Rasya Menyabet Medali Emas Berkat Dukungan Penuh Sang Ayah

Perlu di ketahui oleh pembaca NYSN, Sebelum penemuan senjata, Wushu merupakan alat utama pertempuran dan pertahanan diri di Cina. Olahraga yang berasal dari negeri tirai bambu ini sangat memberikan pengaruh kepada hampir seluruh ilmu bela diri, konon mempelajari Wushu merupakan ‘kebiasaan suci’ demi memperkuat disiplin dan keberanian untuk memperjuangkan sekaligus bertahan di tanah mereka M. Rasya Isnan Ahsan, siswa yang baru saja naik kelas 5 di SD Al Fityan School Tangerang merupakan salah satu atlet binaan KONI Tangsel yang berada di cabang olahraga (CABOR) wushu, Rasya telah berlatih wushu sejak kelas 1 SD. Berawal dari melihat kakaknya yang sudah lebih dulu berlatih wushu, dan akhirnya menjadikan olahraga tersebut sebagai salah satu hobbynya. Soni Rusmayudhi, yang tak lain adalah ayah Rasya mengatakan kepada NYSN bahwa awal mula berlatih wushu Rasya belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan. Lalu diberitakan oleh coach/sifu wushu yang mengajar Rasya bahwa akan ada kejuaraan. “Mulanya Rasya berlatih belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan, sejak ada informasi itu akhirnya Rasya mengikuti latihan yang sangat intensif, tidak kenal capek. Bisa latihan empat kali seminggu kalau sudah dekat kejuaraan.”ungkap Soni. Karena ingin memberikan yang terbaik dalam kejuaraan, tidak jarang pula Rasya meminta izin kepada pihak sekolah untuk mengikuti latihan wushu. Terbukti usaha Rasya tidak sia-sia, Rasya mendapatkan Medali emas Jurus tangan kosong junior D dan Medali perunggu Jurus senjata panjang dalam Kejurnas. Soni menambahkan bahwa Rasya juga memiliki beberapa persiapan khusus menjelang kejuaraan. “Persiapan latihan intensif, pantangan makan dari sifunya ada beberapa, kalau bermain saya bebaskan.” ujar Soni. Soni sendiri mengakui kepada NYSN bahwa ia sering menjanjikan Rasya untuk mengajaknya jalan-jalan atau dibelikan mainan bila menjadi juara, sehingga Rasya dapat menjadi lebih semangat untuk berlatih. Rasya juga merupakan anak yang cerdas dalam pelajaran sekolahnya. Nilai rata-rata pelajarannya mencapai 90. Soni juga mengatakan bahwa Rasya tidak mengikuti bimbel karena menurut Soni, dirinya masih bisa menangani untuk mengajari Rasya dalam hal pelajaran sekolahnya. Lebih lanjut Soni juga mengatakan kepada NYSN bahwa Rasya merupakan anak yang bersemangat dalam berjuang. “Dia typical anak yang energic, kalah tidak masalah, malah lebih semangat buat perbaikan.”tambah Soni. Walaupun Rasya selalu mengatakan bahwa ia bercita-cita menjadi pengusaha sukses, namun bagi Soni, jika Rasya nantinya berubah pikiran dan ingin menjadi atlet wushu, menurutnya itu juga merupakan hal yang baik. Soni selalu membebaskan Rasya untuk memilih selama itu adalah hal yang positif. “Jangan memaksakan kehendak kita ingin anak kita menjadi apa. Pandai melihat bakat dan minat anak. Dukung dan support dengan sepenuh hati materi mental dan semangat.”tutup Soni (crs/adt)

Alfian Pelatih Wushu Muda ini, Menelurkan Banyak Bibit Berpresatsi

Alfian Prayoga Bustomi yang tak lain merupakan mantan atlet wushu yang sudah menuai banyak prestasi dan akhirnya, memutuskan pilihan untuk menjadi pelatih wushu Coach/Sifu Wushu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang jurusan Fakultas Ilmu Komunikasi ini sudah berlatih wushu sejak kelas 3 SD. “Saya tertarik dengan wushu itu sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 sekolah dasar, alasannya adalah karena Wushu itu bela diri yang menyehatkan dan paling lengkap menurut saya bahkan indah.” ujar Alfian. Alfian telah mengikuti berbagai kejuaraan, antara lain Kejurnas di Jogja pada tahun 2013 dan Kejuaraan di Pertamina pada tahun 2010 dan mendapatkan peringkat 4. Alfian juga masuk ke dalam peringkat 5 besar di Taulu Chanquan dalam kategori junior C dan mendapatkan 2 medali dalam Kejurda. Hampir 10 tahun berlatih wushu, menjadikan Alfian mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi pelatih wushu. Sekarang, Alfian melatih wushu dalam komunitas Glora Wushu. Hal tersebut dimulainya semenjak duduk di bangku SMK kelas 11. “Sekarang saya kuliah dan bekerja jadi photographer serta admin media sosial di salah satu perusahaan di Tangerang, Jadi kalau weekend saya mengajar murid-murid saya di Curug Tangerang.” ujar Alfian. Murid-murid wushu yang dilatih oleh Alfian sudah mengikuti banyak kejuaraan. Yang paling berkesan bagi Alfian adalah pada saat Kejurda di Banten, muridnya membawa pulang 14 medali dari beberapa kategori wushu yang dilombakan. Ada pula anak perempuan yang juga merupakan salah satu murid Alfian mendapatkan juara harapan 1 dalam Kejurnas di Jakarta. Salah satu murid yang prestasinya paling menonjol menurut Alfian adalah Fatih, yang sudah meraih juara di kejuaran daerah dan antar club wushu serta di kejurnas jakarta. Diusianya yang masih terbilang muda, Alfian sudah melahirkan siswa siswi berprestasi dalam bidang olahraga wushu lewat didikannya. Remaja yang menyukai berbagai jenis olahraga ini mengatakan kepada NYSN bahwa wushu adalah olahraga yang sangat berprestasi karena mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya. “Tetaplah berolahraga, karena itu sangat penting untuk kesehatan kita. Jadi apapun olahraganya, apapun beladirinya jangan pernah merasa bosan karena itu semua bisa membuat kita lebih sehat.” pesan Alfian.(crs/adt)

Tarung Derajat Jatim Optimis Akan Menyabet Gelar Juara Umum Popnas 2017

Foto: tarungderajatjatim

Surabaya – Pengprov Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Jatim belakangan ini sedang mempersiapkan atlet-atlet terbaik untuk bertanding di Pekan Pelajar Olahraga Nasional (Popnas) yang akan di selenggarakan di Semarang-Jateng Bulan September yang akan datang. Ketua Harian Pengprov Kodrat Jatim Erwin H Poedjono mengatakan dari 36 atlet yang terpilih seleksi akan kembali dibagi menjadi dua, yaitu tim inti dan tim pelapis, “Tim inti ada 19 atlet, tetap akan kita berlakukan sistem promosi degradasi hinggi jelang Popnas nanti. Meski sudah lolos tapi kalau tidak latihan pasti posisi bisa digantikan atlet lain, ” ujarnya yang dilansir dari tribunnews “Para atlet Popnas itu nantinya akan berlatih dengan atlet yang dipersiapkan di Pomnas (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional),” kata Bambang Haryo yang juga merupakan anggota DPR RI itu. Sementara, Bambang Haryo, Ketua Umum Kodrat Jatim saat di wawancarai senin (12/6) mengatakan “Saya sudah melihat proses seleksi di GOR Sidoarjo Bulan Maret lalu, dari 86 peserta terjaring 36 atlet,”. Bambang Haryo sangat optimistis dengan para atlet yang terpilih nantinya bisa meraih juara umum Popnas dengan merebut minimal empat emas. Lainnya ia menjelaskan, dari 36 atlet nantinya akan disaring kembali menjadi 19 petarung saja. Nantinya mereka yang terpilih akan di karantina dan menjalani proses latihan terpadu yang digelar di Surabaya. Bidang Pengembangan Prestasi Dispora Jatim Dudi Harijanto menuturkan, saat mengawasi langsung jalannya  seleksi tim Popnas Tarung Derajat Jatim kemarin mengatakan “Cabor tarung derajat ini baru pertama dipertandingkan resmi di Popnas, setelah ini kita baru akan bicara target”. Ia menyebut hasil dari seleksi ini akan dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan target medali yang akan di raih.

PABBSI Kaltim Sampai Saat Ini Belum Siapkan Lifter Untuk Mengikuti Popnas

Ilustrasi : Lifter Angkat Berat. Foto : tribunnews

Samarinda – Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2017 diselenggarakan di Semarang, Jawa Tengah. Namun, menurut Sugeng Mochdar, sekretaris Pengprov Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABBSI) Kalimantan Timur mengaku belum pasti apakah cabang angkat besi akan turut serta dalam POPNAS 2017. Sugeng pun akan menemui Dispora Kaltim untuk mengonfirmasi kepastian disertakannya cabang angkat besi sebagai bagian kontingen Kaltim. “Informasinya angkat besi rencananya tidak diikutsertakan, sehingga kami perlu mendapatkan penjelasan dari Dispora Kaltim, kenapa cabang angkat besi ini tidak diikutsertakan ke POPNAS,” ungkap Sugeng yang dilansir dari antara PABBSI Kaltim sebenarnya sudah siap menurunkan 10 atlet yang siap untuk POPNAS. Rata-rata mereka adalah atlet junior yang berasal dari SKOI Kaltim. Tetapi karena kondisi defisit anggaran keuangan Dispora Kaltim, membuat Tim angkat besi berencana mencoret keikutsertaannya. Kondisi tersebut membuat pihak pengurus dan atlet kecewa lantaran angkat besi termasuk andalan yang mengharumkan nama Indonesia di olimpiade. Sesuai lansiran kaltim.com, pihak pengurus mengatakan “Kami pengurus dan atlet sangat kecewa apalagi kalau hal ini terbukti angkat besi tidak diikutsertakan.” Jelasnya.

Hebat, Junaedi Akan Dinobatkan Sebagai Pelatih Ice Skating Terbaik se Asia

Coach Jun, pelatih Ice Skating yang akan dinobatkan sebagai pelatih terbaik se Asia

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sebagai prasasti terima kasihku, mungkin demikian sepenggal liric lagu karangan Sartono ini, begitu penting peran guru di balik kesuksesan anak didiknya. Pelatih (coach) olahraga ice skating di Mall Bintaro Xchange, Junaedi telah melahirkan pelajar-pelajar yang berprestasi dalam bidang olahraga tersebut. Pria yang sehari-hari dipanggil Jun ini sudah menggeluti dunia olahraga ice skating sejak tahun 1996, dan tentunya membuat dirinya sangat berpengalaman dalam dunia olahraga tersebut. Sangat banyak kompetisi yang sudah diikuti oleh Jun. Namun yang paling berkesan baginya adalah ketika ia mewakili Indonesia di kompetisi Korea Dream Program. “Mewakili Indonesia dalam kompetisi Korea Dream Program, bisa dibilang itu adalah puncak karir saya.” ujar Jun. Pada dasarnya, Jun yang memang sangat menyukai anak-anak, maka dari itu, tidak sulit baginya membangun komunikasi antara dirinya dengan murid-murid ice skatingnya. Jun menjadi pelatih ice skating pertama kalinya di Mall Taman Anggrek dan berjalan selama 16 tahun, lalu ia pindah menjadi pelatih di Mall Bintaro Xchange sudah 2 tahun belakangan ini, karena melihat tempat ice skating yang baru beberapa tahun dibangun ini membutuhkan banyak perkembangan dalam latihan ice skatingnya. Saking mencintai ice skating dan menikmati menjadi pelatih, Jun sempat di drop out dari tempat kuliahnya. Sampai akhirnya, Jun juga pernah berada di titik jenuhnya pada tahun 2005. Ia takut salah memilih jalan hidupnya menjadi pelatih. Bermodalkan tekad dan keberanian, Jun tetap melangkah dan ternyata Jun mempunyai karir yang cemerlang di bidang ice skating. Perlu di ketahui dalam waktu dekat ini Jun akan dinobatkan menjadi pelatih terbaik se Asia pada bulan Agustus tahun ini. Menurut Jun, olahraga ice skating sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, tetapi belum resmi dijadikan olahraga dalam program pemerintah. “Kategori yang diadakan pemerintah berbeda dengan kategori yang kita ikuti. Dalam kompetisi ice skating, ada beberapa jenis kategori atau event, cukup banyak namun yang diadakan oleh pemerintah hanya satu sampai dua event. Padahal, jika melihat tujuan dari ice skating ini, bukan hanya kompetisi dan juara, tetapi juga rekreasi dan refreshing.” jelas Jun. Jun mengatakan sudah pernah sounding kepada kementerian pemuda dan olahraga, bahwa impiannya adalah di Indonesia ini ada lapangan ice skating khusus untuk para atlet, bukan hanya di Mall. “kami sudah sounding ke Menpora, namun sampai saat ini belum mendapatkan kepastian. impiannya adalah di Indonesia ini ada lapangan ice skating khusus untuk para atlet, bukan hanya di Mall.”tutup Jun.(crs/adt)

Ingin Seperti Yuna Kim, Tiada Hari Libur Bagi Naura Untuk Bermain Ice Skating

Naura (Kiri) bersama temannya Kinan (Kanan) saat mengikuti acara Indonesia Ice Skating Open (IISO) 2017.

Berseluncur di atas permukaan es dengan menggunakan sepatu runcing berbahan baja berhasil menarik hati para penggemarnya. Bintaro X change yang menyajikan wahana hobby bercampur olahraga ini berhasil memanjakan pengunjungnya lewat ruangan elegan beralaskan bongkahan es yang tertata apik. Salah satunya adalah siswi SD IT Aulia, gadis belia yang bernama Naura Jannati Ahmad, telah mahir bermain ice skating sejak duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Berawal dari sedang jalan-jalan ke Mall, Naura tertarik melihat latihan ice skating di Mall tersebut. Ia langsung meminta orang tuanya mendaftarkan dirinya untuk bergabung, dan hingga saat ini bakat pelajar berusia 8 tahun ini sudah tidak diragukan lagi dalam bidang olahraga tersebut. Beberapa bulan setelah berlatih, Naura akhirnya mulai mengikuti berbagai kompetisi. Diantaranya Kejurnas, Skate Bangkok, Skate Bandung, dan kompetisi di Abu Dhabi merupakan beberapa kompetisi yang pernah diikuti Naura. “Aku suka banget ice skating. Kalo disuruh berhenti aku bisa sedih.” terang siswi yang meraih juara 1 kategori solo spotlight dalam kompetisi Skate Bandung. Naura juga mengatakan kepada NYSN bahwa ia pernah mengalami cidera bocor di bagian kepala karena terjatuh saat latihan. Tapi, karena sangat mencintai ice skating, hanya selang waktu beberapa hari saja Naura sudah mulai kembali berlatih. Diakuinya ia tidak bisa berlama lama libur latihan. Hal senada juga di katakan oleh Junaedi, pelatih Naura, Naura adalah anak yang pendiam. “Awalnya Naura tidak ada bakat apapun, tapi karena dia sangat rajin latihannya, Naura menunjukan perkembangan pesat.” kata Junaedi. Dengan nada lugu gadis belia ini juga berpesan kepada khalayak banyak bahwa rajin merupakan modal utama. “Harus rajin, tidak boleh malas, nanti pasti jadi pintar mainnya.” tutup siswi yang mengagumi ice skater Yuna Kim.(crs/adt)

Layaknya Putri Salju, Kinan Mengadu Bakat Ice Skatingnya Hingga ke Abu Dhabi

Kinan Saat Berlaga di Lapangan Ice Skating

Kemampuan berseluncur di atas es merupakan keterampilan dasar untuk mengikuti olahraga hoki, seluncur cepat, seluncur indah, dan dansa es. Cut Kinanti Putri Safhira (7), merupakan atlet muda di bidang olahraga ice skating yang telah mengikuti berbagai kompetisi di bidang olahraga tersebut. Siswi SD Islam Al-Azhar 17 Bintaro ini mulai berlatih ice skating sejak usia 6 tahun dan sekarang sudah berada di level freestyle 4. “Dulu aku didaftarin mama, terus setelah ikut latihan beberapa kali akhirnya aku suka deh.” terang Kinan. “Ice skating itu seru, soalnya ada level-levelnya.” lanjut Kinan, yang mengaku bahwa level dalam ice skating membuat dirinya merasa lebih tertantang. Sekitar 12 kompetisi ice skating telah Kinan ikuti. Dan prestasi yang telah diraihnya antara lain, dalam kompetisi Skate jakarta tahun 2016, Kinan menyabet juara 1 dalam Kategori Solo Com, dan juara 2 dalam Kategori Artistic, Technical dan Footwork. Tak tanggung-tanggung, Kinan juga pernah mengikuti kompetisi di Abu Dhabi dan meraih juara 1 dalam kategori Solo Spotlight dan Footwork, serta juara 2 dalam kategori Artistic, dan juara 3 dalam kategori Technical. Menurut Desi yang tak lain adalah Ibunda Kinan, awal mula Kinan terjun dalam olehraga ice skating disaat sedang mencoba-coba bermain ice skating dan belum mahir berjalan di atas es. Ketika itu, Junaedi, sang pelatih ice skating di Mall Bintaro Xchange yang sekarang menjadi pelatih Kinan, melihat bahwa Kinan mempunyai potensi di bidang olahraga tersebut. Setelah diusulkan, Desi akhirnya mendaftarkan Kinan untuk bergabung dalam jadwal latihan ice skating di Mall Bintaro Xchange. Dan seiring berjalannya waktu, Kinan menjadi sangat menyukai ice skating. Desi mengatakan kepada NYSN bahwa Kinan mempunyai semangat yang luar biasa dalam berlatih. “Walaupun menjelang ujian sekolah, Kinan tidak mau mengurangi jadwal latihan ice skatingnya. Dia selalu membawa buku pelajaran ke tempat latihan agar tetap bisa belajar pelajaran sekolah sambil berlatih ice skating. Semangatnya luar biasa dalam menekuni olahraga seluncur yang satu ini.” ujar Desi. Perjuangan Kinan yang selalu menyeimbangkan antara hobby dan kewajibannya sebagai pelajar ini terbukti dengan prestasinya yang luar biasa dalam olahraga ice skating maupun di sekolah. Meskipun sering tidak bisa masuk sekolah karena kompetisi, Kinan tetap masuk dalam peringkat 10 besar di kelasnya. Dalam waktu dekat ini Kinan sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Skate Asia pada bulan Agustus mendatang. Menjelang kompetisi lebih lanjut Desi mengakui kepada NYSN bahwa Kinan lebih banyak berlatih dari jadwal biasanya. “Kinan berlatih setiap hari selama 1 jam. Bahkan jika ada waktu luang, Kinan selalu gunakan untuk berlatih ice skating.” kata Desi, yang selalu setia mendampingi anaknya di setiap kegiatan. Sebagai penambah semangat untuk menjadi juara dalam kompetisi, Kinan selalu minta orang tuanya membelikan mainan kesukaannya ketika ia mendapatkan juara. “Kinan gemar bermain squishy. Dia minta 2 buah squishy kalau bisa juara 1, dan 1 buah squishy kalau mendapatkan juara 2.” ujar Desi. Walaupun sangat tertarik untuk menjadi pelatih ice skating ketika dewasa nanti, Kinan mengatakan kepada Desi bahwa ia tetap bercita-cita menjadi Dokter. “Walau dua hal tersebut terlihat tidak berhubungan, namun Kinan yakin bahwa dirinya bisa membagi waktu untuk menjadi Dokter sekaligus pelatih.” tutup Desi. (crs/adt)

Dijanjikan Boleh Makan Mie Instan, Nadia Berjuang Untuk Jadi Juara Catur

Siswi kelas 5 SD Islam Sinar Cendekia Jombang, Tangsel yang bernama Aulia Nadia Azzahra sangat berprestasi dalam bidang olahraga catur. Ketika tinggal di Kalimantan, Nadia mengikuti jejak kakaknya yang juga seorang atlet catur, Aisha Nadine Sharikha yang sudah lebih dulu tergabung dalam Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PERCASI) Kalimantan. Nadia mengatakan bahwa ibunya sudah sering menawarkan untuk bergabung dalam latihan catur seperti kakaknya, namun dirinya masih ragu sampai pada akhirnya tertarik karena melihat kakaknya mengikuti kejuaraan. Nadia mulai mengikuti latihan catur sejak masih di bangku Taman kanak-kanak, dan lebih mendalaminya lagi ketika duduk di kelas 3 SD sekaligus mulai mengikuti berbagai kejuaraan. Prestasi Nadia antara lain Juara 1 O2SN se kabupaten Kutai Timur 2016, juara 3 catur cepat O2SN SD se provinsi Kaltim 2016, Juara 3 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri F 2014, dan Juara 2 O2SN SD se Tangsel 2017. Setelah naik kelas 5 SD, Nadia dan keluarga pindah ke Jakarta. Mulai dari situlah Nadia lebih sering mengikuti berbagai kejuaraan. “Mama melarang makan mie kalau menjelang kejuaraan. Tapi kalau akhirnya jadi juara, hadiahnya boleh makan mie. Aku bahagia banget kalau dapet hadiah itu.” Kata Nadia dengan nada polos sambil tersenyum. Nadia juga pernah merasa capek dan hampir menyerah untuk mengikuti lomba, tapi ibunya teris mensupport dan selalu memberi semangat sehingga Nadia bisa bangkit kembali. Perasaan menyesal juga pernah menghampiri Nadia ketika ia mengikuti Japfa Chess Festival. Nadia terlalu menganggap sepele lawan mainnya dan terlalu percaya diri, sehingga pada akhirnya ia kalah dalam pertandingan. Tapi ayah dan ibu selalu mendampingi Nadia. Mereka selalu mengajari Nadia untuk lebih merendahkan diri dan tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Nadia juga selalu diingatkan untuk rajin berdoa dan belajar mengaji, walaupun sibuk mengikuti kejuaraan. “Disiplin, pantang menyerah, rajin berdoa dan mengaji, nanti kalau sudah jadi juara kan kita juga yang senang.” ujar Nadia seraya memberikan saran untuk teman-temannya yang sedang berjuang. Rahmawati, Ibunda Nadia mengatakan, awalnya Nadia dan kakaknya hanya iseng-iseng mengikuti latihan catur untuk mengasah otak, tetapi karena Rahmawati melihat anak-anaknya berpotensi pada bidang olahraga tersebut, akhirnya Rahmawati menuntun anak-anaknya untuk fokus pada catur. “Bagi saya, menjadi atlet itu akan membentuk karakter dan fisik anak-anak dan saya rasa saya sudah menemukan jalan untuk anak-anak saya kedepannya.” ujar Rahmawati, yang juga mengatakan bahwa sekolah Nadia dan Nadine di Sinar Cendekia sangat mendukung kegiatan positif para muridnya. Rahmawati bersyukur karena sekolah dapat bekerja sama dalam mendukung anak-anaknya, bahkan pihak sekolah tidak pernah lupa untuk memberikan info-info tugas sekolah untuk Nadia dan Nadine agar tidak tertinggal pelajaran. Rahmawati juga tidak pernah memaksakan anak-anaknya dalam menjalani sesuatu. Diakuinya, dia tidak masalah jika anaknya tidak mau menjadi atlet. Tapi ia bersyukur karena anak-anaknya mengerti bahwa perjuangan mereka dari merintis itu tidak mudah, sehingga mereka tetap mempertahankan apa yang sudah dicapai. “Jalan yang berliku-liku itu memang tidak sedikit orang yang ingin menyerah karena tidak sanggup melewati proses, tapi tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka dari itu jangan putus asa.” pesan Rahmawati.(crs/adt)

Kelas 2 Sekolah Dasar, Zachry Sudah Menguasai Tehnik Motor Trail

Sejiwa dengan saudaranya siswa SDN 03 Pd. Ranji, tangsel bernama M. Zachry Akbar (9) sangat menyukai balap motor trail. Ia tergabung dalam komunitas PPC Pondok Cabe di kelas 65 cc. Ibunda Zachry memaparkan kepada NYSN bahwa menyukai olahraga tersebut ketika mendatangi sirkuit balap motor trail dan langsung berminat untuk bergabung. Prestasi Zachry dalam berbagai kejuaraan balap motor trail juga sudah tidak diragukan lagi. Ia tercatat menjadi juara beberapa kali, diantaranya juara I kejurda Banten, juara I kejurda Jabar, dan juara 5 dalam kejurnas dan masih banyak lagi. “Sejak kelas 2 SD, Zachry sudah mengikuti latihan balap motor trail.” ungkap Andi Tenri Seno, Ibunda Zachry. Ajaibnya dikatakan Andi, Zachry berlatih menggunakan motor kopling 65cc sedangkan untuk anak seusianya biasa menggunakan motir matic 50cc sebagai langkah awal. Namun hal tersebut malah membuat Zachry jadi lebih cepat menguasai motor matic karena motor kopling lebih susah proses latihannya.”papar Andi. Sibuk mengikuti kejuaraan dimana-mana tidak membuat pelajar yang mengikuti jejak kakaknya menjadi pembalap motor trail ini meninggalkan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Siswa yang menyukai pelajaran matematika ini selalu masuk 10 besar di kelasnya. Walaupun masih kelas 3 SD, Zachry merupakan anak yang mempunyai semangat tinggi. Sampai suatu ketika, Zachry mengalami demam tinggi di hari akan diadakannya perlombaan. Andi sempat ragu bahwa Zachry tetap bisa menghadiri acara tersebut. Namun, Zachry mengatakan bahwa ia mampu melakukannya, dan ternyata ia dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik di sela-sela kondisinya yang kurang sehat. Pertama kali mengikuti kejurnas, Zachry merasa kecewa karena motornya bermasalah ketika sedang ikut kejuaraan. Menurutnya, seharusnya ia berpeluang untuk menjadi juara I, tetapi karena di tengah pertandingan motornya mengalami kendala, Zachry akhirnya berhasil menyelesaikan balapan dengan menduduki peringkat kedua. Dan hal itu membuat Zachry belajar untuk lebih baik lagi. Zachry juga pernah mengalami cidera di perut ketika sedang mengikuti salah satu kejuaraan. Namun bagi Andi, hal tersebut sudah biasa untuk anak-anak yang menggeluti motor trail, yang penting tetap memakai atribut keamanan agar dapat meminimalisir cidera yang serius saat terjatuh.(crs/adt)

Hebat, Anak Kelas 4 SD Ini Menduduki Peringkat 5 Besar Dalam Kejurnas Balap Motor Trail

Azura saat berlaga diatas motorcross

Sekali nyoba pasti langsung ketagihan sampai-sampai jatuh kadang tak terasa karena saat olahraga motocross mulai mengadiksi. Menunggangi motor di jalan tanah lalu melompat-lompat memang mengasyikkan dan mampu memacu adrenalin. Seperti yang di lakukan oleh M. Azura Zakaria (11), siswa kelas 6 SDN 03 Pondok Ranji, Tangsel. Yang sehari-hari biasa dipanggil Azura. Pelajar yang mempunyai banyak prestasi di bidang motor trail ini awalnya hanya melihat-lihat saja sampai akhirnya saat kelas 4 SD, ia memutuskan untuk bergabung dalam komunitas PPC Pondok Cabe. Berbekal latihan seminggu 4 kali pada hari kamis-minggu, Azura cepat menguasai olahraga ekstrim tersebut. Ia juga pernah menduduki peringkat ke-5 dalam kejurnas balap motor trail. Andi Tenri Seno, Ibunda Azura mengatakan bahwa dukungan dari keluarga dan terutama suaminya sangat diberikan terhadap keinginan anaknya. “Azura sangat mahir dalam jumping, sedangkan adiknya lebih mahir motor kopling.” jelas Andi, yang mempunyai dua orang anak lelaki dan keduanya berprestasi dalam dunia motor trail. Andi menambahkan bahwa Azura sendiri memang mengakui bahwa ia mempunyai cita-cita menjadi pembalap. Karena itulah ia sangat senang dapat tergabung dalam salah satu komunitas balap. Namun terkadang karena jadwal kejuaraan yang selalu diadakan pada hari sabtu, Azura sesekali harus izin tidak masuk sekolah pada hari tersebut jika ia harus mengikuti kejuaraan. Tapi hal itu bukanlah sebuah masalah bagi Azura. Karena kecerdasannya, Azura tetap dapat mengikuti pelajaran sekolah dengan baik dan tidak menunjukkan kemunduran pada nilai-nilai pelajarannya. “Peserta balap motor trail seusia Azura biasanya sudah lebih ekstrim dan lebih jago bermainnya. Terkadang saya suka takut kalau melihat mereka balapan, takut cidera berat.” ungkap Andi, yang juga mengatakan kepada NYSN bahwa Azura pernah mengalami patah jari ketika mengikuti kejuaraan. Namun, Azura tidak kapok karena kejadian itu. Semakin lama Azura menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. “Awal ikut kejuaraan, Azura hanya mendapat peringkat kedua belas, tapi lama kelamaan bisa naik sampai sepuluh besar. Karena biasanya, peringkat satu sampai sepuluhlah yang banyak dicari oleh para sponsor.” tutur Andi. Andi juga menambahkan, ia tidak lupa menanamkan ajaran-ajaran agama kepada anak-anaknya. Azura dan adiknya mengikuti les mengaji setiap hari Senin-Rabu. Andi berpesan untuk para orang tua yang anak-anaknya ingin bergabung dalam komunitas motor trail. “Jangan dilarang, didukung aja dan jangan khawatir.” tutup Andi mengakhiri perbincangan.(crs/adt)

Pernah Kecewa, Pecatur Muda Ini Targetkan Juara Porprov

Nadine saat mengikuti JAPFA Chess Festival 2017

Catur yang umumnya sangat identik dengan para orang yang sudah berumur dengan menggunakan strategi pertarungan dalam bentuk miniatur mulai banyak di minati oleh remaja, kali ini catur berhasil memikat Aisha Nadine Sharikha, yang lahir di Sangatta, 9 juli 2004 tertarik dengan catur. Nadine, siswi kelas 7 SMP Sinar Cendekia Jombang, Rawalele, Tangsel merupakan siswi yang berprestasi di bidang olahraga catur. Remaja penggemar pempek ini memaparkan kepada NYSN mulai berlatih catur sejak kelas 2 SD, sekitar umur 7 tahun. Tetapi sempat berhenti satu tahun yang lalu dan kembali memulai di bangku kelas 4 SD sekaligus awal dirinya mengikuti berbagai kejuaraan catur. “Waktu saya kelas 2 SD, saya mengikuti les piano. Terus di depan tempat les saya ada tempat les catur. Kalau saya belum dijemput, biasanya saya sering menunggu di tempat ekskul catur dan melihat orang-orang yang sedang berlatih catur sekaligus mempelajarinya. Lama kelamaan saya tertarik main catur, dan akhirnya ikut ekskul catur di sekolah untuk mengembangkan diri saya agar bisa bermain catur lebih baik lagi. Saya tertarik main catur krn seru aja lihatnya. sekitar 5 bulan, saya mencoba fokus belajar catur, lalu saya mengikuti kejuaraan untuk menambah pengalaman.”cerita Nadine Nadine juga telah mengumpulkan cukup banyak prestasi luar biasa dalam berbagai kejuaraan catur, diantaranya : Juara 1 O2SN SD se kabupaten Kutai Timur 2015 juara 2 catur cepat O2SN SD se provinsi Kaltim 2015 juara 1 O2SN SMP se-Tangsel 2017 Juara 1 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri E 2014 Juara 3 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri E 2015 Juara 2 Kejuaraan Daerah Kaltim Junior Putri D 2016. Ternyata, walau sudah banyak mencetak prestasi, Nadine mengakui terkadang masih ada saat dimana ia merasa capek dan malas berlatih. “Belum lagi berlatih memory, saya dan adik juga atlet memory Indonesia. Cuma ya kalau mau ikut kejuaraan, harus tetap giat berlatih.” jelas Nadine yang juga mempunyai adik yang berprestasi di bidang olahraga yang sama. Nadine juga mengatakan kepada NYSN, jika kejuaraan memakan waktu sampai berhari-hari, ia sering kali tertinggal pelajaran, jadi ia harus rajin mengejar ketinggalan, salah satunya dengan mengikuti pelajaran tambahan dan aktif di sekolah. Kejurnas dan Porprov juga diakui Nadine merupakan tantangan terberat dan tersulit karena mayoritas pesertanya sudah sangat berpengalaman, bahkan ada yang sudah mempunyai gelar. Siswi yang juga hobby membaca novel ini juga pernah merasakan pengalaman pahit saat mengikuti kejurnas. “Saya sempat kalah melawan tim lain, karena kecurangan di tim lain yang sudah kerja sama antara pelatih dan pemain. Disitu saya sangat kecewa sekali, dan saya nangis ke ibu saya karena kalah.” ungkap nadine. Akan tetapi, Nadine bukan merupakan anak yang pantang menyerah. Jika gagal terus untuk mencobanya lagi. “Jangan pantang menyerah, intinya latihan dan berdoa, semuanya pasti akan ada hasilnya cepat atau lambat. Kalo gagal coba lagi, belajar dari kegagalan itu, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yg sama. Semangat terapkan sikap disiplin jg, manfaatkan waktu dengan baik. Orang sukses itu orang yg pandai memanfaatkan waktu, dan belajar setiap kesalahannya.” pesan Nadine (crs/adt)

Wow, Pelatih Anggar Ini Mencetak Ratusan Medali Untuk Muridnya Yang Berprestasi

FX Widi Dwi Anggono, mengenakan atribut khas Anggar. NYSN Media (06/07/17)

Pria kelahiran 23 Januari 1983 ini mulai berlatih anggar sejak tahun 2002, dan pernah mengikuti pra PON & PON di Palembang, Kalimantan, Riau, dan Bandung. Widi juga pernah menjadi juara 3 tingkat nasional individu dan regu, dan pernah ikut bertanding ke Eropa, Madrid, Israel, serta mengikuti latihan bersama di Jerman dan Ukraina. Pria yang bernama lengkap FX Widi Dwi Anggono, pelatih anggar di sekolah St. john’s BSD, tangsel yang mempunyai segudang prestasi di bidang yang di gelutinya. Diantaranya berhasil mencetak bibit Ekskul anggar di St. John’s pernah menjadi juara II Nasional pelajar pada tahun 2012 di Kalimantan, dan juga menjadi juara II Nasional di Kejurnas Anggar Jakarta, lalu ada 1 siswa yang ikut di kejuaraan Asia yang diadakan di Thailand. Disamping menjadi pelatih anggar dan wakil kepala sekolah bagian Olahraga di St. John’s, Widi juga menjabat sebagai Ketua Harian di IKASI Tangsel. Widi mulai mengajar di sekolah St. John’s sejak tahun 2007 dan pada tahun 2009, Widi membuka ekskul anggar di sekolah tersebut. Selama menjadi pelatih di St. John’s, Widi telah menyumbangkan sekitar 143 medali anggar untuk sekolah tersebut sejak tahun 2009-2017. “Olahraga anggar lebih ke pembentukan karakter dan fisik siswa, karena dapat mengembangkan sifat disiplin, kerja keras, teamwork, dan leadership di dalam diri para siswa dan siswi lewat latihan anggar. Biasanya untuk pemanasan full olah tubuh bisa memakan waktu sekitar satu jam.” ujar Widi. Widi juga mengatakan bahwa walaupun masih level pelajar, prestasi St. John’s dalam bidang anggar bisa bersaing dengan PPLP sekolah Atlet, dan mempunyai program yang cukup jelas dalam bidang olahraga tersebut. “Olahraga anggar juga dapat menjadi bekal yang cukup bagi para siswa yang berprestasi di bidang tersebut untuk mendapatkan beasiswa, bahkan sampai ke luar negeri.”tambahnya Mayoritas siswa yang ikut ekskul anggar adalah para siswa yang mempunyai IQ cukup tinggi, yaitu di atas 40. Bahkan ada salah satu siswa yang disebut Widi sebagai siswa superior karena hanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dilatih dan ikut dalam kejuaraan. “Namun, belum banyak sekolah yang mau memasukkan olahraga anggar dalam ekskulnya. Biasanya karena faktor alat-alat yang harganya cukup mahal.” jelas Widi kepada NYSN.(crs/adt)

Sering Memar Saat Bertanding, Nanda Raup Simpatik Orang Tua Dengan Segudang Prestasi

Nanda, saat mewakili Indonesia dalam bidang olahraga Anggar di Thailand

Awalnya hanya coba-coba mengikuti ekskul anggar, hingga pada akhirnya tertarik dan menjadi serius dalam olahraga tersebut, remaja yang bernama Jayanto Nanda Putra sudah berlatih anggar dari kelas 2 SMP, Siswa kelas X di SMU St. John’s BSD, Serpong, Tangsel. Menurut Nanda, anggar merupakan olahraga yang unik dan mempunyai alat/senjata yang keren. Ia juga mengatakan kepada NYSN bahwa berlatih anggar tidak memerlukan waktu lama untuk bisa dimengerti. “Asal rajin nonton youtube aja lihat bagaimana para atlet bermain anggar.” ujar Nanda membagikan kiat agar cepat mahir bermain anggar. Siswa yang juga mempunyai hobby bermain game ini mengatakan bahwa selain dapat mengumpulkan banyak prestasi, ia juga dapat melatih mental dan keberaniannya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kejuaraan anggar. Namun, Nanda mengakui bahwa terkadang ia sulit membagi waktu antara latihan anggar dan pelajaran sekolahnya. Ia sering kali izin les karena harus mengikuti latihan. Walaupun begitu, remaja yang lahir di Jakarta, 27 November 2001 tersebut tetap giat mengejar ketinggalannya dalam pelajaran sehingga nilainya juga tetap memuaskan. Jika Nanda mengalami kegagalan dalam kejuaraan, hal tersebut tidak akan membuatnya patah semangat dan terus berjuang. Dan terbukti, perjuangannya membuahkan hasil. Nanda mempunyai cukup banyak prestasi, antara lain: 1. Juara 3 Junior High School Men Sabre SYNC 2014 2. Juara 1 Junior High School Men Sabre Highscope Cup 2015 3. Juara 3 OPEN Men Sabre Se JaBoDeTaBek 2015 4. Juara 1 Junior High School Men Sabre SYNC 2015 5. Juara 2 Junior High School Men Sabre PPLP Nasional di Solo 2015 6. Juara 2 Kejurda Men Sabre Cadet 2015 7. Juara 3 Kejurda Men Sabre Junior 2015 8. Juara 3 Men Sabre WalKot Cup 2016 9. Juara 1 KejurDa Men Sabee Cadet 2016 10. Juara 2 KejurNas Men Sabre Cadet 2016 11. Juara 1 KejurDa Men Sabre Junior 2016 12. Representing Indonesia at Korat, Thailand 13. Juara 3 Cadet Jakarta Open Fencing Festival 2 – 2016 Dukungan sempat tidak diberikan oleh orang tua Nanda ketika melihat tubuh Nanda banyak memar selama menjalani latihan anggar. Tetapi Nanda mampu membuat orang tuanya berubah pikiran dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang luar biasa. “Waktu di Thailand, aku bangga banget bisa mewakili Indonesia di tingkat Internasional. Walaupun tidak menang, tapi aku punya jaket Indonesia, rasanya bangga banget, walaupun banyak bekas memar di badanku.” ujar Nanda. “Kalau kalian ingin berprestasi, kalian harus giat berlatih dan mempunyai tekad yang tinggi agar bisa menjadi juara. Kalah gakpapa, karena kalah membuat kita belajar dari kesalahan dan bisa memperbaikinya. Salam Olahraga! Jaya!” tutup Nanda dengan semangat.(crs/adt)

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Jarang Peminat, Anggar Malah Jadi Pilihan Anshel Mengejar Beasiswa

Hardyanshel Kesuma, siswa kelas X dari SMU St. John’s BSD, tangsel yang berprestasi dalam bidang olahraga anggar, dan sudah mengikuti berbagai kejuaraan. Pelajar yang sehari-harinya sering dipanggil Anshel ini sudah mengikuti ekskul anggar sejak duduk di kelas 8. Awalnya Anshel berminat pada olahraga badminton, tapi ternyata ia merasa bahwa anggar lebih menarik perhatiannya. Salah satu tujuan Anshel menekuni anggar juga karena jika berprestasi, dirinya bisa mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan untuk mengikuti program beasiswa. Mayoritas kejuaraan anggar yang telah diikuti oleh Anshel adalah di tingkat provinsi. Salah satu prestasinya adalah juara II dalam Kejurda Banten. Anshel juga punya prestasi lain, yaitu di bidang matematika dan masih menekuni juga sampai sekarang. Berbeda dengan anggar, Anshel telah mengikuti kejuaraan matematika sejak di bangku SD dan sudah mengikuti kejuaraan sampai ke luar negeri. Meskipun dirinya bercita-cita menjadi Aktuaria, tetapi ia tetap mencintai anggar. Menurut Anshel, tidak ada kendala dalam membagi waktu belajar dan latihan. Walaupun pernah sesekali izin untuk berlatih anggar dan harus mengikuti ulangan harian susulan, tapi itu tidak sering terjadi dan tidak ada pengaruh buruk untuk nilai-nilai pelajaran sekolahnya. Orang tua Anshel juga mendukung dirinya untuk mengikuti berbagai kejuaraan anggar. Bagi orang tua Anshel, olahraga anggar belum banyak pesaingnya. Walaupun berprestasi, Anshel tetap pernah merasakan pengalaman pahit yaitu kalah dalam kejuaraan, dan hal tersebut dikatakan Anshel adalah hal yang tidak terlupakan. “Pernah waktu ikut kejurnas sempat merasa putus asa dan ingin menyerah karena merasa tidak bisa bermain dengan baik dan akhirnya mengalami kekalahan.”ujar Anshel. Akan tetapi Anshel terus mendapatkan dukungan dan selalu disemangati oleh pelatih dan orang tuanya, sehingga ia bisa bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai menghasilkan prestasi-prestasi yang membanggakan bagi sekolahnya. “Serius dalam latihan, dan setiap ada lomba ikut saja, kalah tidak apa-apa yang penting sudah mencoba dan bisa punya pengalaman.”tutup Anshel seraya memberikan pesan-pesan untuk para pelajar agar bisa meraih prestasi. (crs/adt)

Sosok Aristoteles Menjadi Penyemangat Gerak dan Kata Dalam Menekuni Olahraga Karate Gojukai

Daffa Aditya Sonjaya (11), memegang piala kemenangannya. Foto: NYSNMedia (06/07/17)

Seperti yang kita ketahui bahwa bela diri asal negeri sakura yang berdiri di era 1950-1965 karate Gojukai ini masih di gandrungi oleh banyak kalangan, Gojukai bukan hanya mengajarkan tehnik bela diri tetapi lebih dalam lagi mengajarkan kehidupan yang berbudi luhur. Badan sehat, berbudi luhur, prestasi tercapai inilah target yang akan di capai Daffa Aditya Sonjaya (11) ke depan. Daffa yang tak lain merupakan pelajar sekolah dasar yang berprestasi dalam olahraga beladiri karate gojukai saat ini masih bersekolah di Cikal Harapkan, Rawabuntu, Serpong, Tangsel. Daffa yang gemar makan sate, sudah berhasil duduk di tingkatan sabuk biru walaupun baru kelas 5 sekolah dasar mengatakan kepada NYSN bahwa Gojukai merupakan wadah dari karateka. “Gojukai adalah wadah dari karateka, berbagai perlombaan kejuaraan sudah berhasil aku di lalui, dan seringkali aku selalu pulang membawa kebanggaan untuk orang tuaku.”ujar Daffa dengan nada lugu. Gokasi cup di Depok daffa berhasil pulang membawa piala dan medali juara ke dua, IYOS di Cibubur Daffa kembali menang dengan menyandang juara pertama, sedangkan dalam turnamen GIS Daffa meraih juara 2, dan banyak lagi kompetisi yang ia juarai dari tingkatan setara. Tak luput jenis pertandingan kata atau gerak jurus adalah pertandingan yang daffa lakukan, kata tekyoku, deit, seifa, sepai, seisan dan kururunfa adalah jenis-jenis kata yang sering kali di pertandingan. Daffa menambahkan bahwa jadwal latihan dua kali seminggu adalah modal awal latihan daffa di sekolahnya. Dan tokoh besar Aristoles menjadi idamannya dalam bercermin kedispilinan. “Sang simpai Aristoteles selalu mengajarkan kedisiplinan yang tinggi, dan penekanan keseriusan adalah titik awal kekuatan. Dua kali dalam seminggu merupakan modal awalku meraih impian dan cita cita.” Tambahnya “Aku ingin terus menjadi karateka supaya aku selalu sehat dan aku ingin bisa menjadi guru yang mengajarkan karate kepada muridku nanti. Aku juga ingin bisa melindungi papa dan mama dari orang- orang jahat.” Tutup Daffa dengan nada semangat. (bam/adt)

Emosi yang Berlebih, Sylvester Gagal Jadi Juara Karate

Perlu kita ketahui bahwa sumber kekuatan karate bertumpu kepada salah satu gerakan dasar yang sangat penting yang sering di sebut dengan istilah kuda kuda, karena kuda-kuda merupakan tumpuan dari semua gerakan. Sylvester Sumeru (21) merupakan karateka terbaik di dki Jakarta. Sylvester yang mengawali karate dari Lembaga karatedo indonesia (LEMKARI) lalu pindah ke institute karatedo nasional (INKANAS) Sylvester yang kerap di sapa Syl ini sudah memulai hobby dan karirnya semenjak usia 7 tahun, kala itu Syl masih duduk di kelas 1 sekolah dasar dan saat ini sudah dalam tingkatan sabuk hitam (expert). Berbagai kejuaraan tikat daerah, Provinsi sampai Nasional sudah di lalui sylvester. Sylvester mengatakan pada NYSN bahwa Forki Cup dan Gubernur Cup jadi saksi. “Waktu itu saat di Forki Cup saya sudah hampir jadi juara, saat perebutan juara satu dan dua. Namun saya di diskualifikasi karna saya melakukan sebuah kesalahan yang mengakibatkan lawan tanding saya cidera serius. Saya merasa sangat menyesal kejadian itu terjadi. Emosi yang berlebih membuat saya salah dan akhirnya kalah.” Ujar Sylvester Syl menambahkan bahea peran Sang pelatih yang telah memberikan dorongan, melatih Syl selama 14 tahun sampai saat ini, selalu memberikan motivasi bahwa seorang karateka harus berusaha dan tidak boleh patah semangat. Karenanya dengan olahraga hidup menjadi lebih sehat jasmani maupun rohani. “Saya mengucapkan sangat berterima kasih kepada sang guru Simpai Dirta yang telah melatih saya selama 14 tahun, hingga saya lebih mengerti arti kesabaran dan bisa menjadi seorang yang rendah hati. ilmu ini yang saya dapatkan selama menggeluti karate. Dan saya berharap banyak kepada karateka lain agar mengerti seni dan arti bela diri yang sebenarnya.” Harap sylvester (bam/adt)