Pemuda 20 Tahun Sabet Gelar Juara Dunia Jet Ski 2018, Aqsa Aswar Kampiun di Thailand

Peraih emas Asian Games 2018 Aqsa Sutan Aswar, kembali membuktikan diri sebagai yang terbaik, dalam kejuaraan dunia yang bertajuk The Thai Airways International Jet Ski World Cup 2018, di Jomtien Beach, Pattaya, Thailand, pada 5-9 Desember. (jpnn.com)

Jakarta- Peraih emas Asian Games 2018 Aqsa Sutan Aswar, kembali membuktikan diri sebagai yang terbaik di kejuaraan dunia The Thai Airways International Jet Ski World Cup 2018, yang berlangsung di Jomtien Beach, Pattaya, Thailand, pada 5-9 Desember. Menurut Manajer tim, yang juga Ayah Aqsa, Fully Sutan Aswar, Senin (10/12) menuturkan, Aqsa yang turun di kelas Pro Am Runabout Stock, meraih nilai tertinggi setelah menyelesaikan lomba dalam 4 moto. Di motto pertama, Aqsa menyelesaikan lomba, dengan menempati urutan kedua dan memperoleh nilai 53. Sementara di motto kedua, ia memperoleh nilai 60, setelah menyentuh finis pertama. Di motto ketiga dan keempat, Aqsa berada di posisi kedua mengemas angka 106. Secara keseluruhan, pemuda kelahirah Jakarta, 31 Mei 1997 ini, meraih poin tertinggi 219 sekaligus tampil sebagai juara. Posisi runner up ditempati atlet jet ski tuan rumah Thailand, Supuk Settura, dengan nilai 209, dan pejetski tuan rumah lainnya, Teera Settura, dengan nilai 161. Nasib kurang beruntung dialami kakak Aqsa, Aero Sutan Aswar. Aero mengalami gangguan pada mesin jetski, sehingga gagal menyelesaikan lomba. “Aero gagal selesaikan lomba, karena clutch supercharged (one way gear)-nya pecah,” ujar Fully. Usai mengikuti Ajang World Cup 2018 ini, Aero dan Aqsa akan mengikuti serangkaian kegiatan seri International Jet Sport Boating Association (IJSBA) sepanjang 2019. “Kami mengagendakan beberapa event yang akan diikuti Aero dan Aqsa, pada musim lomba 2019,” jelasnya. Di antaranya Kejuaraan Dunia endurance Mark Hahn 2019 di Amerika Serikat. Kejuaraan World Championship 2019 di Jakarta, National Series USA, Kejuaraan World offshore 2019 Maroko, World Finals 2019 USA, dan World Cup 2019 Thailand. (Adt)

Thunder11 dan Sahabat Olahraga Gelar Diskusi, Datangkan Pelatih dan Atlet Peraih Emas Asian Games 2018

Dalam acara forum diskusi terbuka di Bekasi, hadiri Iko Uwais (kaos putih/Founder Thunder11), bersama Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto (kaos merah) serta Taufik Krisna (Pelatih Atlet Nasional Taekwondo Indonesia), Anis Fuad (CEO Sahabat Olahraga), Defia Rosmaniar (Peraih Medali Emas Asian Games 2018), dan Sandy Suardi (Pelatih Fisik Atlet Nasional Taekwondo Indonesia). (istimewa)

Bekasi- Thunder11 Martial arts yang didirikan oleh Iko Uwais, berkolaborasi bersama Sahabat Olahraga (sahabatolahraga.com), menggelar forum diskusi terbuka bersama ratusan anggota komunitas olahraga dan beladiri di Bekasi, bertajuk Membangun Generasi Emas Indonesia, pada Senin (3/12). Hadir pada acara ini, Founder Thunder11 Martial Arts Iko Uwais yang baru saja menyelesaikan Musim Pertama Serial Televisi Netflix, berujudul Wu Assassins, mengatakan diskusi ini merupakan wujud nyata dari kontribusi Thunder11, untuk masyarakat Bekasi. “Berdiri pertama kali di kota yang tumbuh dengan sangat pesat, kami berharap Thunder11 mampu menjadi katalis pertumbuhan budaya beladiri dalam masyarakat Bekasi. Salah satu dari katalisasi tersebut adalah event ini yang mampu mengumpulkan para praktisi di bidang beladiri,” ujar Iko. Iko juga turut memberi apresiasinya pada atlet dan pelatih peraih emas cabang beladiri Asian Games 2018, yang hadir dan berbagi materi cerita suskses sebagai motivasi kepada para peserta yang telah hadir. Peraih medali emas nomor poomsae individu putri Asian Games 2018, Defia Rosmaniar, Taufik Krisna (Pelatih Taekwondo Timnas Indonesia nomor kyorugi putri) dan Sandy Suardi (Pelatih Fisik Timnas Taekwondo), tampak dalam diskusi ini. Berlangsung di Hotel Horison Ultima, Bekasi, acara ini dibuka oleh Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto, didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Bekasi, Tedy Hafni. “Sebagai kota yang berkembang pesat, Bekasi butuh sumber daya manusia yang unggul dan tangguh. Kami butuh lebih banyak generasi emas demi menunjang semua hal itu. Saya optimis bahwa dengan kolaborasi berbagai pihak termasuk hari ini bersama Thunder11 dan Sahabat Olahraga, Kota Bekasi dapat semakin melaju cepat,” ujar Tri. Selama sesi berlangsung, Defia yang hadir sebagai salah satu pembicara, mengutarakan jika perjalanannya meraih emas bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah karena membutuhkan semangat juang yang tak kenal lelah. “Sempat saya merasa ingin berhenti kalau sedang latihan, apalagi menjelang kompetisi. Tapi, demi sebuah tujuan yaitu mengharumkan nama bangsa, saya teruskan berlatih sampai saya bisa memetik susesnya suatu saat nanti,” ujar Defia, mengenai kunci suksesnya. Setelah perhelatan pertama ini, Thunder11 juga akan mengadakan sesi diskusi selanjutnya dengan tema serta pembica yang berbeda untuk mendukung majunya martial arts Indonesia. (Pras/NYSN)

Gagal Sumbang Medali di Kejuaraan Dunia WKF Spanyol, Peringkat Karateka 20 Tahun Ini Diyakini Naik Signifikan

Meski Rifki Ardiansyah Arrosyiid (sabuk merah) takluk di tangan karateka asal Latvia, Kalvis Kalnins 0-2, dalam kondisi cedera kaki kanan pada Rabu (7/11), ia diyakini berpeluang besar menambah peringkat dunianya, karena berhasil lima kali tampil dalam Kejuaraan Dunia WKF, di Madrid, Spanyol. (Koran SINDO)

Madrid- Meski gagal merebut medali, dua karate Indonesia berpeluang besar naik peringkat dunianya karena berhasil lima kali tampil di Kejuaraan Dunia WKF di Madrid, Spanyol. Mereka adalah Cokorda Istri Agung Sanistyarani dan Rifki Ardiansyah Arrosyiid. Cokie, panggilan Cokorda Istri Agung Sanistyarani misalnya, mampu lolos babak perempat final kumite -55 kg putri pada laga hari kedua, Rabu (7/11) waktu setempat. Pada babak pertama, karateka peringkat 16 dunia itu menaklukkan karateka Selandia Baru, Alison Oliver dengan skor 6-3. Di babak kedua, menundukkan andalan Israel Rotem Efroni 2-1, dan babak ketiga mengalahkan Jovana Georgieva asal Makedonia, dengan skor 1-0. Bahkan, pada babak keempat dia tampil menggila dengan menghabisi karateka Slovakia, Viktoria Semanikova 5-4. Sayangnya pada babak perempat final, peraih medali perunggu Asian Games 2018 Jakarta-Palembang itu gagal memanfaatkan momentum kemenangan. Dia justru takluk di tangan karateka Jepang, Sara Yamada dengan skor telak 0-4. Padahal, andai bisa bertahan, bukan mustahil wanita kelahiran Klungkung, Bali, 31 Desember 1994 ini, memecahkan rekor medali perunggu kejuaraan dunia yang pernah dicatatkan Dony Dharmawan, pada Kejuaraan Dunia WKF di Finlandia, pada 2006. Yang lebih sial lagi, langkah Yamada pun terhenti di babak semifinal, usai takluk dari karateka Polandia, Dorota Banaszczyk, dengan hantei usai kedudukan 0-0. Alhasil, harapan Cokie mendapatkan babak repechage, guna memperebutkan medali perunggu pun hilang seketika. “Saya kurang beruntung, karena karateka Jepang yang mengalahkan saya, justru kalah hantei dari lawannya,” ujar Cokie, di Madrid. Kondisi sama dialami Rifki, peraih emas Asian Games 2018. Pemilik peringkat 128 WKF itu, juga gagal merebut medali di kejuaraan dunia ini. Pemuda kelahiran Surabaya 24 Desember 1997 ini, menyerah pada pertandingan ketiga babak repechage kumite kelas -60 kg putra. Dia takluk di tangan karateka asal Latvia, Kalvis Kalnins 0-2, dalam kondisi cedera kaki kanan. Jika sanggup menahan serangan Kalnins, anggota TNI AD ini dipastikan menjejaki prestasi Dony. Apalagi, Rifki hanya tinggal selangkah mewujudkan ambisi itu. Pada babak pertama repechage, ia menang hanshoku atas karateka Kroasia, Kristijan Lackovic, dan menyudahi karateka Inggris, Cuba Parris. Babak repechage didapatnya, paska menundukkan peringkat 5 dunia asal Brasil, Douglas Brose, pada babak kedua. Sayang, dia gagal memanfaatkan momentum usai ditekuk karateka Jepang, Naoto Sago, dengan skor akhir 1-6. “Sebetulnya saya optimistis, dia bisa merebut medali perunggu, jika melewati karateka Latvia itu. Tapi, karena lutut Rifki cedera, dia sulit mengatasi ketertinggalan poin dari Kalnins,” ujar Pelatih Kepala, Syamsuddin. Meski begitu, Syamsuddin yakin, pencapaian Rifki akan mengatrol peringkat dunianya yang saat ini 128 WKF. Sebab, poin yang disediakan pada kejuaraan dunia ini, merupakan yang tertinggi, dari kejuaraan-kejuaraan WKF lainnya, seperti WKF Premier League dan Seri A. Fakta menunjukkan, setelah Rifki lima kali tampil di Kejuaraan WKF Seri A, di Santiago, Chile, September lalu, peringkat dunia prajurit yang berpangkat sersan satu TNI ini langsung melesat, dari 329 WKF menjadi 128 WKF. “Saya sangat yakin, peringkat Cokie maupun Rifki, bakal naik signifikan, hasil lima kali penampilan mereka di Madrid. Dan, bukan mustahil, rankingnya langsung masuk 50 besar WKF. Ini jadi bekal positif mendapatkan tiket ke Olimpiade 2020 Tokyo,” jelasnya. Syamsuddin mengatakan, untuk lolos ke Olimpiade 2020 Tokyo, setiap karateka harus bisa masuk peringkat 100 besar dunia pada 2018. Sementara pada 2019, mereka harus lolos ke 50 besar dunia, guna mengamankan tiket ajang mulitievent dunia itu. Selain Rifki dan Cokie yang bertanding pada hari kedua kejuaraan dunia karate di Madrid, dua karateka Indonesia lain juga turut tampil. Mereka adalah Sandi Firmansyah (kumite -75 kg putra) dan Srunita Sari Sukatendel (kumite -50 kg putri). Namun, langkah mereka tak seberuntung Cokie dan Rifki. Sandi kalah dari karateka nomor 5 dunia asal Jepang, Ken Nishimura 0-3 pada babak pertama, sementara Sari harus takluk di tangan karateka dari Aljazair, Imane Taleb 0-5 pada babak kedua. Sebelumnya, pada babak pertama, Sari unggul atas karateka Bulgaria, Kristina Svilenova 3-1. (art)

Indonesia Raih Dua Emas Asian Youth Championship 2018, Atlet 18 Tahun Kiromal Katibin Kampiun Speed Youth A Putra

Pemanjat tebing asal Jawa Tengah berusia 18 tahun Kiromal Katibin (tengah), akhirnya berhasil meraih medali emas nomor Speed Youth A Putra, di ajang Asia Junior Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). (FPTI)

Chongqing- Skuat muda Indonesia sukses meraih dua medali emas pada ajang Asian Youth Championship 2018, di Chongqing, China, pada Minggu (5/11). Sebanyak 14 dari 16 atlet muda panjat tebing Merah Putih itu turun di nomor Speed. Dari jumlah itu, 10 atlet lolos di babak kualifikasi. Namun, mereka mulai berguguran di semifinal. Disebabkan hal teknis, diantaranya false start, fall, hingga terpeleset. Di youth B putri, srikandi muda Indonesia, Amanda Narda Mutia, tampil gemilang. Sejak babak kualifikasi, ia menempati peringkat satu dan konsisten dengan waktu pemanjatannya. Di final, Amanda menjadi yang tercepat, sekaligus mengamankan medali emas usai mencetak catatan waktu 9,44 detik, menekuk Jing Yu asal China, yang hanya menghasilkan waktu 10,99 detik. Dan, wakil Korea Jimin, harus puas mendapatkan medali perunggu. Sedangkan di youth A putra, pemanjat asal Bali, I Putu Iwan Putra, sempat menduduki peringkat kedua babak kualifikasi. Sayang, ia terpeleset di perempat final dengan torehan waktu 8,32 detik. Hasil negatif juga dialami Jasmico Pamumade dan Michael Owen Parhorasan Siburian. Mereka mengalami false start di perdelapan final. Sementara itu, di youth A putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi, berhasil masuk ke babak 4 besar. Namun, ia sempat terpeleset saat perebutan perunggu dengan catatan waktu 12,68 detik. Dan, lawannya asal China, Yi Ling, menorehkan catatan waktu 8,34 detik. Serupa di kategori junior putri. Tim Indonesia yang diwakili Berthdigna Devi, sukses menembus 4 besar. Namun, dara yang disapa Bertha ini mengalami gangguan kesehatan sehingga dilarang melanjutkan pemanjatan oleh tim dokter. Bertha gugur, sehingga medali perunggu otomatis diraih pemanjat asal China, Pei Yang. Di laga terakhir Asian Youth Championship 2018, pada Minggu (5/11), Indonesia bisa menambah pundi medali emas dari Kiromal Katibin, skuat atlet Asian Games XVIII/2018. Pemanjat kelahiran Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000 itu, mengunci catatan waktu 6,05 detik. Ia menyingkirkan Milad Shenazandifar Alipour asal Iran, dengan catatan waktu 6,42 detik. Kuntono Halim, Manajer Tim Indonesia, mengaku secara umum tahun ini Indonesia mampu bersaing. Hal itu, menurutnya, dibuktikan dengan catatan waktu para atlet Indonesia yang masih berada di peringkat atas. Kendati demikian, ia menyebut jika di nomor speed banyak negara lain yang harus diwaspadai. Sebab, tambah Kuntono, perlahan negara-negara yang sebelumnya tidak unggul di speed seperti Korea dan Jepang, kini sudah bisa meraih medali. “Kita patut waspada, karena di tahun mendatang negara lain mulai sudah sangat bersiap diri dengan sentralisasi pelatihan. Sedangkan Indonesia belum melakukan itu,” ujar Kuntono. Dijelaskannya, bahwa apapun bisa terjadi di speed. Karena negara yang sebelumnya tak diunggulkan, tiba-tiba bisa merangsek ke peringkat atas. “Seperti Indonesia. Dua tahun lalu, kami masih jauh di atas. Sekarang semua negara sangat antusias di speed dan mereka bisa bersaing. Kami tidak boleh terlena,” tukas Kuntono. (Adt)

Timnas Indonesia Bertolak ke Madrid, Karateka 20 Tahun Juara Asian Games Berburu Poin Ke Olimpiade 2020 Tokyo

Karateka Indonesia, Rifki Ardiansyah (sabuk merah) bersama tujuh atlet Tim Nasional (Timnas) lainnya, bertolak ke Madrid, Spanyol, guna mengikuti Kejuaraan Dunia Karate (WKF) 2018, pada 6-11 November. Mereka akan berjuang merebut poin demi menjaga peluang tampil di Olimpiade 2020 Tokyo. (sindonews.com)

Jakarta- Delapan karateka Tim Nasional (Timnas) Indonesia bertolak ke Madrid, Spanyol, Sabtu (3/11), guna bertanding di Kejuaraan Dunia Karate (WKF) 2018, pada 6-11 November. Mereka akan berjuang merebut poin demi menjaga peluang tampil di Olimpiade 2020 Tokyo. Dilansir sindonews.com, Kejuaraan dunia di Madrid ini menjadi perhatian utama FORKI karena memiliki torehan poin terbesar, di antara kejuaraan-kejuaraan WKF lainnya. Itu pula yang membuat Indonesia, berharap banyak dari kejuaraan dunia 2018 ini. “Target kami adalah tampil di Olimpiade 2020 Tokyo. Karena itu, kami akan berusaha ikut di ajang yang menyediakan poin cukup banyak, seperti kejuaraan dunia ini. Bahkan, bisa tampil di kejuaraan ini saja sudah mendapat poin, apalagi meraih prestasi medali, tentu poinnya lebih besar lagi,” ujar pelatih Timnas Indonesia, Syamsuddin. Syarat tampil di Olimpiade 2020 Tokyo, para karateka harus masuk peringkat 100 besar WKF. Jika tidak, mereka tak akan bisa merasakan aura Olimpiade. Karena itu, Forki terus menjaga peluang para karatekanya, dengan memberinya kesempatan tampil di ajang-ajang WKF, baik kejuaraan dunia, WKF Premier League, maupun Seri A. Bahkan, setelah kejuaraan dunia di Madrid, Forki juga kembali menurunkan beberapa karatekanya, di Kejuaraan Seri A di Shanghai, China, pada Desember nanti. Upaya Forki menurunkan karatekanya di event-event penting WKF, mendapatkan hasil yang lumayan. Rifki Ardiansyah Arrosyiid misalnya. Saat menjadi juara Asian Games 2018, peringkatnya hanya 329 WKF. Namun, setelah 5 kali bertanding di ajang Seri A di Chile, awal September lalu, anggota TNI kelahiran Surabaya 24 Desember 1997 ini, langsung meroket ke posisi 128 WKF. “Peringkat Rifki naik pesat jelas luar biasa. Kami harap, dia segera masuk 100 besar, untuk mendapatan peluang tampil di Olimpiade. Dan itu bisa terwujud jika dia main bagus di Kejuaraan Dunia Madrid,” ujar Syamsuddin, yang mendampingi Rifky saat bertanding di Chile. Hal senada disampaikan pelatih kata Omita Olga Ompi. Dia pun berharap dua karateka nomor kata yang akan tampil di Kejuaraan Dunia Madrid, turut meraih poin maksimal. Itu untuk menjaga peluang mereka lolos Olimpiade 2020 Tokyo. Saat ini, dua karateka kata Indonesa yang dipersiapkan ke Madrid, peringkatnya masih di 100 besar WKF. Ahmad Zigi Zaresta Yuda menempati peringkat 31 WKF, sementara Nawar Kautsar Mastura di 77 WKF. “Tapi, mereka harus berusaha menaikkan performanya agar peringkatnya tak tergeser karateka-karateka dunia lainnya. Kami berharap mereka tetap fokus berlatih dan memanfaatkan peluang poin di kejuaraan dunia WKF,” ujar Omita. Untuk menjaga itu, proses latihan disiplin tentu menjadi hal yang sangat penting bagi mereka. Jika mereka tidak mengikuti aturan yang ditetapkan manajer tim, itu akan berdampak pada performa mereka. “Mereka harus mengikuti aturan tim seperti jadwal latihan teknik kapan, latihan fisik berapa kali, serta makan dan pola tidur yang disiplin. Program itu dibuat agar mereka bisa peak saat tampil di event-event tertentu,” ujar Manajer Timnas Karate, Monang Napitupulu. Jack, panggilan akrab Monang, menegaskan, sejauh ini tim karate sudah berlatih teknik secara maksimal, di lokasi Pelatnas di Gloria Suites, Grogol, Jakarta. Sementara latihan fisik, rutin dilakukan dua kali dalam sepekan, di Hotel Peninsula, Jakarta Selatan. (Adt) Skuat Timnas Karate Indonesia ke Kejuaraan Dunia 2917 di Madrid, Spanyol Peraih medali emas kumite -61 kg putra Asian Games 2018, Rifki Ardiansyah Arrosyiid (128 WKF), Peraih medali perunggu kata perorangan putra Asian Games 2018, Ahmad Zigi Zaresta Yuda (31 WKF), Peraih medali perunggu kumite -55 kg putri Asian Games 2018, Cok Istri Agung Sanistyarani (17 WKF), Sandi Firmansyah (kumite -75 kg putra, 75 WKF), Nawar Kautsar Mastura (kata perorangan putri, 77 WKF), Srunita Sari Sukatendel (kumite -50 kg putri, 10 WKF), Dessyinta Rakawuni Banurea (kumite +68 kg putri, 54 WKF), Daniel Hutapea (U-21),

Beri Penghargaan untuk Pengurus Olahraga dan Atlet Berprestasi, KONI: Jangan Berhenti di Asian Games 2018

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat memberikan penghargaan kepada pengurus cabang olahraga (cabor), dan atlet yang berprestasi di ajang pesta multievent Asian Games XVIII/2018, pada 18 Agustus - 2 September lalu. (antaranews.com)

Jakarta- Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat memberikan penghargaan kepada pengurus cabang olahraga (cabor), dan atlet yang telah berprestasi menyumbangkan medali emas, perak, dan perunggu, di pesta multievent Asian Games XVIII/2018, pada 18 Agustus – 2 September lalu. Tono Suratman, Ketua Umum KONI Pusat, mengatakan pemberian penghargaan ini diharapkan prestasi Indonesia semakin baik. Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 16 September 1952 itu, menambahkan prestasi duta olahraga nasional selama pesta olahraga terbesar di kawasan Asia itu, membuat KONI semakin dipercaya serta dihormati. “Kita pasti lebih bisa mengharumkan nama Indonesia. Semoga kita terus menorehkan prestasi di kancah internasional, dan tak berhenti sampai Asian Games 2018 saja,” ujar pensiunan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal (Mayjen), di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (17/10). Tono menyebut Indonesia masih akan menghadapi SEA Games 2019 Filipina, dan Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. “Persiapkan diri baik-baik dan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” tegas suami dari Lia Suratman itu. Sejumlah pengurus cabor mendapatkan penghargaan, diantaranya Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (PB Perpani) Siti Hediati ‘Titiek’ Soeharto, dan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti), Rildo Ananda Anwar. Titiek mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang telah diberikan KONI Pusat pada pengurus cabor dan para atlet. Menurutnya, prestasi tinggi yang diraih pada ajang Asian Games 2018 merupakan hasil kerjasama semua pihak. “Indonesia telah menujukkan ‘giginya’ di kancah internasional. Terlebih, masih ada SEA Games 2019, di Filipina, dan semoga di Olimpiade 2020 Tokyo lebih banyak atlet yang lolos. Ini perjuangan yang berat, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Indonesia,” tegasnya. Kembali, Tono menyebut pihaknya telah diberikan arahan Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga), segera menyusun program dan anggaran cabang-cabang olahraga yang akan berlaga di SEA Games 2019. “Saya berharap cabang-cabang olahraga segera menyusun program dan anggaran, dengan demikian kami bisa membuat rekomendasi kepada pemerintah, dalam hal ini Kemenpora untuk segera diturunkan anggaran, sesuai dengan permohonan dari cabang-cabang olahraga,” pungkasnya. (Adt)

Atlet Panjat Tebing Indonesia Torehkan Prestasi Gemilang, Kawinkan Emas dan Borong Medali di China

Aries Susanti Rahayu meraih medali emas usai mencetak waktu 7,99 detik, di nomor women’s speed kejuaraan ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, China, 13-14 Oktober 2018. (FPTI)

Wanxianshan- Prestasi gemilang kembali lagi ditorehkan atlet panjat tebing Indonesia, saat berlaga di China, pada kejuaraan bertajuk ‘The Belt and Road’ International Climbing Master Tournament 2018, di Wanxianshan, akhir pekan ini. Tak hanya sukses mengawinkan medali emas speed, tapi mereka memborong medali di nomor women’s speed. Sebelumnya, pada turnamen serupa yang dihelat di Huaian, China, 9-10 Oktober 2018, Merah Putih juga berkibar di podium tertinggi ketika berhasil mengawinkan emas. Para atlet yang mengikuti kompetisi di Negeri Tirai Bambu, yakni Aspar Jaelolo, Alfian M Fajri, Sabri, Muhammad Hinayah, Veddriq Leonardo, Pangeran Septo Wibowo, Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Agustina Sari, dan Nurul Iqamah. Aries, spiderwoman Grobogan ini menyabet Medali emas dinomor women’s speed, dan men’s speed dipersembahkan Septo Wibowo. Hendra Basir, Pelatih Speed Indonesia, mengatakan dalam kategori women’s speed, peringkat satu hingga empat diduduki atlet Indonesia. Diungkapkannya, peringkat pertama ditempati Aries, dengan catatan waktu 7,99 detik. Dara kelahiran 21 Maret 1995 ini, menyingkirkan kompatriotnya Agustina Sari, dalam babak final, dengan waktu 8,20 detik. Sementara, peringkat tiga ditempati Nurul Iqamah dengan 8,52 detik. Ia mengalahkan rekan senegaranya Rajiah Sallsabillah yang menorehkan catatan waktu 8,72 detik, dalam babak perebutan juara tiga. Sedangkan di nomor men’s speed, Aspar sukses sebagai pemenang dengan catatan waktu 5,99 detik. Ia melibas atlet tuan rumah, Lin Penghui, di babak final yang menorehkan waktu 6,30 detik. Peringkat tiga ditempati Muhammad Hinayah yang mengalahkan Veddriq Leonardo, di babak perebutan juara tiga. Hinayah menang usai menciptakan waktu 6,29 detik, karena Veddriq hanya mampu mengukir waktu 6,37 detik. Menurutnya, tak hanya bermain di nomor speed, para atlet Indonesia juga menjajal berkompetisi di nomor Lead. Nurul Iqamah berhasil menduduki peringkat keempat di nomor women’s lead, sedangkan Aspar berada di peringkat delapan di nomor men’s lead. “Mereka memang enggak hanya main di speed, tetapi di lead juga. Biar merasakan kompetisi di lead juga,” ujar Hendra seperti keterangan yang diterima redaksi nysnmedia.com, pada Minggu (14/10). Sementara itu, Faisol Rizal, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), mengapresiasi prestasi membanggakan yang ditorehkan Aries Susanti Cs. “Kemenangan ini semakin menunjukkan kesiapan para atlet untuk berlaga di Olimpiade,” tegas Rizal. (Adt)

Usai Sukses di Asian Games 2018, Aqsa dan Aero Raih Podium Kejuaraan Dunia Jetski 2018 di AS

Usai sukses meraih emas di Asian Games 2018, kakak beradik Aqsa Sutan Aswar dan Aero Sutan Aswar, kembali mengukir prestasi di Kejuaraan Dunia Jetski World Finals 2018 di Lake Havasu, Arizona, Amerika Serikat pada 7 Oktober lalu. (topskor.id)

Arizona- Usai sukses mempersembahkan emas di Asian Games 2018, kakak beradik Aqsa Sutan Aswar dan Aero Sutan Aswar, kembali mengukir prestasi di Kejuaraan Dunia Jetski World Finals 2018 di Lake Havasu, Arizona, Amerika Serikat, pada 7 Oktober lalu. Saiful Sutan Aswar ayah dari Aero dan Aqsa menyampaikan kabar itu, via Whatsapp, Jumat (12/10), seperti dilansir topskor.id. Aqsa, kelahiran Jakarta 31 Mei 1997, peraih emas Asian Games 2018, menempati posisi kedua di class Endurance Run About Open, kelas bergengsi di ajang Kejuaraan Dunia. Sementara sang kakak, Aero (23 tahun), berhasil duduk di peringkat tiga. Menurut Fuly, sapaan Saiful, peringkat pertama untuk nomor ini diraih Filipe, pejetski asal Portugal. “Alhamdulilah setelah Asian Games mereka langsung fokus ke Kejuaraan Dunia dan hasilnya cukup menggembirakan diperingkat kedua dan ketiga,” ujar Fully. Kejuaraan Dunia di Lake Havasu, Arizona, Amerika Serikat adalah agenda tahunan yang digagas Fedrasi Jetski Internasional IJSBA. Ajang ini menjadi penyelenggaraan yang ke-37, dan Indonesia sudah menjadi peserta tetap, dalam beberapa tahun terakhir ini. Sekjen PP Indonesia Jetsport and Boating Association (IJBA), Rinaldi Duyo, mengatakan, class endurance Run about adalah kelas yang paling bergengsi di tiap perlombaan jetski. “Di kelas ini, stamina dan fisik peserta benar-benar diuji ketahanannya,” tukas Rinaldi. Selain menurunkan Aero dan Aqsa, IJBA juga menyertakan Wisnu Dwihutomo, yang turun di kelas Amateur Run about 1100 stock, dan menempati peringkat ke-8. Pada Kejuaraan Dunia tersebut peserta mancanegara juga mengusulkan Indonesia masuk kegiatan kalender tahunan World Final IJSBA. “Mereka mendengar  Indonesia sukses menggelar Jetski di Asian Games dan berharap agar bisa ambil bagian di salah satu seri kejuaraan dunia,” jelas Rinaldi. (art)

Miliki SDM Handal, Dunia Pendidikan Berperan Penting Tingkatan Prestasi Olahraga Indonesia

Prof. Dr. Ahmad Sofyan Hanif, M.Pd, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Univeritas Negeri Jakarta (kiri), menyebut dunia pendidikan memiliki peranan penting dalam peningkatan prestasi olahraga Indonesia. (Adt/NYSN)

Jakarta- Ahmad Sofyan Hanif, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Univeritas Negeri Jakarta (UNJ), mengatakan jika dunia pendidikan memiliki peranan sentral dan penting dalam meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. “Dunia pendidikan memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal, serta kualifikasi SDM yang baik. SDM itu untuk menyiapkan pelatih, para ahli, event organizer, serta manajemen. Dan, itu sangat memungkinkan,” ujar Hanif, di Auditorium Soerjo Rumah Sakit (RS) Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta, Kamis (4/10). “Kami juga menyiapkan atlet untuk berkompetisi, baik di level nasional maupun internasional. Tentu atlet tersebut harus memiliki modal kemampuan yang baik,” lanjutnya. Para atlet yang berlaga di ajang Asian Games XVIII/2018, menurut Hanif, rata-rata masih bersatus mahasiswa Perguruan Tinggi. “Sebab, atlet yang ada di Perguruan Tinggi, berada pada usia emas. Abdul Malik (pencak silat) kuliah di Unima (Univeritas Negeri Manado), Aries Susanti Rahayu (panjat tebing) adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Begitu juga dengan atlet lainnya,” tambahnya. “Jika di prosentasekan, maka 50 hingga 60 persen atlet itu, dominan berstatus mahasiswa di Perguruan Tinggi,” cetus Hanif. Ia menyebut pembinaan harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga prestasi para atlet dapat terus terjaga. “Di Perguruan Tinggi ada PPLM (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mahasiswa), sedangkan inputnya itu PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar), dan PPOP (Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar),” cetusnya. Ia menyatakan, andai PPLM tidak ada di Perguruan Tinggi, maka pembinaan atlet akan berhenti. “Nantinya, atlet terbaik yang berasal dari PPLM, ada yang memperkuat Pelatda (Pemusatan Latihan Daerah), dan ada pula yang dipersiapkan ke event internasional, bahkan ke tingkat yang lebih tinggi, yakni Olimpiade, tentunya setelah terjaring masuk Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional),” ungkapnya. Terkait penerapan sport science, Hanif mempersilahkan masing-masing pengurus besar cabang olahraga untuk melakukan hal itu dengan kontrol dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). (Adt)

Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Rahayu Raih Emas di China, FPTI: Sinyal Positif Ke Olimpiade 2020 Tokyo

Indonesia meraih satu medali emas, yang dihasilkan Aries Susanti Rahayu, dan dua perak dalam kejuaraan International Climbing Elite Tournament, di Anshun, China, 21-22 September 2018. (FPTI)

Jakarta- Indonesia berhasil meraih satu medali emas, dan dua medali perak, dalam kejuaraan International Climbing Elite Tournament, Anshun, China, pada 21-22 September 2018. Medali emas Merah Putih dihasilkan Aries Susanti Rahayu, sedangkan medali perak disumbang Puji Lestari, dan Aspar Jaelolo. Spiderwoman Grobogan itu merebut emas usai memenangi duel all Indonesian final. Ia mengalahkan Puji Lestari di nomor Women’s Speed World Record dan membukukan catatan waktu 7,72 detik. Puji menjadi runner up setelah hanya mampu mencetak waktu 7,89 detik. Sedangkan Maria Krasavina (Rusia) berhak mengantongi perunggu. Sementara itu, pada laga final nomor Men’s Speed World Record, Aspar Jaelolo mengalami fall. Akibatnya, pria asal Donggala, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu merelakan medali emas jatuh ke tangan rivalnya asal China Chen Zi Hang. Dan, medali perunggu menjadi milik atlet asal Rusia, Stanislav Kokorin. Selain berlaga di nomor Speed, Aspar, Aries, dan Puji juga tampil di nomor Lead. Namun, sayangnya mereka gagal lolos ke partai final. Karena, baik Aspar maupun Aries, harus puas berada di posisi 9. Sebab untuk masuk final Lead, minimal harus berada di peringkat 8. Aries, Aspar, dan Puji, adalah atlet elit yang diundang langsung oleh pihak China untuk mengikuti kompetisi internasional itu. Bahkan, seluruh biaya akomodasi ketiga atlet itu dibiayai oleh pihak penyelenggara. Selain International Climbing Elite Tornament di Anshun, masih ada tujuh kompetisi internasional yang bakal mereka lakoni di penghujung 2018. Dua dari tujuh kompetisi tersebut adalah seri kejuaraan dunia. Faisol Riza, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), menilai raihan tiga medali ini merupakan penanda kesiapan atlet Indonesia di Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. “Ini adalah sinyal bagus bagi kita dan juga pemerintah untuk segera menyiapkan Pelatnas,” tukas Faisol. (Adt)

Lima Atlet Panjat Tebing Diundang Khusus Ikut Kejuaraan di China, Berangkat Dengan Kocek Sendiri

Aries Susanti Rahayu, salah satu atlet panjat tebing andalan Indonesia, diundang secara khusus tampil mengikuti seri kejuaraan panjat tebing di China, pada 21-22 September 2018. (breakingnews.id)

Jakarta- Usai membawa harum nama Indonesia di pentas Asian Games XVIII/2018, lima atlet panjat tebing andalan Indonesia diundang khusus untuk mengikuti seri kejuaraan terbuka di China. Kelima atlet itu nantinya berangkat dalam dua tahap. Tahap pertama yakni Aspar Jaelolo, Aries Susanti Rahayu, dan Puji Lestari. Mereka akan mengikuti International Climbing Elite Tournament di Anshun, China, pada 21-22 September 2018. Lalu, Sabri dan Nurul Iqamah juga diundang untuk mengikuti open series menyusul tiga atlet sebelumnya, pada Oktober mendatang. Hendra Basir, Pelatih Tim Nasional (Timnas) Panjat Tebing, menjelaskan China memang selalu mengundang para atlet elit dunia untuk ikut open series. Artinya, menurut Hendra, ketiga atlet tersebut sudah berada di level elite. “Aspar, Aries, dan Puji, akan berangkat bertiga ke China tanpa didampingi siapapun termasuk pelatih. Saat ini mereka sedang berlatih keras untuk mengembalikan stamina mereka setelah libur 15 hari,” ujar Hendra, dikutip situs resmi FPTI, Selasa (18/9). “Selama berlibur, mereka sibuk meladeni beragam wawancara dan rangkaian selebrasi kemenangan di Asian Games,” tambahnya. Usai tampil di ajang International Climbing Elite Tournament di Anshun, mereka akan kembali ke Indonesia, dan langsung menuju lokasi eks Pelatnas di Yogyakarta untuk kembali berlatih. Selanjutnya, pada Oktober, mereka kembali ke China bersama Sabri, Nurul, dan lima atlet panjat tebing lainnya. Dimana atlet yang berjumlah 10 orang tersebut akan mengikuti delapan kejuaraan di China dan Jepang. Kedelapan kejuaraan itu meliputi international climbing elite tournament, world cup series, dan Asian Championship. Akibat, belum ada Pelatnas lagi setelah Asian Games 2018 selesai, maka saat ini para atlet berlatih keras dengan merogoh kocek sendiri. “Pelatnas sudah bubar sehingga dukungan (finansial) sudah selesai. Kalau latihan sendiri, tak maksimal karena fasilitas di daerah tidak memadai. Makanya kami mandiri,” lanjutnya. Bahkan, kelima atlet yang akan mengikuti open series di luar undangan dari China, juga harus merogoh kocek sendiri. “Kami paham ini masa transisi (dari Pelatnas Asian Games menuju Pelatnas Olimpiade). Tapi tugas kami tetap mengibarkan bendera Indonesia,” ucap Hendra. “Seluruh atlet yang diterjunkan kali ini tidak hanya akan turun di nomor speed, namun juga lead. Ajang ini juga jadi pemanasan menuju Olimpiade Tokyo 2020,” tukas Hendra. (Adt)

PPLP dan SKO Ragunan Sumbang Ratusan Atlet ke Asian Games 2018, Kemenpora Fokus Perkuat Sport Center

Venue Lapangan Tenis di kawasan komplek Jakabaring Sport Center, Palembang, Sumatra Selatan, bisa segera mulai digunakan atlet binaan PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) dan Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan. (akurat.co)

Jakarta- Raden Isnanta, Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengatakan akan fokus memperkuat sport center. Fasilitas pertandingan yang digunakan saat Asian Games 2018, nantinya bisa digunakan atlet binaan PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) dan Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan. “Kami ingin agar sport center diperkuat lagi. Dan fasilitas eks pertandingan Asian Games 2018 yang bagus-bagus, akan kami minta pada Pak Menteri (Imam Nahrawi/Menpora) agar aset itu bisa ditularkan kepada atlet-atlet di PPLP dan SKO,” ujar Isnanta, pada Senin (17/9). “Nanti usulan itu akan saya sampaikan ke Pak Menteri, dan saya pikir akan direspon secara positif. Karena para atlet binaan PPLP dan SKO ini memiliki fasilitas yang sangat terbatas,” tambahnya, disela-sela acara pemberian Piagam Penghargaan dan Bonus kepada Pelatih SKO Ragunan, Jakarta. Menurut Isnanta, venue yang ada di wilayah DKI Jakarta, khususnya dilingkup SKO Ragunan sudah mulai dibangun, meski belum seluruhnya. “Pembenahan SKO Ragunan dari sisi fisik sudah mulai dilakukan secara bertahap. Jadi tidak langsung semuanya dibenahi, karena nanti para atlet muda binaan ini tidak bisa latihan,” terangnya. Selain itu, menurut Isnanta, pihaknya akan memprioritaskan peningkatan mutu pelatih, layanan kompetisi, serta saranan dan prasarana. “Faktanya lulusan PPLP dan SKO yang berjumlah 160 atlet lebih menjadi peserta Asian Games 2018, dan hanya membina 20 cabang olahraga. Sedangkan Asian Games melombakan 42 cabang olahraga,” urainya. “Jadi, artinya kami belum membina semua cabang di Asian Games. Tapi, dengan sudah ada 160 lebih atlet eks maupun yang masih aktif di PPLP dan SKO ini adalah sumbangan yang tidak kecil,” terangnya. Kedepan, ugkap Isnanta, akan memperkuat kompetisi antar SKO, bukan hanya antar Kota di Asia Tenggara, melainkan tingkat negara. “Nantinya, kompetisi tak hanya berlangsung antara kota se-ASEAN. Tapi, antar SKO yang berada di Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura. Mereka berkumpul dan bertanding, antar sesama sekolah olahraga,” cetusnya. Dengan demikian, ini meningkatkan kematangan bertanding para atlet binaan. “Untuk mematangkan mental tanding, peningkatan skill, pengalaman, dan menimba ilmu dari lawan. Supaya mereka orientasinya go internasional. Kalau bicara go internasional, berarti orientasinya ya di Olimpiade,” terangnya. “Alhamdulillah beberapa atlet sudah lolos tampil di youth olympic. Seperti angkat besi, bulutangkis, dan voli pantai. Hampir semua yang lolos youth olimpic adalah binaan kami. Sehingga tidak hanya di youth olympic mendapatkan emas, tapi juga di olympic senior yang levelnya lebih tinggi lagi,” tukas Isnanta. (Adt)

Pelatih dan Asisten Pelatih SKO Ragunan Diganjar Bonus, Menpora: Wujud Penghormatan Pemerintah

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi memberikan penghargaan dan bonus kepada pelatih dan asisten pelatih SKO Ragunan, Jakarta, pada Senin (17/9), yang berjasa mengantarkan para atlet berprestasi di Asian Games 2018. (Adt/NYSN)

Jakarta- Pemerintah melalui Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), memberikan penghargaan dan bonus kepada pelatih dan asisten pelatih Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan. “Bonus Asian Games tidak hanya kami berikan kepada para peraih medali, para atlet yang belum meraih, tapi juga kepada orang-orang yang berjasa mengantarkan para atlet di Asian Games 2018,” ujar Imam di Aula SKO Ragunan, Jakarta, Senin (17/9). “Di Ragunan ini banyak atlet peraih medali emas dilatih oleh para pelatihnya disini. Dan pemberian penghargaan dan bonus ini sebagai wujud penghormatan dan penghargaan pemerintah,” lanjutnya. Menteri berusia 45 tahun itu mengungkapkan nama-nama besar seperti Yayuk Basuki (tenis), Icuk Sugiarto (bulutangkis), dan termasuk beberapa peraih medali emas merupakan jebolan SKO Ragunan. “Jadi semangat meraih medali ini yang harus dirawat dan dijaga, karena melalui olahraga membuat Indonesia sejajar dengan negara lain terlebih rakyatnya menjadi bersatu padu mengesampingkan perbedaan,” tegas suami dari Shobibah Rohmah itu. Kesempatan itu, menurut Imam, harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh generasi-generasi yang saat ini menimba ilmu di SKO Ragunan, dan pada saatnya nanti juga akan membela Indonesia di kancah internasional. “Ingat Indonesia sedang ikut bidding menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Bersiaplah, kalian yang nantinya akan mewakili Indonesia di Olimpiade 2032, jadi mulai saat ini manfaatkan kesempatan di SKO ini dengan baik,” jelasnya. Sementara itu, Raden Isnanta, Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, mengatakan apresisiasi ini diberikan untuk memberikan informasi bahwa pembinaan olahraga itu ada tahanapan demi tahapan. “Jadi tidak hanya ujungnya yakni meraih prestasi saja. Tapi, ada sisi lainnya yang juga memiliki peran tak kalah penting. Seperti disampaikan Pak Menteri bahwa yang mengkader juga diberikan penghargaan supaya mereka giat mencetak kader-kader baru,” jelasnya. “Jangan sampai pelatih-pelatih yang mencetak atau merintis sebelumnya itu merasa tidak dihargai, sehingga nanti mereka tidak ada motivasi untuk mencetak generasi-generasi atlet yang baru,” cetusnya. Lanjutnya, agenda penghargaan ini bertepatan dengan Haornas (Hari Olahraga Nasional), dimana terdapat empat pelatih yang terpilih, Bambang Warsito (sepakbola), Sarmili (bola voli), Fadli Potu (Taekwondo) dan Budiarto (angkat besi). “Penghargaannya berupa piagam penghargaan dan uang Rp 30 juta, tapi ada satu yang diberikan berupa beasiswa S2 senilai Rp 25 juta (Budiarto), untuk pelatih dan asisten pelatih SKO Ragunan sebesar Rp 5 juta,” tukas Isnanta. (Adt) Daftar Penerimaan Penghargaan Pelatih dan Asisten Pelatih SKO Ragunan  Pelatih: 1. Wahid Wahyuni (senam) 2. Pearl Tendean (basket) 3. Anang (tenis meja) 4. Suharyadi (tenis lapangan) 5. Eko Setiawan (loncat indah) Asisten Pelatih: 1. Murdasi (senam) 2. Apriyanto (senam) 3. Eko Waluyo (bola voli) 4. Joni firdaus (angkat besi) 5. Dodi Regar (tenis meja) 6. Tri Prasetyo (panahan) 7. Sri Ratna Ernaningsih (pencak silat) 8. Ertina Noviandi (taekwondo) 9. Mardianto (renang) 10. Irfan Ardiansyah (sepakbola) 11. Dwi Hadi Purnama (sepakbola)

Pulang ke Kampung Halaman, Spiderwoman Grobogan Aries Susanti Beri Motivasi Pada Siswa SMP

Spiderwoman asal Grobogan peraih medali emas cabor panjat tebing kecepatan putri Asian Games 2018, Aries Susanti Rahayu memberi motivasi pada siswa SMP ini agar mereka terpacu untuk meraih prestasi setinggi mungkin. (FPTI)

Jakarta- Usai meraih medali emas cabor panjat tebing kecepatan putri Asian Games 2018, Aries Susanti Rahayu, kembali ke kampung halamannya di Grobogan, Jawa Tengah (Jateng). Spiderwoman Indonesia itu mengunjungi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), sebagai tempatnya menimba ilmu. “Beberapa waktu lalu, saya ke SMP 1 Grobogan. Saya bersilaturahmi dengan guru SMP saya dan berterima kasih atas bimbingan belajar selama saya bersekolah di sana,” ujar wanita berhijab peraih medali emas IFSC World Cup Series Chongqing, China, pada 2018, di nomor Speed WR, pekan ini. Selain bersilaturahmi, wanita kelahiran 21 Maret 1995 itu juga memberikan motivasi kepada siwa SMP. “Saya sedikit berbagi pengalaman di bidang olahraga dan memberi motivasi untuk adik-adik SMP agar mereka terpacu untuk meraih prestasi setinggi mungkin,” lanjut warga Desa Klambu, Grobogan, Jateng itu. Selepas Asian Games XVIII/2018, Aries tetap menjalani Pelatnas (pemusatan pelatihan nasional) untuk menghadapi pertandingan internasional, sekaligus persiapan menuju Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Menurut Aries, prestasi tidak hadir begitu saja, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan. Sehingga, butuh jalan panjang serta berliku agar mampu meraih prestasi tertinggi. “Untuk meraihnya, juga diperlukan motivasi yang tinggi,” tegas mahasiswi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Muhammadiyah Semarang, yang meraih medali emas Asian Championship 2017, di Iran, nomor Speed WR Relay itu. (Adt)

Bidik Olimpiade 2020 Tokyo, Aspar Jaelolo Cs Lakoni Pelatnas Jangka Panjang

Aspar Jaelolo CS melakoni Pelatnas jangka panjang cabor sekaligus mengikuti berbagai seri kejuaraan dunia guna pengumpulan poin Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang.(FPTI)

Jakarta- Aspar Jaelolo dan kolega segera melakoni pemusatan latihan nasional (Pelatnas) jangka panjang cabang olahraga (Cabor) panjat tebing. Sasaran utama mereka adalah Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang. Pada pesta olahraga terbesar sejagat itu, panjat tebing atau sport climbing, akan dipertandingkan sebagai cabor ekshibisi. Dan, ada waktu setahun guna mempersiapkan diri sebelum kualifikasi di Toulouse, Perancis, pada November 2019. Diketahui, pada Asian Games XVIII/2018, cabor sport climbing meraih tiga emas dari nomor Speed Relay Putra (Muhammad Hinayah, Rindi Sufriyanto, Abu Dzar Yulianto, Veddriq Leonardo), Speed Relay Putri (Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, Fitriyani), dan Speed Putri (Aries Susanti Rahayu). Kemudian dua medali perak, dari nomor Speed Relay Putra (Aspar Jaelolo, Sabri, Pangeran Septo Wibowo Siburian, Alfian Muhammad Fajri), dan Speed Putri (Puji Lestari). Lalu, satu medali perunggu dari nomor Speed Putra (Aspar Jaelolo). “Usai Asian Games ini, target kami tampil di seri kejuaraan dunia untuk mengumpulkan poin Olimpiade 2020, Tokyo, Jepang,” ujar Aspar, Minggu (9/9). “Kami menjalani Pelatnas jangka panjang. Sebab, waktu yang kami miliki sempit, kurang dari setahun,” lanjut pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), 24 Januari 1988 itu. Menurut atlet asal DKI Jakarta itu, dalam waktu dekat, ada dua kejuaraan yang bakal diikuti. “Ada IFSC Climbing World Champships di Innsbruck, Austria, pertengahan bulan ini, dan International Climbing Series-China Open di Guangzhou, pada November,” ungkap peraih medali emas World Extreme Games, Shanghai, China, 2014 itu. Selain Aspar, atlet putri Aries dan Puji juga turun di kejuaraan di China. Diungkapkannya, Indonesia tak bisa lepas dari bayang-bayang negara unggulan seperti Jepang, Korea, dan China. “Apalagi mereka itu persiapannya panjang. Bahkan sudah dimulai sejak dari usia dini,” cetus kampiun Asian Beach Games 2014, Thailand itu. Sehingga, tambah Aspar, sangat penting menggelar training center (TC) dan menjalani try out (ujicoba) ke luar negeri. “Jadi kami bisa berlatih dengan para juara dunia. Ini penting bagi kami, untuk bisa menyerap ilmu serta pengalaman yang mereka miliki,” tukas peraih medali emas Asia Championship 2016, di China itu. (Adt)

Raih Emas di Usia 20 Tahun, Empat Atlet Ini Turut Ukir Sejarah Indonesia Dalam Asian Games 2018

Sebagai pebulutangkis nomor 15 dunia, Jonatan Christie tak diunggulkan di nomor perorangan Asian Games 2018. Namun, lajunya tak terhentikan melawan pemain-pemain unggulan, hingga akhirnya ia meraih emas nomor tunggal putra. (Pras/NYSN)

Jakarta- Indonesia mengukir prestasi dalam ajang multievent Asian Games 2018. Kontingen Tanah Air melampaui target yang ditetapkan pemerintah karena mendulang total 31 medali emas hingga Sabtu (1/9) atau H-1 penutupan. Pencak silat menjadi pendulang emas terbanyak bagi Indonesia. Dari 16 nomor yang dipertandingkan, 14 di antaranya dijuarai para atlet Tanah Air. Torehan 31 emas ini, menempatkan Indoensia di peringkat keempat klasemen akhir. Kontingen Tanah Air mengungguli Uzbekistan, yang duduk diposisi kelima dengan selisih 10 emas. Prestasi ini jauh lebih baik, dibandingkan saat Indonesia menjadi host Asian Games 1962. Kala itu, Indonesia hanya 11 kali menjadi juara. Kesuksesan Indonesia tentunya tidak lepas dari peran para atlet-atlet muda. Usia belia bukan menjadi halangan bagi mereka untuk mengukir prestasi. Setidaknya, ada empat atlet muda Indonesia yang usianya belum genap 21 tahun, namun sudah mencuri perhatian karena berprestasi di Asian Games 2018. Siapa sajakah mereka? Berikut ini adalah ulasannya. Rio Rizki Darmawan Jumat (24/8), venue dayung Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, kembali riuh. Anak-anak asuh pelatih Boudewijn van Opstal dan Muhammad Hadris, berhasil meraih medali emas pada laga final nomor dayung kelas ringan delapan putra di ajang Asian Games 2018. Kontingen Merah Putih yang beranggotakan Tanzil Hadid, Muhad Yakin, Jefri Ardianto, Ali Buton, Ferdiansyah, Ihram, Ardi Isadi, Ujang Hasbulah, dan Rio Rizki Darmawan, mengalahkan Uzbekistan dan Hong Kong dengan catatan waktu 6 menit dan 08,88 detik. Pundi-pundi emas kembali disumbangkan untuk Indonesia. Di antara ingar-bingar di Jakabaring, di antara riuh-rendah sorakan penonton, nama Rio menjadi sorotan. Putra kebanggaan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi yang termuda di antara teman-temannya. Semula memang tak terpikir di benak Rio, untuk mengharumkan nama Indonesia melalui olahraga dayung. Andai ia menolak ajakan Jufri, Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Olahraga (SMANOR) Tadulako Palu, mungkin teriakan ‘Rio’ ‘Rio’ ‘Rio’ dari penonton di venue tak akan muncul. Postur tubuhnya yang besar dan berprestasi selama di SMANOR, membuat Jufri yakin, bila pemuda asal Desa Tompi Bugis, Sigi, 27 November 1998 itu, bisa menjadi atlet dayung. Jonatan Christie Sebagai pebulutangkis tunggal putra nomor ke-15 dunia, Jonatan Christie memang kurang diunggulkan di nomor perorangan Asian Games 2018. Namun, lajunya tak terhentikan melawan pemain-pemain unggulan. Dia mengalahkan Shi Yuqi (peringkat kedua dunia asal China) di babak kedua, dan Khosit Phetpradab (runner-up SEA Games 2017) di babak ketiga. Di fase perempat final, giliran Wong Wing Ki Vincent (Hong Kong), yang dilewati Jojo, sapaannya. Lanjut ke semifinal, ia melumat peringkat ke-10 dunia asal Jepang, Kenta Nishimoto. Jojo, lalu menyudahi perlawanan sengit Chou Tienchen (Taiwan), di babak final, di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Selasa (28/8). Tunggal nomor enam dunia itu menyerah dari Jojo, usai melewati drama pertarungan ketat tiga gim, dengan skor 21-18, 20-22, 21-15. Dari lompatan Asian Games ini, pemuda kelahiran Jakarta 15 September 1997, boleh optimistis menatap target selanjutnya, yakni turnamen BWF World Tour Super Series. Di Indonesia Open 2018 Juli lalu, ia langsung gugur di babak pertama oleh Viktor Axelsen (Denmark). Raihan tertinggi Jojo adalah final New Zealand Open 2018 pada Mei, meski kandas dari Lin Dan (China). Rifki Ardiansyah Arrosyiid Rifki Ardiansyah Arrosyiid mengharumkan nama Indonesia pada Asian Games 2018. Peraih emas cabang olahraga Karate nomor kumite 60kg itu turut membanggakan kesatuannya sebagai anggota di korps Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Rifki yang saat ini berpangkat sersan dua (serda) akan naik pangkat menjadi sertu pada 1 Oktober nanti, usai mendapat penghargaan percepatan kenaikan pangkat, merupakan prajurit TNI peraih emas di Asian Games 2018. Rifki menetap di Surabaya, dan sehari-harinya bertugas sebagai Babanmin 2 Pokbanmin Jasdam Kodam V/Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Putra dari pasangan Surya dan Dwi ini menempuh pendidikan Bintara pada 2016 lalu. Ajang Asian Games 2018 bukan hanya menjadi pembuktian bagi para atlet dari kalangan sipil. Sejumlah atlet berlatar belakang militer pun berjuang dalam ‘pertempuran’ di arena olahraga demi mengangkat prestasi Merah Putih. Rifki adalah salah satu prajurit yang juga bersaing dengan para atlet luar negeri di ajang olahraga multicabang se-Asia tersebut. Arek Suroboyo kelahiran 24 Desember 1997 ini, mampu meraih emas bagi Indonesia usai mengalahkan karateka asal Iran, Amir Mahdi Zadeh, di fase final dengan skor 9-7. Sebelumnya, Rifki pernah meraih medali perunggu di SEA Games 2017, dan medali Emas dari kelas Kumite 55 Kg, dalam Kejurnas Karate Piala Panglima TNI tahun 2017 lalu. Hanifan Yudani Kusumah Pencak Silat menambah lagi pundi-pundi medali Indonesia di Asian Games 2018. Kali ini atas nama Hanifan Yudani Kusumah. Dalam laga perebutan medali emas nomor Tarung Putra Kelas C (55-60Kg) di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, Rabu (29/8), Hanifan menang 3-2, atas pesilat Vietnam, Thai Linh. Dalam pertarungan tiga ronde itu, Hanifan sempat mendapat kartu merah, karena dinilai menyerang wajah lawannya. Hanifan adalah pesilat berusia 20 tahun, namun sudah berhasil mengharumkan nama Indonesia. Remaja yang tumbuh di Bandung ini lahir pada 25 Oktober 1997. Sebelum tampil di Jakarta, Hanifan tercatat sebagai pesilat yang meraih medali emas pada Silat World Championships 2016 di Denpasar, Bali. Pada 2017, ia menyabet perunggu di Asian Championships yang digelar di Korea. Hanifan juga membawa perunggu pada Sea Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. Atlet asal Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang dikenal usai selebrasinya yang membuat calon presiden Prabowo Subianto, dan Presiden Indonesia Joko Widodo, saling berpelukan dan berselimutkan bendera Merah-Putih, ternyata merupakan seorang jockey balap motor handal, saat masih duduk di SMA. (Adt)

Bonus Asian Games 2018 Rp 210 Miliar Cair, Atlet Dijamin Jadi PNS Tanpa Tes

Pemberian bonus bagi atlet dan pelatih yang berperstasi di Asian Games 2018 yang langsung diberikan Presiden Joko Widodo, sebelum upacara penutupan, menjadi yang tercepat sepanjang sejarah pemberian penghargaan bagi pahlawan olahraga Indonesia. (ivoox.co.id)

Jakarta- Pemerintah telah mencairkan bonus bagi atlet dan pelatih yang mengikuti Asian Games 2018 dengan total Rp 210 miliar. Pencairan bonus ini menjadi yang tercepat sepanjang pemberian penghargaan bagi pahlawan olahraga Indonesia. Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), mengatakan, ajang multievent seperti SEA Games misalnya, bonus dicairkan setelah seluruh rangkaian pertandingan berakhir. “Jadi kira-kira butuh waktu dua bulan. Khusus, bonus Asian Games 2018 diberikan sebelum penutupan Asian Games 2018. Ini pemberian bonus kepada atlet yang tercepat. Dan besaran bonus kali ini naik dari sebelumnya,” ujar Menteri asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu, di Istana Negara, Minggu (2/9). Menurutnya, anggaran bonus bagi atlet dan pelatih yang terlibat di pesta multievent olahraga empat tahunan itu berasal dari anggaran Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) ditambah dari Belanja Anggaran Umum Negara (BUN). “Termasuk di dalamnya bonus bagi atlet non medali yang besarannya Rp 20 juta,” lanjutnya. Bonus bagi peraih medali emas sebesar Rp 1,5 miliar secara penuh tanpa dipotong pajak. Untuk pasangan atau ganda memperoleh Rp 1 miliar perorang, dan beregu Rp 750 juta perorang. Sementara itu, peraih medali perak tunggal mendapatkan Rp 500 juta, ganda Rp 400 juta, serta beregu Rp 300 juta perorang. Peraih perunggu diberikan Rp 250 juta, ganda Rp 200 juta, dan beregu Rp 150 juta perorang. Lal, untuk pelatih yang atletnya meraih emas mendapatkan Rp 450 juta, perak Rp 150, dan perunggu Rp 75 juta. Dan, asisten pelatih perorangan atau ganda mendapatkan Rp 300 juta untuk emas, Rp 100 juta untuk perak, dan Rp 50 juta untuk perunggu. “Pelatih dan asisten pelatih dapat, mestinya cair hari ini, semua penerima per hari ini bisa melihat angkanya di buku tabungan,” tegas Imam. “Kalau untuk bonus rumah, kami masih bicarakan lagi dengan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), tapi yang jelas secepatnya akan direalisasikan,” tambahnya. Selain itu, ia menambahkan semua peraih medali, akan di angkat menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Dan, proses pengangkatan PNS tanpa perlu mengikuti tes, melainkan lewat formasi khusus PNS. Namun, pria kelahiran 8 Juli 1973 itu, awal pengangkatan atlet tersebut harus berdinas di Kemenpora. Dan usai setahun bertugas di Kemenpora, bila mereka ingin pindah ke kementerian lain atau daerah asalnya, hal itu bisa dilakukan. Selain itu, meski berstatus PNS serta kerjanya bukan di ruangan, tapi mereka bisa tetap berlatih atau bekerja di Pelatnas (pemusatan latihan nasional). (Adt) Rincian Bonus Asian Games XVIII/2018: 1. Atlet Perorangan: – Emas Rp 1,5 miliar – Perak Rp 500 juta – Perunggu Rp 250 juta 2. Atlet Beregu: – Emas Rp 750 juta perorang – Perak Rp 300 juta perorang – Perunggu Rp 150 juta perorang 3. Pelatih Perorangan atau Ganda: – Emas Rp 450 juta – Perak Rp 150 juta – Perunggu Rp 75 juta 4. Pelatih Beregu: – Emas Rp 600 juta – Perak Rp 200 juta – Perunggu Rp 100 juta 5. Pelatih untuk Medali Kedua dan Seterusnya: – Emas Rp 225 juta – Perak Rp 75 juta – Perunggu Rp 37,5 juta 6. Asisten Pelatih Perorangan atau Ganda: – Emas Rp 300 juta – Perak Rp 100 juta – Perunggu Rp 50 juta 7. Asisten Pelatih Beregu: – Emas Rp 375 juta – Perak Rp 125 juta – Perunggu Rp 62,5 juta 8. Asisten Pelatih untuk Medali Kedua dan Seterusnya: – Emas Rp150 juta – Perak Rp 50 juta – Perunggu Rp 25 juta

Hobi Remaja 19 Tahun ini Mampu Menyumbangkan Medali Emas Bagi Olahraga Pencak Silat di Ajang Asian Games 2018

Aji Bangkit Pamungkas salah satunya, remaja berusia 19 tahun ini merupakan salah satu atlet pencak silat yang akan berlaga di Asian Games 2018 mendatang.

Jakarta- Olahraga pencak silat tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, siapa sangka olahraga yang satu ini turut menghasilkan prestasi-prestasi yang mengagumkan bagi Indonesia, Aji Bangkit Pamungkas salah satunya, remaja berusia 19 tahun ini berhasil menyumbangkan medali emas pada cabang olahraga Pencak Silat Tarung Putra Kelas 85-90 Kg di ajang Asian Games 2018 lalu. Pertama kali mengikuti latihan silat saat dirinya memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), hobinya menurun dari sang ayah kepada anak-anaknya termasuk Bangkit. Kakak nomor dua dan tiga pun ikut menekuni olahraga silat. “Saya kan anak terakhir, nomor 4. Kakak yg kedua dan ketiga itu juga nurun dari ayah, suka main silat juga. Kadang lihat mereka latihan seru, jadi saya mulai tertarik sejak itu” jelas Bangkit. Alasan dirinya memilih olahraga silat ada beberapa faktor, pertama karena memang dari keluarga yang sebagian besar menekuni olahraha serupa. Kemudian faktor kedua karena dukungan dari lingkungan seperti keluarga, kawan, kerabat dan rekan latihan. Mengawali karirnya di Perguruan Silat Setia Hati Teratai (PSHT) sejak SMP kelas 1 hingga kelas 3, namun saat itu hanya mengikuti latihan dan belum diikutsertakan di kejuaraan. Faktor berat badan yang membuatnya belum bisa kontribusi, usia masih remaja namun berat badan sudah masuk di kategori dewasa. Membuatnya baru diterjunkan turnamen ketika memasuki SMA kelas 1. “Masuk SMA baru sama ikut kejuaraan di Kabupaten, antar perguruan, ke daerah-daerah. Baru pas kelas 2 saya ditunjuk untuk mewakili Jawa Timur di Kejurnas Padepokan” ujar remaja kelahiran ‘Bumi Reog’ tersebut. Pasca mengikuti kejurnas Bangkit ditawarkan untuk bermain di kelas bebas untuk mewakili Indonesia dalam kejuaraan dunia pada pertengahan tahun 2016. Semenjak itu dirinya bergabung dengan pelatnas hingga saat ini. Untuk membagi waktu antara sekolah dengan latihan dirinya mengungkapkan tidak terlalu masalah karena dari pihak keluarga dan sekolah turut mendukung. “Waktu saya naik kelas 2 SMA harusnya sudah tidak boleh sekolah lagi karena harus gabung pelatnas, tapi saya ngomong ke bagian kemahasiswaan ada suratnya dari pelatnas jadinya saya sekolah jarak jauh” kata remaja kelahiran 20 Mei 1999 itu. Termasuk tugas sekolah, ujian sekolah, semuanya dilakukan dari jarak jauh. Pihak sekolah mengirimkan ke lokasi pelatnas dan dikerjakan, setelahnya dikirim kembali ke sekolah asal. Kendala yang dialami seperti kurang waktu untuk belajar karena lelah usai latihan, waktu belajar digunakan untuk istrahat. Sejauh menjalani rutinitas latihan, Bangkit mengakui belum pernah mengalami cidera berat yang mengharuskan vakum sementara waktu. Hanya cidera ringan yang dialami sewaktu usai latihan. “Kadang kan kalau latihan suka kelepasan, nendang terlalu kenceng jadi kaku sama bahu suka sakit. Tapi biasanya gak lama, paling dua sampai tiga hari udah pulih lagi” ujarnya. Suka duka yang dialami pun beragam, bertemu karakter lawan yang bermacam-macam, pertama kali ikut kejuaraan dunia membela Tanah Air namun belum berhasil menyumbangkan medali. Pada ajang Sea Games Malaysia 2017 pun dirinya belum berhasil menyumbangkan medali. Bangkit mengakatan bahwa dirinya sangat bangga dan tidak menyangka bisa bergabung di pelatnas pencak silat bersama kawan-kawan dari kota lain. Pasalnya, sejak awal dirinya tidak menargetkan untuk bisa bergabung di pelatnas. Namun atas usaha latihannya selama ini dirinya berhasil membawa pulang medali emas di ajang Asian Games 2018 hal ini sangat membanggakan bagi keluarga, kerabat dan kawan-kawannya. Profil Singkat Nama : Aji Bangkit Pamungkas Tempat/Tgl Lahir : Ponorogo, 20 Mei 1999 Alamat Rumah : Jl. Rumpuk Rt 02 Rw 04 Kertosari Babadan, Ponorogo Orang Tua : Agus Widodo (ayah) Anis Nurul Laili (ibu) Pendidikan SD Ma’arif Ponorogo SMPN 2 Ponorogo SMKN 1 Jenangan Ponorogo Prestasi Medali Emas Kejurnas Remaja dan Dewasa 2016, Jakarta, Indonesia Partisipan Kejuaraan Dunia 2016, Denpasar Bali, Indonesia Medali Perungu Pra Sea Games 2017, Komplek Lincah Mahaguru Omardin (K.L.M.O), Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia Medali Perungu Belgium Open 2017, Schoten, Belgia Partisipan Sea Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia Medali Emas 3rd Pencak Silat Championship 2017, Chungju City, South Korea (medali emas) Paetisipan Penang Open 2017, Penang Malaysia Medali Perungu Belgium Open 2018, Schoten, Belgia

Pecah Rekor Tinju Putri, Anggota KOWAD 20 Tahun Asal Lombok Raih Perunggu Asian Games

Kalah dari atlet Thailand, Sudaporn Seesondee (merah), petinju putri kelahiran Lombok, 27 Januari 1998, Uswatun Hasanah (biru), meraih medali perunggu Asian Games 2018 kelas 60 kg putri, pada Jumat (31/8). Raihan itu jadi sejarah baru, karena kali pertama, tinju putri mendulang medali di kancah Asian Games. (liputan6.com)

Jakarta- Petinju Putri Indonesia, Uswatun Hasanah, sukses menyumbangkan medali perunggu Asian Games 2018 dari kelas 60 kg putri, Jumat (31/8). Raihan itu jadi sejarah baru, karena untuk kali pertama, tinju putri mendulang medali di kancah Asian Games. Tinju putri kali pertama digelar pada Asian Games 2010. Selama ini, belum pernah ada petinju Indonesia yang meraih medali. Setelah delapan tahun, penantian Indonesia akhirnya terbayar. Atlet 20 tahun yang kerap disapa Atun ini, mengamankan medali perunggu paska gagal melenggang ke babak final. Di partai semifinal tinju putri kelas ringan 60 Kilogram Putri Hall C, JIExpo, Anggota Kowad TNI AD berpangkat Serda yang berdinas di Dirpalad Jatinegara Jakarta Timur ini, terpaksa mengakui keunggulan atlet asal Thailand, Sudaporn Seesondee. Pertandingan tiga babak tersebut, Atun terus menerus tertekan sejak awal ronde. Pukulan bertubi-tubi petinju Thailand, tak mampu dihadang olehnya. Sebaliknya, pukulan gadis kelahiran Lombok, 27 Januari 1998 ini, tak bertenaga dan mudah dipentahkan lawan. Sudaporn makin mendominasi laga di ronde kedua dan ketiga, hingga Atun terlihat selalu terpojok dan gagal keluar dari tekanan. Bahkan, saking terpojoknya, Atun kerap berbalik badan hingga mendapat peringatan dari wasit di ronde ketiga. Usai laga, pelatih kepala Adi Suandana menyebut anak asuhnya gagal maksimal dipertandingan tersebut. Apa yang ditampilkan Atun saat mengalahkan wakil India, Pavitra di perempat final, tak terlihat. “Penampilan Uswatun hari ini, jika dibandingkan dengan sebelumnya, memang menurun,” kata Adi, usai laga, di JIExpo Kemayoran Hall C, Jakarta, Jum’at (31/8). “Karena olahraga tinju itu sudah biasa ya, yang terpukul pasti poinnya turun, dan yang banyak memukul pasti dapat poin,” imbuhnya. Adi menjelaskan, waktu persiapan yang kurang, ditambah minimnya uji coba ke luar negeri, menyebabkan mental Atun dan para petinju penghuni pelatnas lainnya tak terasah dengan baik. Akibatnya, kata Adi, saat di bawah tekanan, mereka tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dan gagal menjalankan instruksi pelatih. “Masih banyak kelemahan. Lawan jadi punya keberanian menyerang terus. Kalau Atun keberaniannya sepeti pertandingan sebelumnya, lawan tak bakal tampil seperti itu,” ujar Adi. Meski gagal ke babak final, medali perunggu Atun sukses menghantarkannya mencetak sejarah. Sepanjang sejarah Asian Games, tinju Indonesia mengoleksi tiga emas, delapan perak, dan 13 perunggu. Namun, semua medali datang dari tinju putra. Ini merupakan medali pertama yang diraih kontingen Indonesia di Asian Games 2018 sepanjang Jumat (31/8). Indonesia total telah mengoleksi 30 emas, 23 perak, dan 39 perunggu. (Ham)

Antiklimaks Takluk Dari Vietnam 1-3, Voli Putri Indonesia Gagal Kunci Posisi Enam Besar

Aprilia Santini Manganang (9) dkk gagal mengunci posisi enam besar cabang bola voli Asian Games 2018. Timnas voli putri Indonesia dipaksa menyerah 1-3 dari Vietnam, pada Jumat (31/8), di Volley Indoor, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. (Riz/NYSN)

Jakarta- Aprilia Santini Manganang dan kolega gagal mengunci posisi enam besar cabang bola voli Asian Games 2018. Timnas bola voli putri Indonesia itu dipaksa menyerah 1-3 dari Vietnam, pada Jumat (31/8), di Volley Indoor, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Di pertandingan ini, kedua tim tampil percaya diri serta mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Di set pertama, Vietnam yang dimotori Dinh Thi Tra Giang mampu menyudahi perlawanan ketat tuan rumah dengan skor 29-27. Memainkan set kedua, Amalia Fajrina Nabila dan kawan-kawan berusaha bangkit. Bahkan kerap unggul dalam perolehan poin dengan lawan, serta berhasil mencuri kemenangan dengan skor jauh 25-18. Namun, anak asuh Mohamad Ansori tak mampu menjaga performa. Vietnam yang sempat tertekan di set kedua, justru balik menebar ancaman ke kubu Merah Putih diset ketiga. Berada di atas angin, Vietnam makin ‘gila’ dengan melancarkan smash keras menghujam yang tak mampu dibendung srikandi Merah Putih. Akhirnya, Vietnam merebut set ini dengan skor 25-22. “Set kedua kami bisa menang karena servis dan nyerang terus. Tapi, di set ketiga lawan mulai berani servis, sedangkan kami tidak siap dan kewalahan sendiri. Apalagi pertahanan kami terdapat banyak celah serta kurang cepat bisa baca lawan,” ujar Amalia, Kapten Timnas Bola Voli Putri Indonesia usai laga. “Jadi harusnya yang jadi patokan diam di situ, ini justru memposisikan dirinya belum jelas. Ini yang membuat Vietnam tahu kelemahan kami, begitu juga dengan blok-blok dari kami yang tidak sempurna,” tambahnya. Di set keempat, Manganang Cs sempat membentang asa. Meski perolehan poin sempat tertinggal dari Vietnam sejak awal laga, namun mereka berusaha mengejar poin hingga kedudukan 17-`18 dan 19-20. Akibat kurang tenang dalam menerima serta mengeksekusi bola, membuat timnas bola voli putri Indonesia harus mengakui ketangguhan Vietnam yang mengunci set ini dengan skor 22-25. Hasil tersebut membuat mereka gagal mengulang sukses di ajang SEA Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia. Ketika itu, timnas bola voli putri berhasil menaklukkan Vietnam, di semifinal, dengan skor 3-2. “Sebenarnya ini sesuai target delapan besar. Tapi, karena ketemu Vietnam, inginnya teman-teman menang, karena di SEA Games kemarin kami menang lawan mereka, apalagi masih sesama negara Asia Tenggara,” ungkap Amalia. “Ya, pinginnya bisa peringkat 5-6, tapi enggak bisa dan harus turun lagi. Ini kan kayak musuh bubuyutan. Dan, sekarang jadi 7-8 peringkatnya,” lanjutnya. Sementara itu, Manganang mengaku penampilannya di pertandingan kali ini berada di bawah performa terbaiknya. “Memang saya tampil tadi tidak maksimal. Mungkin ada faktor kelelahan juga karena jadwal pertandingannya kan sangat mepet waktunya. Soal stamina juga bisa jadi catatan tersendiri untuk kedepannya perlu diperhatikan,” tegasnya. Manganang Cs masih melakoni satu laga lagi menghadapi Kazakhstan untuk posisi 7 dan 8 pada Sabtu (1/9). Mohammad Ansori, Arsitek Tim, berharap timnya bermain bagus kontra Kazakhstan. “Soal peluangnya belum tahu, dilihat besok saja. Mudah-mudahan lebih bagus dari hari ini,” ucap Ansori. (Adt)