Pernah Mimisan Karena Tinju, Pemuda ini Tetap Ngotot Kejar Prestasi Demi Masuk Universitas Negeri

Pernah Mimisan Karena Tinju, Pemuda ini Tetap Ngotot Kejar Prestasi Demi Masuk Universitas Negeri

Layaknya petarung sejati dengan istilah man to man, merupakan kebanggaan tersendiri bagi kesatria olahraga tinju, berdiri di atas ring beralaskan matras, juga menggunakan sarung tangan tebal di percaya mampu melindungi tubuh dari pukulan yang berakibat fatal. Rheza Nugroho Widiyanto merupakan seorang atlet tinju muda yang bersinar di belantika sasana kejuaraan tinju, Rheza sudah mengantongi banyak medali berkat prestasinya dalam olahraga tinju. Pelajar yang baru saja naik ke kelas 12 di SMAN 7 Tangsel ini mengatakan kepada NYSN bahwa berlatih tinju karena ingin punya keahlian dan juga untuk beladiri. “Waktu itu sebelum saya masuk SMP saya ikut kelas olahraga. Kebetulan ada olahraga tinju dan kebetulan juga ada teman saya yang ikut. Saya juga ingin punya keahlian dan punya kemampuan beladiri.” ungkap Rheza. “Saya memilih tinju karena tinju itu seni beladiri yang agung. Bagaimana kita bisa memukul lawan tapi lawan tidak bisa memukul kita. Otot saja tidak cukup, tapi kepintaran yang menentukan kemenangan seorang petarung.” lanjut Rheza. Menekuni olahraga tinju sejak kelas 6 SD, dan hingga saat ini Reza telah mengumpulkan berbagai prestasi, diantaranya: 1. Medali perak Kejurda tingkat provinsi 2013 2. Medali emas Popda tingkat Provinsi 2014 3. Medali perunggu Kejurnas PPLP medan 2015 4. Medali perak Popda tingkat Provinsi 2016 5. Medali emas Porkot tingkat Kota 2016 6. Medali perak Kejurnas PPLP tingkat Nasional 2016 7. Medali perak Kejurnas umum se-Indonesia 2016 8. Medali perak Kejurda tingkat Provinsi 2017 9. Medali perunggu Kejurda tingkat Provinsi 2017 10. Medali emas Rookie Fight se-Indonesia 2017 Walaupun kadang jadwal pertandingan bersamaan dengan waktu belajar di sekolah, sehingga Rheza harus meminta izin kepada pihak sekolah untuk mengikuti pertandingan, tetapi bagi Rheza itu bukan masalah dan dirasa tidak mengganggu nilai-nilainya. Rheza menambahkan bahwa dirinya pernah cidera pada saat pertama kali ikut pertandingan. “Waktu pertama kali ikut pertandingan, hidung saya bocor, pecah dan mimisan. Kejadian itu menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan.” kata Rheza menceritakan pengalamannya. Remaja berusia 17 tahun tersebut juga mengatakan kepada NYSN bahwa terkadang ia kurang menyukai jika harus mengontrol berat badannya beberapa minggu sebelum menghadapi pertandingan.(5/7) “Hal yang kurang saya sukai itu biasanya sebelum pertandingan harus mulai mengontrol berat badan. Karena tinju itu olahraga yang menggunakan kategori sesuai berat badan kita dalam pertandingan, jadi setiap kita mau bertanding kita harus mempertahankan berat badan, tidak boleh overweight, karena jika sampai overweight kita harus menanggung resikonya misalnya tidak bisa ikut bertanding.” ujarnya Rheza juga mengatakan, selain harus menjaga berat badan agar tetap stabil, dirinya juga harus jaga pola makan serta latihan yang teratur. Biasanya, beberapa hari sebelum pertandingan, Rheza menghindari nasi dan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan. Menurut remaja yang bercita cita ingin menjadi seorang polisi atau tentara, berprestasi di bidang olahraga tinju bisa membantunya untuk masuk ke Universitas Negeri dengan menggunakan beberapa sertifikat kemenangan yang sudah dimilikinya. Rheza juga berencana akan menggunakannya ketika lulus dari SMA dan mendaftar ke Universitas yang diinginkannya melalui jalur prestasi. “Setelah lulus SMA nanti rencananya mau daftar di UNJ. Sebenarnya masih bingung jurusan apa, tapi kalaupun saya ambil bidang olahraga otomatis saya tetap akan di olahraga tinju. Nanti setelah selesai kuliah saya mau melanjutkan pendidikan wajib militer karena saya ingin menjadi polisi atau tentara.” jelas Rheza. “Jangan takut untuk ikut tinju, tinju itu olahraga seni bukan olahraga yang mematikan dan berbahaya. Semua orang bisa ikut tinju dari anak kecil sampai dewasa, pria maupun wanita semua bisa ikut tinju untuk melatih ketangkasan dan beladiri.” pesannya (crs/adt)

Remaja Ini Berhasil Membawa Piala Karate Dari Switzerland

Nandra (Kedua dari kiri) saat juara 1 di Basel Open Master di Swiss

Karate merupakan olahraga bela diri yang berasal dari Jepang. Olahraga tersebut sudah berkembang di era modern saat ini. Sudah banyak karateka-karateka bangsa Indonesia yang mengukir banyak prestasi dalam ajang kejuaraan. Salah satunya adalah Nandra Ahmad Saputra (16), siswa SMAN 1 Tangsel yang tergabung dalam club karate Gabdika Shitoryukai. Beberapa prestasi Nandra dalam karate yaitu: Juara 1 kata perorangan cadet putra dan juara 3 kumite -55 kg cadet putra di kejuaraan internasional Basel Open Master (BOM) di Basel Switzerland 2016 Juara 1 kata perorangan putra di O2SN nasional tingkat SMP 2016 Juara 1 kata beregu dan juara 1 kumite -50 kg cadet putra dikejurnas Gabdika shitoryukai di Batam Juara 1 kata dan juara 1 kumite -55 kg putra perorangan cadet putra di kejurnas gabdika di Jakarta. Sementara itu Nandra juga menambahkan kepada NYSN bahwa orang tuanya selalu mendukung kegiatannya.(4/7) “Orang tua saya selalu mendukung segala kegiatan saya asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar, termasuk karate, mereka sangat mendukung.” ujar Nandra yang telah berlatih karate sejak kelas 3 SD. Nandra juga mengatakan kepada NYSN bahwa ia terus berjuang untuk meraih impian setinggi-tingginya dan selalu bersemangat dalam berlatih karate. “Saya selalu berusaha fokus dalam berlatih dan selalu mendengarkan masukan dari pelatih saya, Senpai R. Sukma Aji Abimanyu, SH. Pelatih pasti menggendong saya ketika saya menang dalam kejuaraan.” lanjutnya. Berbagai prestasi yang sudah diraih oleh Nandra bukan berarti dirinya tidak pernah mengalami halangan dalam menjalankannya. Nandra pernah mengalami cidera keseleo 5 hari sebelum mengikuti kejuaraan internasional di Swiss. Bahkan 2 hari menjelang kejuaraan tersebut Nandra sempat terkena penyakit campak. “Tapi saya tahu bahwa saya mempunyai tanggung jawab. Saya tetap mengikuti kejuaraan dan alhamdulillah mendapatkan Juara satu kata perorangan cadet putra dan juara tiga kumite -55 kg cadet putra.” tutur pelajar yang mempunyai cita-cita menjadi TNI ini. Nandra berpesan, bila ingin meraih prestasi kita harus mempunyai semangat yang tinggi untuk berlatih dan berjuang, jangan berhenti untuk berlatih setiap saat mau di mana pun kita berada, jangan lupa untuk selalu berdoa dan beribadah kepada yang di atas, dan jangan berhenti untuk bemimpi. Kondisi fisik bagi Nandra juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Fisik harus sehat agar bisa berlatih dengan giat serta menjalankan pola hidup sehat. “Oh iya, jangan lupakan pelatih kita yang sudah mendidik kita dari awal berlatih karate. Kita yang tadinya tidak bisa apa-apa dan sampai menjadi seseorang yang berprestasi. Terakhir, terima kasih banyak untik pelatih saya R. Sukma Aji Abimanyu, SH yang sudah membimbing saya sampai menjadi seperti sekarang ini.” tutup Nandra.(crs/adt)

Rebut Juara 1 Karate, Mahasiswi UIN ini Layak Menyandang Gelar Jawara

Siti Nur Halimah, Mahasiswi yang sudah memenangkan banyak ajang perlombaan karate tingkat nasional

Mahasiswi yang sudah berada di sabuk hitam dalam karate ini mengatakan kepada NYSN bahwa ia bercita-cita menjadi Dosen, namun Siti tetap mengejar impiannya untuk menjadi atlet pelatnas

Begini Ucapan Terimakasih Sang Atlet Taekwondo Kepada Orang Yang Telah Berjasa Dalam Hidupnya

Novrika (tengah) saat meraih juara 1 di kejuaraan 5th Banten Open

Awalnya cuma diajak teman sekelas untuk ikutan ekskul di sekolah, tapi jadi keterusan dan jadi ikut latihan di clubnya.
Alhamdulillah aku sudah meraih empat medali emas, 1 medali perak dan 1 medali perunggu.” tutur Novrika yang juga menjadi Juara 1 dalam O2SN Taekwondo sekota Tangerang Selatan dan Juara 1 Banten open u-46.

Juara 2 Taekwondo Tingkat Nasional Ini, Bercita-cita Menjadi Detektif

Maryana Ratu Dewi, yang akrab di sapa Ratu, sedang menekuni Olahraga jenis taekwondo sejak usia 6 tahun, Ratu bersekolah di ANDERSON SCHOOL kelas 6 SD lahir di Tangerang 31 mei 2005, Putri dari Maryono dan Nuning “Sejak kecil Ratu memang ingin menjadi atlet Taekwondo, selain bisa menegakkan bentuk badan dan menjaga kesehatan, saya juga ingin dia bisa membela diri untuk berjaga jaga saat ada apa apa di kemudian hari.” Pungkas Nuning ibunda Ratu Bunda yang selalu support putrinya yang sampai saat ini tengah menekuni olah raga beladiri Taekwondo mempercayakan kepada Sabam Agus seminggu 2 kali untuk melatih putrinya. Sesekali gadis belia ini berbicara bahwa dirinya ingin menjadi Dokter hewan. “Aku mau jadi Dokter hewan, tapi aku juga bercita cita sebagai detektif.” Cetus Ratu yang baru berumur 12 tahun memaparkan cita citanya kepada NYSN. “Aku juga pernah juara 2 tingkat nasional saat masih berusia 10 tahun dan Jakarta Taekwondo Festival (JTF). Tambah Ratu. Sementara Itu Ibunda dari Ratu menambahkan bahwa dirinya selalu mensupport apapun kegiatan positif putrinya, karena menurutnya Taekwondo adalah olahraga yang sangat bagus untuk putrinya. “Sama sekali saya tidak pernah menyuruh putri saya untuk terjun di Taekwondo, tetapi bagi saya taekwondo adalah olahraga yang baik untuk anak saya, selama itu positif, saya tidak pernah membatasinya dalam berolahraga dan berekspresi, bahkan saya dan suami saya berusaha untuk memfasilitasi dengan mengundang guru taekwondo seminggu 2 kali ke rumah.” Tutup Nuning di kediamannya wilayah Bumi Serpong Damai.⁠⁠⁠⁠

Taekwondo: Berbekal Rasa Penasaran Pada Kemampuan Sendiri, Remaja Ini Menjadi Juara Internasional

Rizkia Asnari Anwar, juara Taekwondon Internasional yang menang berkat rasa penasaran diri sendiri yang besar.

karena rasa penasarannya pada Taekwondo, akhirnya Rizkia mencoba untuk mengikuti latihan di sekolahnya. Latihan demi latihan ditekuninya sampai akhirnya pelatih menunjuk Rizkia untuk mengikuti kejuaraan di Korea Selatan.

Berhasil Rebut 25 Medali, Ali Lupa Seragam Bertanding

ali juara wushu

Sosok humoris yang di sajikan kali ini adalah Mahasiswa ITI Serpong yang bernama Ali Sadik Andriani, sudah meraih sekitar 25 medali dalam bidang olahraga wushu. Mahasiswa yang mengikuti wushu sejak kelas 5 SD, awalnya didaftarkan oleh bapaknya mengikuti wushu agar mempunyai jenis olahraga yang ditekuni. Setelah 6 bulan berlatih, pelatih Ali melihat bahwa Ali mempunyai potensi dalam olahraga tersebut. Akhirnya, Ali mulai di ikut sertakan dalam berbagai kejuaraan. Kejuaraan pertama yang diikuti oleh Ali adalah Kejurda di Bandung dan meraih juara 3, setelah itu Ali lanjut ikut Kejurnas di Yogyakarta dan mendapatkan juara 2. Tahun-tahun berikutnya Ali semakin banyak mencetak prestasi, diantaranya juara 1 Porprov Lebak, juara 2 Porprov Serang serta juara 1 dan mendapatkan 3 medali emas dalam Kejurnas di Jakarta. Pada masa SMA, Ali sempat berhenti berlatih Wushu karena merasa bosan, tetapi karena kerinduannya terhadap olahraga tersebut, lalu Ali terus melanjutkan latihannya. Peran ayah dan juga pelatihnya sangat penting bagi Ali, karena selalu memberikannya semangat untuk terus berjuang dan selalu membantunya dalam berlatih. Ali juga mengatakan kepada NYSN dirinya pernah mempunyai pengalaman lucu ketika mengikuti kejuaraan di Yogyakarta. “Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan itu adalah kejadian lucu ketika bertanding di Yogyakarta. Baju pertandingan saya ternyata atasan dan bawahannya berbeda, bukan pasangannya karena lupa tidak terbawa. Sedangkan waktu itu peraturannya baju dan celana harus pasangannya, akhirnya pas pertandingan saya merasa beda sendiri dengan peserta yang lainnya karena baju dan celana yang berbeda itu.” cerita Ali sambil tertawa. Ali berpesan untuk para calon atlet muda wushu yang sedang berjuang bahwa mereka harus tetap semangat latihan, supaya berprestasi dan tentunya membanggakan orang tua, sekolah, dan sasana.(crs/adt)

Menguasai Ilmu Beladiri Judo, Allyana Tak Khawatir Jika Berada Di Luar Rumah

Allyana, Siswi yang berprestasi dalam cabang olahraga Judo

Pada umumnya Olahraga bertujuan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani, meningkatkan daya tahan tubuh, upaya pengobatan dari suatu penyakit, juga sebagai profesi untuk menghasilkan uang (olahraga professional). Atlet beladiri judo muda perempuan yang bernama Luthfy Allyana Damayanti Saqha, siswi SMA Yadika 6 mengikuti judo sejak ekskul di kelas 2 SMP. “Karena judo masuk kategori beladiri yang beda dari yang lain anti mainstream gitu. Aku penasaran jadi aku ikut eskulnya semenjak sekolah SMP.” cerita Allyana. Remaja kelahiran Jakarta, 18 Maret 2001 ini telah mencetak berbagai prestasi lewat judo, diantaranya lain: 1. juara 3 Sirkuit Judo Pelajar 2012 2. juara 1 SEJABODETABEK + 2015 3. juara 3 JCUP Malaysia 2015 4. juara 2 Beregu Putri Piala Gubenur 2015 5. juara 3 Kejuaraan Daerah 2015 6. juara 3 POPDA Banten 2016 7. juara 1 Kejuaraan Newaza 2016 8. juara 3 Walikota Cup 2016 9. juara 2 Walikota Cup 2017 Allyana juga berprestasi dalam olahraga lain yang masih sejenis dengan judo, yaitu: 1. juara 2 Kerjurnas Jujitsu 2016 2. juara 3 Sambo Championship 2016 3. juara 2 Kerjurnas Jujitsu Arena Cup 2017 Perjuangan Allyana menjadi atlet berprestasi bukanlah dijalankan dengan mudah. Dirinya sempat mendapatkan penolakan dari orang tuanya. “Orangtua saya tidak setuju kalau anak perempuannya ikut bela diri karena mereka khawatir nantinya bisa patah tulang, sakit dan sebagainya. Tapi aku terus berlatih dan menunjukkan judo itu tidak berbahaya buat perempuan.” terangnya. Lebih lanjut Siswi yang juga mempunyai hobby berenang tersebut mengatakan bahwa dengan berlatih judo, membuatnya tenang jika berada di luar rumah. “kita jadi mempunyai ilmu beladiri yang dapat melindungi diri kita sendiri dari orang jahat jika sedang keluar dari rumah sendiri.”ungkap Allyana Fokus berlatih judo juga tidak membuat nilai-nilai Allyana di sekolah menjadi menurun. Allyana tetap rajin meminjam catatan temannya agar dapat mempelajari pelajaran-pelajarannya yang tertinggal. Dan Ia juga selalu berusaha menyeimbangkan waktu sekolah dan latihannya agar tidak terganggu atau bentrok antara keduanya. Allyana juga mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya pernah mengalami cidera yang sampai sekarang masih sering terasa. “Pas latihan sempat pundak aku keseleo dan sampai sekarang kadang-kadang kambuh, dan pas tanding suka ngerasain pundak kanan aku seperti geser gitu tapi aku abaikan aja lama-lama engga kerasa lagi.” tutur Allyana. Cidera tidak akan membuat Allyana kapok untuk terus berjuang menjadi atlet judo profesional. Menurutnya, selama tubuhnya masih sehat dan kuat serta tidak mengganggu kuliahnya di masa mendatang, Allyana akan terus menjadi atlet judo. “Pesan aku buat siswa siswi, kalian bisa berprestasi sesuai bidang kalian masing masing. Bisa di bidang akademik maupun di non akademik. Ayo, sebagai penerus bangsa Indonesia jadilah pemuda pemudi yang berguna untuk bangsa ini.” pesan Allyana.(crs/adt)

Sikut Kanan Cidera Bukan Halangan Untuk Berprestasi di Judo Bagi Pemuda Ini

Pajar, pemuda yang berhasil berprestasi melalui Judo

Olahraga yang satu ini lebih di kenal dengan pola kegiatan olahraga yang sangat menguras tenaga dan juga tehnik yang sangat unik. Pemain yang berhasil memegang dan melempar lawannya dengan teknik yang bagus akan keluar sebagai pemenang. Pajar Maulana, siswa SMK Yadika 5, Tangerang Selatan mengikuti judo sejak duduk di kelas 7 karena ajakan temannya. Lalu lama kelamaan, Pajar semakin menguasai bidang olahraga tersebut dan menuai banyak prestasi. Prestasi yang telah diraih Pajar diantaranya adalah Juara 1 dalam kejuaraan yang diadakan di Singapura dan Malaysia serta dan juara 3 dalam Kejurnas Kurash. Pajar mengatakan kepada NYSN meskipun telah mahir dalam bidang olahraga judo, dirinya tetap pernah mengalami cidera. “Pernah geser di sikut kanan, tapi cuma istirahat seminggu. Soalnya saya bosan di rumah setelah pulang sekolah.” kata Pajar. Remaja yang bercita-cita menjadi tentara ini menjelaskan pandangannya terhadap judo di Indonesia merupakan olahraga yang mengasyikan dan cukup diperhatikan dan prestasinya di hargai. Pajar juga mengatakan bahwa ia ingin berlatih lebih keras agar bisa mengharukan nama bangsa Indonesia lewat judo. “Saya ingin latihan lebih keras agar saya bisa mengharumkan nama Indonesia lewat olahraga judo dan cita-cita saya juga dapat tercapai.” tutup Pajar.

Majukan Olahraga Wushu, Alfian Bertekad Meraih Kemenangan Dari Negara Pencetusnya

Masih seputar anak muda berbakat yang menyalurkan bakatnya untuk seluruh penghobby olahraga wushu, Alfian Prayoga Bustomi (20), mantan atlet sekaligus pelatih wushu di komunitas Glora Wushu Indonesia. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang ini menyampaikan pandangannya tentang olahraga wushu di Indonesia. “Kebetulan saya sangat menyukai olahraga dan tidak hanya wushu saja. Bicara soal cita-cita mungkin akan sedikit keluar jalur. Buat saya wushu itu adalah olahraga untuk berprestasi karna disana mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya.” ujar Alfian. Alfian juga menambahkan bahwa Wushu juga mengajarkan banyak hal dalam produktifitas, membuat sehat dan membuka peluang untuk berprestasi bagi yang mengikutinya. Remaja yang juga mempunyai hobby fotografi dan bermusik ini mengatakan bahwa atlet wushu di Indonesia seharusnya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan menurut Alfian, atlet wushu Indonesia tidak kalah dengan atlet wushu dari Cina, Negara tempat wushu pertama kali dilahirkan. Menurutnya, berkarya menularkan ilmu pada regenerasi merupakan pengabdian tanpa batas. “Harus tetap maju karna berkarya itu tidak ada batas ukurnya. Lakukan yang terbaik untuk Negara dan bangsa Indonesia. Majukan lagi perkembangan wushu di Indonesia bahkan dunia.”tegas Alfian Lebih lanjut Alfian mengatakan bahwa dari pengamatannya perkembangan olahraga wushu masih belum bisa di terima dengan menyeluruh, padahal sudah banyak atlet wushu tanah air yang berhasil menang di kancah internasional. “Semoga kedepannya indonesia makin meningkat prestasinya dalam olahraga wushu dan tidak luput pemerintah pun harus ikut membantu berperan karna kita lihat bahwa wushu sepertinya masih asing di Indonesia, padahal banyak atlet wushu indonesia yang meraih juara di ajang kompetisi dunia.” tutup Alfian.(crs/adt)

Tekun Dalam Berlatih, Ahmad Berhasil Menguasai Kejuaraan Wushu Tingkat Daerah

Menguasai satu jurus lebih baik dari pada mengerti semua jurus, mungkin demikian ungkapan yang di sampaikan oleh NYSN, konsistensi dan focus tahapan akan membuahkan hasil lebih maksimal dari pada memaksakan hal lain yang di mengerti tapi tidak di lakukan. Remaja yang mempunyai prestasi kali ini bernama Ahmad Rabawi (21), pencinta olahraga wushu yang telah mencetak berbagai prestasi di bidang olahraga tersebut. Ahmad sudah berlatih wushu sejak kelas 1 SMP. Berawal dari niat hanya untuk menjalankan kewajiban mengikuti ekskul sekolah, akhirnya menjadi hobby tetapnya setelah satu tahun menekuni olahraga tersebut. Ahmad juga telah meraih banyak medali dalam kejuaraan wushu, antara lain medali perunggu pada Kejuaraan Daerah 2013, Medali emas, perak dan perunggu pada Kejuaraan Porprov banten 2014, 1 medali emas dan 2 medali perak pada Kejuaraan Daerah. Untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kejuaraan yang diikutinya, Ahmad selalu melakukan persiapan yang sangat matang agar tidak mengecewakan pada saat tampil. “Kalau menjelang kejuaraan pasti selalu ada persiapan, enam bulan menjelang kejuaraan hingga tiga bulan menjelang kejuaraan pasti waktu latihan ditambah, dan dua bulan menjelang kejuaraan latihan pemantapan jurus dan fisik sampai dua hari menjelang kejuaraan harus istirahat latihan dan sudah siap mengikuti kejuaraan.” ujar Ahmad. Rasa jenuh tentu pernah dirasakannya, ketika dirinya kelas 2 SMK, Ahmad sempat merasakan hal tersebut. Tapi perasaan itu bisa disingkirkan oleh Ahmad ketika melihat semangat junior-juniornya yang selalu tersenyum saat latihan. “Rasa bosan itu hilang dan diganti dengan rasa bahagia bisa berlatih bersama, dan bisa saling berbagi ilmu dalam berlatih wushu.” kata remaja yang memang bercita-cita menjadi atlet wushu profesional. Selanjutnya Ahmad juga mengatakan bahwa focus dalam latihan yang di rencanakan secara matang akan menuai hasil yang maksimal ketimbang mencoba cara baru dengan spontan dalam bertanding. “Pesan saya tetap semangat berjuang, jangan kalah dengan rasa lelah dan capek dalam berlatih. Dan jangan bosan untuk mengulang latihan, kita bisa karena biasa. Barang siapa yang mau terus berjuang, niscaya dia akan bisa meraihnya.” tutup Ahmad.(crs/adt)

Rasya Menyabet Medali Emas Berkat Dukungan Penuh Sang Ayah

Perlu di ketahui oleh pembaca NYSN, Sebelum penemuan senjata, Wushu merupakan alat utama pertempuran dan pertahanan diri di Cina. Olahraga yang berasal dari negeri tirai bambu ini sangat memberikan pengaruh kepada hampir seluruh ilmu bela diri, konon mempelajari Wushu merupakan ‘kebiasaan suci’ demi memperkuat disiplin dan keberanian untuk memperjuangkan sekaligus bertahan di tanah mereka M. Rasya Isnan Ahsan, siswa yang baru saja naik kelas 5 di SD Al Fityan School Tangerang merupakan salah satu atlet binaan KONI Tangsel yang berada di cabang olahraga (CABOR) wushu, Rasya telah berlatih wushu sejak kelas 1 SD. Berawal dari melihat kakaknya yang sudah lebih dulu berlatih wushu, dan akhirnya menjadikan olahraga tersebut sebagai salah satu hobbynya. Soni Rusmayudhi, yang tak lain adalah ayah Rasya mengatakan kepada NYSN bahwa awal mula berlatih wushu Rasya belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan. Lalu diberitakan oleh coach/sifu wushu yang mengajar Rasya bahwa akan ada kejuaraan. “Mulanya Rasya berlatih belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan, sejak ada informasi itu akhirnya Rasya mengikuti latihan yang sangat intensif, tidak kenal capek. Bisa latihan empat kali seminggu kalau sudah dekat kejuaraan.”ungkap Soni. Karena ingin memberikan yang terbaik dalam kejuaraan, tidak jarang pula Rasya meminta izin kepada pihak sekolah untuk mengikuti latihan wushu. Terbukti usaha Rasya tidak sia-sia, Rasya mendapatkan Medali emas Jurus tangan kosong junior D dan Medali perunggu Jurus senjata panjang dalam Kejurnas. Soni menambahkan bahwa Rasya juga memiliki beberapa persiapan khusus menjelang kejuaraan. “Persiapan latihan intensif, pantangan makan dari sifunya ada beberapa, kalau bermain saya bebaskan.” ujar Soni. Soni sendiri mengakui kepada NYSN bahwa ia sering menjanjikan Rasya untuk mengajaknya jalan-jalan atau dibelikan mainan bila menjadi juara, sehingga Rasya dapat menjadi lebih semangat untuk berlatih. Rasya juga merupakan anak yang cerdas dalam pelajaran sekolahnya. Nilai rata-rata pelajarannya mencapai 90. Soni juga mengatakan bahwa Rasya tidak mengikuti bimbel karena menurut Soni, dirinya masih bisa menangani untuk mengajari Rasya dalam hal pelajaran sekolahnya. Lebih lanjut Soni juga mengatakan kepada NYSN bahwa Rasya merupakan anak yang bersemangat dalam berjuang. “Dia typical anak yang energic, kalah tidak masalah, malah lebih semangat buat perbaikan.”tambah Soni. Walaupun Rasya selalu mengatakan bahwa ia bercita-cita menjadi pengusaha sukses, namun bagi Soni, jika Rasya nantinya berubah pikiran dan ingin menjadi atlet wushu, menurutnya itu juga merupakan hal yang baik. Soni selalu membebaskan Rasya untuk memilih selama itu adalah hal yang positif. “Jangan memaksakan kehendak kita ingin anak kita menjadi apa. Pandai melihat bakat dan minat anak. Dukung dan support dengan sepenuh hati materi mental dan semangat.”tutup Soni (crs/adt)

Alfian Pelatih Wushu Muda ini, Menelurkan Banyak Bibit Berpresatsi

Alfian Prayoga Bustomi yang tak lain merupakan mantan atlet wushu yang sudah menuai banyak prestasi dan akhirnya, memutuskan pilihan untuk menjadi pelatih wushu Coach/Sifu Wushu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang jurusan Fakultas Ilmu Komunikasi ini sudah berlatih wushu sejak kelas 3 SD. “Saya tertarik dengan wushu itu sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 sekolah dasar, alasannya adalah karena Wushu itu bela diri yang menyehatkan dan paling lengkap menurut saya bahkan indah.” ujar Alfian. Alfian telah mengikuti berbagai kejuaraan, antara lain Kejurnas di Jogja pada tahun 2013 dan Kejuaraan di Pertamina pada tahun 2010 dan mendapatkan peringkat 4. Alfian juga masuk ke dalam peringkat 5 besar di Taulu Chanquan dalam kategori junior C dan mendapatkan 2 medali dalam Kejurda. Hampir 10 tahun berlatih wushu, menjadikan Alfian mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi pelatih wushu. Sekarang, Alfian melatih wushu dalam komunitas Glora Wushu. Hal tersebut dimulainya semenjak duduk di bangku SMK kelas 11. “Sekarang saya kuliah dan bekerja jadi photographer serta admin media sosial di salah satu perusahaan di Tangerang, Jadi kalau weekend saya mengajar murid-murid saya di Curug Tangerang.” ujar Alfian. Murid-murid wushu yang dilatih oleh Alfian sudah mengikuti banyak kejuaraan. Yang paling berkesan bagi Alfian adalah pada saat Kejurda di Banten, muridnya membawa pulang 14 medali dari beberapa kategori wushu yang dilombakan. Ada pula anak perempuan yang juga merupakan salah satu murid Alfian mendapatkan juara harapan 1 dalam Kejurnas di Jakarta. Salah satu murid yang prestasinya paling menonjol menurut Alfian adalah Fatih, yang sudah meraih juara di kejuaran daerah dan antar club wushu serta di kejurnas jakarta. Diusianya yang masih terbilang muda, Alfian sudah melahirkan siswa siswi berprestasi dalam bidang olahraga wushu lewat didikannya. Remaja yang menyukai berbagai jenis olahraga ini mengatakan kepada NYSN bahwa wushu adalah olahraga yang sangat berprestasi karena mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya. “Tetaplah berolahraga, karena itu sangat penting untuk kesehatan kita. Jadi apapun olahraganya, apapun beladirinya jangan pernah merasa bosan karena itu semua bisa membuat kita lebih sehat.” pesan Alfian.(crs/adt)

Tarung Derajat Jatim Optimis Akan Menyabet Gelar Juara Umum Popnas 2017

Foto: tarungderajatjatim

Surabaya – Pengprov Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Jatim belakangan ini sedang mempersiapkan atlet-atlet terbaik untuk bertanding di Pekan Pelajar Olahraga Nasional (Popnas) yang akan di selenggarakan di Semarang-Jateng Bulan September yang akan datang. Ketua Harian Pengprov Kodrat Jatim Erwin H Poedjono mengatakan dari 36 atlet yang terpilih seleksi akan kembali dibagi menjadi dua, yaitu tim inti dan tim pelapis, “Tim inti ada 19 atlet, tetap akan kita berlakukan sistem promosi degradasi hinggi jelang Popnas nanti. Meski sudah lolos tapi kalau tidak latihan pasti posisi bisa digantikan atlet lain, ” ujarnya yang dilansir dari tribunnews “Para atlet Popnas itu nantinya akan berlatih dengan atlet yang dipersiapkan di Pomnas (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional),” kata Bambang Haryo yang juga merupakan anggota DPR RI itu. Sementara, Bambang Haryo, Ketua Umum Kodrat Jatim saat di wawancarai senin (12/6) mengatakan “Saya sudah melihat proses seleksi di GOR Sidoarjo Bulan Maret lalu, dari 86 peserta terjaring 36 atlet,”. Bambang Haryo sangat optimistis dengan para atlet yang terpilih nantinya bisa meraih juara umum Popnas dengan merebut minimal empat emas. Lainnya ia menjelaskan, dari 36 atlet nantinya akan disaring kembali menjadi 19 petarung saja. Nantinya mereka yang terpilih akan di karantina dan menjalani proses latihan terpadu yang digelar di Surabaya. Bidang Pengembangan Prestasi Dispora Jatim Dudi Harijanto menuturkan, saat mengawasi langsung jalannya  seleksi tim Popnas Tarung Derajat Jatim kemarin mengatakan “Cabor tarung derajat ini baru pertama dipertandingkan resmi di Popnas, setelah ini kita baru akan bicara target”. Ia menyebut hasil dari seleksi ini akan dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan target medali yang akan di raih.

Wow, Pelatih Anggar Ini Mencetak Ratusan Medali Untuk Muridnya Yang Berprestasi

FX Widi Dwi Anggono, mengenakan atribut khas Anggar. NYSN Media (06/07/17)

Pria kelahiran 23 Januari 1983 ini mulai berlatih anggar sejak tahun 2002, dan pernah mengikuti pra PON & PON di Palembang, Kalimantan, Riau, dan Bandung. Widi juga pernah menjadi juara 3 tingkat nasional individu dan regu, dan pernah ikut bertanding ke Eropa, Madrid, Israel, serta mengikuti latihan bersama di Jerman dan Ukraina. Pria yang bernama lengkap FX Widi Dwi Anggono, pelatih anggar di sekolah St. john’s BSD, tangsel yang mempunyai segudang prestasi di bidang yang di gelutinya. Diantaranya berhasil mencetak bibit Ekskul anggar di St. John’s pernah menjadi juara II Nasional pelajar pada tahun 2012 di Kalimantan, dan juga menjadi juara II Nasional di Kejurnas Anggar Jakarta, lalu ada 1 siswa yang ikut di kejuaraan Asia yang diadakan di Thailand. Disamping menjadi pelatih anggar dan wakil kepala sekolah bagian Olahraga di St. John’s, Widi juga menjabat sebagai Ketua Harian di IKASI Tangsel. Widi mulai mengajar di sekolah St. John’s sejak tahun 2007 dan pada tahun 2009, Widi membuka ekskul anggar di sekolah tersebut. Selama menjadi pelatih di St. John’s, Widi telah menyumbangkan sekitar 143 medali anggar untuk sekolah tersebut sejak tahun 2009-2017. “Olahraga anggar lebih ke pembentukan karakter dan fisik siswa, karena dapat mengembangkan sifat disiplin, kerja keras, teamwork, dan leadership di dalam diri para siswa dan siswi lewat latihan anggar. Biasanya untuk pemanasan full olah tubuh bisa memakan waktu sekitar satu jam.” ujar Widi. Widi juga mengatakan bahwa walaupun masih level pelajar, prestasi St. John’s dalam bidang anggar bisa bersaing dengan PPLP sekolah Atlet, dan mempunyai program yang cukup jelas dalam bidang olahraga tersebut. “Olahraga anggar juga dapat menjadi bekal yang cukup bagi para siswa yang berprestasi di bidang tersebut untuk mendapatkan beasiswa, bahkan sampai ke luar negeri.”tambahnya Mayoritas siswa yang ikut ekskul anggar adalah para siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi, yaitu di atas 40. Bahkan ada salah satu siswa yang disebut Widi sebagai siswa superior karena hanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dilatih dan ikut dalam kejuaraan. “Namun, belum banyak sekolah yang mau memasukkan olahraga anggar dalam ekskulnya. Biasanya karena faktor alat-alat yang harganya cukup mahal.” jelas Widi kepada NYSN.(crs/adt)

Sering Memar Saat Bertanding, Nanda Raup Simpatik Orang Tua Dengan Segudang Prestasi

Nanda, saat mewakili Indonesia dalam bidang olahraga Anggar di Thailand

Awalnya hanya coba-coba mengikuti ekskul anggar, hingga pada akhirnya tertarik dan menjadi serius dalam olahraga tersebut, remaja yang bernama Jayanto Nanda Putra sudah berlatih anggar dari kelas 2 SMP, Siswa kelas X di SMU St. John’s BSD, Serpong, Tangsel. Menurut Nanda, anggar merupakan olahraga yang unik dan mempunyai alat/senjata yang keren. Ia juga mengatakan kepada NYSN bahwa berlatih anggar tidak memerlukan waktu lama untuk bisa dimengerti. “Asal rajin nonton youtube aja lihat bagaimana para atlet bermain anggar.” ujar Nanda membagikan kiat agar cepat mahir bermain anggar. Siswa yang juga mempunyai hobby bermain game ini mengatakan bahwa selain dapat mengumpulkan banyak prestasi, ia juga dapat melatih mental dan keberaniannya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kejuaraan anggar. Namun, Nanda mengakui bahwa terkadang ia sulit membagi waktu antara latihan anggar dan pelajaran sekolahnya. Ia sering kali izin les karena harus mengikuti latihan. Walaupun begitu, remaja yang lahir di Jakarta, 27 November 2001 tersebut tetap giat mengejar ketinggalannya dalam pelajaran sehingga nilainya juga tetap memuaskan. Jika Nanda mengalami kegagalan dalam kejuaraan, hal tersebut tidak akan membuatnya patah semangat dan terus berjuang. Dan terbukti, perjuangannya membuahkan hasil. Nanda mempunyai cukup banyak prestasi, antara lain: 1. Juara 3 Junior High School Men Sabre SYNC 2014 2. Juara 1 Junior High School Men Sabre Highscope Cup 2015 3. Juara 3 OPEN Men Sabre Se JaBoDeTaBek 2015 4. Juara 1 Junior High School Men Sabre SYNC 2015 5. Juara 2 Junior High School Men Sabre PPLP Nasional di Solo 2015 6. Juara 2 Kejurda Men Sabre Cadet 2015 7. Juara 3 Kejurda Men Sabre Junior 2015 8. Juara 3 Men Sabre WalKot Cup 2016 9. Juara 1 KejurDa Men Sabee Cadet 2016 10. Juara 2 KejurNas Men Sabre Cadet 2016 11. Juara 1 KejurDa Men Sabre Junior 2016 12. Representing Indonesia at Korat, Thailand 13. Juara 3 Cadet Jakarta Open Fencing Festival 2 – 2016 Dukungan sempat tidak diberikan oleh orang tua Nanda ketika melihat tubuh Nanda banyak memar selama menjalani latihan anggar. Tetapi Nanda mampu membuat orang tuanya berubah pikiran dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang luar biasa. “Waktu di Thailand, aku bangga banget bisa mewakili Indonesia di tingkat Internasional. Walaupun tidak menang, tapi aku punya jaket Indonesia, rasanya bangga banget, walaupun banyak bekas memar di badanku.” ujar Nanda. “Kalau kalian ingin berprestasi, kalian harus giat berlatih dan mempunyai tekad yang tinggi agar bisa menjadi juara. Kalah gakpapa, karena kalah membuat kita belajar dari kesalahan dan bisa memperbaikinya. Salam Olahraga! Jaya!” tutup Nanda dengan semangat.(crs/adt)

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Hardyanshel Kesuma, siswa kelas X dari SMU St. John’s BSD, tangsel yang berprestasi dalam bidang olahraga anggar, dan sudah mengikuti berbagai kejuaraan. Pelajar yang sehari-harinya sering dipanggil Anshel ini sudah mengikuti ekskul anggar sejak duduk di kelas 8. Awalnya Anshel berminat pada olahraga badminton, tapi ternyata ia merasa bahwa anggar lebih menarik perhatiannya. Salah satu tujuan Anshel menekuni anggar juga karena jika berprestasi, dirinya bisa mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk mengikuti program beasiswa. Mayoritas kejuaraan anggar yang telah diikuti oleh Anshel adalah di tingkat provinsi. Salah satu prestasinya adalah juara II dalam Kejurda Banten. Anshel juga punya prestasi lain, yaitu di bidang matematika dan masih menekuni juga sampai sekarang. Berbeda dengan anggar, Anshel telah mengikuti kejuaraan matematika sejak di bangku SD dan sudah mengikuti kejuaraan sampai ke luar negeri. Meskipun dirinya bercita-cita menjadi Aktuaria, tetapi ia tetap mencintai anggar. Menurut Anshel, tidak ada kendala dalam membagi waktu belajar dan latihan. Walaupun pernah sesekali izin untuk berlatih anggar dan harus mengikuti ulangan harian susulan, tapi itu tidak sering terjadi dan tidak ada pengaruh buruk untuk nilai-nilai pelajaran sekolahnya. Orang tua Anshel juga mendukung dirinya untuk mengikuti berbagai kejuaraan anggar. Bagi orang tua Anshel, olahraga anggar belum banyak pesaingnya. Walaupun berprestasi, Anshel tetap pernah merasakan pengalaman pahit yaitu kalah dalam kejuaraan, dan hal tersebut dikatakan Anshel adalah hal yang tidak terlupakan. “Pernah waktu ikut kejurnas sempat merasa putus asa dan ingin menyerah karena merasa tidak bisa bermain dengan baik dan akhirnya mengalami kekalahan.”ujar Anshel. Akan tetapi Anshel terus mendapatkan dukungan dan selalu disemangati oleh pelatih dan orang tuanya, sehingga ia bisa bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai menghasilkan prestasi-prestasi yang membanggakan bagi sekolahnya. “Serius dalam latihan, dan setiap ada lomba ikut saja, kalah tidak apa-apa yang penting sudah mencoba dan bisa punya pengalaman.”tutup Anshel seraya memberikan pesan-pesan untuk para pelajar agar bisa meraih prestasi. (crs/adt)