ketika otot anak masih lentur, tetapi mereka sudah bisa menerima instruksi dan menyerap gerakan yang dicontohkan oleh pelatihnya. Seperti yang tengah di tekuni oleh Nicolas Susanto (Nico) lahir pada 26 Juli 2005, merupakan putra dari Steve Marlon Susanto & Melyawati. Dan saat ini Nico masih berusia 12 tahun, Sekolah di Saint John’s Catholic school Bsd, dirinya mengaku gemar mengenal olahraga jenis Wushu sejak tahun 2009, “Nico mulai belajar wushu dari umur 4 tahun, semua berawal saat melihat aksi barongsai lalu suka, dari situ niko berlatih Wushu, itu juga karna keinginan Niko sendiri,” pungkasnya Selain Wushu, Niko juga mengaku kepada NYSN (8/5) pengalamannya menjuarai wushu tingkat junior dan suka dengan olahraga basket, walaupun hanya sekedar hobby saja. “Saya sangat menggemari wushu, luapan kecintaan terhadap wushu saya buktikan dalam arena pertandingan, akhirnya membuahkan hasil, saya berhasil menjadi juara pertama wushu tingkat junior.” Kata Nico Sementara itu, Steve Marlon Susanto ayah dari Nico mengatakan, dirinya mendukung 100% tentang apa yang menjadi kegemaran putranya, selama tidak mengganggu aktifitas kegiatan pokoknya. “Sepanjang tidak mengganggu sekolah formal kami sebagai orang tua mendukung saja, yang penting focus kepada 1 cabang olah raga, supaya dapat membuahkan prestasi.” Tutup Steve

Patah Lengan Bukan Halangan Bagi Pelatih Ini Untuk Tetap Berprestasi Dalam Bola Basket

agung-pelatih-basket

Kali ini NYSN mengangkat sosok sederhana dengan semangat besar, Agung Christianto, memulai karirnya sebagai atlet basket ketika di bangku SMP. Di latar belakangi kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga keluarganya di jadikan dorongan untuk tetap tegar menghadapi permasalahan. “Saya berasal dari keluarga broken home, jadi saya survive bermain bola basket. Jadi kalau sedang ada suatu masalah, saya larinya ke lapangan dan main basket. Daripada ke hal negatif lainnya.Walaupun pergaulan di sekitar saya banyak yang negatif, tapi saya tidak ikut-ikutan. Saya juga tidak merokok” ujar Agung. Agung menceritakan, ia beberapa kali mengikuti kejurda di SMA, dan mendapat beasiswa karena prestasinya dalam bidang olahraga basket ketika masuk kuliah sampai lulus, bahkan saat wisuda Agung juga mendapatkan uang pembinaan dari kampusnya. Sekitar tahun 2006, Agung mengatakan bahwa dirinya sempat berhenti berlatih bola basket karena mengalami cidera patah tangan dan merasa jadi kurang maksimal jika terus menjadi atlet basket. “Setelah cidera tersebut, disitulah terpikir bahwa mungkin saya bisa menyalurkan bakat saya lewat menjadi pelatih bola basket.” kata Agung. Selama menjadi pelatih basket, Agung sudah terlibat dalam Popda Tangsel, Popwil Banten dan Popnas Banten serta dipilih oleh Dispora sebagai advisor pelatih basket Provinsi Banten. Selain itu Agung juga terpilih sebagai pelatih DBL yang dikirim ke Amerika tahun 2015 yang melewati seleksi dari 45 pelatih se Indonesia dan Agung adalah pelatih pertama yang terpilih. Yang lebih istimewa lagi, Agung terpilih menjadi pelatih yang mendapat beasiswa dari Tahir Foundation Junior NBA. Pada tahun 2016 ia juga terlibat dalam Asian Schools Games dan melatih timnas pelajar U-18 dari kementrian pemuda dan olahraga di Thailand. Agung mengatakan kepada NYSN bahwa, berhasil mendapatkan beasiswa adalah sebuah prestasi yang membanggakan “Sangat bangga ketika mendapatkan beasiswa kuliah sampai orang tua saya bertanya apakah saya masih kuliah atau tidak karena saya tidak pernah meminta uang bayaran kuliah. Padahal itu semua karena saya mendapatkan beasiswa dan pada akhirnya dapat membanggakan orang tua saya.”ucap Agung Lebih lanjut Agung menambahkan, bahwa dirinya juga sedih telah mengalami cidera parah, dan akhirnya berujung pensiun bermain basket. “Sebenarnya ada perasaan sedih ketika tangan saya patah dan menjadi tidak maksimal sebagai atlet. Bahkan saya sempat harus dirawat. Tapi ada pula hikmahnya yaitu pacar saya suka jenguk bersama orang tuanya juga, akhirnya sekarang jadi istri saya, deh.” lanjut Agung seraya tertawa. Selama menjadi pelatih, suatu kebanggaan yang dirasakan Agung ketika pernah terpilih untuk menginjakkan kaki di Amerika, tempat kelahiran NBA dan bertemu dengan para pemain dan pelatih NBA. “Ke amerika bersama DBL, belajar mendalami basket disana dan nonton NBA serta terpilih sebagai junior NBA berangkat ke cina. Itu suatu prestasi yang membanggakan.” ungkap agung Sekarang, Agung melatih basket di sekolah Saint John’s BSD, tangsel dan sudah menelurkan banyak murid-murid berprestasi dalam olahraga basket di sekolah tersebut. “Tahun 2015 lalu, ada murid saint john’s yang terpilih berangkat bareng saya ke Amerika, saya sebagai pelatih utama. Sangat bangga, karena kita berjuang bareng-bareng. Keringatnya bareng, hasilnya juga bareng dan tidak terbuang sia-sia. Itu tidak akan bisa dibeli dengan apapun.” tutur Agung. Terakhir, Agung menutup perbincangan dengan NYSN dengan memberikan sedikit motivasi. “Terus berbuat baik, maka pada akhirnya hal-hal yang baik akan menghampiri kita. Banyak berdoa dan berikhtiar.” tutup Agung. (crs/adt)

Bola Basket: Pernah Diusir Dari Lapangan, Pelajar Ini Akhirnya Menuai Banyak Prestasi

bola basket: elisabeth yang berprestasi dalam MVP award dalam kejuaraan di SMP Pembangunan Jaya 2014, MVP award di Australian International School 2015, Honda DBL first team 2016, dan Golden Ticket Honda DBL Camp (terpilih sampai 24 besar) 2016

Elisabeth Steffi Adisurya Putra, sudah mulai berlatih bola basket sejak duduk di bangku kelas 7 SMP. Siswi kelas 12 di SMP Saint john’s BSD, tangsel ini mengakui bahwa bola basket merupakan olahraga yang sangat mengasyikkan. Prestasi individu yang telah diraih oleh elisabeth antara lain MVP award dalam kejuaraan di SMP Pembangunan Jaya 2014, MVP award di Australian International School 2015, Honda DBL first team 2016, dan Golden Ticket Honda DBL Camp (terpilih sampai 24 besar) 2016. Bersama tim bola basketnya, beberapa prestasi Elisabeth adalah juara 1 dalam Popda tahun 2016 dan juara 2 dalam Popwil tahun 2016. “Orang tua saya selalu menegur saya kalau malas latihan. Pelatih saya juga selalu memberi saya semangat latihan, karena beliau juga aku bisa berprestasi seperti sekarang ini.” ujar Elisabeth.(6/7) Elisabeth juga mengakui, bahwa dirinya pernah merasa lelah karena jadwal latihan yang terlalu padat. “Pernah latihan seminggu sampai 6 kali, rasanya capek banget dan mau berhenti aja. Tapi akhirnya saya berpikir lagi bahwa perjuangan saya sudah jauh. Sayang rasanya kalau berhenti begitu aja.” Namun untuk sekarang ini, Elisabeth sedang berhenti sementara untuk berlatih bola basket. Hal ini disebabkan karena dirinya sempat cidera pada Kejurkot beberapa waktu yang lalu dan harus menjalani operasi. “Jadi ceritanya lagi ikut kejurkot, terus pas lagi lari kencang mau putar balik, aku dengar ada bunyi di lututku. Keesokan harinya diperiksa ke Dokter hasilnya meniscusku robek. Akhirnya aku rutin menjalani terapi dan setelah itu bisa main lagi. Tapi terkadang masih suka merasa ada yang sakit ketika main basket.” kata Elisabeth menceritakan pengalaman cideranya. “Ketika sedang berlatih untuk Popnas, latian popnas aku sempat terjatuh lagi karena kaget ketika sedang melompat tiba-tiba didepanku ada pemain yang lain. Dua minggu setelah kejadian itu aku menjalani MRI di Dokter, hasilnya ternyata aku mengalami ACL, dan bulan April yang lalu aku menjalani operasi, jadi sekarang harus istirahat total dulu dari basket.” lanjutnya. Pelajar yang lahir di Jakarta, pada tanggal 8 Juni 2000 tersebut juga menceritakan sebuah pengalaman yang sampai saat ini selalu diingat olehnya. “Pernah ketika sedang latihan, aku jelek banget mainnya. Pelatih berkali-kali bilang jangan kayak gitu. Terus akhirnya pelatihku kesal dan aku diusir dari lapangan. Dia bilang ke aku, keluar luh, copot tali sepatu, yang maksudnya aku disuruh pulang.” tutur Elisabeth. Elisabeth mengakui bahwa ia mempunyai cita-cita menjadi seorang arsitek. Tapi ia juga berharap dapat menjadi seorang atlet basket dan bisa menjalani keduanya di masa mendatang. “Kalau mau sukses, jangan malas latihan. Meski ada satu titik kalian merasa jenuh, kalian harus lawan itu, pasti bisa jadi pemain yang hebat.” pesan Elisabeth.(crs/adt)

Dari Seorang Yang Pendiam, Hingga Dapat Medali Emas Di Bangkok Berkat Gymnastic

Gymnastic mulai merambah ke semua lini, peraturan-peraturan dalam senampun mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur. Dia adalah Kathleen, siswi kelas 5 di SD Saint John’s Meruya, merupakan siswi yang berprestasi dalam olahraga senam lantai gymnastic. Sejak 2 tahun yang lalu, Kathleen sudah mulai menggeluti bidang olahraga ini, dan itu adalah kemauannya sendiri. Menurut Silvania, ibunda Kathleen, anaknya memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh. “Kebetulan anaknya memang suka gerak. Dan Kathleen memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh ” ujar Silvania Silvania menceritakan bahwa awalnya ia bingung mau memasukkan Kathleen di bidang olahraga apa. Silvania sempat membawa Kathleen ikut trial ballet, tapi ternyata Kathleen tidak suka. Selain itu kathleen sangat pemalu jika diwawancara oleh media. “Kath bilang gurunya jahat, maksudnya galak. Karena kebetulan kelas ballet yang kath ikuti sedang mendekati waktu ujian ballet, jadi gurunya agak keras.”tambah Silvania. Setelah menelusuri melalui internet berbagai jenis olahraga yang kira-kira seperti apa yang disukai oleh Kathleen, Silvania akhirnya memberikan beberapa pilihan jenis olahraga pada Kathleen yaitu renang, wushu dan gymnastic. Kathleen memutuskan untuk mengikuti gymnastic. “Saya sempat tanya, nanti kalau gurunya keras bagaimana? Eh, anaknya bilang gapapa tetap mau. Dan akhirnya Kathleen memutuskan memilih untuk mengikuti gymnastic. ” kata Silvania. Kathleen juga sempat tidak mau ikut gymnastic lagi ketika awal diminta ikut kejuaraan. Menurut Silvania, Kathleen bersikap seperti itu karena dirinya merasa gugup, karena memang belum pernah mengikuti kejuaraan apapun sebelumnya. Juga karena latihan-latihan extra yang harus dijalani menjelang lomba dan guru yang lebih ketat, membuat Kathleen merasa tertekan. Sebagai orang tua yang ingin anaknya maju, Silvania tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan semangat kepada anak perempuan kesayangannya. “Saya beritahu, menang atau kalah tidak ada masalah, yang penting Kath sudah mencoba yang terbaik.”lanjut Silvania. Ternyata, di kejuaraan pertamanya, Kathleen berhasil meraih juara meskipun belum masuk di 3 besar. “Tapi itu sanggup menumbuhkan percaya dirinya, sampai sekarang setiap pertandingan membuat Kath semakin percaya diri, bahkan kalau saya tanya sekarang Kath sama sekali tidak ada rasa grogi waktu bertanding.” cerita Silvania. Semakin hari Kathleen semakin mencintai gymnastic, bahkan Kathleen mengatakan bahwa ia tidak akan pernah merasa bosan dengan olahraga tersebut. Kathleen juga menolak untuk pindah ke bidang olahraga lain ketika ditawari oleh ibunya. Prestasi Kathleen semakin lama semakin meningkat, berbagai prestasi telah diraihnya diantaranya: 1. Gold Medalist on Bangkok Gymnastics Moose Game Invitational Meet 2016 2. Gold Medalist on First Sonny Ty International Gymnastics Cup 2016 3. Juara 3 Invitasi Cabang Olahraga Senam Provinsi DKI Jakarta 4. 2rd on Vault Gavrila Gymnastics Festival International 5. 3rd on Overall Gavrila Gymnastics Festival International “Saya tidak mau memaksakan, nanti kalau dipaksa apa yang kita mau, malah anaknya tidak suka, nanti jadinya tidak enjoy.” tutup Silvania.(crs/adt)

Hobi Iseng-Iseng Luki Berbuah Menjadi Juara 1 Renang Popda

Hanya berawal dari mengisi waktu luang dan iseng-iseng, Luki akhirnya dapat berkembang dan mencetak berbagai prestasi yang sangat membanggakan dalam olahraga renang. Theodorus Luki, yang lahir di Jakarta, pada tanggal18 Agustus 2000 ini, merupakan siswa kelas XI di SMU Saint John’s BSD, Tangsel. Remaja yang sehari-hari dipanggil Luki ini sangat berprestasi di bidang olahraga renang. Tergabung dalam club renang bernama Citius Aquatic sejak kelas 3 SMP, membuat Luki banyak mendapatkan ilmu renang yang cukup untuk menjadikannya sebagai juara di berbagai kejuaraan. Dan ia tercatat sebagai salah satu perenang terbaik dalam Club tersebut. Prestasi yang berhasil diraih Luki antara lain Juara I Popda Banten dan Juara 3 Seleksi Nasional. Bagi Luki, orang tua dan juga orang-orang di sekitarnya sangat berperan dalam perjuangannya meraih prestasi karena selalu memberikannya dukungan positif. Menurut Luki, kejuaraan antar sekolah adalah hal yang paling seru, karena dirinya dapat bertemu dengan pelajar-pelajar dari sekolah lain dan saling membagi ilmu. “Terkadang saya harus mengurangi ikut kejuaraan untuk mengejar ketinggalan pelajaran, karena acara perlombaan renang cukup banyak yang mengadakan eventnya. Jadi kalau diambil semua pasti harus sering izin sekolah dan bisa tertinggal pelajaran.” ungkap Luki seolah menjelaskan kendala yang kadang terjadi. Luki yang mengikuti les bahasa inggris dan mandarin di luar sekolah, juga mempunyai hobby renang dan menyukai berbagai jenis olahraga. Luki yang bercita-cita ingin menjadi pebisnis handal sangat senang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan bidang management. Luki mengatakan kepada NYSN, bahwa latihan gaya dan pernapasan adalah hal tersulit untuk dipelajari sampai benar-benar mahir. Tapi jika rajin latihan, lama kelamaan akan terbiasa dan terlatih. “Saya amat sangat menggemari semua jenis makanan, namun tetap mengatur pola makannya untuk menjaga kondisi fisiknya dengan cara menghindari junk food. Karena menurutku, hal tersebut dapat membuat tubuh lebih mudah terserang penyakit.”tutup Luki (crs/adt)

Stevie Persiapkan Diri Untuk Bersaing Di Cabang Olahraga Bola Basket Popnas Semarang

Stevie (Kanan) saat sedang mewakili Banten dalam pertandingan Kejurnas

Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) adalah kegiatan olahraga multi event yang merupakan titik kulminasi pembinaan olahraga pelajar di Indonesia. Stevanie Suhori, kelas XI SMU Saint John’s BSD, Tangsel sangat hobby bermain basket memaparkan kepada NYSN awal bergelut di dunia bola basket. “Awal tertarik dengan basket waktu kelas 4 SD, karena diajak sama guru untuk bergabung di salah satu club basket.” ujar Stevie yang mulai ikut kejuaraan sejak kelas 5 SD.”paparnya Di kelas 2 SMP, Stevie mulai diundang untuk mengikuti seleksi daerah mewakili tangsel dan menang sehingga bisa melanjutkan untuk mewakili Banten. Tidak hanya sampai disitu, Stevie lanjut lagi mengikuti beberapa Kejurnas dan salah satunya menduduki peringkat 4. Pada bulan Mei tahun 2016, Stevie kembali mendapatkan juara I mewakili Tangsel dalam Popda yang diadakan di Pandeglang. Dan di bulan November 2016, Stevie mendapatkan peringkat 2 dalam Popwil di Yogyakarta. Dan saat ini, Stevie sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Popnas di Semarang bulan September nanti. Stevie menceritakan kepada NYSN, bahwa ia semakin mahir bermain basket ketika mulai rutin latihan untuk Popda. Dalam seminggu, Stevie berlatih 4-5 kali, yang akhirnya membuat Stevie juga lebih banyak mempunyai pengalaman setelah mengikuti berbagai kejuaraan. Remaja yang bercita-cita ingin menjadi Teknik Sipil tersebut juga mengakui bahwa dirinya merupakan orang yang mempunyai komitmen yang tinggi. “Saya sering datang lebih cepat dari jadwal latihan. Walaupun pelatih dan teman-teman belum datang, saya suka memulai latihan sendiri, itu komitmen yang selalu saya tanamkan terhadap diri sendiri.” Menurut Stevie, basket memang terkenal dengan ukuran tubuh yg tinggi, dan ia menyadari bahwa tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tapi ia mengatakan bahwa jangan selalu mengandalkan badan, karena yang terpenting adalah skill dan kepintaran kita dalam bermain basket. Dalam basket, Stevie unggul dalam menembak/shooter. Waktu latihan yang terkadang bertabrakan dengan jam sekolah membuat Stevie sering izin tidak mengikuti pelajaran sekolah. Akan tetapi, Stevie selalu aktif bertanya kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran yang dirasa tertinggal olehnya. “Semuanya harus balance, kalau dalam pelajaran mengalami penurunan, izin latihan bisa dicabut dari sekolah sampai nilai-nilai meningkat kembali.” ungkap remaja yang juga menyukai hampir semua bidang olahraga. Dengan portofolio basket dan ijazah akademiknya yang sangat berprestasi, Stevie sudah mengantongi beasiswa dari salah satu Universitas di luar negeri. Orang tua Stevie yang awalnya lebih mendukung Stevie untuk fokus pada sekolahnya, akhirnya membebaskan anaknya untuk tetap bermain basket karena prestasi yang Stevie tunjukan. “Basket itu hobby, cita-cita saya tetap Teknik Sipil, tapi saya tidak menolak untuk mengembangkan kemampuan basket saya sampai keluar negeri.” ujar Stevie kepada NYSN. Terakhir, Stevie menutup percakapannya bersama NYSN dengan memberikan pesan bahwa jika ingin sampai ke level yang lebih tinggi, harus selalu rajin latihan dan sangat penting untuk berkomitmen. “Memang butuh pengorbanan, tetapi semua rasa capek dan lelah akan terbayar dan sepadan dengan apa yang sudah kita perjuangkan.”imbuhnya (crs/adt)

Wow, Pelatih Anggar Ini Mencetak Ratusan Medali Untuk Muridnya Yang Berprestasi

FX Widi Dwi Anggono, mengenakan atribut khas Anggar. NYSN Media (06/07/17)

Pria kelahiran 23 Januari 1983 ini mulai berlatih anggar sejak tahun 2002, dan pernah mengikuti pra PON & PON di Palembang, Kalimantan, Riau, dan Bandung. Widi juga pernah menjadi juara 3 tingkat nasional individu dan regu, dan pernah ikut bertanding ke Eropa, Madrid, Israel, serta mengikuti latihan bersama di Jerman dan Ukraina. Pria yang bernama lengkap FX Widi Dwi Anggono, pelatih anggar di sekolah St. john’s BSD, tangsel yang mempunyai segudang prestasi di bidang yang di gelutinya. Diantaranya berhasil mencetak bibit Ekskul anggar di St. John’s pernah menjadi juara II Nasional pelajar pada tahun 2012 di Kalimantan, dan juga menjadi juara II Nasional di Kejurnas Anggar Jakarta, lalu ada 1 siswa yang ikut di kejuaraan Asia yang diadakan di Thailand. Disamping menjadi pelatih anggar dan wakil kepala sekolah bagian Olahraga di St. John’s, Widi juga menjabat sebagai Ketua Harian di IKASI Tangsel. Widi mulai mengajar di sekolah St. John’s sejak tahun 2007 dan pada tahun 2009, Widi membuka ekskul anggar di sekolah tersebut. Selama menjadi pelatih di St. John’s, Widi telah menyumbangkan sekitar 143 medali anggar untuk sekolah tersebut sejak tahun 2009-2017. “Olahraga anggar lebih ke pembentukan karakter dan fisik siswa, karena dapat mengembangkan sifat disiplin, kerja keras, teamwork, dan leadership di dalam diri para siswa dan siswi lewat latihan anggar. Biasanya untuk pemanasan full olah tubuh bisa memakan waktu sekitar satu jam.” ujar Widi. Widi juga mengatakan bahwa walaupun masih level pelajar, prestasi St. John’s dalam bidang anggar bisa bersaing dengan PPLP sekolah Atlet, dan mempunyai program yang cukup jelas dalam bidang olahraga tersebut. “Olahraga anggar juga dapat menjadi bekal yang cukup bagi para siswa yang berprestasi di bidang tersebut untuk mendapatkan beasiswa, bahkan sampai ke luar negeri.”tambahnya Mayoritas siswa yang ikut ekskul anggar adalah para siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi, yaitu di atas 40. Bahkan ada salah satu siswa yang disebut Widi sebagai siswa superior karena hanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dilatih dan ikut dalam kejuaraan. “Namun, belum banyak sekolah yang mau memasukkan olahraga anggar dalam ekskulnya. Biasanya karena faktor alat-alat yang harganya cukup mahal.” jelas Widi kepada NYSN.(crs/adt)

Sering Memar Saat Bertanding, Nanda Raup Simpatik Orang Tua Dengan Segudang Prestasi

Nanda, saat mewakili Indonesia dalam bidang olahraga Anggar di Thailand

Awalnya hanya coba-coba mengikuti ekskul anggar, hingga pada akhirnya tertarik dan menjadi serius dalam olahraga tersebut, remaja yang bernama Jayanto Nanda Putra sudah berlatih anggar dari kelas 2 SMP, Siswa kelas X di SMU St. John’s BSD, Serpong, Tangsel. Menurut Nanda, anggar merupakan olahraga yang unik dan mempunyai alat/senjata yang keren. Ia juga mengatakan kepada NYSN bahwa berlatih anggar tidak memerlukan waktu lama untuk bisa dimengerti. “Asal rajin nonton youtube aja lihat bagaimana para atlet bermain anggar.” ujar Nanda membagikan kiat agar cepat mahir bermain anggar. Siswa yang juga mempunyai hobby bermain game ini mengatakan bahwa selain dapat mengumpulkan banyak prestasi, ia juga dapat melatih mental dan keberaniannya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kejuaraan anggar. Namun, Nanda mengakui bahwa terkadang ia sulit membagi waktu antara latihan anggar dan pelajaran sekolahnya. Ia sering kali izin les karena harus mengikuti latihan. Walaupun begitu, remaja yang lahir di Jakarta, 27 November 2001 tersebut tetap giat mengejar ketinggalannya dalam pelajaran sehingga nilainya juga tetap memuaskan. Jika Nanda mengalami kegagalan dalam kejuaraan, hal tersebut tidak akan membuatnya patah semangat dan terus berjuang. Dan terbukti, perjuangannya membuahkan hasil. Nanda mempunyai cukup banyak prestasi, antara lain: 1. Juara 3 Junior High School Men Sabre SYNC 2014 2. Juara 1 Junior High School Men Sabre Highscope Cup 2015 3. Juara 3 OPEN Men Sabre Se JaBoDeTaBek 2015 4. Juara 1 Junior High School Men Sabre SYNC 2015 5. Juara 2 Junior High School Men Sabre PPLP Nasional di Solo 2015 6. Juara 2 Kejurda Men Sabre Cadet 2015 7. Juara 3 Kejurda Men Sabre Junior 2015 8. Juara 3 Men Sabre WalKot Cup 2016 9. Juara 1 KejurDa Men Sabee Cadet 2016 10. Juara 2 KejurNas Men Sabre Cadet 2016 11. Juara 1 KejurDa Men Sabre Junior 2016 12. Representing Indonesia at Korat, Thailand 13. Juara 3 Cadet Jakarta Open Fencing Festival 2 – 2016 Dukungan sempat tidak diberikan oleh orang tua Nanda ketika melihat tubuh Nanda banyak memar selama menjalani latihan anggar. Tetapi Nanda mampu membuat orang tuanya berubah pikiran dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang luar biasa. “Waktu di Thailand, aku bangga banget bisa mewakili Indonesia di tingkat Internasional. Walaupun tidak menang, tapi aku punya jaket Indonesia, rasanya bangga banget, walaupun banyak bekas memar di badanku.” ujar Nanda. “Kalau kalian ingin berprestasi, kalian harus giat berlatih dan mempunyai tekad yang tinggi agar bisa menjadi juara. Kalah gakpapa, karena kalah membuat kita belajar dari kesalahan dan bisa memperbaikinya. Salam Olahraga! Jaya!” tutup Nanda dengan semangat.(crs/adt)

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Hardyanshel Kesuma, siswa kelas X dari SMU St. John’s BSD, tangsel yang berprestasi dalam bidang olahraga anggar, dan sudah mengikuti berbagai kejuaraan. Pelajar yang sehari-harinya sering dipanggil Anshel ini sudah mengikuti ekskul anggar sejak duduk di kelas 8. Awalnya Anshel berminat pada olahraga badminton, tapi ternyata ia merasa bahwa anggar lebih menarik perhatiannya. Salah satu tujuan Anshel menekuni anggar juga karena jika berprestasi, dirinya bisa mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk mengikuti program beasiswa. Mayoritas kejuaraan anggar yang telah diikuti oleh Anshel adalah di tingkat provinsi. Salah satu prestasinya adalah juara II dalam Kejurda Banten. Anshel juga punya prestasi lain, yaitu di bidang matematika dan masih menekuni juga sampai sekarang. Berbeda dengan anggar, Anshel telah mengikuti kejuaraan matematika sejak di bangku SD dan sudah mengikuti kejuaraan sampai ke luar negeri. Meskipun dirinya bercita-cita menjadi Aktuaria, tetapi ia tetap mencintai anggar. Menurut Anshel, tidak ada kendala dalam membagi waktu belajar dan latihan. Walaupun pernah sesekali izin untuk berlatih anggar dan harus mengikuti ulangan harian susulan, tapi itu tidak sering terjadi dan tidak ada pengaruh buruk untuk nilai-nilai pelajaran sekolahnya. Orang tua Anshel juga mendukung dirinya untuk mengikuti berbagai kejuaraan anggar. Bagi orang tua Anshel, olahraga anggar belum banyak pesaingnya. Walaupun berprestasi, Anshel tetap pernah merasakan pengalaman pahit yaitu kalah dalam kejuaraan, dan hal tersebut dikatakan Anshel adalah hal yang tidak terlupakan. “Pernah waktu ikut kejurnas sempat merasa putus asa dan ingin menyerah karena merasa tidak bisa bermain dengan baik dan akhirnya mengalami kekalahan.”ujar Anshel. Akan tetapi Anshel terus mendapatkan dukungan dan selalu disemangati oleh pelatih dan orang tuanya, sehingga ia bisa bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai menghasilkan prestasi-prestasi yang membanggakan bagi sekolahnya. “Serius dalam latihan, dan setiap ada lomba ikut saja, kalah tidak apa-apa yang penting sudah mencoba dan bisa punya pengalaman.”tutup Anshel seraya memberikan pesan-pesan untuk para pelajar agar bisa meraih prestasi. (crs/adt)