Kisah Dua Bersaudara Atlet Fencer Yang Sarat Ambisi

Kisah Dua Bersaudara Atlet Anggar Yang Sarat Ambisi

Olahraga anggar sudah tak asing bagi Putri Faradilah dan Sandy Daffa Faradilah. Mewarisi bakat sang ayah yang merupakan fencer (atlet anggar) profesional era 1980-2000, dua bersaudara ini mulai mendunia. Orang tua merupakan role modele bagi anaknya. Pengalaman Hendra Faradilah melanglang buana ke berbagai penjuru negara, benar-benar memikat hati kedua anaknya. Ketertarikan berawal dari si sulung, Putri Faradilah. “Papa (panggilan Putri ke Hendra) kan pelatih. Awalnya ya iseng lihat, anggar itu bagaimana sih. Akhirnya tertarik, oh ternyata begini ya. Dari coba-coba malah ketagihan sampai sekarang,” ujar dara berusia 17 tahun itu, dikutip dari Jawa Pos Radar Solo. Sebelumnya, siswa kelas XII SMAN 4 Surakarta tersebut lebih tertarik ke dunia renang. Namun dia akhirnya beralih ke anggar saat duduk di bangku kelas I SD. Kini olahraga tersebut sudah menjadi bagian hidup Putri. Putri merupakan sosok yang tak kenal kata menyerah. Bisa dibilang tidak ada hari tanpa berlatih. Mulai dari matahari terbit, dari pukul 06.00-07.30. Dilanjutkan sesi kedua mulai 18.00-19.30. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Fencer kelahiran Palembang ini sudah mengantongi banyak prestasi. Mulai dari daerah hingga internasional. Jadi tak usah kaget jika namanya tercatat sebagai wakil dari Indonesia. “Saya bakal bertanding di FIE Junior World Cup: Men’ and Women’s Foil, Individual, and Teams di Bangkok, Thailand. Tentu saya akan mempersiapkan diri. Terutama di fisik,” bebernya. Ini bukan kejuaraan dunia pertama bagi Putri. Sebelumnya putri dari Dessy Arisandy ini pernah terbang ke Negeri Jiran. Dan berhasil meraih juara II Beregu Sabel Putri SEAFF Malaysia 2017. Dara manis tersebut optimistis bisa tampil maksimal plus membanggakan Indonesia di Negeri Gajah Putih. Tak sendiri, Putri berangkat bersama dua atlet lainnya. Salah satunya sang adik, Sandy Daffa Faradilah. “Kalau ini merupakan kejuaraan dunia pertama bagi saya,” imbuh Sandy. Terpaut empat tahun dengan sang kakak, Sandy juga tak kalah hebat. Fencer kelahiran 30 Mei 2008 ini sudah sering terjun di kejuaraan nasional. Salah satunya di Kejurnas Anggar 2022, dia berhasil menyabet medali emas. Prestasi dua bersaudara ini tidak diraih secara instans. Keduanya intens berlatih bersama sang ayah di rumah. “Sandy itu dulu melihat kakaknya (Putri) berprestasi. Terus dia ingin (ikut anggar). Jadi sering latihan bersama. Meski kakak beradik dan berbeda jenis kelamin, mereka tak mau kalah saat latihan,” cerita sang ayah. Sejak kecil memang sudah tertanam jiwa kompetitif tinggi. Tentunya mereka ingin menang, siapapun lawannya. Hendra pun sering mengingatkan bahwa keduanya merupakan saudara. Jadi kompetisi tidak boleh dibawa ke luar lapangan. “Kadang saya ingatkan kalau mereka itu kakak adik. Mereka juga tak mungkin bertemu, kenapa harus seperti itu (saling berlomba menang). Tapi namanya anak-anak dan atlet, tetap aja tak mau kalah,” jelas Hendra. Sementara itu, Hendra sendiri memulai karirnya sebagai fencer sekitar 1987. Mulai 1988 dia sudah mengikuti kejurnas berlanjut PON. Terakhir mengikuti Sea Games di Manila tahun 2005. “Prestasi yang belum pernah saya ikuti itu olimpiade. Jadi saya ingin anak atau anak didik saya bisa mencapai level tersebut,” kata Hendra. Soal kejuaraan di Bangkok yang bakal berlangsung 16-18 Desember ini, Hendra terus mendorong mental plus strategi bagi kedua anaknya. Targetnya tak muluk-muluk, yakni lulus di sesi gugur. Sebab, lawannya bukan ecek-ecek. Peta kekuatan yang dominan di pegang oleh tim Eropa. Seperti Perancis, Italia, dan Amerika Serikat. “Mereka ranking 1-10 besar dunia. Kalau kami masih awal, apalagi dua tahun ini puasa kompetisi level internasional (imbas Covid-19). Sehingga kami harus merangkak dari bawah dulu,” beber pria yang menjabat sebagai kepala bidang pembinaan prestasi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Kota Solo.

PB IKASI Harap Kejurnas Anggar 2022 Jadi Momentum Lahirkan Atlet Berprestasi

PB IKASI Harap Kejurnas Anggar 2022 Jadi Momentum Lahirkan Atlet Berprestasi

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI), Agus Suparmanto, membuka Kejurnas Anggar 2022. Ajang ini digelar di di Gelanggang Olahraga (GOR) POPKI Cibubur, Jakarta Timur pada Jumat, 28 Oktober 2022. Sebanyak 620 atlet dari 24 provinsi ikut serta dalam Kejurnas Anggar 2022 yang berlangsung pada 27 Oktober hingga 3 November 2022 ini. Agus mengatakan ini adalah bagian dari pembinaan untuk atlet anggar di semua umur. Selain itu Kejurnas Anggar 2022 ini juga digelar untuk melahirkan atlet-atlet terbaik dari cabang olahraga (Cabor) Anggar. Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan dalam kejuaraan ini antara lain Floret, Degen maupun Sabel untuk putra, putri dan beregu. “Dari seluruh daerah kita kumpulkan di sini, nanti kita pilih atlet-atlet mana saja yang potensial. Karena ini dari mulai tingkat pra-kadet, kadet, junior dan senior. Jadi seluruh umur,” kata Agus kepada awak media. Agus juga mengatakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan PB IKASI untuk memberikan pengalaman kepada para atlet demi mempersiapkan diri menghadapi event-event internasional seperti SEA Games, Asian Games hingga Olimpiade. Selain itu, dalam rangka menemukan parter sparing yang lebih baik, PB IKASI juga berencana mengirim 24 atlet ke Korea Selatan. “Kami lakukan pelatihan-pelatihan dan dalam dua minggu lagi kami akan kirim atlet-atlet ini ke Korea Selatan untuk berlatih bersama sehingga mereka semua bisa menambah pengalaman,” kata Agus. Menurut Agus, atlet-atlet Anggar Indonesia akan mendapatkan pengalaman berharga jika bisa berlatih tanding dengan atlet-atlet Korea Selatan. Pasalnya, atlet anggar Korsel berhasil menyumbangkan banyak medali pada ajang Asian Games 2018 dengan rincian enam medali emas, tiga perak dan enam perunggu. Sumbangan medali tersebut berhasil membawa Korsel menjadi juara umum. “Mereka juga punya salah satu atlet yang juara dunia. Kami juga punya hubungan baik, di mana rutin setiap tahun ada pertukaran. Sehingga atlet-atlet senang dan bisa mengukur kemampuan mereka. Karena anggar ini perlu sparing parter yang bagus dalam bertanding,” ujarnya. Dia mengakui pandemi COVID-19 telah menghambat semua aspek kehidupan termasuk program-program yang dicanangkan oleh PB IKASI. Pasalnya, kata dia, Cabor Anggar ilmunya lebih banyak di luar. Namun dia memastikan pihaknya tidak menyerah untuk memberikan pembinaan dan pelatihan yang baik bagi para atletnya. “Pandemi ini memang jadi masalah. Selama dua tahun ini kami sulit mengadakan pertandingan, dan keluar negeri juga lebih susah, tapi kami tak bisa stop begitu aja jadi kami carikan jalan keluarnya. Jadi ini adalah Kejurnas pertama setelah pandemi. Mudah-mudahan kita bisa melaluinya dan tetap bersemangat,” kata Agus. Sementara itu, Komite Eksekutif NOC Indonesia, Rafiq Hakim Radinal mengatakan pihaknya menyambut baik Kejurnas Anggar 2022 yang merupakan Kejurnas pertama yang digelar setelah pandemi. Selain itu, dia juga mendukung PB IKASI yang berencana mengirim 24 atletnya ke Korea Selatan. “Ini satu kemajuan yang sangat baik. Karena ketika pandemi kita semua sulit ya. Semoga ini bisa kembali melahirkan prestasi yang lebih baik. Saya lihat juga Ikasi memprioritaskan kepada pelatihan untuk para pelatih dan kesejahteraan dari para pengurus, pelatih dan seluruh ofisial dari Cabor Anggar,” kata Rafiq di lokasi. Adapun untuk para atletnya, Rafiq menilai PB IKASI juga memberikan perhatian yang cukup di mana para atletnya diberikan kesempatan untuk berlatih di luar negeri. Selain itu, dengan hadirnya perwakilan dari 24 provinsi pada Kejurnas Anggar 2022, juga menunjukkan kepedulian PB Ikasi kepada potensi-potensi yang ada di daerah-daerah. “Saya juga dengar peralatan dikirim dari PB Ikasi ke daerah-daerah, sehingga pembinaan di daerah insyaallah bisa jauh lebih baik. Sekarang gimana kita bantu agar pelatih juga bisa masuk ke daerah, karena atlet ini gak bisa berlatih tanpa pelatih yang baik di setiap provinsi,” tandas Rafiq.

Muda dan Berprestasi, Ini Profil Voryn Thalya Kiriwenno

Muda dan Berprestasi, Ini Profil Voryn Thalya Kiriwenno

Voryn Thalya Kiriwenno dikenal sebagai atlet anggar putri muda prestasi di tanah air. Voryn Thalya Kiriwenno merupakan atlet anggar yang kerap bertanding di nomor Floret Individual Putri. Seperti apa profil Voryn Thalya Kiriwenno di cabang olahraga tersebut? Berikut ulasannya! Voryn Thalya Kiriwenno dikenal sebagai atlet anggar muda perempuan kelahiran Ambon, 16 Juni 1997. Dilansir dari laman Kompasiana, Voryn Thalya Kiriwenno telah lebih dari 10 tahun menggeluti cabang olahraga anggar. Bahkan, ia disebut-sebut sudah memegang pedang semenjak masih berusia empat tahun. Atlet perempuan keren ini bergabung dengan tim anggar DKI Jakarta pada 2008, tepatnya saat umur Voryn baru 11 tahun. Voryn turut memperkuat di tim anggar DKI selama kurang lebih 10 tahun sampai tahun 2018. Pada 2019, ia tak lagi bersama DKI dan diketahui sudah bergabung dengan tim anggar Papua. Ia bahkan sudah pernah memenangkan medali untuk Papua saat bertanding di ajang PON XX Papua yang berlangsung 2021 kemarin. Voryn tercatat tak hanya mencetak prestasi di ajang-ajang olahraga nasional, tetapi juga internasional. Berbagai prestasi pernah diperolehnya, mulai dari kejuaraan di Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga Asian Games. Tahun 2012, Voryn berhasil menyumbangkan medali perunggu untuk tim DKI Jakarta di pertandingan berskala nasional pertamanya. Kala itu, ia bertanding mewakili ibukota di ajang PON XVIII yang berlangsung di Pekanbaru, Riau. Di tahun 2014, Voryn pernah pula menjuarai kejuaraan di Kalimantan Timur dan mengantongi dua medali emas. Pada 2016, putri dari Valencia Kiriwenno yang juga seorang atlet anggar itu memenangkan medali perak di PON XIX Jawa Barat. Selanjutnya pada 2018, Voryn kembali mencuri perhatian lantaran terlibat di ajang Asian Games dan menjadi atlet anggar peringkat 1 nasional. Tak cukup sampai di situ, sosoknya pernah pula meraih predikat peringkat 1 junior nasional di Kejuaraan Asia yang berlangsung di Dubai. Kemudian yang terbaru pada PON XX Papua 2021, atlet perempuan Indonesia berbakat ini menyumbangkan medali perunggu. Prestasi yang cukup membanggakan di usianya yang masih relatif muda.

Mengenal Radith, Atlet Termuda di IKASI Balangan

Mengenal Radith, Atlet Termuda di IKASI Balangan

Muhammad Radith Al Murtadha bocah berusia 11 tahun merupakan atlet termuda yang dimiliki oleh Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) Cabang Balangan yang disiapkan untuk bertanding dikejuaraan daerah maupun nasional. Menjadi pendatang baru di dunia anggar Kalsel. Radith baru mengenal anggar sejak satu bulan lalu lebih tepatnya pada Oktober 2021, ia pun langsung bergabung dengan kawan-kawan yang lebih tua dari usianya. “Radith akan kami siapkan untuk ajang Kejurprov kelas kadet dan junior, karena umurnya masih sangat muda jadi bisa mengikuti dua kelas kelompok umur,” kata Pelatih IKASI Balangan M. Faisal di Paringin, Sabtu. Dia melanjutkan, pada event Kejurprov yang diikuti oleh IKASI Balangan, Radith harus memulai langkah pada babak kualifikasi yang begitu berat karena bergabung dengan para atlet yang sudah malang melintang disetiap event anggar di Kalsel. Hal tersebut, ujar Faisal, tidak membuat nyali Radith ciut menghadapi lawannya. Dibuktikannya dengan hasil dua kali menang sehingga lolos pada babak 32 besar. Namun di babak tersebut Radith kembali mendapat hadangan berat dari unggulan pertama dan membuat langkah Radith pun terhenti. Terpisah, Rifany Hamzah selaku orang tua Radith, saat ditemui usai pertandingan cukup terharu dan juga bangga melihat perjuangan anak pertamanya bertanding di arena sebesar itu sembari memeluk putra kesayangannya. “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pengurus IKASI Balangan, yang mana telah bersedia menerima anak saya menjadi atlet anggar Bumi Sanggam ini,” ucap Rifany dengan nada terharu.

Atlet Termuda Timnas Anggar Asian Games Asal Kaltim Sabet Emas Kejurnas 2018, IKASI DKI Akui Minim Skuat Junior

Ketua Pengprov IKASI Kaltim, Muslimin bersama para atlet peraih medali Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Anggar 2018 di GBK Arena, Senayan, pada Sabtu (3/11). Eks atlet Asian Games 2018 yang baru berusia 16 tahun, Gabhy Novitha (hijab hitam), berhasil menyabet medali emas, untuk kategori Sabel putri junior. (tribunnews.com)

Jakarta– Pengurus Provinsi (Pengrov) Ikatan Anggar DKI Jakarta mengirim 80 atlet pada Kejuaraan Nasional di GBK Arena, Senayan, 1–4 November. Tim anggar Ibu Kota menargetkan dua medali emas di kejuaraan itu. Ketua Ikatan Anggar DKI Jakarta M Suradji mengatakan tak ingin muluk-muluk target timnya di kejurnas tersebut. Apalagi, ini merupakan agenda keduanya setelah terpilih menjadi Ketua Umum Ikatan Anggar DKI Jakarta periode 2018–2022, Oktober lalu. Bahkan, mereka juga tak diperkuat beberapa atlet andalannya, termasuk Inka Mayasari (senior foil putri). “Pengurus kami baru saja dibentuk. Jadi, kami realistis saja bahwa target kami dua medali emas di kejurnas ini. Apalagi, dua pemain andalan kami tidak tampil karena sedang berada di Amerika Serikat,” kata M Suradji. Meski begitu, Suradji mengatakan DKI tetap berpeluang meraih medali emas di ajang itu. Dia berharap mendapatkannya dari nomor EP senior putra, dan foil kaadet pemula. Sementara nomor lainnya masih didominasi daerah lain seperti Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Selain itu, Suradji juga menambahkan jika atlet anggar DKI ini merupakan dari hasil se leksi dari Kejuaraan Provinsi DKI Jakarta, 27–28 Oktober lalu. Jadi, kejuaraan nasional ini, nantinya akan menjadi kesempatan mereka membuktikan yang terbaik agar bisa membela DKI Jakarta di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua. “Para atlet ini, kami seleksi dari kejurprov akhir Oktober lalu. Atlet ini yang menjadi cikal-bakal skuat PON 2020 di Papua,” kata Suradji, didamping Sekjen Ganefiono. Suradji mengakui terjadi kekosongan atlet anggar dari level junior ke senior. Hal inilah menjadi tugas pengurus baru untuk mengisi kekosongan tersebut. “Di sini atlet masih banyak yang butuh peningkatan. Kekosongan level junior ke senior juga sangat terbatas,” ungkapnya. Sementara itu, atlet Ikasi Kalimantan Timur (Kaltim), tampil apik pada Sabtu (3/11). Sejauh ini empat atlet Kaltim sukses menembus zona medali. Bahkan eks atlet Asian Games 2018, Gabhy Novitha, berhasil menyabet medali emas, untuk kategori Sabel putri junior. Disusul Eka yang meraih medali perak sabel putri junior, Agnes meraih perak kadet degen Putri, dan Risnu Affan dengan medali perunggu foil kadet putra. Pada Kejurnas ini, Ikasi Kaltim mengirimkan full tim 48 atlet, termasuk 12 junior dan 12 senior. Sekedar catatan, Gabhy berhasil menembus timnas Anggar Indonesia di ajang Asian Games 2018, dengan usia terbilang masih sangat belia, 16 tahun. Perjalanan menuju Asian Games memang tak mudah, bagi atlet yang saat ini masih berstatus siswi Sekolah Khusus Olahraga Internasional (SKOI) Kaltim ini. Dara kelahiran Samarinda 2002 harus melewati sejumlah tantangan mulai kategori kadet, junior, hingga senior. Ia Terlahir dari darah atlet, lantaran ibunya berstatus atlet anggar Kaltim PON 2016. Bakat besar Gabhy sudah tercium sejak 2015 lalu, usai sukses menyabet 3 medali emas, di Kejuaraan Thailand Sport School Game. (Adt)

Jelang Kejurnas Anggar Pada November, IKASI DKI Jaya Gelar Kejurprov 27-28 Oktober

Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) DKI Jaya di bawah komando Ketua Umum Suradji periode 2018-2022 yang terpilih dalam Musprov, segera menggelar Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) pada 27-28 Oktober. (tribunnews.com)

Jakarta- Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) DKI Jaya di bawah komando Ketua Umum yang baru, Suradji, periode 2018-2022 yang terpilih dalam Musprov, segera menggelar Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) pada 27-28 Oktober. Ketua Pengprov Ikasi DKI Jaya, Suradji mengatakan tujuan kejurprov ini digelar yakni  persiapan kejuaraan nasional (Kejurnas) pada 1-7 November yang akan berlangsung di Jakarta, dan ajang seleksi atlet pelatda menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua. “Kami harus bergerak cepat, karena kami harus mempersiapkan atlet menghadapi kejurnas yang waktunya sudah dekat. Selain itu, kami harus menggelar pelatda menghadapi PON 2020 mendatang,” kata Suradji, di sela-sela Rapat Persiapan Kejurprov di Jakarta, pekan lalu. Kejurprov mempertandingkan nomor, pra-kadet U-12-14 tahun (foil), kadet 14-17 (foil, EP, saber) putra-putri, yunior 17-20 tahun semua nomor, senior 20 tahun ke atas semua nomor. Sementara untuk pembinaan, akan dilangsungkan nomor usia dini di bawah 12 tahun, khusus untuk nomor foil. Sekretaris Umum Pengrov Ikasi DKI Jaya, Ganefiono mengatakan, diharapkan prestasi para atlet DKI Jaya menjadi barometer daerah lainnya. Ia juga mengatakan, khusus untuk Kejurprov ini, atlet SEA Games dan Asian Games, mendapat fasilitas wild card dalam kejurnas nanti. “Selama ini Ikasi DKI Jaya belum memberikan kontribusi yang maksimal untuk DKI Jaya maupun nasional. Namun, dengan kepengurusan baru ini prestasi akan lebih baik. Dan mudah-mudahan permintaan Ketua Umum Ikasi Pusat, agar DKI Jaya menjadi barometer bisa terjawab,” paparnya. (Adt)

Olahraga Mahal? Inilah 4 Fakta Unik Olahraga Anggar

Apakah #SobatMudaNYSN tau tentang olahraga Anggar? Mungkin masih kurang akrab dengan salah satu cabang olahraga ini. Anggar merupakan ilmu beladiri yang dibekali dengan senjata. Lalu berkembang menjadi senibudaya olahraga dengan mengandalkan keterampilan dalam memanfaatkan kelincahan tangan menggunakan senjata yang menutamakan pada teknik kemampuan seperti memotong, menusuk atau menangkis senjata lawan. Pada zaman dahulu Anggar merupakan satu cabang olahraga yang diajarkan di sekolah – sekolah Eropa untuk melatih keahlian dalam menggunakan senjata tajam. Saat ini Anggar menjadi salah satu cabang olahraga resmi yang dipertandingkan di berbagai kejuaran. Namun ternyata ada beberapa fakta Unik soal cabang olahraga anggar yang wajib diketahui lho. Seragam Berwarna Putih Di antara cabang olahraga lainnya, anggar memiliki warna standar baju yang berbeda. Baju cabang olahraga ini menggunakan seragam berwarna putih dan terbuat dari sutra. Enggak heran kalau baju anggar terlihat lebih mewah. Olahraga Mewah Bukan hanya karena seragamnya yang berwarna putih dan terbuat dari sutra, anggar juga dikatakan sebagai olahraga mewah karena harga peralatan mainnya yang mahal, mulai dari penutup kepala hingga pedang yang digunakan harganya cukup menguras kocek. Saking mahalnya, akhirnya beberapa orang membuka penyewaan peralatan dan baju anggar. Pedang Anggar Pedang anggar ternyata telah mengalami modifikasi siring berjalannya waktu, lho. Dulu, anggar terkenal di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Rakyat Indonesia tidak menggunakan pedang, tapi bamboo runcing, keris, dan tombak. Seiring berjalannya waktu dan melalui proses panjang, akhirnya olahraga anggar mengalami banyak perubahan. Pedang dalam permainan anggar dimodifikasi lebih ringan, ramping, dan tidak terlalu tajam. Bagian atas dan bawah juga dibuat sedemikian rupa sesuai fungsinya untuk menyerang dan menangkis. Bagian depan pedang sengaja dibuat tumpul, agar tidak melukai lawan saat tertusuk. Pedang yang sekarang digunakan saat ini pun tidak seperti pedang perang masa penjajahan pada masa dulu. Penutup Kepala yang Unik Seragam anggar semakin unik dengan tambahan penutup kepala seperti helm. Penutup kepala ini hampir mirip seperti penutup kepala di olahraga baseball. Fungsi penutup kepala adalah sebagai pelindung wajah dari serangan lawan dan desainnya sengaja dibuat tertutup rapat untuk menghindari cidera akibat goresan pedang. Sumber: cewekbanget.grid.id, etc.

Jelang Asian Games 2018, Cabor Anggar Gelar West Java International Fencing Championship 2018

PB Ikasi menggelar Kejuaraan Internasional di Sentul, Bogor, yang bertajuk West Java International Fencing Championship 2018. (bolasport.com)

Jakarta- Paska menggelar kejuaraan berskala provinsi bertajuk Sirkuit Anggar Jawa Barat, Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB Ikasi) kembali mengadakan kejuaraan anggar. Event ini ialah West Java International Fencing Championship 2018, di Wisma Padepokan Voli, Sentul, Bogor, pada 28-29 April. Ajang ini diadakan dalam rangka meramaikan kegiatan menjelang Asian Games 2018. Selain itu, ajang ini juga berguna mengakrabkan komunitas anggar di Indonesia, maupun Asia Pasifik. Beberapa tim dari negara Asia Pasifik berpartisipasi, seperti Singapura, Malaysia, Brunei dan Taiwan. “Dengan semakin bertambah dalam jumlah partisipasi negara yang hadir. Tim-Tim dari Korea Selatan, Irak, Hongkong, Japan, China adalah yang sangat diperhitungkan di Asia,” ujar Asyanti Rozana Thalib, Ketua Pelaksana Kejuaraan West Java International Fencing Championship 2018, Sabtu (28/4). Kehadiran atlet asing tentu saja menjadi nilai penting dan kesempatan besar bagi atlet Indonesia. Para atlet dapat bertemu dan mencoba langsung kelebihan atlet-atlet dari negara lain. Selama ini, hanya sebagian kecil atlet Indonesia yang sempat merasakan pertandingan di luar negeri. Untuk itu pun mereka harus mengeluarkan biaya sendiri guna menambah jam terbang dan mengasah kemampuan pada kejuaraan terbuka di negara lain. Beberapa klub dan Pengprov juga bahkan telah menyiapkan sejumlah atletnya. Secara umum West Java International Fencing Championship 2018 mempertandingkan tiga nomor, yakni Foil, Epee dan Sabre. Pembagian kategori usia yang diperlombakan meliputi kategori usia 12 tahun (U-12), usia 14 tahun (U-14), serta kelompok senior/open dan veteran kelompok umur 50 sampai dengan 59 tahun. (art)

Targetkan 1000 Atlet Ikut Serta, IKASI Jabar Gelar Kejuaraan Anggar Internasional di Sentul

Kejuaraan anggar Internasional bertajuk Jabar Open 2018, akan berlangsung pada 28-29 April medatang di Sentul, Bogor, Jawa Barat. (net)

Bandung- Enam negara Asia dipastikan akan mengikuti kejuaraan anggar Internasional bertajuk Jabar Open 2018. Ajang ini rencananya digelar pada 28-29 April 2018 di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Enam negara yang sudah memastikan ikut adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Sementara Hongkong masih dalam penjajakan. Hal itu dikatakan Ketua Pengprov IKASI (Ikatan Anggar Seluruh Indonesia) Jawa Barat, Asyanti Rozana Thalib, pada Jumat (6/4) malam, di Bandung. Menurut Asyanti, kejuaraan ini dihelat guna mengukur kemampuan atlet anggar di Indonesia, khususnya Jabar agar bisa bersaing di tingkat internasional. “Selama ini IKASI Jabar hanya menggelar Sirkuit anggar di beberapa daerah di Jabar. Sekarang kami mencoba menggelar event internasional dengan nama Jabar Open,” jelas Asyanti. Asyanti berharap seluruh atlet anggar perwakilan daerah di Indonesia bisa tampil di even internasional ini. “Target kami atlet yang ikut kejuaraan anggar internasional ini sebanyak 750 sampai 1000 atlet, karena kejuaraan anggar sirkuit saja rata-rata diikuti 500 atlet,” tegas politisi Fraksi PDIP ini. Asyanti juga berharap kejuaraan ini bisa membuat para atlet anggar di Indonesia bisa lebih baik lagi dan mampu bersaing hingga ke tingkat internasional. Dengan jumlah peserta yang banyak, ia berharap menjadi tantangan bagi atlet Indonesia. “Saya melihat Indonesia ini masih bisa menjadi juara kejuaraan anggar tingkat internasional asal rutin digelar. Rencananya Jabar Open ini akan menjadi agenda rutin IKASI Jabar,” tukas Ketua Panitia Anggaran (Panggar) DPRD Jawa Barat ini memaparakan. Kejuaraan ini akan mempertandingan Kelompok Usia 12 sampai 14 tahun (KU) dan semua yang ikut akan ambil bagian merupakan para atlet yang disiapkan daerah untuk PON 2020 mendatang. “Ini sangat bagus buat mengasah persiapan mereka, dan sebelum diturunkan di ajang nasional nanti seperti PON,” tambahnya. “Dan semua nomor akan kita tampilkan yaitu, degen, floret serta sable. Atlet-atlet kita di Jawa Barat akan diturunkan semua, karena ini sangat penting bagi mereka untuk persiapan PON dan Asian Games, sekaligus untuk memberikan kesempatan bagi para atlet pelatnas,” ujar 75 persen atlet anggar sudah masuk daftar sebagai peserta. “Kita berharap, Sumsel, Sulses dan Jatim yang saat ini menjadi daerah terkuat bisa mengikuti kejuaraan ini. Agar persaingan makin ketat dan bagus untuk menguji atlet muda kita,” pungkasnya. (Art)

Berhasil Lahirkan Bibit Berbakat, Wakil Ketua IKASI Banten Terus Mengkampanyekan Olahraga Anggar

Widi Dwi Anggono (Tengah) kepala IKASI (Ikatan Olahraga Anggar Seluruh Indonesia).

Olahraga anggar merupakan permainan olahraga aksi yang sudah populer di kalangan anak muda. Prajurit berpedang ala jaman romawi dengan pakaian jubah berbahan besi, anggar menjadi olahraga menggunakan pedang. Sosok Widi Dwi Anggono adalah pelatih, guru, juga mantan atlet nasional dari provinsi Banten. Yang mengenali anggar sejak tahun 2003 yang sekarang berusia 34 tahun. Dan saat ini menjabat sebagai ketua harian IKASI (Ikatan Olahraga Anggar Seluruh Indonesia) Tangsel. Karirnya kepelatihanya berawal dari mengambil jurusan keolahragaan specialist fencing/anggar di universitas negeri jakarta. “Saya kuliah di universitas negeri jakarta dan mengambil jurusan keolahragaan. Juga mengambil specialist di fencing/anggar,”ujar widi. Malang melintang mengajar pelatih anggar ini sempat berpindah pindah. Perjalanan karir melatih anggar bermula dari 2005 di Sekolah ST.Peter School di Kelapa Gading, ST. jhon School, Sinarmas World Academy, dan Nanyang School. Kemudian tahun 2007 ia pindah bekerja ke sekolah-sekolah di BSD Tangerang Selatan dan mengembangkan anggar di seputar Tangsel sampai dengan saat ini, dengan alasan agar lebih mudah memasyarakatkan olahraga anggar melalui sekolah. “Karena saya adalah guru olahraga sehingga memudahkan saya untuk mengembangkan anggar di sekolah tersebut. Salah satu murid anggar saya adalah “derby Romero” (artis kepompong) video klip Tuhan Tolonglah,”papar widi. Berikut peraihan prestasi yang telah diraih sang pelatih baik kejuaraan antar sekolah, pelajar dan PPLP, kejurda Banten, open tournament, sampai kejurnas. 1. ST.John School (114 medali selama 8thn) 2. Sinarmas World Academy (8 medali) Lebih lanjut juga memaparkan kepada nysnmedia.com bahwa kecintaannya terhadap anggar merupakan kebanggaan bagi dirinya. “Kecintaan saya terhadap anggar yang mendorong saya untuk menyisihkan waktu dan tenaga untuk memajukan dan memasyarakatan olahraga ini, hingga rasa bangga bila melihat anak didik kita menjadi juara,”lanjut Widi. Selain itu, atas kecintaanya terhadap olahraga anggar, di foto prawedding dengan sang istri juga mengusung konsep ala anggar. Dan putri cantikya bernama bernama Eunoia Sabela Alessandra juga memiliki arti bagian dari olahraga tersebut. Widi juga menambahakan “Sabela artinya Sabre, salah satu jenis senjata di anggar,”tutup Widi. (mrd/adt)

Nico : Bila Anda Melakukan Yang Terbaik, Anda Tidak Akan Pernah Merasa Kalah

Nicholas bersama Ibundanya

Pertama kali Nicolas mengenal olahraga Anggar adalah karena Pendeta dari Gereja orangtuanya merupakan seorang atlet Anggar yang pernah bermain di Sea Games.

PABBSI Kaltim Sampai Saat Ini Belum Siapkan Lifter Untuk Mengikuti Popnas

Ilustrasi : Lifter Angkat Berat. Foto : tribunnews

Samarinda – Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2017 diselenggarakan di Semarang, Jawa Tengah. Namun, menurut Sugeng Mochdar, sekretaris Pengprov Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABBSI) Kalimantan Timur mengaku belum pasti apakah cabang angkat besi akan turut serta dalam POPNAS 2017. Sugeng pun akan menemui Dispora Kaltim untuk mengonfirmasi kepastian disertakannya cabang angkat besi sebagai bagian kontingen Kaltim. “Informasinya angkat besi rencananya tidak diikutsertakan, sehingga kami perlu mendapatkan penjelasan dari Dispora Kaltim, kenapa cabang angkat besi ini tidak diikutsertakan ke POPNAS,” ungkap Sugeng yang dilansir dari antara PABBSI Kaltim sebenarnya sudah siap menurunkan 10 atlet yang siap untuk POPNAS. Rata-rata mereka adalah atlet junior yang berasal dari SKOI Kaltim. Tetapi karena kondisi defisit anggaran keuangan Dispora Kaltim, membuat Tim angkat besi berencana mencoret keikutsertaannya. Kondisi tersebut membuat pihak pengurus dan atlet kecewa lantaran angkat besi termasuk andalan yang mengharumkan nama Indonesia di olimpiade. Sesuai lansiran kaltim.com, pihak pengurus mengatakan “Kami pengurus dan atlet sangat kecewa apalagi kalau hal ini terbukti angkat besi tidak diikutsertakan.” Jelasnya.

Wow, Pelatih Anggar Ini Mencetak Ratusan Medali Untuk Muridnya Yang Berprestasi

FX Widi Dwi Anggono, mengenakan atribut khas Anggar. NYSN Media (06/07/17)

Pria kelahiran 23 Januari 1983 ini mulai berlatih anggar sejak tahun 2002, dan pernah mengikuti pra PON & PON di Palembang, Kalimantan, Riau, dan Bandung. Widi juga pernah menjadi juara 3 tingkat nasional individu dan regu, dan pernah ikut bertanding ke Eropa, Madrid, Israel, serta mengikuti latihan bersama di Jerman dan Ukraina. Pria yang bernama lengkap FX Widi Dwi Anggono, pelatih anggar di sekolah St. john’s BSD, tangsel yang mempunyai segudang prestasi di bidang yang di gelutinya. Diantaranya berhasil mencetak bibit Ekskul anggar di St. John’s pernah menjadi juara II Nasional pelajar pada tahun 2012 di Kalimantan, dan juga menjadi juara II Nasional di Kejurnas Anggar Jakarta, lalu ada 1 siswa yang ikut di kejuaraan Asia yang diadakan di Thailand. Disamping menjadi pelatih anggar dan wakil kepala sekolah bagian Olahraga di St. John’s, Widi juga menjabat sebagai Ketua Harian di IKASI Tangsel. Widi mulai mengajar di sekolah St. John’s sejak tahun 2007 dan pada tahun 2009, Widi membuka ekskul anggar di sekolah tersebut. Selama menjadi pelatih di St. John’s, Widi telah menyumbangkan sekitar 143 medali anggar untuk sekolah tersebut sejak tahun 2009-2017. “Olahraga anggar lebih ke pembentukan karakter dan fisik siswa, karena dapat mengembangkan sifat disiplin, kerja keras, teamwork, dan leadership di dalam diri para siswa dan siswi lewat latihan anggar. Biasanya untuk pemanasan full olah tubuh bisa memakan waktu sekitar satu jam.” ujar Widi. Widi juga mengatakan bahwa walaupun masih level pelajar, prestasi St. John’s dalam bidang anggar bisa bersaing dengan PPLP sekolah Atlet, dan mempunyai program yang cukup jelas dalam bidang olahraga tersebut. “Olahraga anggar juga dapat menjadi bekal yang cukup bagi para siswa yang berprestasi di bidang tersebut untuk mendapatkan beasiswa, bahkan sampai ke luar negeri.”tambahnya Mayoritas siswa yang ikut ekskul anggar adalah para siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi, yaitu di atas 40. Bahkan ada salah satu siswa yang disebut Widi sebagai siswa superior karena hanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dilatih dan ikut dalam kejuaraan. “Namun, belum banyak sekolah yang mau memasukkan olahraga anggar dalam ekskulnya. Biasanya karena faktor alat-alat yang harganya cukup mahal.” jelas Widi kepada NYSN.(crs/adt)

Sering Memar Saat Bertanding, Nanda Raup Simpatik Orang Tua Dengan Segudang Prestasi

Nanda, saat mewakili Indonesia dalam bidang olahraga Anggar di Thailand

Awalnya hanya coba-coba mengikuti ekskul anggar, hingga pada akhirnya tertarik dan menjadi serius dalam olahraga tersebut, remaja yang bernama Jayanto Nanda Putra sudah berlatih anggar dari kelas 2 SMP, Siswa kelas X di SMU St. John’s BSD, Serpong, Tangsel. Menurut Nanda, anggar merupakan olahraga yang unik dan mempunyai alat/senjata yang keren. Ia juga mengatakan kepada NYSN bahwa berlatih anggar tidak memerlukan waktu lama untuk bisa dimengerti. “Asal rajin nonton youtube aja lihat bagaimana para atlet bermain anggar.” ujar Nanda membagikan kiat agar cepat mahir bermain anggar. Siswa yang juga mempunyai hobby bermain game ini mengatakan bahwa selain dapat mengumpulkan banyak prestasi, ia juga dapat melatih mental dan keberaniannya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kejuaraan anggar. Namun, Nanda mengakui bahwa terkadang ia sulit membagi waktu antara latihan anggar dan pelajaran sekolahnya. Ia sering kali izin les karena harus mengikuti latihan. Walaupun begitu, remaja yang lahir di Jakarta, 27 November 2001 tersebut tetap giat mengejar ketinggalannya dalam pelajaran sehingga nilainya juga tetap memuaskan. Jika Nanda mengalami kegagalan dalam kejuaraan, hal tersebut tidak akan membuatnya patah semangat dan terus berjuang. Dan terbukti, perjuangannya membuahkan hasil. Nanda mempunyai cukup banyak prestasi, antara lain: 1. Juara 3 Junior High School Men Sabre SYNC 2014 2. Juara 1 Junior High School Men Sabre Highscope Cup 2015 3. Juara 3 OPEN Men Sabre Se JaBoDeTaBek 2015 4. Juara 1 Junior High School Men Sabre SYNC 2015 5. Juara 2 Junior High School Men Sabre PPLP Nasional di Solo 2015 6. Juara 2 Kejurda Men Sabre Cadet 2015 7. Juara 3 Kejurda Men Sabre Junior 2015 8. Juara 3 Men Sabre WalKot Cup 2016 9. Juara 1 KejurDa Men Sabee Cadet 2016 10. Juara 2 KejurNas Men Sabre Cadet 2016 11. Juara 1 KejurDa Men Sabre Junior 2016 12. Representing Indonesia at Korat, Thailand 13. Juara 3 Cadet Jakarta Open Fencing Festival 2 – 2016 Dukungan sempat tidak diberikan oleh orang tua Nanda ketika melihat tubuh Nanda banyak memar selama menjalani latihan anggar. Tetapi Nanda mampu membuat orang tuanya berubah pikiran dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang luar biasa. “Waktu di Thailand, aku bangga banget bisa mewakili Indonesia di tingkat Internasional. Walaupun tidak menang, tapi aku punya jaket Indonesia, rasanya bangga banget, walaupun banyak bekas memar di badanku.” ujar Nanda. “Kalau kalian ingin berprestasi, kalian harus giat berlatih dan mempunyai tekad yang tinggi agar bisa menjadi juara. Kalah gakpapa, karena kalah membuat kita belajar dari kesalahan dan bisa memperbaikinya. Salam Olahraga! Jaya!” tutup Nanda dengan semangat.(crs/adt)

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Hardyanshel Kesuma, siswa kelas X dari SMU St. John’s BSD, tangsel yang berprestasi dalam bidang olahraga anggar, dan sudah mengikuti berbagai kejuaraan. Pelajar yang sehari-harinya sering dipanggil Anshel ini sudah mengikuti ekskul anggar sejak duduk di kelas 8. Awalnya Anshel berminat pada olahraga badminton, tapi ternyata ia merasa bahwa anggar lebih menarik perhatiannya. Salah satu tujuan Anshel menekuni anggar juga karena jika berprestasi, dirinya bisa mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk mengikuti program beasiswa. Mayoritas kejuaraan anggar yang telah diikuti oleh Anshel adalah di tingkat provinsi. Salah satu prestasinya adalah juara II dalam Kejurda Banten. Anshel juga punya prestasi lain, yaitu di bidang matematika dan masih menekuni juga sampai sekarang. Berbeda dengan anggar, Anshel telah mengikuti kejuaraan matematika sejak di bangku SD dan sudah mengikuti kejuaraan sampai ke luar negeri. Meskipun dirinya bercita-cita menjadi Aktuaria, tetapi ia tetap mencintai anggar. Menurut Anshel, tidak ada kendala dalam membagi waktu belajar dan latihan. Walaupun pernah sesekali izin untuk berlatih anggar dan harus mengikuti ulangan harian susulan, tapi itu tidak sering terjadi dan tidak ada pengaruh buruk untuk nilai-nilai pelajaran sekolahnya. Orang tua Anshel juga mendukung dirinya untuk mengikuti berbagai kejuaraan anggar. Bagi orang tua Anshel, olahraga anggar belum banyak pesaingnya. Walaupun berprestasi, Anshel tetap pernah merasakan pengalaman pahit yaitu kalah dalam kejuaraan, dan hal tersebut dikatakan Anshel adalah hal yang tidak terlupakan. “Pernah waktu ikut kejurnas sempat merasa putus asa dan ingin menyerah karena merasa tidak bisa bermain dengan baik dan akhirnya mengalami kekalahan.”ujar Anshel. Akan tetapi Anshel terus mendapatkan dukungan dan selalu disemangati oleh pelatih dan orang tuanya, sehingga ia bisa bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai menghasilkan prestasi-prestasi yang membanggakan bagi sekolahnya. “Serius dalam latihan, dan setiap ada lomba ikut saja, kalah tidak apa-apa yang penting sudah mencoba dan bisa punya pengalaman.”tutup Anshel seraya memberikan pesan-pesan untuk para pelajar agar bisa meraih prestasi. (crs/adt)