Detec Open Junior 2018, Mulai Terjadi Bentrok Antar Unggulan di Delapan Besar

Faried Widya asal DKI Jakarta mulai menemui lawan-lawan sengit di ronde delapan besar tunggal putra KU-14, Kejurnas Tenis Yunior Detec Open 2018. (net)

Solo- Kejurnas Tenis Yunior Detec Open 2018 yang berlangsung di lapangan tenis Gelora Manahan, Solo memasuki babak ketiga, Rabu (17/6). Sejumlah petenis unggulan teratas belum tertahankan di ajang yang masuk kalender kompetisi resmi PP Pelti (TDP) ini. Dua seeded teratas tunggal putri Kelompok Umur (KU) 14 tahun, Aurelya Chamsiayu asal Sukoharjo dan Keila Mangesti Path dari Manado berhasil melaju ke babak perempat final. Demikian pula di bagian putra. Dua petenis Jawa Timur, Faza Syah Rizal (Surabaya) dan Sultan Kafi Delon (Jember) melangkah ke babak delapan besar. “Namun, petenis unggulan harus mulai waspada. Mereka akan terlibat bentrok sesama unggulan di perempat final. Bila terlena bisa terjungkal dan gagal masuk semi final,” tutur Direktur Turnamen Detec Open 2017, Anshari Nursida, Kamis (28/6). Unggulan kedua tunggal putra KU-14, Sultan Kafi Delon di fase ini. Ia akan meladeni tantangan Faried Widya dari DKI Jakarta, yang tahun lalu jadi kampiun KU-12. Kendati hanya berada posisi seeded ke-11, petenis asal Yogya yang kini berlatih bersama Deddy Prasetyo Tennis Club (Detec) Jakarta ini berjanji memberi perlawanan sengit terhadap lawan yang menempati peringkat nasional ke delapan itu. “Faried belum punya target maksimal, namun minimal dia harus sampai perempat final, agar rasio menang kalahnya setidaknya dua banding satu,” tutur founder Detec, Deddy Prasetyo. (art) Hasil Rabu (27/6) Babak Ketiga Tunggal Putra KU-10 Rasya Qaisyar (Temanggung) v Adiyatma Rizal (Tulungagung) 8-1 Witjaksono Wahyu (Serang) v Rafel Jose (Semarang) 8-3 Muhammad Alfaradu (Kalsel) v M. Mouressi Urwan (Banten) 8-6 Christian Dwi W (Pati) v Rafaalentino (Banten) 8-4 Fabian Wibowo (Tulungagung) v Arjuna Wijaya (Kediri) 8-4 M. Misbah Abdullah (Madiun) v Theo Putra (Bali) 8-1 Rasyel Trianda (DIY) v M. Isha Auzai (Semarang) 8-3 Arya Dika (Denpasar) v Hanief Arazi (Sleman) 8-2 KU-12 Ravel Indro (Pemalang) v Natanael Santoso (Pati) 8-3 Rafael Dandi (Semarang) v Tyaga Hijrah (Surabaya) 8-5 M. Aji Faizul (Tulungagung) v M. Gilang Fedora (Blitar) 8-3 Michal Ihsan (Pati) v M. Rifdan (Malang) 8-5 Valentino Bagas (Tangerang Selatan) v Dzakiyy Atila (Karanganyar) 8-6 Pijar Prawira (Gunung Kidul) v Firdaus Hidayat (Pati) 8-1 Diego Armando (Pati) v Razan Dhawy (DKI) 8-2 Leandra Maheswara (Solo) v Reno Sultan (Malang) 8-1 KU-14 Faza Syah Rizal (Surabaya) v Widarta Nur (Kediri) 6-1 6-4 Leonard Sungkono (Purworejo) v M. Nur Alfachri (Cianjur) 6-2 7-5 M. Akbar Aidil Fitri (Kudus) v Kevin Putra (Pati) 6-1 6-1 Kevin Candra (Buleleng) v Audric Madyapanna (Bekasi) 7-5 6-2 M. Abid Athallah (Semarang) v Tahajud Kanjeng (Karanganyar) 4-6 6-3 [11-9] Putu Ariel Wahyu (Bali) v Rexy Ibrahimovic (Banyumas) 6-3 6-3 Faried Widya (DKI) v Muh. Sulthan Sadiq (Bogor) 6-3 6-4 Sultan Kafi Delon (Jember) v M. Hildan Alfiano (Blitar) 6-2 6-4 Tunggal Putri KU-10 Aisha Ramadhani (Gunung Kidul) v Stefi Intenialova (Banyumas) 8-4 Adyba Ardelia (Blora) v Faiza Quenna (Bogor) 8-4 Raissa Aurelya (Blitar) v Syafira Dhini (Sukoharjo) 8-1 Sabrina Adia Putri (Bandung) v Khansa Aqilah (Cilacap) 8-0 KU-12 Joanne Lynn (Bandung) v Chantika Rizqi (Gresik) 8-4 Cylova Yuleyka (Banten) v Talitha Ayudya (Bantul) 8-3 Lailatul Fajria (Banjarmasin) v Aileen Aurellia (Malang) 8-2 KU-14 Aurelya Chamsiayu (Sukoharjo) v Cindy Rahma (Banjarnegara) 6-2 6-2 Grifith Rose June (Klaten) v Justmin Da Costa (Banten) 0-6 7-6(1) [10-3] Putu Kevalaih (Tangerang Selatan) v Meydiana (Malang) 6-3 6-1 Rifda Hanifah (Jember) v Amara Dinda Nayla (Gunung Kidul) 7-5 6-2 Latifasih Maharani (Bantul) v Nasywa Syamsabila (Ciamis) 7-6(1) 6-1 Sekar Vinda (Cilacap) v Naila Jihan (Jember) 6-4 6-1 Dinda Nurmayanda (Banjarnegara) v Diandra Kirana (Blora) 6-0 6-0 Keila Mangesti Path (Manado) v Aluna Sagyta (Surabaya) 6-0 6-3

Kota Solo Siap Gelar Kejurnas Tenis Junior ‘Detec Open 2018’, Panitia Bidik 400 Peserta

Panitia pelaksana Kejurnas Tenis Junior 'Detec Open 2018' menargetkan jumlah peserta sebanyak 400 petenis di beberapa kategori kelompok umur. (net)

Jakarta- Kota Solo, Jawa Tengah, siap menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis Junior bertajuk ‘Detec Open 2018’, di Kompleks Stadion Tenis Gelora Manahan, pada 25-30 Juni nanti. Turnamen yang masuk dalam kalender pertandingan resmi Pengurus Pusat (PP) Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) itu menjadi ajang persaingan petenis Kelompok Umur (KU) 8, 10, 12, 14, 16, dan 18 tahun. Anshari Nursida, Direktur Turnamen sekaligus pengelola Deddy Tennis Club (Detec), mengatakan semua kategori menggelar nomor tunggal dan ganda. Khusus untuk KU 8 dan 10 tahun, hanya ada pertandingan tunggal,” ujar Anshari, Sabtu (23/6). Tahun lalu, sekitar 380 petenis dari berbagai kota di Tanah Air meramaikan persaingan untuk jadi kampiun pada turnamen yang untuk pertama kalinya digelar. Sementara, tahun ini, panitia pelaksana menargetkan sebanyak 400 peserta akan bersaingan menjadi yang terbaik di masing-masing kategori. Sedangkan tiap peserta dibatasi hanya dapat bertanding pada dua nomor, yakni tunggal dan ganda pada KU yang sama. Anshari mengaku optimis dapat memenuhi target soal jumlah peserta sebanyak 400 petenis.”Hingga saat ini sudah lebih dari 200 peserta terdaftar. Biasanya banyak yang ramai-ramai daftar, pada saat akhir,” cetusnya. Lebih lanjut, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 21 April 1991 itu, menjelaskan bahwa pendaftaran masih dibuka, hingga sign in pada Minggu (24/6), mulai pukul 12.00 WIB hingga 17.00 WIB. “Biaya pendaftaran masih sama dengan tahun lalu, Rp 300.000,- untuk bermain tunggal dan ganda,” tukas Anshari. (Adt)

Jadi Duta WTA Future Stars, Yayuk Basuki Kenalkan Tenis Pada Anak-anak Bali

Legenda tenis Indonesia, Yayuk Basuki (biru) yang menjadi Duta WTA Finals, memperkenalkan tenis kepada 50 anak berusia 10-12 tahun, dari Yayasan Sosial Tat Twam Asi, Denpasar. (menaranews.com)

Denpasar- WTA Future Stars memperluas jangkauannya di Indonesia. Mereka menggandeng Yayuk Basuki, Legenda tenis Indonesia. Yayuk sebagai Duta WTA Finals di Singapura, Oktober ini, memperkenalkan tenis kepada 50 anak berusia 10-12 tahun, dari Yayasan Sosial Tat Twam Asi, Denpasar. Ini kali pertama dalam serangkaian kegiatan dan latihan dasar yang menyenangkan di lapangan tenis KONI Bali, Denpasar, Kamis (21/6). Dengan enam gelar single WTA dan sembilan gelar ganda, Yayuk Basuki berbagi pengalamannya dengan generasi. “Saya telah bekerja dengan inisiatif WTA Future Stars selama beberapa tahun. Saya senang dapat memperluas jangkauan kami di Indonesia. Ini adalah WTA pertama kami di Bali dan sangat menyenangkan bisa memperkenalkan tenis kepada anak-anak,” kata Yayuk yang pernah menempati peringkat 19 WTA. Yayasan Sosial Tat Twam Asi didirikan pada 1987 mengakomodasi anak-anak usia sekolah, terutama anak-anak perempuan dari keluarga miskin atau yatim piatu, dan memberi mereka kesempatan untuk menerima pendidikan formal (SD hingga SMA). “WTA sangat bangga dengan pekerjaan yang telah kami lakukan di Asia-Pasifik selama empat tahun terakhir, sejak event WTA Finals telah diselenggarakan di Singapura,” kata Melissa Pine, Wakil Presiden WTA Asia-Pasifik dan Direktur Turnamen Final WTA. Yayasan ini memiliki panti asuhan di Bali yang telah menampung lebih dari 900 orang dan telah berhasil menyalurkan anak asuh untuk mencari pekerjaan. Lebih lanjut dia mengatakan WTA Future Stars diluncurkan ketika acara permata mahkota pindah ke Asia-Pasifik untuk pertama kalinya pada tahun 2014. WTA telah menyelenggarakan klinik dan kelas master di Cina, India, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Tujuannya adalah mendorong generasi berikutnya untuk menjalani kehidupan yang lebih baik melalui olahraga. Bersama dengan legenda WTA kami seperti Yayuk Basuki, WTA Future Stars bertujuan menginspirasi lebih banyak anak-anak untuk mengambil raket dan mengenali bagaimana olahraga adalah alat yang kuat untuk mengembangkan keterampilan hidup yang akan bermanfaat bagi mereka di masa depan. “Saya yakin hari ini adalah hari yang sangat istimewa bagi anak-anak, untuk dapat mempelajari dasar-dasar tenis dari yang terbaik dari negara kami. Pengalaman mereka hari ini dengan Yayuk Basuki dan WTA akan tak terlupakan,” ujar Ketut Dwi Angraeni, seorang manajer dari Tat Twam Asi Social Foundation. WTA Future Stars Clinic adalah bagian dari platform regional untuk mempromosikan tenis bagi anak-anak di seluruh Asia-Pasifik, dan termasuk WTA Future Stars Tournament yang masing-masing negara mengirimkan dua perwakilan untuk berkompetisi dalam kategori U-14 dan U-16. PP Pelti (Persatuan Tenis Seluruh Indonesia) juga melakukan uji coba memilih wakil mereka untuk turnamen WTA Future Stars yang akan diadakan di Singapura, bersamaan dengan edisi kelima dan terakhir dari BNP Paribas WTA Finals Singapore, yang disajikan oleh SC Global. (Dre)

WTA Future Stars Dihelat Di Bali, Ajang Petenis Putri Indonesia KU 14 dan 16 Tahun Tambah Jam Tanding

Petenis Indonesia Priska Madelyn Nugroho, pernah menjadi juara KU 14 di ajang WTA Future Stars, di Singapura. (twitter)

Jakarta- Women Tennis Association (WTA) Future Stars bakal dihelat di Lapangan Tenis KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), Denpasar, Bali, 19-23 Juni 2018. Event ini merupakan kualifikasi petenis putri Kelompok Umur (KU) 14 dan 16 tahun, untuk menjadi wakil Indonesia. Satu petenis terbaik pada masing-masing kategori akan terpilih mewakili Merah Putih bersaing di partai pamungkas di Singapura, pada Oktober 2018. Tahun lalu, Indonesia sukses meraih gelar juara KU-14, melalui Priska Madelyn Nugroho. Pada laga final di National Indoor Stadium Singapore, Priska menaklukkan wakil Thailand, Jattavapornvanit, 6-3 dan 6-3. WTA Future Stars adalah platform keterlibatan yang mendorong baik pemuda maupun pemudi di seluruh Asia-Pasifik, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan olahraga, khususnya tenis. Tujuannya, menanamkan pada generasi berikutnya pentingnya melakoni gaya hidup sehat, kerjasama tim, disiplin dan fokus, yang akan membangun kekuatan dalam karakter yang akan menguntungkan mereka, baik di lapangan tenis maupun dalam kehidupan. Susan Soebakti, Direktur Turnamen WTA Future Stars Indonesia, menyebut turnamen kualifikasi WTA Future Stars ini jadi ajang menambah jam bertanding petenis Indonesia KU-14 dan KU-16 tahun, agar mampu bersaing dengan petenis terbaik dari 21 negara kawasan Asia-Pasifik, pada laga final di Singapura. “Tapi, juara dari event ini tidak langsung menjadi wakil Indonesia, pada ajang yang digelar mengawali laga delapan petenis putri terbaik dunia, dalam BNP Paribas WTA Finals Singapore, yang digelar oleh SC Global, di Singapore Indoor Stadium,” ujar Susan, pada Selasa (19/6). Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) itu, menambahkan Indonesia akan mengirimkan satu petenis terbaik KU 14 dan 16 tahun berdasarkan peringkat nasional Pelti per 4 September 2018. “Namun, peserta turnamen kualifikasi ini jadi perioritas, bila memiliki poin PNP yang sama,” lanjutnya. Sementara, I Ketut Rochineng, Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Pelti Bali, mengatakan sebuah kehormatan bagi Bali, terpilih menjadi tuan rumah turnamen WTA Future Stars. “Kami berharap petenis tuan rumah, Komang Gina Kusuma Dewi yang pernah membela tim Indonesia di ajang World Junior Tennis Championships, mampu meraih prestasi pada turnamen WTA Future Stars. Ini jadi kesempatan bagi petenis Bali berprestasi dihadapan publik sendiri,” tukas penjabat Bupati Gianyar, Bali itu. (Adt)

Geber TC Asian Games 2018, Timnas Soft Tenis Jalani Pemusatan Latihan di Korea Selatan

Tim Pelatnas Soft Tenis Indonesia Asian Games 2018, segera menjalani Training Camp selama dua pekan di Incheon, Korea Selatan. (tribunnews.com)

Jakarta- Tak berlama-lama menikmati libur lebaran, Timnas Soft Tenis Indonesia kembali menjalani pemusatan latihan (training camp/TC) di Kota Incheon, Korea Selatan. Tim nasional Soft Tenis Indonesia telah menjejakkan kaki di Incheon, Korea Selatan, Senin (18/6). “Mereka telah menyelesaikan tahap uji coba dalam rangka persiapan Asian Games 2018. Saat ini, mereka menjalani training camp selama dua pekan di Incheon,” ucap Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Soft Tenis Seluruh Indonesia (PP Pesti) Martuama Saragi, dalam siaran pers, Senin (18/6). 10 pemain yang diproyeksikan membela Merah Putih di ajang Asian Games 2018 tersebut, akan berada di Incheon hingga awal bulan depan. Sebelum berangkat ke Incheon, skuat Merah Putih telah sukses melewati sejumlah uji coba pada beberapa turnamen internasional di Nakhon Ratchasima (Thailand) dan Hiroshima (Jepang). Selain itu juga di Frankfurt (Jerman) dan Pattaya (Thailand,) serta tes even di Palembang. Prima Simpatiaji dan Elbert Sie bergantian mendulang emas nomor tunggal putra. Sementara Irfandi Hendrawan konsisten di posisi kedua. Sedangkan di sektor putri, Dede Tari Kusrini dan Voni Darlina acapkali berdiri di podium juara. “Prima dan kawan-kawan akan berlatih bersama tim nasional Korea Selatan dengan dua tujuan, yakni untuk memperdalam teknik permainan sekaligus menjadi kesempatan untuk mengukur kekuatan lawan,” ujar pria yang juga Wakil Presiden Federasi Soft Tenis Asia (ASTF) ini. Pada Asian Games 2018, Korea Selatan adalah raja soft tenis. Negeri Ginseng itu mendulang 23 medali emas dari cabang yang mulai dipertandingkan secara resmi sejak Asian Games 1994. Unggul jauh atas Jepang, negeri asal olahraga ini, yang baru mengais lima emas. PP Pesti menargetkan satu medali emas, satu perak dan dua perunggu Asian Games 2018. Pada pesta olahraga antarnegara di kawasan Asia empat tahun silam di Incheon, Korea Selatan, cabang olahraga soft tenis berhasil menyumbang dua medali. Dua medali itu terdiri dari satu medali perak dari nomor tunggal putra atas nama Edi Kusdaryanto serta satu perunggu dari ganda campuran, pasangan Prima Simpatiaji dan Maya Rosa bagi kontingen Indonesia. Sepulang dari Incheon, PP Pesti akan menjamu Timnas Korea Selatan dan Jepang yang akan menjalani latihan di Indonesia. Setelah itu, tim Pelatnas Soft Tenis Indonesia bakal memasuki tahap akhir persiapan menuju Asian Games 2018, yakni penyesuaian lapangan pertandingan di Palembang, awal Agustus mendatang. “Semoga pengorbanan para pemain demi kejayaan Merah Putih, termasuk hanya sekejap menikmati suasana Lebaran di Tanah Air karena harus berlatih di Korea, akan berbuah manis saat penyelenggaraan Asian Games 2018,” pungkasnya. (Adt)

Jakarta International Tennis Academy Bangun Karakter Petenis Muda Berprestasi Internasional

Jakarta International Tennis Academy (JITA) konsisten membangun karakter bibit-bibit petenis muda berbakat dengan prestasi internasional. (Pras/NYSN)

Jakarta- Berawal dari mimpi seorang bernama Goenawan Tedjo, Jakarta International Tennis Academy (JITA) konsisten membangun karakter bibit-bibit petenis muda berbakat dengan prestasi internasional. Bergabung dengan JITA, artinya setiap anak ditempa dengan berbagai metode pelatihan untuk membentuk kemampuan fisik, teknik, karakter, serta membangun mental juara. “Visi dan misinya adalah ingin membentuk pemain dengan prestasi internasional. Tetapi, dasarnya adalah membangun karakter melalui tenis. Sehingga tidak hanya mencetak juara. Namun yang ditekankan adalah juara dengan karakter baik,” ujar Goenawan, Founder JITA, di Kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu. Karakter pertama yang harus dimiliki yakni sportif, sopan, dan memiliki respect terhadap lawan, wasit, pebimbing, pelatih, dan terpenting orang tua. Sebab saat mereka jadi pemain top, maka akan menjadi idola generasi muda. Dan, idola itu harus memiliki karakter yang bagus. Sebab akan menjadi panutan “Kadang-kadang, ada anak yang tidak mau ditonton sama orang tuanya. Itu tidak boleh terjadi disini. Mereka harus punya respect pada orang tua. Sebab, orang tua yang membiayai mereka untuk bergabung disini,” lanjut pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 4 Agustus 1961 itu. Kini, JITA telah memiliki banyak petenis binaan. Tak tanggung-tanggung jumlahnya mencapai lebih dari ratusan petenis. Awalnya, akademi ini bernama Goenawan Fans Tennis Club, hingga berganti nama menjadi JITA pada 2005. Perubahan nama itu bukan tanpa alasan. Selain warga negara Indonesia (WNI), petenis binaan JITA sekitar 35 persennya adalah berkebangsaan asing. Bahkan, sebagai dari mereka sudah mulai berlaga di berbagai turnamen tenis internasional. “Di level junior nasional, petenis binaan JITA banyak berprestasi dan mengisi slot rangking 1 hingga 10. Mereka bermain hingga SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), lalu melanjutkan ke Universitas. Ketika mereka kuliah mendapatkan sponsor atau scholarship. Disini itu cukup banyak,” tambah pria penyuka kuliner Indonesia itu. Disisi lain, minat generasi muda terhadap tenis, diakui pria yang juga memiliki hobi bermain golf itu, sat ini agak menurun. Namun, itu jadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara jasa seperti JITA. “Bagaimana caranya membuat suasana pelatihan menjadi menarik. Dengan begitu mereka tetap memprioritaskan tenis dibandingkan dengan pilihan yang lain. Karena saat ini kami berkompetisi dengan gadget. Ini menjadi tantangan untuk mereka bisa tertarik datang ke outdoor untuk bermain tenis,” tuturnya. “Terkadang orang mengajar saja, namun suasananya membosankan. Sehingga minat dan ketertarikan mereka terhadap tenis makin turun. Itu yang kami terapkan di JITA, maka jumlah petenis binaan disini tetap stabil,” urai pria yang mulai mengajar tenis sejak 1981 itu. Sementara, demi menghasilkan petenis berkualitas, Goenawan mengkritisi dukungan pemerintah. Ia berharap minat pemerintah dalam mendukung olahraga di Tanah Air terus meningkat. “Sejauh ini pemerintah telah memberikan dukungan bukan hanya tenis. Tapi, dukungan itu belum cukup. Kalau mau berprestasi sampai level Asia saja itu masih kurang, apalagi dunia. Bukan pemerintah tidak membantu, memang masih sangat kurang,” tukasnya. “Contoh Singapura. Meski negara kecil, namun pemerintahnya mengalokasikan dana untuk olahraga sangat besar. Hasilnya, mereka membangun fasilitas dan sarana olahraga yang bagus. Boleh dibilang mewah dan lengkap. Dengan begitu maka orang-orang akan lebih senang berolahraga,” ungkapnya. Selain itu, menurutnya, iklim ber kompetisi yang rutin, menjadi sarat mutlak bagi seorang petenis, agar mampu dan bisa bersaing di level permainan yang lebih tinggi. “Mereka harus travelling ikut pertandingan ke luar negeri. Tapi untuk apa? Tentu semua perlu biaya. Terkadang ada atlet yang menang di PON (Pekan Olahraga Nasional) dapat bonus uang. Dan, jangan hanya disimpan, tapi itulah yang dipakai untuk membiayai dirinya mengikuti pertandingan ke luar negeri,” jelasnya. Dengan rutin bertanding di luar negeri, peringkatnya naik dan permainannya makin bagus. Maka profit akan mengikuti. Bagi Goenawan, mengandalkan pemerintah dan ponsor sangat sulit. Dikatakannya, pengalaman dan jam terbang sangat utama. Bila dahulu banyak bermunculan klub-klub tenis besar, namun saat ini kondisinya sudah berbeda. “Harapannya muncul kembali liga antar klub. Ini bisa menggairahkan minat dari para petinggi perusahaan untuk mendirikan klub serta membina para pemainnya. Kalau saat ini belum ada, maka tiap individu-individu itu harus pintar mengelola keuangannya,” tutup ayah empat anak itu. (Adt)

Skuad Fed Junior Indonesia Incar Rangking 100 Dunia, PP Pelti : Pengganti Yayuk Basuki !

Tim Piala Fed Junior 2018 yang terdiri dari (ki-ka) Priska Madelyn Nugroho , Janice Tjen dan Nadya Dhaneswara serta Ryan Tanujoyo, lolos ke putaran final di Hungaria. (vavel.com)

Jakarta– Petenis junior Indonesia, Priska Madelyn, menargetkan bisa menembus peringkat 100 besar dunia junior pada akhir 2018. “Saya saat ini di posisi 164. Pada akhir 2018, targetnya naik ke peringkat 100 besar dunia,” kata Priska, saat penyambutan tim Piala Fed Junior, di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Minggu (22/4). Untuk mencapai posisi tersebut, Priska menargetkan rutin mendulang poin dari turnamen yang akan dia ikuti sampai akhir tahun, yakni satu hingga dua turnamen setiap bulan. Dalam waktu dekat, Priska akan berlaga di turnamen level Grade 4, Malacca Internasional Junior Championship, pada 8-13 Mei 2018, di Malaysia. “Tapi di Malaysia ini saya tidak mau menganggap remeh dan tetap mewaspadai lawan-lawan yang akan dihadapi karena kualitasnya tidak sembarangan. tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ujar Priska. Turnamen yang akan diikuti Priska ini diketahui usai dara yang akan berusia 15 tahun itu, selesai membela Indonesia dalam babak kualifikasi Piala Fed Junior 2018 zona Asia/Oseania. Selain Prsika, tim Indonesia terdiri dari Janice Tjen dan Nadya Dhaneswara Di kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania, Indonesia harus puas hanya menjadi runner-up paska dua kali kalah dari Jepang saat bertemu di fase grup dengan kedudukan 0-2, dan yang kedua saat partai final oleh Australia. Meski menjadi runner-up, Indonesia berhak berlaga dalam grup dunia Piala Fed Junior yang berlangsung di Budapest, Hungaria, September 2018, bersama dengan Australia, Jepang, dan Hong Kong. Negara-negara tersebut menjadi empat terbaik di kawasan Asia/Oseania. Terakhir kali, Indonesia mencicipi babak dunia, yakni pada sembilan tahun lalu (2009). Saat itu, Indonesia mewakili zona Asia/Oseania bersama Australia, Jepang, serta China untuk berlaga di Luis St Potosi, Meksiko, dan finis di posisi ke-9. Pengurus Pusat (PP) Persatuan Lawn Tenis Seluruh Indonesia (Pelti) menilai capaian lolos ke babak dunia ini sinyal kebangkitan tenis Indonesia. “Dari tim Fed junior, semoga muncul pengganti Yayuk Basuki dan pemain senior lainnya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PP Pelti Susan Soebakti, saat penyambutan tim Fed Junior. Ke depannya, Pelti menyatakan akan mempersiapkan tim untuk berlaga di babak dunia Fed Junior pada September mendatang. “Mereka tetap ikut pertandingan dalam persiapan menuju Hungaria. Termasuk pengiriman tur ke luar negeri akan direalisasikan seperti instruksi Ketua Umum,” kata Susan. Selain berbagai persiapan mandiri para atlet dan oleh federasi, jelang tampil di babak dunia Fed Junior, Ketua Umum PP PELTI, Rildo Ananda Anwar berencana memberikan fasilitas wild card pada tim Fed Junior di event Indonesia Women’s Circuit berhadiah total 15 ribu dolar AS, di Solo, Jawa Tengah, pada bulan Juli. (art) Tim Piala Fed Junior Indonesia 2018 1. Priska Madelyn Nugroho 29 Mei 2003 ITF-165 2. Janice Tjen 6 Mei 2002 ITF-213 3. Nadya Dhaneswara 5 Januari 2002 Kapten: Ryan Tanujoyo 7 mei 1982

Unggul Rangking Tak Jaminan, Putri Indonesia Runner-up Kualifikasi Fed Junior 2018

Tim Putri Piala Fed Junior Indonesia (merah), berfoto dengan tim Fed Junior Australia, usai kalah 0-2 di partai final Kualifikasi. (net)

Jakarta- Tim putri Indonesia harus puas menjadi runner-up kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania 2018 usai langkah gemilangnya terhenti di partai puncak. Pada Sabtu (21/4), tim putri Indonesia menyerah kepada Australia 0-2 dalam final di lapangan tenis Serawak Lawn Tennis Association, Kuching, Malaysia. Meski di atas kertas Indonesia punya komposisi pemain yang lebih baik, hal ini tak menjamin tim Merah Putih melenggang di zona Asia/Oseania. Di partai pembuka, tunggal kedua Indonesia, Janice Tjen, takluk dari Anastasia Berezov dalam pertarungan dua set berdurasi 55 menit yang berkesudahan 2-6, 0-6. Peringkat junior ke-213 dunia ini kalah straight set, dari lawan yang bertengger di posisi ke-417 itu dengan skor akhir 2-6 dan 0-6. “Saya agak capek hari ini, kaki terasa berat melangkah sepanjang pertandingan final tadi,” tutur Janice usai laga. Pada partai berikutnya, tunggal utama Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, juga tidak mampu mencetak angka penyeimbang usai kalah dari ujung tombak Australia, Olivia Maria Gadecki, dalam pertarungan dua set satu jam 10 menit yang berkesudahan 4-6, 3-6. Meskipun menjadi runner-up, Indonesia berhak berlaga dalam grup dunia Piala Fed Junior yang berlangsung di Budapest, Hungaria, September 2018 mendatang bersama dengan Australia, Jepang dan Hong Kong, yang menjadi empat terbaik di kawasan Asia/Oseania. Terakhir kali Indonesia mencicipi babak dunia, Pada sembilan tahun lalu, 2009. Saat itu, Indonesia mewakili zona Asia/Oseania bersama Australia, Jepang serta China untuk berlaga di Luis St Potosi, Meksiko, dan finis di posisi ke-9. “Selamat pada tim atas raihan ini, saya bangga atas mereka karena capaian ini lebih baik dari 2009 lalu, saat itu di playoff kita hanya semifinal, sedangkan saat ini kita bisa sampai final,” kata Ketua Umum Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PP Pelti) Rildo Ananda Anwar, dilansir Antara. Meskipun menjadi runner-up, Rildo menilai permainan tim Indonesia sangat baik dan hanya kalah jam terbang dari tim Australia dan Jepang yang dihadapi Indonesia di fase grup. “Dari yang saya ikuti, dua kekalahan kita di kualifikasi Piala Fed Junior 2018, karena kalah jam terbang dari Australia dan Jepang. Karenanya setelah mereka pulang kami akan susun program untuk pemain bertanding di berbagai turnamen luar negeri dan dalam negeri,” ucap Rildo berharap. Setelah kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania ini, Rildo menyebutkan pihaknya akan memberi fasilitas “wild card” pada tim Indonesia yang terdiri dari Janice Tjen, Priska Madelyn dan Nadya Dhaneswara, dalam kejuaraan Indonesia Women`s Future berhadiah total 15 ribu dolar AS dalam waktu dekat. (Art)

Putri Indonesia Ladeni Australia di Final Piala Fed Junior, Siapkan Kado Spesial Hari Kartini

Tim putri Indonesia bakal meladeni Australia di Final Piala Fed Junior 2018., pada Sabtu (21-4), di Khucing, Malaysia. (net)

Jakarta- Tim putri Indonesia berhasil menjejak babak akhir Piala Fed Junior Kualifikasi Asia Oseania 2018, di Kuching, Malaysia. Pada semi final, Jumat (20/4), regu yang menempati posisi unggulan kelima itu menumbangkan seeded kedua, Hong Kong, dengan skor 2-0. Petenis tunggal kedua Indonesia yang tampil partai pembuka, Janice Tjen menang atas Sheena Jade Masuda Karrasch. Peringkat junior ke-213 dunia itu unggul straight set, 6-4 6-3 dalam waktu satu jam lima menit. Dan, Priska Madelyn Nugroho memastikan kemenangan atas Hong Kong setelah mengalahkan Hoi Ki Jenny Wong 6-3 6-3. “Lawan Hong Kong terasa mudah karena mereka tampil tanpa petenis nomor satunya, yang cedera setelah laga alot di perempat final. Jadi, saya lawan pemain kedua dan Janice ketemu urutan ketiga,” ujar Priska usai laga. Sama halnya dengan Indonesia, Hong Kong juga harus melakoni pertarungan sengit di babak delapan besar untuk menentukan pemilik empat tiket sebagai wakil zona Asia Oseania, ke putaran final dunia di Hungaria, September 2018. Lolosnya Indonesia, Thailand dan Hong Kong, bukan tanpa ujian. Mereka harus melalui partai ketiga yakni ganda, yang harus digelar pada Jumat (20/4), lantaran tertunda sehari akibat hujan mengguyur lapangan, sejak Kamis (19/4) siang. Duet Janice dan Priska menyudahi perlawanan pasangan Thailand, Supapitch Kuearum/Mai Napatt Nirundorn, dengan skor 7-5 6-0. Sementara ganda Hong Kong, Ho Iki Jenny Wong/Hong Yi Cody Wong harus mengalami super tie break untuk mengandaskan wakil Korea Selatan, Bo Young Jeong/Yeonwoo Ku, dengan skor 2-6 7-6(5) [10-5]. Pada final, Sabtu (21/4), Indonesia akan meladeni unggulan keenam, Australia yang secara mengejutkan menyingkirkan Jepang di semifinal. “Peluang sih fifty-fifty,” tutur Janice dan Priska, kompak. Di atas kertas, srikandi Indonesia punya materi lebih baik dibanding tim Negeri Kanguru. Tunggal utama Merah Putih, Priska Madelyn Nugroho berperingkat ke-165 dunia, jauh di atas ujung tombak Australia, Olivia Maria Gadecki yang ada di posisi ke-219 dunia. Sedangkan Janice Tjen (ITF-213), jauh di atas Annerly Poulos (401). “Pokoknya kami akan coba semaksimal mungkin memanfaatkan peluang yang ada,” cetus keduanya. Namun, apapun hasil final nanti, keberhasilan trio Priska, Janice dan Nadya Dhaneswara serta kepten Ryan Tanujoyo melaju ke putaran dunia pada ajang petenis kelompok umur 16 tahun itu adalah prestasi langka bagi tenis Indonesia. Terakhir kali, Indonesia mencicipi pentas dilevel dunia Piala Fed Junior pada 2009. Menempati posisi keempat babak penyisihan zona Asia Oseania yang berlangsung di, Australia, trio Grace Sari Ysadora, Cynthia Melita dan Rekyan Woro serta kapten Deddy Tedjamukti finis di posisi kesembilan babak final dunia di Mexico. (Adt)

Christopher Rungkat Jadi Kunci Bungkam Srilanka 3-1, ‘PR’ Pengurus Pelti Siapkan Petenis Muda

Christopher Rungkat masih menjadi andalan Indonesia mengalahkan Srilanka 3-1 pada Play-off Grup II Zona Asia-Oceania. Minggu (8/4). (net)

Jakarta- Tim Piala Davis Indonesia sukses membungkam Srilanka dengan skor 3-1 di Play-off Grup II Zona Asia-Oceania, di Lapangan Tanah Liat Asosiasi Tenis Srilanka, Kolombo, Minggu (8/4). Hasil itu memastikan Indonesia tetap bertahan di Grup II Zona Asia-Oceania sekaligus lepas dari ancaman degradasi. Pada hari pertama, Sabtu (7/4), tim Merah Putih bermain imbang 1-1 setelah petenis utama Indonesia Christopher Rungkat menumbangkan Sharmal Dissanayake dengan skor 6-4, 4-6, 3-0 (retired). Namun, David Agung Susanto tumbang di tangan Harshana Godamanna dengan skor 3-1, 1-6. Hari kedua, duet Christopher Rungkat/Justin Barki berhasil mengalahkan Sharmal Dissanayake/Harshana Godamanna dengan skor 6-4, 6-3. Kemenangan itu membuat Indonesia unggul 2-1 atas Srilanka. Dan, Christo menjadi pahlawan kemenangan usai menekuk petenis andalan Srilanka Harshana Godamanna pada partai keempat melalui laga rubber set, dengan skor 6-4, 4-6, 7-6(7), dalam waktu dua jam lima menit. Febi Widhiyanto, Non-Playing Captain Indonesia, mengatakan hasil tersebut sesuai dengan skenario tim. Dan, Christo selalu menjadi faktor penentu kemenangan. Hal ini merupakan formula klasik, guna bertahan di Grup II Zona Asia-Oceania seperti yang telah dilakukan dalam empat laga dibabak serupa, dalam lima tahun terakhir. “Kami bersyukur hasil ini sesuai skenario. Ganda Christo dan Justin mampu mengambil angka kemenangan dari partai ketiga. Tak ada pilihan yang lebih baik, selain memasang kembali Christo untuk memastikan kemenangan,” tutur Febi. Meski strategi untuk memainkan petenis utama Indonesia berperingkat 824 dunia itu berhasil, namun Febi, menegaskan tugas PP Pelti (Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia) dalam menyiapkan petenis muda sebagai pelapis senior. “Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kepengurusan PP Pelti periode ini. Mereka harus terus menyiapkan petenis muda sebagai pelapis guna menggantikan Christo dimasa depan,” tukasnya. (Adt)

Totalindo Purwokerto Open 2018 Jadi Ajang Hitung Peringkat Petenis Junior Indonesia

Petenis junior Nasional bersaing di turnamen tenis 'Totalindo Purwokerto Open 2018'. (net)

Jakarta- Petenis junior papan atas nasional turut meramaikan persaingan di turnamen tenis bertajuk ‘Totalindo Purwokerto Open 2018’, di Lapangan Tenis Gelanggang Olahraga Satria Purwokerto, Jawa Tengah, 2-8 April. Para petenis ini diantaranya penghuni peringkat nasional Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (Pelti), yang merupakan peringkat atas putra dan putri Kelompok Umur (KU)-16 tahun, yakni Lucky Chandra Kurniawan (Sukoharjo) dan Niken Ferlyana (Blora). Dan, KU-14 yaitu Adinda Satria Gamal (Kediri), dan Aurelya Chamsiayu (Sukoharjo). Sedangkan M. Aji Faizal Nizam (Tulungagung) dan Joanne Lynn (Bandung/6) pada KU-12. Selain petenis junior unggulan, juga diramaikan kehadiran 100 petenis junior yang datang dari berbagai penjuru nusantara. Johannes Susanto, Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti 2017-2022, mengatakan pihaknya tengah membenahi pembagian jenis kategori turnamen junior dan sistem pemeringkatan petenis. Agar, terangnya, akan mampu meningkatkan kualitas pembinaan usia muda. “Mulai tahun ini, poin peringkat hanya dihitung dari enam hasil terbaik masing-masing petenis. Dan kategori kejuaraannya, harus berlangsung seminggu penuh, seperti Totalindo Purwokerto Open ini, bukan dari turnamen dua atau tiga harian,” ujar Johannes, Senin (3/4). Sementara, Budhi Setiawan, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Banyumas, mengapresiasi gelaran turnamen tenis junior berlevel nasional itu dimana daerahnya dipilih menjadi tuan rumah. “Semoga event ini menjadi titik awal bagi kemajuan olahraga tenis di Banyumas,” cetusnya. “Kami cukup bangga memiliki sarana lapangan tenis yang memenuhi standar penyelenggaraan turnamen nasional dulu. Tentu, kami ingin ada petenis Banyumas yang mampu bersaing di ajang seperti ini,” tambah Budhi. Sedangkan, Dudi Rochjat, Direktur Turnamen Totalindo Purwokerto Open 2018, mengungkapkan andai waktunya tak mepet dengan pelaksanaan ujian akhir sekolah, kemungkinan peserta pada turnamen ini akan lebih banyak. “Tapi, persaingan menuju tangga juara ajang ini tetap akan sengit,” tukas Dudi. (Adt)

Bidik 1 Emas Asian Games 2018, Soft Tenis Waspadai Korea, Jepang dan Taiwan

Cabang olahraga Soft Tenis menargetkan satu medali emas Asian Games 2018. (net)

Jakarta- Jelang Asian Games 2018, Jakarta-Palembang, pada Agustus-September mendatang, sejumlah cabang olahraga (cabor) terus mempersiapkan diri dengan baik. Salah satunya cabor soft tenis. Ferly Montolalu, Pelatih Soft Tenis Indonesia, mengatakan pesaing terberat di ajang pesta olahraga terbesar empat tahunan itu adalah Korea, Jepang, dan Taiwan. Ia menyebut cabor soft tenis saat ini dikuasai negara di kawasan Asia. “Tiga negara itu yang menjadi pesaing Indonesia di Asian Games 2018,” ujar Ferly saat ditemui di Kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (20/3). Ferly menambahkan pada Asian Games di Incheon, Korea Selatan (Korsel), empat tahun lalu, cabor soft tenis hanya mampu meraih satu medali perak dan satu perunggu. “Medali perak diraih Edy Kusdaryanto,” ungkapnya. Di Asian Games 2018, Jakarta-Palembang, Ferly menegaskan pihaknya menargetkan soft tenis meraih satu medali emas, satu perak dan satu perunggu. “Prima (Simpatiaji) dan Elbert (Sie) masih jadi tumpuan kami meraih medali emas. Saat ini, kami juga telah membentuk tim inti Asian Games 2018. Dari hasil seleksi 160 petenis dari seluruh Indonesia, kami telah memilih 10 atlet. Terdiri dari lima atlet putra dan lima atlet putri,” tukas Ferly. Ferly juga berbicara soal masalah anggaran timnas soft tenis jelang Asian Games 2018. Ia memastikan saat ini tidak ada masalah terkait anggaran maupun akomodasi. “Untuk masalah anggaran kita tidak ada masalah. Akomodasi juga tidak ada masalah,” tutur Ferly.  Sebelumnya timnas soft tenis Indonesia mengajukan anggaran sebesar 16 miliar rupiah. Tapi pemerintah hanya memberikan 7,7 miliar rupiah dari bujet. “Saat ini anggaran masuk adalah 7,7 miliar rupiah untuk Asian Games 2018,” ungkapnya. “Kekurangan dari anggaran tersebut kami dapatkan dari sponsor,” lanjut Ferly. (Adt)

Kabupaten Sidoarjo Optimis Raih Medali di Kejurnas Tenis

Kabupaten-Sidoarjo-Optimis-Raih-Medali-di-Kejurnas-Tenis

Kali ini, Kabupaten Sidoardjo akan menurunkan empat atletnya dalam keikut sertaanya dalam ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis di Blitar, pada 30 November hingga 4 Desember 2017 mendatang. Ke empat atlet tenis yang akan bersaing di Kejurnas merupakan binaan dari Pesatuan Lawan Tenis Indonesia (Pelti). Pelatih Khosim mengatakan, faktor kesiapan dan cuaca menjadi kendala dalam persiapan Kejurnas. Meski, ke empat atletnya memiliki potensi namun, apabila persiapan kurang tepat akan menjadi kendala yang berarti. “Terkendala hujan yang setiap hari mengguyur,” ujarnya seperti dikutip Jawa Pos. Alasannya menghentikan, karena ingin menjaga kondisi agar tidak menurunkan fisik atlet. Walaupaun terganggu, Khosim berharap atletnya dapat bersaing dalam perebutan medali. “Mudah-mudahan bisa meraih emas, usaha para atlet harus maksimal,” pungkasnya.(pah/adt)

Sering Keseleo Dalam Latihan Olahraga Tenis, Gadis Ini Menganggapnya Sudah Biasa

Balya-Tenis

Jika kita berbicara olahraga tenis lapangan, Indonesia tentu tidak ketinggalan dalam mengambil peran dalam kejuaraan turnamen dunia, namun jika nama Wimbledon yang di bahas, ini merupakan turnamen tenis paling tua dan paling bergengsi di dunia. Tidak mengherankan bila disebut sebagai salah satu dari empat turnamen paling bergengsi di dunia. Bahkan di antara beberapa pemain tenis dunia, mengatakan ini adalah turnamen yang paling diidamkan untuk menang. Kembali ke tanah air, gadis belia ini bernama Balya Mikaela Rahmah, yang tak lain merupakan siswi kelas X di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Balya juga mencintai olahraga tenis lapangan putri, dan layak menjadi atlet, karena ia telah menuai banyak prestasi dalam berbagai kejuaraan tenis lapangan. Balya mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya sudah menggeluti tenis semenjak duduk di bangku sekolah dasar. “Saya mulai ikut latihan tenis sekitar kelas 2 SD dan saat itu saya tergabung dalam club YBTA, Yayuk Basuki Tenis Academy.” kata Balya. Ia juga melanjutkan, bahwa ia mengikuti jejak sang kakak, Haekal Ramadhan yang sudah lebih dahulu menjadi atlet tenis dan juga sudah mempunyai banyak prestasi dalam bidang olahraga tersebut. “Awalnya cuma ikut kakak saya latihan, akhirnya penasaran dan setelah itu coba-coba, eh jadi berlanjut.” lanjutnya. Sudah banyak prestasi dalam olahraga tenis lapangan yang berhasil di koleksi Balya, beberapa diantaranya adalah: 1. Juara 1 dalam POPDA Pandeglang tahun 2016 2. Juara 1 dalam PORKOT Tangsel tahun 2016 3. Juara 3 dalam CBR Tenis Circuit tahun 2017 Balya mengakui, ia tidak pernah mengalami cidera serius selama menggeluti olahraga tenis, hanya sering keseleo yang menurutnya masih tergolong ringan. Di masa mendatang, Balya menuturkan bahwa ia ingin terus menjadi atlet tenis yang berprestasi, apalagi ditambah dengan pelatih serta keluarganya yang selalu mendukung dirinya untuk berjuang menjadi atlet tenis profesional. “Bosan berlatih tenis pernah beberapa kali saya rasakan, tetapi itu hal yang wajar. Cita-cita saya kedepan, saya ingin terus berlatih dan bisa berprestasi dalam bidang olahraga tenis lapangan.” tuturnya. Balya menutup percakapannya dengan NYSN seraya memberikan pesan untuk para siswa dan siswi yang sedang berjuang meraih prestasi dalam olahraga. “Untuk teman-teman yang sedang berjuang, terus berusaha, jangan pernah takut dan jangan pernah menyerah. Tetap semangat!” pesan remaja 15 tahun ini dengan semangat.(crs/adt)

Pemuda Ini Berharap Kepada Pemerintah Untuk Memperjuangkan Atlet Olahraga Tenis Indonesia

Iswandaru-Tennis

Atlet tenis berprestasi, yang merupakan salah satu siswa SMAN Ragunan (khusus olahragawan) bernama Iswandaru Kusumo Putro, awalnya mengakui tidak ada ketertarikan untuk menekuni olahraga tenis. “Saya mulai bermain tenis ketika umur 8 tahun, dulu latihannya sama bapak terus masuk club di Blora. Sebenarnya, sejak awal tidak tertarik sama sekali, tapi lama kelamaan merasa enjoy dan senang dengan olahraga ini.” ujar Iswandaru. (31/07) Semasa sekolah, Iswandaru juga merupakan murid yang berprestasi. Ia selalu memiliki nilai yang bagus dan selalu menjadi juara kelas. Hal itu menjadikan pihak sekolah juga mendukung kegiatan Iswandaru dalam olahraga tenis. “Waktu SD, saya pulang sekolah jam 5 sore, jadi waktu saya untuk berlatih tenis sangat terbatas. Apalagi ketika mengikuti pertandingan berminggu-minggu, saya harus izin sekolah. Kebetulan saya di selalu ranking 1 dari kelas 1 sampai lulus, jadi gampang kalau mau izin ikut kejuaraan atau mau latihan di siang hari pasti diizinkan. Padahal kalau teman-teman saya mau minta izin pasti sulit sekali karena sekolah saya memang keras dan sangat disiplin. Teman-teman saya sampai heran karena saya mudah mendapatkan izin dari sekolah.” tambah Iswandaru. “Namun, itu semua tetap ada syaratnya, yaitu pada saat nanti ujian nasional, nilai matematika saya harus sempurna. Dan alhamdulillah pada saat ujian nasional nilai matematika saya 100 dan menjadi ranking 1. Jadi menurut saya, tidak ada alasan ketika kita fokus pada tenis atau sesuatu hal lainnya, sekolah tetap harus diutamakan.” lanjut remaja kelahiran 6 Januari 2000 ini. Cidera juga pasti pernah dialami Iswandaru. Salah satunya ketika sedang pertandingan di Perth Australia, ketika usia Iswandaru masih 12 tahun dan diperintahkan untuk bermain dalam kelompok 14 tahun. Selain pukulannya jauh lebih kencang dan postur tubuhnya jauh lebih besar, power yang dimiliki Iswandaru juga tidak sebesar kelompok tersebut. “Karena memang saya tidak main di kelompok yang sesuai dengan usia saya, jadi sangat berbeda. Setelah itu bahu saya cidera lumayan lama, sekitar 3 sampai 4 bulan belum juga sembuh total.” ujarnya. Diakui Iswandaru, olahraga tenis termasuk salah satu olahraga yang membutuhkan modal yang cukup besar. “Bisa dibilang olahraga tenis itu lumayan mahal, butuh pertandingan yang banyak, peralatan yang tidak murah dan semua itu pasti butuh dana. Di Indonesia masih sulit cari sponsor yang mau mendanai, apalagi pemerintah juga kurang memperhatikan tenis. Jangankan saya, yang sudah ikut pelatnas saja masih susah dapat dananya.” kata Iswandaru. Iswandaru juga melanjutkan, sesekali ia berpikir bahwa ingin beralih dari menjadi atlet tenis. “Terkadang terlintas buat banting stir ke dunia akademis karena kalau dipikir, menjadi atlet tenis masih belum ada jaminan dari pemerintah, kecuali kalau juara olimpiade. Tapi tenis, kan beda, tenis itu proses, kalo mau juara dunia ya modalnya harus banyak juga, mahal, harus pertandingan keliling dunia, peralatan juga harus lengkap dan memadai. Kalau bicara juara dunia berat ya, mau biaya sendiripun sulit.” tutur Iswandaru. Berikut beberapa prestasi tenis yang telah dikantongi oleh Iswandaru: 1. Finalis tunggal putra umum kejurnas tenis cbr, jkt 21-26 Maret 2017. 2. Winner double putra umum kejurnas tenis cbr jkt 21-26 maret 2017. 3. Boys double winner AGS-V JUNIOR INTL.CHAMPIONNSHIP. Jkt, 31-05 Juni 2016. 4. Boys Double Finalis AGS- VI JUNIOR INTL CHAMPIONSHIPS, Jkt 4-9 Okt 2016. 5.Semi finalist BOY’S DOUBLE 18 & UNDER ITF JUNIOR WIJOYO SOEJONO PELINDO III -MNC GROUP 35. GROUP 5 INTERNASIONAL JUNIOR TENNIS CHAMPIONSHIP 2016 Oktober 8 -16. 6. LTF Boys Double Winner AGS-IV JUNIOR INTL CHAMPIONSHIPS. Jkt, 4-11, okt 2015. 7.Juara 1 Tenis lapangan ganda campuran POPNAS XIII JABAR. 9-18 Sept 2015. 8. Juara 3 ganda putra POPNAS XIII JABAR 9-18 Sept. 2015. 9. Juara 2 Tunggal putra Tenis Lapangan PON REMAJA I JATIM Surabaya , 9-15 Des 2014. 10. Juara 2 ganda campuran Tenis Lapangan PON REMAJA I JATIM. Surabaya 9 – 15 Des. 2014 Prestasi terbaru Iswandaru adalah beberapa minggu lalu, ia mengikuti Asean School Games di Singapore dan berhasil telah membawa pulang 2 medali perak.(crs/adt)

Ke Luar Negeri Gratis, Haekal Jadikan Tenis Menjadi Ajang Silaturahmi Antar Atlet.

Tenis-Haekal-

Tenis lapangan yang sangat identik dengan lapangan outdoor terkenal dengan sebutan olahraga musim panas, dan jika hujan terpaksa pertandingan ataupun latihan di tunda hingga lapangan kering. Seperti yang sudah di paparkan NYSN sebelumnya bahwa tenis ini merupakan olahraga yang di lakukan oleh para bangsawan dunia. Haekal Ramadhan, adalah salah satu atlet tenis yang baru saja lulus dari SMAN 116 Ragunan, ia sudah menggeluti olahraga tersebut sejak usia 6 tahun. “Saya ikut berlatih tenis dari umur 6 tahun. Berlatihnya di Sri Utaminingsih Tennis School yang pada tahun 2004 berubah nama menjadi Yayuk Basuki Tennis Akademi. Mulai tertarik karena semasa kecil saya sering diajak oleh ayah saya untuk melihat tante Yayuk bermain tenis.” kata Haekal. Haekal telah mengumpulkan banyak prestasi dari olahraga tenis, beberapa diantaranya yaitu: 1. Juara 1 ganda putra ITF juniors AGS (5) 2016 2. Juara 2 ganda putra ITF juniors AGS (6) 2016 3. Juara 3 ganda putra ITF widjojo soedjono Surabaya 2016 4. Medali Perak beregu ASEAN school games 2016 Chiang Mai Thailand 5. Medali perunggu ganda putra ASEAN school games 2016 Chiang Mai Thailand Lewat kegiatan berlatih tenis, Haekal mengakui bahwa ia menjadi lebih sehat baik dari sisi jasmani maupun pergaulan, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Keluarganya juga sangat mendukung karena berlatih tenis merupakan kegiatan yang sangat positif. “Pengalaman yang berharga, sih, bisa keluar Negeri gratis, terus bisa kenalan dengan para atlet dari negara lain. Bahkan terkadang bisa naksir.” ujar Haekal sambil tertawa. Bagi pria humoris ini, semua orang disekitarnya sangat berperan dalam mendukung perjuangannya. “Yang pasti Allah SWT, lalu orang tua saya yang tidak lelah memotivasi saya untuk lebih dan lebih lagi dalam berlatih, juga pelatih saya dan sahabat-sahabat saya.” imbuhnya. Menurut Haekal, rasa jenuh yang terkadang datang menghampiri pikiran harus bisa dikalahkan dengan kembali memberikan motivasi untuk diri sendiri, dan selalu mengingat bahwa sudah banyak orang yang berjasa dan berkorban dalam perjuangannya sampai bisa berprestasi sekarang ini. Remaja yang sedang menunggu pengumuman di Universitas Islam Negeri (UIN) tersebut mengatakan kepada NYSN bahwa ia akan fokus kuliah dulu sebagai bekal untuk masa depannya. “Saya realistis dengan keadaan Indonesia sekarang yang bisa dikatakan masih kurang memperhatikan para atlet, jadi saya memilih untuk kuliah terlebih dahulu.” kata Haekal. Ia melanjutkan, untuk teman-temannya yang sedang berjuang dalam meraih prestasi, bahwa harus berlatih keras dan mempunyai komitmen yang kuat. “Ya, berlatih keras dan memiliki komitmen kuat jika memang ingin berprestasi dan membanggakan keluarga di kancah Provinsi, Nasional bahkan tingkat Internasional.” tutupnya.(crs/adt)

Mahasiswi Ini Bermimpi Dapat Bermain Di Olimpiade Demi Membawa Nama Indonesia

Heravita Mediana Taher, Mahasiswi UNJ yang bermimpi untuk berparisipasi membela Indonesia di Olimpiade di Cabang Olahraga Tenis.

Olahraga yang berkembang diawal abad ke-11, ternyata sampai saat ini masih menjadi teka teki, tidak ada rekam pasti siapa orang yang menemukannya. Popularitas olahraga tennis lapangan umumnya dimainkan oleh kaum bangsawan pada masanya. Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, yang bernama Heravita Mediana Taher juga merupakan atlet tennis yang sangat berprestasi. Prestasi Vita antara lain mendapat medali emas dalam kategori tennis beregu di Islamic solidarity games tahun 2015, juara 2 International womens circuit tennis di solo, dan medali emas dalam kategori tunggal serta perak dalam kategori ganda campuran pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang diadakan di Yogyakarta dan Aceh. Sejak SD, Vita sudah mengikuti latihan tennis. Tidak heran jika ia sangat berbakat dan cepat mahir, karena vita memang dilahirkan dari keluarga yang sudah menggeluti olahraga tennis sejak lama. Mahasiswi jurusan pendidikan psikologi yang lahir tanggal 22 Agustus1995 ini telah memasuki semester 8. Dan dilatih langsung oleh sang ayah yang merupakan atlet tenis pada masa mudanya. Vita mengakui bahwa sempat ada rasa bosan yang ia rasakan, tetapi hal tersebut tidak membuatnya untuk berhenti karena diakuinya, ia sudah sangat mencintai olahraga tenis. Peran orang tua sangat penting bagi Vita karena berkat mereka, Vita dapat tumbuh menjadi remaja yang mempunyai prestasi membanggakan. Vita mengatakan kepada NYSN bahwa ia mempunyai mimpi yang sangat besar mampu, generasi muda bahu membahu dan berjuang meraih semua kategori lomba untuk Indonesia. “Aku punya mimpi bisa main di olimpiade, hal itu yang membuatku terus menjalani tenis sampai sekarang. Aku berharap generasi muda indonesia kelak akan lebih banyak yang berprestasi di bidang olahraga, membawa nama indonesia bangkit di kancah internasional, tidak hanya di satu atau dua bidang olahraga tapi dalam semua bidang olahraga. Karena satu hal yang paling bisa membanggakan adalah memberikan dedikasi terbaik untuk negara tercinta.” tutup vita. (crs/adt)