Layaknya Robin Hood, Bunda Naufal Optimis Raih Juara Olahraga Panahan Tingkat Internasional

Naufal sedang menembakkan panah saat mengikuti lomba panah

Naufal Apta Vijaya yang masih duduk di kelas 4 SDN PUSPITEK selalu semangat mengikuti latihan memanah. Menurut remaja laki-laki yang akrab di sapa Apta sudah tergabung dalam club Panahan POWER ARCHERY CLUB di bawah bimbingan couch Neng Siti Sakdiah. Apta juga Beberapa kali mengikuti perlombaan baik itu di Kota Tangerang Selatan sampai ke Luar Kota seperti Bandung, Jakarta dan Bekasi. Tak hanya itu, Apta juga pernah meraih juara 1 di pertandingan tingkat SD yang diadakan pada lomba panah PURSEN ARCHERY CHAMPION SHIP Kota Tangerang Selatan dan juara 3 beregu di pertandingan lomba panah ALIX CUP di Jakarta Selatan. Untuk dapat meraih prestasi yang lebih baik Apta mengatakan dirinya harus lebih banyak berlatih. untuk menjadi Atlit olahraga panahan yang bisa berprestasi. Apta putra nomor 3 dari 3 bersaudara Putra dari Jaya Selwan dan Isnaniar ini lahir di Jakarta 07-07-2007, ingin Seperti Kakak-kakaknya yang di Power Archeri Club yang sudah dapat Prestasi hingga ke luar Negeri. Sementara itu, Isnaniar yang menjadi Ibu dari Naufal Apta Vijaya mengatakan kepada NYSN, sangat mendukung  kegiatan olahraga panahan yang ditekuni oleh Apta. “Karena olah raga memanah ini sangat baik untuk melatih ketenangan, kesabaran dan fokus. Dan yang lebih penting lagi adalah sharingnya sesama teman. Mengajarkan sportifitas, saling mendukung  sesama teman. Walaupun perlengkapan memanah ini tergolong agak mahal tapi tidak menjadi masalah asalkan tidak mengganggu kegiatan Sekolah, menurut saya ini kegiatan positif yang dapat membawa nama baik orang tua, Sekolah bahkan Kota Tangerang Selatan dan selalu optimis memenangkan sampai tingkat internasional,”ujarnya. (ryo/adt)

Taekwondo: Berbekal Rasa Penasaran Pada Kemampuan Sendiri, Remaja Ini Menjadi Juara Internasional

Rizkia Asnari Anwar, juara Taekwondon Internasional yang menang berkat rasa penasaran diri sendiri yang besar.

karena rasa penasarannya pada Taekwondo, akhirnya Rizkia mencoba untuk mengikuti latihan di sekolahnya. Latihan demi latihan ditekuninya sampai akhirnya pelatih menunjuk Rizkia untuk mengikuti kejuaraan di Korea Selatan.

Olahraga Panjat Tebing Menjadi Pilihan Ayu Untuk Menuju Puncak Karirnya.

Ayu yang bermimpi menjadi seorang atlit panjat tebing international

“Naik naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali.” Demikian sepenggal kutipan lyric lagu anak karya Ibu Sud. Lagu ini menyimpan makna mendalam bahwa hidup di mulai dari bawah, lalu beranjak naik, jangan tergoda pada sekeliling untuk mencapai puncak dari cita cita yang di dambakan. Ada persamaan yang di lakukan oleh remaja putri yang bernama Ayu Wahyuni, yang kebetulan mempunyai hobby menggeluti olahraga ekstrim panjat tebing sejak kelas 5 SD, dan sudah mencetak prestasi yang cukup banyak dalam bidang olahraga tersebut. Prestasi Ayu dalam panjat tebing antara lain pernah merebut juara 1 kategori Lead Youth B Putri dalam Kejurprov di Serang, lalu juara 3 Kategori Lead Youth B Putri dalam Sirkuit Banten di Tangerang, dan kemudian menjadi juara 2 Kategori Speed Youth B Putri dalam Kejurprov di Pandeglang. Pada kesempatan itu Ayu mengatakan kepada NYSN, bahwa pemanasan yang sering di lakukan adalah meditasi agar lebih rilex. “Saya latihan tidak lama, karena memang saya sangat menyukai olahraga ini. Ketika akan mengikuti kejuaraan, saya tidak melakukan pemanasan atau persiapan yang sangat khusus. Paling saya hanya meditasi atau dengerin lagu dan menggerak-gerakan tubuh sedikit.” jelas Ayu. Ayu juga mengatakan kepada NYSN bahwa meskipun olahraga panjat tebing dinilai sedikit berbahaya, tetapi keluarga Ayu tidak pernah melarang Ayu untuk menekuni olahraga ini. Menurut Ayu, selama menggeluti olahraga panjat tebing, Ayu tidak pernah bisa melupakan pengalamannya saat menjadi juara untuk pertama kalinya. Ayu mengakui bahwa dirinya mempunyai cita cita menjadi atlet climbing professional. “Memang sejak kecil saya sudah bercita-cita menjadi atlet climbing internasional dan olahraga ini juga termasuk salah satu hobby saya.” kata Ayu. Siswi kelas X di SMU Darussalam ini menuturkan bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam olahraga panjat tebing, bahkan olahraga ekstrim ini mempunyai banyak efek positif yang selama ini dirasakan oleh Ayu antara lain menjadi lebih kuat, sehat dan bisa meraih banyak prestasi jika ditekuni dengan serius. “Kalau menurut saya, jika ingin cepat bisa harus berlatih sekeras dan sesering mungkin. Perjuangan itu pasti tidak akan sia-sia.”tutup remaja kelahiran 6 Agustus 2002 ini.(crs/adt)

Sering Diusir Oleh Pemancing Saat Berlatih Olahraga Dayung, Anak Ini Berhasil Menoreh Prestasi

Dimas (sebelah kanan) saat sedang berlatih

Memang agak lucu cerita Dimas, Siswa yang duduk di kelas XI di SMAN 2 Tangerang Selatan. Pasalnya tutur pria yang bernama lengkap Muhammad Dimas Antariksa Syadza. Dirinya sudah menggeluti olahraga dayung sejak duduk di bangku kelas 7. Remaja yang sehari-harinya dipanggil Dimas ini tergabung dalam club dayung PODSI Tangsel. Dimas mengatakan kepada NYSN, bahwa olahraga dayung belum terlalu banyak peminatnya, dan peluang untuk menjadi juara sangat terbuka lebar. “Karena dayung belum terlalu banyak peminatnya jadi gampang masuknya dan menjadi juara, sementara itu saya pun hobby bermain air.” ujar Dimas yang pernah berprestasi Juara 1 Porkot Tangsel dan juara 1 kategori perahu naga di Kejurda Serang. Dimas bercerita bahwa dirinya mulai mahir dalam berlatih dayung ketika masuk di tahun pertama. Orang tua Dimas juga mendukung penuh minat anak mereka dalam olahraga tersebut. Walaupun merasa bahagia karena sudah menuai berbagai prestasi, Dimas mengatakan bahwa ia pernah mempunyai pengalaman pahit saat berlatih nyebur ke danau . “Pengalaman jatuh di tengah danau saat berlatih dan nggak ada yang nyamperin buat nolongin. Akhirnya saya berusaha berenang sampai dermaga.”imbuhnya Tidak hanya itu, Dimas menambahkan bahwa ketika berlatih masih sering ditegur oleh warga yang sedang memancing di danau karena dianggap mengganggu. “Iya, saat saya sedang jadwal latihan, saya di anggap mengganggu orang yang sedang memancing. Karena kebetulan tempat saya latihat berada di tempat umum.”tambah Dimas Namun Dimas bukanlah anak yang mudah menyerah, Ia tetap berusaha menjadi yang terbaik dan berlatih dayung dengan semangat. Bahkan, Dimas tetap dapat menyeimbangkan antara waktu berlatihnya dengan kewajibannya sebagai pelajar, yaitu bersekolah. Dimas akan terus berjuang untuk meraih cita-citanya menjadi atlet profesional dan bisa terus menggeluti olahraga dayung. Dimas juga sempat berpesan kepada NYSN bahwa rajin berdoa dan sabar merupakan kunci kemenangan. “Kuncinya adalah rajin berdoa, sabar, tekun, rajin berlatih dan jangan mudah pesimis.” tutup Dimas.(crs/adt)

Disiplin Dalam Latihan Membawa Calvin Ke PON Cabang Olahraga Sepatu Roda

Calvin yang berhasil mengukir preastasi hingga ke PON melalui sepatu roda

Olahraga sepatu roda yang satu ini sempat terkenal pada saat era 90 an, olahraga ini sempat di angkat menjadi film layar lebar dalam film Olga, karya Hilman Hariwijaya Berbeda dengan Calvin Leonardo, yang lahir di Jakarta 13 februari 1998, mulai ikut sepatu roda sejak tahun 2011 dan tergabung dalam club JRF (Jakarta Roller Flash). “Saya memang hobby dalam berolahraga, awalnya karena adik saya tergabung dalam club sepatu roda, saya coba ikutan dan akhirnya menjadi hobby sampai sekarang.” ungkap Calvin. Prestasi Calvin pertama kali yaitu dalam lomba marathon 42 KM kejuaraan V3 open 2013 yang diadakan di Jakarta dan mendapatkan medali perak. Tidak sampai di situ, setelah itu Calvin kembali mendapat 2 medali perak dan 1 medali perunggu dalam Malaysia Roller Games, 1 medali perak dalam Kejurnas Piala Ibu Negara di Malang tahun 2015, serta mendapat 1 medali perunggu di lomba 42 KM marathon pada PON XIX Jabar. Calvin sempat mengakui, jika sudah sekitar satu bulan menjelang kejuaraan, jadwal latihan akan ditingkatkan sampai bisa setiap hari. Dalam seminggu, Calvin melakukan latihan berat selama 5 hari dan latihan ringan selama 2 hari. “Kalau latihan dalam jangka panjang latihan hanya 4 kali dalam seminggu. Pemanasannya antara lain pelemasan otot, jogging dan melakukan sedikit gerakan dalam sepatu roda agar saat bermain badan kita tidak kaku.” jelas Calvin. Calvin juga menuturkan kepada NYSN, bahwa orang pertama yang paling berperan dalam perjuangannya meraih prestasi selama ini adalah ibundanya, dan juga pelatihnya terdahulu Shinta Septriana yang tidak kenal lelah untuk melatih dan mendukungnya. “Saat proses menuju PON jabar kemarin sampai saat kejuaraannya, disana saya banyak belajar berbagai macam hal, contohnya saya sekarang bisa lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung sama orang tua lagi, pokoknya saya bisa jadi pribadi yang lebih dewasa berkat PON Jabar kemarin.” ujar Calvin. Calvin juga merupakan orang yang sangat disiplin dalam masalah waktu. Ia kurang suka jika ada yang tidak bisa disiplin waktu. Karena menurut Calvin, disiplin waktu adalah hal yang sangat penting untuk siapapun, dan berhubungan dengan komitmen seseorang. “Saya selalu bercita-cita ingin menjadi orang yang sukses. Disamping itu saya juga berimpian untuk menjadi orang Indonesia yang bisa mengikuti dan memenangkan kejuaraan sepatu roda tingkat dunia. Saya akan terus giat berlatih untuk mengikuti PON XX di Papua tahun 2020 nanti, setelah lulus kuliah saya juga akan tetap fokus berlatih sepatu roda.” tutup Calvin.(crs/adt)

Berhasil Rebut 25 Medali, Ali Lupa Seragam Bertanding

ali juara wushu

Sosok humoris yang di sajikan kali ini adalah Mahasiswa ITI Serpong yang bernama Ali Sadik Andriani, sudah meraih sekitar 25 medali dalam bidang olahraga wushu. Mahasiswa yang mengikuti wushu sejak kelas 5 SD, awalnya didaftarkan oleh bapaknya mengikuti wushu agar mempunyai jenis olahraga yang ditekuni. Setelah 6 bulan berlatih, pelatih Ali melihat bahwa Ali mempunyai potensi dalam olahraga tersebut. Akhirnya, Ali mulai di ikut sertakan dalam berbagai kejuaraan. Kejuaraan pertama yang diikuti oleh Ali adalah Kejurda di Bandung dan meraih juara 3, setelah itu Ali lanjut ikut Kejurnas di Yogyakarta dan mendapatkan juara 2. Tahun-tahun berikutnya Ali semakin banyak mencetak prestasi, diantaranya juara 1 Porprov Lebak, juara 2 Porprov Serang serta juara 1 dan mendapatkan 3 medali emas dalam Kejurnas di Jakarta. Pada masa SMA, Ali sempat berhenti berlatih Wushu karena merasa bosan, tetapi karena kerinduannya terhadap olahraga tersebut, lalu Ali terus melanjutkan latihannya. Peran ayah dan juga pelatihnya sangat penting bagi Ali, karena selalu memberikannya semangat untuk terus berjuang dan selalu membantunya dalam berlatih. Ali juga mengatakan kepada NYSN dirinya pernah mempunyai pengalaman lucu ketika mengikuti kejuaraan di Yogyakarta. “Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan itu adalah kejadian lucu ketika bertanding di Yogyakarta. Baju pertandingan saya ternyata atasan dan bawahannya berbeda, bukan pasangannya karena lupa tidak terbawa. Sedangkan waktu itu peraturannya baju dan celana harus pasangannya, akhirnya pas pertandingan saya merasa beda sendiri dengan peserta yang lainnya karena baju dan celana yang berbeda itu.” cerita Ali sambil tertawa. Ali berpesan untuk para calon atlet muda wushu yang sedang berjuang bahwa mereka harus tetap semangat latihan, supaya berprestasi dan tentunya membanggakan orang tua, sekolah, dan sasana.(crs/adt)

Menguasai Ilmu Beladiri Judo, Allyana Tak Khawatir Jika Berada Di Luar Rumah

Allyana, Siswi yang berprestasi dalam cabang olahraga Judo

Pada umumnya Olahraga bertujuan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani, meningkatkan daya tahan tubuh, upaya pengobatan dari suatu penyakit, juga sebagai profesi untuk menghasilkan uang (olahraga professional). Atlet beladiri judo muda perempuan yang bernama Luthfy Allyana Damayanti Saqha, siswi SMA Yadika 6 mengikuti judo sejak ekskul di kelas 2 SMP. “Karena judo masuk kategori beladiri yang beda dari yang lain anti mainstream gitu. Aku penasaran jadi aku ikut eskulnya semenjak sekolah SMP.” cerita Allyana. Remaja kelahiran Jakarta, 18 Maret 2001 ini telah mencetak berbagai prestasi lewat judo, diantaranya lain: 1. juara 3 Sirkuit Judo Pelajar 2012 2. juara 1 SEJABODETABEK + 2015 3. juara 3 JCUP Malaysia 2015 4. juara 2 Beregu Putri Piala Gubenur 2015 5. juara 3 Kejuaraan Daerah 2015 6. juara 3 POPDA Banten 2016 7. juara 1 Kejuaraan Newaza 2016 8. juara 3 Walikota Cup 2016 9. juara 2 Walikota Cup 2017 Allyana juga berprestasi dalam olahraga lain yang masih sejenis dengan judo, yaitu: 1. juara 2 Kerjurnas Jujitsu 2016 2. juara 3 Sambo Championship 2016 3. juara 2 Kerjurnas Jujitsu Arena Cup 2017 Perjuangan Allyana menjadi atlet berprestasi bukanlah dijalankan dengan mudah. Dirinya sempat mendapatkan penolakan dari orang tuanya. “Orangtua saya tidak setuju kalau anak perempuannya ikut bela diri karena mereka khawatir nantinya bisa patah tulang, sakit dan sebagainya. Tapi aku terus berlatih dan menunjukkan judo itu tidak berbahaya buat perempuan.” terangnya. Lebih lanjut Siswi yang juga mempunyai hobby berenang tersebut mengatakan bahwa dengan berlatih judo, membuatnya tenang jika berada di luar rumah. “kita jadi mempunyai ilmu beladiri yang dapat melindungi diri kita sendiri dari orang jahat jika sedang keluar dari rumah sendiri.”ungkap Allyana Fokus berlatih judo juga tidak membuat nilai-nilai Allyana di sekolah menjadi menurun. Allyana tetap rajin meminjam catatan temannya agar dapat mempelajari pelajaran-pelajarannya yang tertinggal. Dan Ia juga selalu berusaha menyeimbangkan waktu sekolah dan latihannya agar tidak terganggu atau bentrok antara keduanya. Allyana juga mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya pernah mengalami cidera yang sampai sekarang masih sering terasa. “Pas latihan sempat pundak aku keseleo dan sampai sekarang kadang-kadang kambuh, dan pas tanding suka ngerasain pundak kanan aku seperti geser gitu tapi aku abaikan aja lama-lama engga kerasa lagi.” tutur Allyana. Cidera tidak akan membuat Allyana kapok untuk terus berjuang menjadi atlet judo profesional. Menurutnya, selama tubuhnya masih sehat dan kuat serta tidak mengganggu kuliahnya di masa mendatang, Allyana akan terus menjadi atlet judo. “Pesan aku buat siswa siswi, kalian bisa berprestasi sesuai bidang kalian masing masing. Bisa di bidang akademik maupun di non akademik. Ayo, sebagai penerus bangsa Indonesia jadilah pemuda pemudi yang berguna untuk bangsa ini.” pesan Allyana.(crs/adt)

Kepiawaian Sherena Dalam bermain Bola Voli Membawa Timnya Menjadi Juara

Permainan olahraga dalam tim yang terdiri dari 6 orang dengan tumpuan utamanya adalah pada kekuatan tangan, lompatan dan kekuatan kaki lebih di kenal dengan sebutan bola voli. Olahraga ini menggunakan kedua tangan namun boleh juga menggunakan kaki pada saat yang dibutuhkan. Adapun perbedaan ada pada ukuran tinggi net, tinggi net putra adalah 2,43 meter dan untuk net putri adalah 2,24 meter atau terpaut sekitar 19 cm. Remaja belia yang bernama Sherena Arabella Chairunisya, yang lahir di jakarta, 19 juni 2003 ini sangat piawai memainkan bola seberat dari 260 sampai 280 gram. Atlet sekaligus kapten olahraga Voli bernama Sherena Arabella Chairu, mempunyai segudang prestasi di bidang olahraga tersebut. Sebagai kapten sekaligus pemain terbaik dalam tim nya, Sherena mengaku sangat mencintai olahraga voli. Remaja berusia 14 tahun tersebut berlatih voli sedari kecil, mengikuti jejak ayahnya yang juga mempunyai hobby bermain voli. “Menurut aku voli itu menarik karena bagaimana caranya kita itu harus benar-benar kerja tim, kompak dan lainnya karena voli itu kan olahraga kelompok bukan individual.” ujar Sherena. Sherena telah mengikuti beberapa kejuaraan diantaranga O2SN sampai tingkat nasional mewakili banten, juara 1 tingkat SMA mewakili sekolahnya se Kota Tangsel, juara 2 tingkat sekolah sejabodetabek, juara 2 di kejurda, kejuaraan tingkat SMP di Pandeglang, popda tingkat SMA di Pandeglang, juara 2 walikota cup Kota Tangerang, kejuaraan DPRD Kota Tangerang Selatan. Siswi yang akan naik kelas 3 SMP PGRI 1 Ciputat ini merupakan tim inti dalam tim volinya dan berada di posisi open spike dan quicker. Karena kemampuan terbaiknya, tidak heran Sherena menjadi kapten dan merupakan andalan bagi tim volinya setiap mengikuti kejuaraan. Sherena juga mengakui bahwa dirinya seringkali tertinggal pelajaran bahkan nilainya sempat menurun karena terlalu fokus latihan voli. Tetapi Sherena tetap berusaha untuk mengejar nilai-nilainya di sekolah. Walaupun pernah cidera di bagian ankle pada saat latihan, Sherena tetap nekad mengikuti latihan rutin saking tidak bisanya meninggalkan latihan tersebut. Karena bagi Sherena, berlatih Voli adalah hal yang bisa membuat dirinya menghilangkan penat. “Kalau mau sukses, berlatih terus jangan pernah menyerah, pokoknya jangan setengah-setengah deh, apalagi kalau sudah diberikan dukungan dan fasilitas dari orang tua, jangan sampai disia-siakan.” kata Sherena. Sherena memang sangat mencintai olahraga ini, ia mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya tidak akan pernah merasa bosan dengan voli dan akan terus mengejar cita-citanya menjadi atlet voli profesional untuk membanggakan kedua orang tuanya.(crs/adt)

Sikut Kanan Cidera Bukan Halangan Untuk Berprestasi di Judo Bagi Pemuda Ini

Pajar, pemuda yang berhasil berprestasi melalui Judo

Olahraga yang satu ini lebih di kenal dengan pola kegiatan olahraga yang sangat menguras tenaga dan juga tehnik yang sangat unik. Pemain yang berhasil memegang dan melempar lawannya dengan teknik yang bagus akan keluar sebagai pemenang. Pajar Maulana, siswa SMK Yadika 5, Tangerang Selatan mengikuti judo sejak duduk di kelas 7 karena ajakan temannya. Lalu lama kelamaan, Pajar semakin menguasai bidang olahraga tersebut dan menuai banyak prestasi. Prestasi yang telah diraih Pajar diantaranya adalah Juara 1 dalam kejuaraan yang diadakan di Singapura dan Malaysia serta dan juara 3 dalam Kejurnas Kurash. Pajar mengatakan kepada NYSN meskipun telah mahir dalam bidang olahraga judo, dirinya tetap pernah mengalami cidera. “Pernah geser di sikut kanan, tapi cuma istirahat seminggu. Soalnya saya bosan di rumah setelah pulang sekolah.” kata Pajar. Remaja yang bercita-cita menjadi tentara ini menjelaskan pandangannya terhadap judo di Indonesia merupakan olahraga yang mengasyikan dan cukup diperhatikan dan prestasinya di hargai. Pajar juga mengatakan bahwa ia ingin berlatih lebih keras agar bisa mengharukan nama bangsa Indonesia lewat judo. “Saya ingin latihan lebih keras agar saya bisa mengharumkan nama Indonesia lewat olahraga judo dan cita-cita saya juga dapat tercapai.” tutup Pajar.

Majukan Olahraga Wushu, Alfian Bertekad Meraih Kemenangan Dari Negara Pencetusnya

Masih seputar anak muda berbakat yang menyalurkan bakatnya untuk seluruh penghobby olahraga wushu, Alfian Prayoga Bustomi (20), mantan atlet sekaligus pelatih wushu di komunitas Glora Wushu Indonesia. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang ini menyampaikan pandangannya tentang olahraga wushu di Indonesia. “Kebetulan saya sangat menyukai olahraga dan tidak hanya wushu saja. Bicara soal cita-cita mungkin akan sedikit keluar jalur. Buat saya wushu itu adalah olahraga untuk berprestasi karna disana mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya.” ujar Alfian. Alfian juga menambahkan bahwa Wushu juga mengajarkan banyak hal dalam produktifitas, membuat sehat dan membuka peluang untuk berprestasi bagi yang mengikutinya. Remaja yang juga mempunyai hobby fotografi dan bermusik ini mengatakan bahwa atlet wushu di Indonesia seharusnya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan menurut Alfian, atlet wushu Indonesia tidak kalah dengan atlet wushu dari Cina, Negara tempat wushu pertama kali dilahirkan. Menurutnya, berkarya menularkan ilmu pada regenerasi merupakan pengabdian tanpa batas. “Harus tetap maju karna berkarya itu tidak ada batas ukurnya. Lakukan yang terbaik untuk Negara dan bangsa Indonesia. Majukan lagi perkembangan wushu di Indonesia bahkan dunia.”tegas Alfian Lebih lanjut Alfian mengatakan bahwa dari pengamatannya perkembangan olahraga wushu masih belum bisa di terima dengan menyeluruh, padahal sudah banyak atlet wushu tanah air yang berhasil menang di kancah internasional. “Semoga kedepannya indonesia makin meningkat prestasinya dalam olahraga wushu dan tidak luput pemerintah pun harus ikut membantu berperan karna kita lihat bahwa wushu sepertinya masih asing di Indonesia, padahal banyak atlet wushu indonesia yang meraih juara di ajang kompetisi dunia.” tutup Alfian.(crs/adt)

Tekun Dalam Berlatih, Ahmad Berhasil Menguasai Kejuaraan Wushu Tingkat Daerah

Menguasai satu jurus lebih baik dari pada mengerti semua jurus, mungkin demikian ungkapan yang di sampaikan oleh NYSN, konsistensi dan focus tahapan akan membuahkan hasil lebih maksimal dari pada memaksakan hal lain yang di mengerti tapi tidak di lakukan. Remaja yang mempunyai prestasi kali ini bernama Ahmad Rabawi (21), pencinta olahraga wushu yang telah mencetak berbagai prestasi di bidang olahraga tersebut. Ahmad sudah berlatih wushu sejak kelas 1 SMP. Berawal dari niat hanya untuk menjalankan kewajiban mengikuti ekskul sekolah, akhirnya menjadi hobby tetapnya setelah satu tahun menekuni olahraga tersebut. Ahmad juga telah meraih banyak medali dalam kejuaraan wushu, antara lain medali perunggu pada Kejuaraan Daerah 2013, Medali emas, perak dan perunggu pada Kejuaraan Porprov banten 2014, 1 medali emas dan 2 medali perak pada Kejuaraan Daerah. Untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kejuaraan yang diikutinya, Ahmad selalu melakukan persiapan yang sangat matang agar tidak mengecewakan pada saat tampil. “Kalau menjelang kejuaraan pasti selalu ada persiapan, enam bulan menjelang kejuaraan hingga tiga bulan menjelang kejuaraan pasti waktu latihan ditambah, dan dua bulan menjelang kejuaraan latihan pemantapan jurus dan fisik sampai dua hari menjelang kejuaraan harus istirahat latihan dan sudah siap mengikuti kejuaraan.” ujar Ahmad. Rasa jenuh tentu pernah dirasakannya, ketika dirinya kelas 2 SMK, Ahmad sempat merasakan hal tersebut. Tapi perasaan itu bisa disingkirkan oleh Ahmad ketika melihat semangat junior-juniornya yang selalu tersenyum saat latihan. “Rasa bosan itu hilang dan diganti dengan rasa bahagia bisa berlatih bersama, dan bisa saling berbagi ilmu dalam berlatih wushu.” kata remaja yang memang bercita-cita menjadi atlet wushu profesional. Selanjutnya Ahmad juga mengatakan bahwa focus dalam latihan yang di rencanakan secara matang akan menuai hasil yang maksimal ketimbang mencoba cara baru dengan spontan dalam bertanding. “Pesan saya tetap semangat berjuang, jangan kalah dengan rasa lelah dan capek dalam berlatih. Dan jangan bosan untuk mengulang latihan, kita bisa karena biasa. Barang siapa yang mau terus berjuang, niscaya dia akan bisa meraihnya.” tutup Ahmad.(crs/adt)

Rasya Menyabet Medali Emas Berkat Dukungan Penuh Sang Ayah

Perlu di ketahui oleh pembaca NYSN, Sebelum penemuan senjata, Wushu merupakan alat utama pertempuran dan pertahanan diri di Cina. Olahraga yang berasal dari negeri tirai bambu ini sangat memberikan pengaruh kepada hampir seluruh ilmu bela diri, konon mempelajari Wushu merupakan ‘kebiasaan suci’ demi memperkuat disiplin dan keberanian untuk memperjuangkan sekaligus bertahan di tanah mereka M. Rasya Isnan Ahsan, siswa yang baru saja naik kelas 5 di SD Al Fityan School Tangerang merupakan salah satu atlet binaan KONI Tangsel yang berada di cabang olahraga (CABOR) wushu, Rasya telah berlatih wushu sejak kelas 1 SD. Berawal dari melihat kakaknya yang sudah lebih dulu berlatih wushu, dan akhirnya menjadikan olahraga tersebut sebagai salah satu hobbynya. Soni Rusmayudhi, yang tak lain adalah ayah Rasya mengatakan kepada NYSN bahwa awal mula berlatih wushu Rasya belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan. Lalu diberitakan oleh coach/sifu wushu yang mengajar Rasya bahwa akan ada kejuaraan. “Mulanya Rasya berlatih belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan, sejak ada informasi itu akhirnya Rasya mengikuti latihan yang sangat intensif, tidak kenal capek. Bisa latihan empat kali seminggu kalau sudah dekat kejuaraan.”ungkap Soni. Karena ingin memberikan yang terbaik dalam kejuaraan, tidak jarang pula Rasya meminta izin kepada pihak sekolah untuk mengikuti latihan wushu. Terbukti usaha Rasya tidak sia-sia, Rasya mendapatkan Medali emas Jurus tangan kosong junior D dan Medali perunggu Jurus senjata panjang dalam Kejurnas. Soni menambahkan bahwa Rasya juga memiliki beberapa persiapan khusus menjelang kejuaraan. “Persiapan latihan intensif, pantangan makan dari sifunya ada beberapa, kalau bermain saya bebaskan.” ujar Soni. Soni sendiri mengakui kepada NYSN bahwa ia sering menjanjikan Rasya untuk mengajaknya jalan-jalan atau dibelikan mainan bila menjadi juara, sehingga Rasya dapat menjadi lebih semangat untuk berlatih. Rasya juga merupakan anak yang cerdas dalam pelajaran sekolahnya. Nilai rata-rata pelajarannya mencapai 90. Soni juga mengatakan bahwa Rasya tidak mengikuti bimbel karena menurut Soni, dirinya masih bisa menangani untuk mengajari Rasya dalam hal pelajaran sekolahnya. Lebih lanjut Soni juga mengatakan kepada NYSN bahwa Rasya merupakan anak yang bersemangat dalam berjuang. “Dia typical anak yang energic, kalah tidak masalah, malah lebih semangat buat perbaikan.”tambah Soni. Walaupun Rasya selalu mengatakan bahwa ia bercita-cita menjadi pengusaha sukses, namun bagi Soni, jika Rasya nantinya berubah pikiran dan ingin menjadi atlet wushu, menurutnya itu juga merupakan hal yang baik. Soni selalu membebaskan Rasya untuk memilih selama itu adalah hal yang positif. “Jangan memaksakan kehendak kita ingin anak kita menjadi apa. Pandai melihat bakat dan minat anak. Dukung dan support dengan sepenuh hati materi mental dan semangat.”tutup Soni (crs/adt)

Alfian Pelatih Wushu Muda ini, Menelurkan Banyak Bibit Berpresatsi

Alfian Prayoga Bustomi yang tak lain merupakan mantan atlet wushu yang sudah menuai banyak prestasi dan akhirnya, memutuskan pilihan untuk menjadi pelatih wushu Coach/Sifu Wushu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang jurusan Fakultas Ilmu Komunikasi ini sudah berlatih wushu sejak kelas 3 SD. “Saya tertarik dengan wushu itu sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 sekolah dasar, alasannya adalah karena Wushu itu bela diri yang menyehatkan dan paling lengkap menurut saya bahkan indah.” ujar Alfian. Alfian telah mengikuti berbagai kejuaraan, antara lain Kejurnas di Jogja pada tahun 2013 dan Kejuaraan di Pertamina pada tahun 2010 dan mendapatkan peringkat 4. Alfian juga masuk ke dalam peringkat 5 besar di Taulu Chanquan dalam kategori junior C dan mendapatkan 2 medali dalam Kejurda. Hampir 10 tahun berlatih wushu, menjadikan Alfian mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi pelatih wushu. Sekarang, Alfian melatih wushu dalam komunitas Glora Wushu. Hal tersebut dimulainya semenjak duduk di bangku SMK kelas 11. “Sekarang saya kuliah dan bekerja jadi photographer serta admin media sosial di salah satu perusahaan di Tangerang, Jadi kalau weekend saya mengajar murid-murid saya di Curug Tangerang.” ujar Alfian. Murid-murid wushu yang dilatih oleh Alfian sudah mengikuti banyak kejuaraan. Yang paling berkesan bagi Alfian adalah pada saat Kejurda di Banten, muridnya membawa pulang 14 medali dari beberapa kategori wushu yang dilombakan. Ada pula anak perempuan yang juga merupakan salah satu murid Alfian mendapatkan juara harapan 1 dalam Kejurnas di Jakarta. Salah satu murid yang prestasinya paling menonjol menurut Alfian adalah Fatih, yang sudah meraih juara di kejuaran daerah dan antar club wushu serta di kejurnas jakarta. Diusianya yang masih terbilang muda, Alfian sudah melahirkan siswa siswi berprestasi dalam bidang olahraga wushu lewat didikannya. Remaja yang menyukai berbagai jenis olahraga ini mengatakan kepada NYSN bahwa wushu adalah olahraga yang sangat berprestasi karena mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya. “Tetaplah berolahraga, karena itu sangat penting untuk kesehatan kita. Jadi apapun olahraganya, apapun beladirinya jangan pernah merasa bosan karena itu semua bisa membuat kita lebih sehat.” pesan Alfian.(crs/adt)

Dari Seorang Yang Pendiam, Hingga Dapat Medali Emas Di Bangkok Berkat Gymnastic

Gymnastic mulai merambah ke semua lini, peraturan-peraturan dalam senampun mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur. Dia adalah Kathleen, siswi kelas 5 di SD Saint John’s Meruya, merupakan siswi yang berprestasi dalam olahraga senam lantai gymnastic. Sejak 2 tahun yang lalu, Kathleen sudah mulai menggeluti bidang olahraga ini, dan itu adalah kemauannya sendiri. Menurut Silvania, ibunda Kathleen, anaknya memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh. “Kebetulan anaknya memang suka gerak. Dan Kathleen memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh ” ujar Silvania Silvania menceritakan bahwa awalnya ia bingung mau memasukkan Kathleen di bidang olahraga apa. Silvania sempat membawa Kathleen ikut trial ballet, tapi ternyata Kathleen tidak suka. Selain itu kathleen sangat pemalu jika diwawancara oleh media. “Kath bilang gurunya jahat, maksudnya galak. Karena kebetulan kelas ballet yang kath ikuti sedang mendekati waktu ujian ballet, jadi gurunya agak keras.”tambah Silvania. Setelah menelusuri melalui internet berbagai jenis olahraga yang kira-kira seperti apa yang disukai oleh Kathleen, Silvania akhirnya memberikan beberapa pilihan jenis olahraga pada Kathleen yaitu renang, wushu dan gymnastic. Kathleen memutuskan untuk mengikuti gymnastic. “Saya sempat tanya, nanti kalau gurunya keras bagaimana? Eh, anaknya bilang gapapa tetap mau. Dan akhirnya Kathleen memutuskan memilih untuk mengikuti gymnastic. ” kata Silvania. Kathleen juga sempat tidak mau ikut gymnastic lagi ketika awal diminta ikut kejuaraan. Menurut Silvania, Kathleen bersikap seperti itu karena dirinya merasa gugup, karena memang belum pernah mengikuti kejuaraan apapun sebelumnya. Juga karena latihan-latihan extra yang harus dijalani menjelang lomba dan guru yang lebih ketat, membuat Kathleen merasa tertekan. Sebagai orang tua yang ingin anaknya maju, Silvania tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan semangat kepada anak perempuan kesayangannya. “Saya beritahu, menang atau kalah tidak ada masalah, yang penting Kath sudah mencoba yang terbaik.”lanjut Silvania. Ternyata, di kejuaraan pertamanya, Kathleen berhasil meraih juara meskipun belum masuk di 3 besar. “Tapi itu sanggup menumbuhkan percaya dirinya, sampai sekarang setiap pertandingan membuat Kath semakin percaya diri, bahkan kalau saya tanya sekarang Kath sama sekali tidak ada rasa grogi waktu bertanding.” cerita Silvania. Semakin hari Kathleen semakin mencintai gymnastic, bahkan Kathleen mengatakan bahwa ia tidak akan pernah merasa bosan dengan olahraga tersebut. Kathleen juga menolak untuk pindah ke bidang olahraga lain ketika ditawari oleh ibunya. Prestasi Kathleen semakin lama semakin meningkat, berbagai prestasi telah diraihnya diantaranya: 1. Gold Medalist on Bangkok Gymnastics Moose Game Invitational Meet 2016 2. Gold Medalist on First Sonny Ty International Gymnastics Cup 2016 3. Juara 3 Invitasi Cabang Olahraga Senam Provinsi DKI Jakarta 4. 2rd on Vault Gavrila Gymnastics Festival International 5. 3rd on Overall Gavrila Gymnastics Festival International “Saya tidak mau memaksakan, nanti kalau dipaksa apa yang kita mau, malah anaknya tidak suka, nanti jadinya tidak enjoy.” tutup Silvania.(crs/adt)

Mahasiswi Ini Bermimpi Dapat Bermain Di Olimpiade Demi Membawa Nama Indonesia

Heravita Mediana Taher, Mahasiswi UNJ yang bermimpi untuk berparisipasi membela Indonesia di Olimpiade di Cabang Olahraga Tenis.

Olahraga yang berkembang diawal abad ke-11, ternyata sampai saat ini masih menjadi teka teki, tidak ada rekam pasti siapa orang yang menemukannya. Popularitas olahraga tennis lapangan umumnya dimainkan oleh kaum bangsawan pada masanya. Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, yang bernama Heravita Mediana Taher juga merupakan atlet tennis yang sangat berprestasi. Prestasi Vita antara lain mendapat medali emas dalam kategori tennis beregu di Islamic solidarity games tahun 2015, juara 2 International womens circuit tennis di solo, dan medali emas dalam kategori tunggal serta perak dalam kategori ganda campuran pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang diadakan di Yogyakarta dan Aceh. Sejak SD, Vita sudah mengikuti latihan tennis. Tidak heran jika ia sangat berbakat dan cepat mahir, karena vita memang dilahirkan dari keluarga yang sudah menggeluti olahraga tennis sejak lama. Mahasiswi jurusan pendidikan psikologi yang lahir tanggal 22 Agustus1995 ini telah memasuki semester 8. Dan dilatih langsung oleh sang ayah yang merupakan atlet tenis pada masa mudanya. Vita mengakui bahwa sempat ada rasa bosan yang ia rasakan, tetapi hal tersebut tidak membuatnya untuk berhenti karena diakuinya, ia sudah sangat mencintai olahraga tenis. Peran orang tua sangat penting bagi Vita karena berkat mereka, Vita dapat tumbuh menjadi remaja yang mempunyai prestasi membanggakan. Vita mengatakan kepada NYSN bahwa ia mempunyai mimpi yang sangat besar mampu, generasi muda bahu membahu dan berjuang meraih semua kategori lomba untuk Indonesia. “Aku punya mimpi bisa main di olimpiade, hal itu yang membuatku terus menjalani tenis sampai sekarang. Aku berharap generasi muda indonesia kelak akan lebih banyak yang berprestasi di bidang olahraga, membawa nama indonesia bangkit di kancah internasional, tidak hanya di satu atau dua bidang olahraga tapi dalam semua bidang olahraga. Karena satu hal yang paling bisa membanggakan adalah memberikan dedikasi terbaik untuk negara tercinta.” tutup vita. (crs/adt)