Sosok Aristoteles Menjadi Penyemangat Gerak dan Kata Dalam Menekuni Olahraga Karate Gojukai

Daffa Aditya Sonjaya (11), memegang piala kemenangannya. Foto: NYSNMedia (06/07/17)

Seperti yang kita ketahui bahwa bela diri asal negeri sakura yang berdiri di era 1950-1965 karate Gojukai ini masih di gandrungi oleh banyak kalangan, Gojukai bukan hanya mengajarkan tehnik bela diri tetapi lebih dalam lagi mengajarkan kehidupan yang berbudi luhur. Badan sehat, berbudi luhur, prestasi tercapai inilah target yang akan di capai Daffa Aditya Sonjaya (11) ke depan. Daffa yang tak lain merupakan pelajar sekolah dasar yang berprestasi dalam olahraga beladiri karate gojukai saat ini masih bersekolah di Cikal Harapkan, Rawabuntu, Serpong, Tangsel. Daffa yang gemar makan sate, sudah berhasil duduk di tingkatan sabuk biru walaupun baru kelas 5 sekolah dasar mengatakan kepada NYSN bahwa Gojukai merupakan wadah dari karateka. “Gojukai adalah wadah dari karateka, berbagai perlombaan kejuaraan sudah berhasil aku di lalui, dan seringkali aku selalu pulang membawa kebanggaan untuk orang tuaku.”ujar Daffa dengan nada lugu. Gokasi cup di Depok daffa berhasil pulang membawa piala dan medali juara ke dua, IYOS di Cibubur Daffa kembali menang dengan menyandang juara pertama, sedangkan dalam turnamen GIS Daffa meraih juara 2, dan banyak lagi kompetisi yang ia juarai dari tingkatan setara. Tak luput jenis pertandingan kata atau gerak jurus adalah pertandingan yang daffa lakukan, kata tekyoku, deit, seifa, sepai, seisan dan kururunfa adalah jenis-jenis kata yang sering kali di pertandingan. Daffa menambahkan bahwa jadwal latihan dua kali seminggu adalah modal awal latihan daffa di sekolahnya. Dan tokoh besar Aristoles menjadi idamannya dalam bercermin kedispilinan. “Sang simpai Aristoteles selalu mengajarkan kedisiplinan yang tinggi, dan penekanan keseriusan adalah titik awal kekuatan. Dua kali dalam seminggu merupakan modal awalku meraih impian dan cita cita.” Tambahnya “Aku ingin terus menjadi karateka supaya aku selalu sehat dan aku ingin bisa menjadi guru yang mengajarkan karate kepada muridku nanti. Aku juga ingin bisa melindungi papa dan mama dari orang- orang jahat.” Tutup Daffa dengan nada semangat. (bam/adt)

Emosi yang Berlebih, Sylvester Gagal Jadi Juara Karate

Perlu kita ketahui bahwa sumber kekuatan karate bertumpu kepada salah satu gerakan dasar yang sangat penting yang sering di sebut dengan istilah kuda kuda, karena kuda-kuda merupakan tumpuan dari semua gerakan. Sylvester Sumeru (21) merupakan karateka terbaik di dki Jakarta. Sylvester yang mengawali karate dari Lembaga karatedo indonesia (LEMKARI) lalu pindah ke institute karatedo nasional (INKANAS) Sylvester yang kerap di sapa Syl ini sudah memulai hobby dan karirnya semenjak usia 7 tahun, kala itu Syl masih duduk di kelas 1 sekolah dasar dan saat ini sudah dalam tingkatan sabuk hitam (expert). Berbagai kejuaraan tikat daerah, Provinsi sampai Nasional sudah di lalui sylvester. Sylvester mengatakan pada NYSN bahwa Forki Cup dan Gubernur Cup jadi saksi. “Waktu itu saat di Forki Cup saya sudah hampir jadi juara, saat perebutan juara satu dan dua. Namun saya di diskualifikasi karna saya melakukan sebuah kesalahan yang mengakibatkan lawan tanding saya cidera serius. Saya merasa sangat menyesal kejadian itu terjadi. Emosi yang berlebih membuat saya salah dan akhirnya kalah.” Ujar Sylvester Syl menambahkan bahea peran Sang pelatih yang telah memberikan dorongan, melatih Syl selama 14 tahun sampai saat ini, selalu memberikan motivasi bahwa seorang karateka harus berusaha dan tidak boleh patah semangat. Karenanya dengan olahraga hidup menjadi lebih sehat jasmani maupun rohani. “Saya mengucapkan sangat berterima kasih kepada sang guru Simpai Dirta yang telah melatih saya selama 14 tahun, hingga saya lebih mengerti arti kesabaran dan bisa menjadi seorang yang rendah hati. ilmu ini yang saya dapatkan selama menggeluti karate. Dan saya berharap banyak kepada karateka lain agar mengerti seni dan arti bela diri yang sebenarnya.” Harap sylvester (bam/adt)