Empat Dara Cantik Dibawah 20 Tahun, Yang Membela Indonesia di Asian Games 2018

Safira Ika Putri Kartini baru berusia 15 tahun, sudah menjadi pemain inti Timnas sepak bola Putri Indonesia dalam ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. (instagram)

Jakarta- Ajang olahraga terbesar se-Asia Tenggara, Asian Games 2018 sudah mulai digelar di Indonesia sejak 18 Agustus lalu. Rupanya euforia Pemerintah Indonesia yang menjadi tuan rumah tak kalah dengan rasa antusias masyarakat yang ingin tahu siapa saja para Atlet Indonesia yang akan berlaga. Beberapa atlet terbaik sudah disiapkan oleh beberapa negara yang ikut tampil pada ajang bergengsi ini. Tanpa terkecuali Indonesia, tampil sebagai tuan rumah tentu harus menyiapkan atlet terbaiknya agar memperoleh prestasi terbaik pada gelaran 4 tahunan ini. Bahkan beberapa atlet muda pun turut serta dipanggil guna memenuhi tugas negara, berikut ini ada 4 atlet muda Indonesia, yang bakal tampil pada ajang Asian Games 2018. Jeany Nuraini Sprinter DKI Jakarta ini belum lama, mengundang perhatian publik. Nama Jeany mendadak viral, lantaran beberapa waktu lalu, fotonya sempat disandingkan dengan Muhammad Zohri. Siapa sangka, gadis bernama lengkap Jeany Nuraini Ameila Agreta, usianya masih 17 tahun. Pada 2017 lalu, Jeany berhasil menyabet 2 medali emas sekaligus di nomor 100m dan 200m sprint putri cabor atletik, dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) yang dihelat di Semarang, Jawa Tengah, sekaligus memecahkan rekor remaja di nomor 200m sprint putri. Pada 2018, Atlet kelahiran Jakarta 22 Agustus 2000 ini, meraih podium pertama di nomor 100m sprint putri, Asian School Games 2018 di Malaysia. Berbagai prestasi inilah yang mengantarkan siswi yang baru lulus dari SMAN 24 Jakarta Pusat ini, tergabung dalam Kontingen Atletik Indonesia di Asian Games 2018. Ceyco Hutagalung Mendekati Asian Games 2018 ini, Ceyco adalah salah satu atlet yang ditunjuk untuk mewakili Indonesia. Alumnus SMA 39 Jakarta ini masih berusia 19 tahun. Pada 2015 lalu, Ceyco tampil gemilang di final Kejuaraan Dunia Karate WKF, Kadet, Junior, dan U21. Ia sukses meraih medali emas pada nomor Kumite putri Junior kelas 59+. Sebelumnya, dara kelahiran Jakarta 24 Juni 1999 ini ,menyabet juara untuk kategori junior saat beraksi di Kejuaraan Asia Karate (AKF) 2014 di Malaysia. Prestasinya berlanjut dengan memenangi Kejuaraan Dunia Karate (WKF) 2015 di Indonesia. Gadis bernama lengkap Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung ini siap membidik medali emas di Asian Games 2018. Tekadnya makin membara, lantaran sebelumnya gagal mengikuti SEA Games 2017 di Malaysia, hanya karena belum memenuhi kriteria usia. Liontin Evangelina Setiawan Liontin Evangelina Setiawan, yang akrab disapa Angel, adalah atlet timnas balap sepeda. Angel sudah mengukir prestasi di manca negara. Pada 2017, Angel diundang oleh UCI (Union Cycliste Internationale (UCI), mengikuti pelatihan tingkat internasional di World Cycling Center, Aigle, Swiss. Terlahir dari pasangan legenda balap sepeda nasional Nurhayati dan Henry Setiawan, gadis kelahiran Yogyakarta 13 Juli 1999 ini, kini mencuat sebagai salah satu atlet muda di cabang olahraga gowes itu. Prestasi orang tua Angel pun tak dapat dipandang sebelah mata. Sejarah mencatat, jika torehan sang bunda, Nurhayati, adalah prestasi yang fenomenal. Nurhayati, sukses menyabet enam medali emas sekaligus, saat tampil di ajang Sea Games 1997 Jakart, cabor balap sepeda. Sang ayah yakni Henry Setiawan, turut merebut dua medali emas, dalam perhelatan yang sama. Kini, darah juara mengalir ditubuh gadis berambut panjang ini. Pada 2014, Angel berhasil menjadi juara 1, kelas Women Elite, Kejuaraan Nasional Balap Sepeda, Solo dan Jogjakarta. Lalu prestasi lain yang tak kalah membanggakan ditorehkan pada February 2017. Angel yang belum genap 18 tahun saat itu, menyumbang medali pertama tim Indonesia di Kejuaraan Balap Sepeda Asia 2017. Ia finis posisi tiga, pada nomor Individual Time Trial putri junior. Dengan catatan waktu 19 menit 50,28 detik, ia ada di belakang juara, Kang Qiao asal China, dan sang runner up, Marina Kurnossova (Kazakhstan). Safira Ika Putri  Meski sepak bola putri hingga saat ini belum menghasilkan prestasi yang luar biasa, namun bakat-bakat srikandi muda ternyata cukup menjanjikan. Salah satunya adalah Safira Ika Putri Kartini. Dara yang akrab disapa Ika ini, menjadi salah satu jajaran atlet termuda skuat Timnas Indonesia, di ajang Asian Games 2018. Gadis kelahiran Surabaya 21 April 2003, ini sudah menjadi pemain inti skuad sepak bola Timnas Putri Indonesia. Padahal usianya, baru genap 15 tahun pada April lalu. Namun, Ika sudah wara wiri membela Timnas Putri, sejak level Junior. Ika lebih memilih sepak bola, lantaran dirasa lebih menantang. “Awalnya ayah dan ibu melarang. Mereka masih punya pikiran kalau sepak bola, ya, buat cowok,” ujar Ika. “Bahkan dulu, buat beli sepatu bola pertama, Ika harus sabar dan menabung dari uang saku sehari-hari,” tambahnya. Lama-kelamaan, Ika mendapat dukungan dari kedua orang tuanya dan berhasil masuk dalam Skuat Timnas Putri U-15 Indonesia. Ia mendapatkan panggilan Timnas Putri U-15 setelah tampil ciamik dan menangantarkan Bangka Belitung juara Piala Nusantara 2017 di Jepara. Ia tak kuasa menahan tangis lantaran tak percaya dipanggil ke timnas. Bermain diposisi bek kiri dan gelandang bertahan, Ika lalu ditunjuk menjadi Kapten Timnas Putri U-15 pada 2017. Pada 2018, ia juga menyandang kapten, di Timnas Putri U-16 yang tampil dalam event AFF U-16 di Palembang. Kini, Alumnus SMP YPM 1 TAMAN, Sidoarjo, adalah anggota Timnas Putri senior, dalam ajang Asian Games 2018. (Dre)

Kandas 1-3 Dari Jepang, Tim Beregu Putri Bulutangkis Indonesia Kebagian Perunggu Asian Games 2018

Tunggal pertama tim beregu putri bulutangkis Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, harus jatuh bangun melawan pebulutangkis Jepang, Akane Yamaguchi. Meski menang namun Indonesia gagal maju ke final, setelah takluk 1-3 dari Jepang di babak empat besar. (Pras/NYSN)

Jakarta- Tim beregu putri Indonesia gagal lolos ke partai puncak cabang bulutangkis Asian Games 2018. Pasukan Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta itu takluk dari Jepang 1-3, di semifinal, yang dihelat di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa (20/8). Hasil ini membuat Indonesia harus puas meraih medali perunggu bersama Thailand. Sedangkan Jepang dan China yang menyingkirkan Thailand 3-0, bersaing meraih medali emas, pada partai final, Rabu (22/8). Gregoria Mariska Tunjung membuka kemenangan bagi kubu Indonesia 1-0 atas Jepang. Pebulutangkis asal PB Mutiara Cardinal Bandung itu tampil luar biasa dihadapan publik tuan rumah. Bahkan Wiranto (Ketua Umum PP PBSI), dan Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga/Menpora), hadir langsung di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa (21/8) memberikan dukungan bagi Gregoria dan kolega. Pebulutangkis Indonesia pemegang gelar Kejuaraan Dunia Junior BWF 2017 itu melewati laga dramatis kontra Akane Yamaguchi. Duel kedua pemain berlangsung ketat sejak awal, Gregoria mampu membuat lawan kewalahan di gim pertama dan berhasil mengunci kemenangan, 21-16. Di gim kedua, giliran Akane yang mendikte pemain berusia 19 tahun itu. Kesalahan demi kesalahan yang dibuat Gregoria memberikan keuntungan bagi pemain Negeri Sakura itu. Akane membungkus gim ini dengan skor meyakinkan 21-9. Gregoria mendapatkan momentum untuk membuat lawan tertekan di gim ketiga. “Saya berusaha tampil lepas, tanpa beban. Karena peringkat lawan masih di atas saya. Saya mencoba main maksimal. Di awal gim ketiga, saya mainnya belum enak. Akhirnya saya tahu dia lebih sering mengarahkan bola ke belakang, dari situ saya sudah tahu mau main seperti apa,” ujar Gregoria usai laga. Kombinasi bola apik dari anak didik Minarti Timur itu membuat Akane tak berdaya. Gregoria menuntaskan gim penentu dalam waktu 56 menit, dengan skor 21-18. Tertinggal dari Indonesia, Jepang mampu menyamakan kedudukan 1-1. Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang turun di partai kedua gagal menambah keunggulan Merah Putih. Setelah memainkan laga selama 48 menit, mereka takluk dari Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dalam duel dua gim langsung, 21-13 dan 21-12. “Kami tadi belum bisa keluar dari tekanan, apalagi dari awal sudah ditekan terus oleh lawan. Kami tidak bisa keluar dari permainan itu,” terang Apriyani. Jepang mampu mengungguli Indonesia 2-1 setelah merebut kemenangan di partai ketiga. Indonesia yang menurunkan Fitriani dipaksa menyerah oleh Nozomi Okuhara dalam duel sepanjang 55 menit. Pemain kelahiran Garut, Jawa Barat, 19 tahun silam itu tumbang dalam drama pertarungan rubber game, 21-19, 4-21, dan 10-21. “Pelajaran dari pertandingan melawan Nozomi, saya harus lebih sabar, harus lebih tahan dan lebih agresif di lapangan. Kalau dari fisik saya tidak ada masalah,” terang Fitriani. Hasil negatif kembali dialami wakil tuan rumah sekaligus memupuskan harapan Indonesia meraih medali emas beregu putri bulutangkis. Dobel Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta pun urung memperpanjang nafas Indonesia. Mereka kandas ditangan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi dalam straight game, 13-21 dan 10-21, dalam tempo 38 menit. “Hasil ini sesuai target pribadi. Jepang kekuatannya semua merata. Hasilnya begini ya harus kami terima,” cetus Della. (Adt) Hasil Pertandingan Semifinal Bulutangkis Beregu Putri Asian Games vs Jepang 1-3 Partai Pertama Gregoria Mariska Tunjung vs Akane Yamaguchi : 21-16, 9-21, 21-18 Partai Kedua Greysia Polii/Apriyani Rahayu vs Yuki Fukushima/Sayaka Hirota : 21-13, 21-12 Partai Ketiga Fitriani vs Nozomi Okuhara : 21-19, 4-21, 10-21 Partai Keempat Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta vs Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi : 13-21, 10-21 Partai Kelima Ruselli Hartawan vs Aya Ohori (tak dimainkan)

Strategi Hitung Cermat Tiap Angkatan, Jadi Alasan Eko Yuli Sabet Emas Angkat Besi Asian Games 2018

Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan mendapatkan pengalungan medali emas oleh Presiden Joko Widodo, usai menjadi yang terbaik dalam cabor angkat besi kelas 62 kilogram putra Asian Games 2018, di JIExpo, Selasa (21/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan akhrinya berhasil menuntaskan penasarannya meraih medali emas Asian Games usai memenanginya di Asian Games 2018 di kelas 62 kilogram putra di JIExpo, Selasa (21/8). Atlet kelahiran Lampung 24 Juli 1989 itu meraih medali emas dengan total angkatan 311 kilogram. Eko mengalahkan lifter Vietnam, Van Vinh Trinh, yang memiliki total angkatan 299 kilogram, dan atlet Uzbekistan Adkhamjon Ergashev dengan total angkatan 298 kilogram. Emas yang diraih Eko itu merupakan yang pertama di multievent empat tahunan di Asia. Atlet 29 tahun itu kini sukses menuntaskan rasa penasarannya selama ini untuk bisa mendapatkan medali emas Asian Games. Sebelumnya, Eko mengaku tak ingin menunggu hingga empat tahun ke depan untuk menuntaskan hasrat memiliki emas Asian Games. Eko Yuli pun makin bangga lantaran Jokowi pula yang ikut mengalungkan medali emas kepadanya di podium. “Alhamdulillah Bapak Presiden (Jokowi) dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Imam Nahrawi) bisa menonton. Hanya ini yang bisa saya berikan dan persembahkan, berkat dukungan semuanya,” ujar Eko Yuli. Eko menambahkan, “Saya ucapkan terima kasih kepada PB PABBSI dan pelatnas daerah (Jawa Timur) yang memberikan pembinaan kepada saya sejak 2014,” ucapnya. Kemenangan ini tak mudah diraih mengingat strategi yang disusun sejak latihan di Pelatnas benar-benar harus dihitung dengan cermat, karena lawan lebih dulu unggul selisih angka. “Kami selalu menghitung dengan cerat, apalagi main (bertanding) di angka 175 Kg. Saat Vietnam menentukan angka sekian, saya pun berfikir angka yang sesuai dengan kemampuan saya. Andai langsung (mengangkat) 170 Kg di awal, pasti Korea Utara bisa 180 Kg. Tentu itu sangat berat,” tambah pria kelahiran 24 Juli 1989 itu. Asian Games 2018 merupakan ajang kali ketiga yang diikuti Eko Yuli Irawan. Pada Asian Games pertamanya di Guangzhou, China, pada 2010 prestasi terbaik Eko hanya medali perunggu di kelas 62 kilogram dengan total angkatan 311kg. Prestasi serupa diraihnyai di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dengan total angkatan 308 Kg. Eko Yuli juga belum pernah meraih medali emas dan juara di Olimpiade serta Kejuaraan Dunia. Dalam tiga kali penampilannya di Olimpiade, Eko Yuli hanya bisa mendapatkan medali perak (2016) dengan total angkatan 312 Kg, dan perunggu di Olimpiade 2008 Beijing serta 2012 di London (317 Kg). Untuk Kejuaraan Dunia, Eko Yuli dua kali mendapatkan posisi runner up di Goyang, Korea Selatan (2009) dan Amlaty, Kazakhstan (2014), serta dua kali di posisi ketiga di 2007 Chiang Mai, Thailand serta 2011 di Paris, Prancis. Sepanjang kariernya sebagai lifter Indonesia, Eko Yuli bukan tanpa medali emas. Anak pasangan Saman dan Martiah itu beberapa kali jadi yang terbaik di Asia Tenggara. Total empat emas diraih Eko di empat SEA Games berturut, yakni 2007 Thailand, 2009 Laos, 2011 Indonesia, dan 2013 Myanmar. Pada SEA Games pertamanya di Thailand, Eko turun di kelas 56 kilogram dan memiliki total angkatan 300 kilogram. Sedangkan empat SEA Games terakhir, ia tampil di kelas 62 kilogram. Pada SEA Games 2011 total angkatan Eko 302 Kg, dua tahun berikutnya meningkat dengan total angkatan 304 Kg. Di SEA Games Malaysia 2017 lalu, pria asal Lampung ini harus puas dengan medali perak, meski total angkatannya naik menjadi 306 Kg. (Ham)

Tekuk Thailand 98-86, Timnas Basket Putra Siap Kalahkan Mongolia di Laga Pamungkas

Shooting guard Indonesia Jamarr Andre Johnson menjadi bintang dengan menciptakan 28 poin. Serta pahlawan kemenangan atas Thailand dengan skor 98 - 86, di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (20/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Timnas Basket Putra Indonesia berhasil memperpanjang nafas di Asian Games 2018, usai ungguli Thailand dengan skor 98 – 86, di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (20/8). Dengan hasil ini, skuad asuhan Fictor Roring berpeluang lolos dari babak penyisihan grup. Pertandingan ketat terjadi di kuarter pertama. Thailand lewat dua shooting guard Chitchai Ananti dan Narkorn Jaisanuk, tampil impresif. Namun Indonesia dengan komando point guard asal klub Pelita Jaya, Xaverius Prawiro, mampu memberikan perlawanan. Kuarter pertama ditutup dengan skor 30-29 untuk kemenangan Indonesia. Thailand nyaris menyamakan kedudukan di akhir kuarter tiga. Namun Indonesia menjaga keunggulan hingga kuarter keempat berhasil. Shooting guard Indonesia Jamarr Andre Johnson menjadi bintang dengan menciptakan 28 poin. “Harus saya apresiasi dari tim ke para pemain terutama adalah fighting spirit yang hari ini sangat luar biasa dan terus fokus. Masalah poin ketat itu wajar karena kita melawan salah satu tim kuat di Asia Tenggara,” kata Roring, usai pertandingan. Dari pantauan di laman resmi Asian Games 2018, Johnson menjadi pahlawan kemenangan tim merah putih, dan meraup poin terbanyak dengan 28 angka. Ia diikuti oleh Xaverius  (18 poin), Andakara Prastawa Dhyaksa (16 poin), dan Abraham Damar Grahita (13 poin). “Padahal tekanan ada di kubu kita, main di kandang, harus menang. Tapi, fokus anak-anak tak goyah. Kuarter pertama Thailand sedang jago, mereka menemukan form-nya, nembak dari segala arah masuk. Saya yakinkan anak-anak itu hanya sementara, tidak mungkin mereka menembak masuk terus,” kata Roring. Dengan hasil ini, Indonesia harus memenangkan laga terakhir kontra Mongolia jika ingin lolos dari fase grup. “Lawan Mongolia itu laga penentuan lagi. Saya tekankan juga ke anak-anak, hari ini tidak ada capek, tidak ada sakit. Kita harus fokus ke Mongolia dan berharap bisa bermain seperti tadi,” pungkasnya. Hal serupa juga diungkap Ilyus, sapan Xaverius, soal kemenangan timnya. “Memang diawal main sempat kacau, tapi setelah itu permainan kita mulai berbentuk. Defense, komunikasi, kita saling percaya satu sama lain. Akhirnya, bisa membalikkan keadaan dan menang,” ucap pria kelahiran Surabaya, 30 Desember 1986 ini. Kemenangan Indonesia atas Thailand ini menutup rangkaian pertandingan lanjutan penyisihan bola basket, nomor putra dan putri yang dilangsungkan Senin. Bagi Indonesia, kemenangan itu membuat mereka meninggalkan dasar klasemen, dan naik ke peringkat ketiga dengan catatan 3 poin. Posisi ini di bawah Thailand, yang tetap berada di urutan kedua. Meski juga mengoleksi tiga poin, Thailand unggul dalam hal selisih skor total yakni defisit 11 poin, dibandingkan Indonesia yang masih defisit 27 poin. Di atas kertas, meski masih tertinggal Indonesia lebih berpeluang lolos lantaran di laga pamungkas “hanya” menghadapi tim juru kunci Mongolia sedangkan Thailand harus melawan pemuncak klasemen sementara Korea Selatan. (Dre) Klasemen Grup A Bola Basket Putra       Negara           M    M   K    S   P 1 Korea Selatan      2    2    0   74   4 2 Thailand              2    1    1  -11   3 3 Indonesia            2    1    1  -27   3 4 Mongolia             2    0    2  -36   2

Juarai Grup A, Uni Emirat Arab Calon Lawan Timnas U-23 Babak 16 Besar

Winger Timnas U-23, Irfan Jaya (18) melakukan selebrasi bersama Evan Dimas (6) dan Hansamu Yama (16), usai mencetak gol balasan merah putih ke gawang Timnas Hongkong, pada awal babak kedua. Timnas akhirnya menang dengan skor akhir 3-1. (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas U-23 menang 3-1 atas Hong Kong pada partai pamungkas Grup A sepak bola Asian Games 2018, di Stadion Patriot Candrabhaga, Senin (20/8). Skuat Garuda menekuk Hongkong dengan skor akhir 3-1. Tiga gol pasukan Luis Milla dicetak oleh Irfan Jaya 46′, Stefano Lilipaly 85′, dan Hanif Sjahbandi 90+2′. Sedangkan gol tunggal Hongkong lahir dari kaki sang kapten Hok Ming Lau, di akhir babak pertama. Dengan kemenangan ini, Indonesia telah mengoleksi sembilan poin (tiga kali menang satu kali kalah). Di posisi runner-up adalah Palestina yang merangkum delapan angka. Evan Dimas dkk selanjutnya akan meladeni Uni Emirat Arab (UAE) di babak 16 besar. Uni Emirat finis di baris ketiga Grup C, setelah hanya mampu meraih tiga poin dari tiga laga. Poin ini didapat dari kemenangan besar saat mengandaskan Timor Leste dengan skor 4-1. Sisanya, Uni Emirat tampil tak terlalu istimewa. Mereka bahkan kalah telak dari China (1-2) serta Suriah (0-1). Berdasarkan jadwal awal, Indonesia akan bertanding di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, pada Jumat (24/8). Namun, sebagai tuan rumah, ada opsi untuk menggeser tempat penyelenggaraan. Babak 16 besar awalnya dijadwalkan dimainkan di Stadion Wibawa Mukti, dan Stadion Pakansari (Bogor). Sedianya, Stadion Patriot Candrabhaga, dipakai pada babak perempat final. Sementara itu, Palestina dipastikan akan menghadapi Suriah. Adapun Hong Kong berhadapan dengan Uzbekistan selaku juara Grup B. “PSSI telah memberi motivasi berupa bonus, dan bonus itu sudah diberikan sejak laga melawan Taiwan dan Laos,” kata Endri Erawan, manajer Timnas U-23, akhir pekan lalu. Endri menolak memerinci berapa besaran bonus buat Timnas U-23. Pastinya, bonus itu di luar pendapatan uang saku Rp 1 juta per hari, yang diberikan KOI, kepada tiap atlet yang berlaga di Asian Games 2018. Jika mengacu pada laga uji coba jelang Asian Games 2018, Timnas U-23 mengantungi bonus dengan variasi 2,5 hingga 5 juta rupiah. Perinciannya Rp 5 juta buat apresiasi kemenangan, sementara Rp 2,5 juta buat hasil imbang. Saat pelatnas Asian Games 2018, para pemain diguyur uang saku harian Rp 500 ribu. Pendapatan para pemain timnas, lebih kecil dibanding penghasilan mereka di level klub. Rata-rata penggawa Garuda Muda dibayar kisaran Rp 750 juta hingga Rp 1,5 miliar per musim. Nominal uang yang didapat, akan lebih besar lagi, saat event sesungguhnya berlangsung. Apalagi Timnas U-23 diberi target berat, yakni lolos minimal ke semifinal Asian Games 2018. Rata-rata pemain Timnas U-23 kerap mengesampingkan berapa besar bayaran yang didapat saat berlaga di Asian Games 2018. “Saya pribadi membela Timnas Indonesia merupakan sebuah kebanggaan. Tak bisa dibayar berapapun. Saya bangga menjadi warga Indonesia,” ujar Alberto Goncalves, striker naturalisasi asal Brasil. (Ham) Klasemen Timnas U-23 di Grup A No        Tim           MP     Gol    Poin 1 Indonesia U23      4       11:3     9 2 Palestina U23       4         5:3     8 3 Hong Kong U23    4         9:5     7 4 Laos U23             4         4:8     3 5 Taiwan U23          4         0:10   0 Hasil Grup A Senin (20/8) Indonesia 3-1 Hongkong Taiwan 0-2 Laos Jadwal 16 Besar Jumat (24/8) 19.00 WIB Stadion Wibawa Mukti, Cikarang Indonesia vs Uni Emirat Arab

Setelah Tim Putri, Giliran Putra Indonesia Masuk Babak Empat Besar Beregu Bulutangkis Asian Games 2018

Marcus/Kevin mengandaskan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (19-21, 21-19, 21-16) di partai kedua.

Jakarta- Tim putra Indonesia berhasil menyusul tim putri ke semifinal bulu tangkis beregu Asian Games 2018, usai mengalahkan India 3-1 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (20/8). Kemenangan tim merah putih akhirnya ditentukan di partai keempat, saat ganda putra rangking sembilan dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menang straight set, atas Manu Attri/Sumeeth B Reddy (21-14, 21-18). Mereka untuk kali pertama tampil di Asian Games, mengaku tak menyangka turun bertanding. Fajar mengaku sempat berharap Jonatan yang tampil di laga sebelumnya bisa memastikan kemenangan Indonesia. Namun, ia juga mengaku termotivasi setelah melihat Jonatan mengalami kekalahan. “Di awal kami masih menyesuaikan diri kondisi lapangan, arah anginnya beda-beda. Kami juga pertama kali bertemu lawan, belum tahu kelemahannya,” kata Fajar. “Tadi banyak bola yang sebetulnya gampang, tetapi tidak bisa kami matikan. Ini menjadi pelajaran, jangan sampai besok terjadi lagi,” tambah Rian dikutip dari laman PBSI. “Kami awalnya tidak menyangka bakal bermain. Saya berdoa Jonatan bisa menang. Siapa yang menyangka justru akhirnya Jonatan kalah. Namun, setelah Jonatan kalah, kami termotivasi untuk bisa menyumbangkan poin bagi kemenangan Indonesia,” lanjutnya. Tim putra Indonesia hampir memastikan tiket ke empat besar saat Jonatan “Jojo” Christie turun di partai ketiga kontra Prannoy H. S. Sempat kehilangan satu set, Jojo mampu merebut gim kedua. Sayangnya, kerja keras pebulu tangis peringkat 12 dunia ini kandas di set penentuan (15-21 21-19 19-21). Sementara dua poin lainnya diraih tunggal Anthony Sinisuka Ginting dan ganda Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Ginting yang turun di partai pertama mengalahkan Kidambi Srikanth (23-21, 20-22, 21-10) sedangkan Marcus/Kevin mengandaskan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (19-21, 21-19, 21-16) di partai kedua. “Yang pertama kami pastinya bersyukur bisa melewati pertandingan hari ini, apalagi kami sempat ketinggalan cukup jauh di game kedua. Tetapi kami bisa membalikkan keadaan,” kata Kevin usai pertandingan, dikutip dari laman PBSI. Di semifinal nanti, Indonesia ditunggu Jepang yang lebih dulu memastikan lolos usai mengalahkan Korea Selatan 0-3. Babak empat besar bakal digelar pada Selasa (21/8) . Sebelumnya, Tim putri berhasil melaju ke empat besar usai mengalahkan Korea Selatan 3-1 di perempat final. Berhasil lolos ke semifinal bulutangkis beregu putra, tim Indonesia akan menghadapi Jepang yang merupakan unggulan ketiga dalam Asian Games 2018 ini. Jepang berhasil melangkah ke semifinal, setelah menang mudah 3-0 atas Korea Selatan. (Adt) Hasil perempat final bulu tangkis beregu putra vs India 3-1 Partai Pertama Anthony Sinisuka Ginting vs Kidambi Srikanth : 23-21, 20-22, 21-10 Partai Kedua Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo vs Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty : 19-21, 21-19, 21-16 Partia Ketiga Jonatan Christie vs Prannoy H. S. : 15-21 21-19 19-21 Partai Keempat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Manu Attri/Sumeeth B Reddy : 21-14, 21-18 Partai Kelima Ihsan Maulana Mustofa vs Sai Praneeth (tidak dimainkan)

Medali Emas Defia Rosmiar Bukan Instan, Bahkan Ia Rela Tak Hadiri Pemakaman Sang Ayah Demi Asian Games 2018

Defia Rosmiar bersama sang ibu, Kaswati, usai meraih medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, dari cabor Taekwondo, nomor Women Individual Poomsae, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, pada Minggu (19/8). (istimewa)

Jakarta- “Kamu bisa dek, kamu bisa jadi juara,” demikian ucap Ermanto, sang ayah memberi motivasi pada Defia Rosmaniar, sebelum meninggal akibat penyakit stroke yang dideritanya. Tak ingin larut dalam duka berkepanjangan, ia fokus pada pencapaian menjadi yang terbaik di kawasan Asia. “Iya, ayah meninggal bulan Maret. Persis seminggu aku latihan di Korea. Proses pemakaman, aku enggak datang. Datang itu, beliau sudah dikuburkan, ya sudah enggak apa-apa,” tutur Defia seraya mengahapus air mata yang tak tertahan. “Terima kasih ayah, udah dukung Defi,” lanjutnya lirih. Tentu, ketidakhadiran Defia dalam pemakaman sang ayah yang sangat dicintainya itu, bukanlah hal yang diinginkan. Juga bukan hal yang dilihat sebagai ambisi semata, wanita kelahiran Bogor, Jawa Barat (Jabar), 25 Mei 1995, di Asian Games semata. Sepenuhnya ia sadar, adalah berkat semangat Ermanto yang telah mendukungnya di dunia beladiri taekwondo, kini jadi energi terbesarnya tegar menghadapi rintangan dan cobaan yang berat dalam hidupnya. Mendapatkan dukungan penuh keluarga, terutama ayah serta bentuk baktinya bagi Ibu Pertiwi, Defia tetap berlatih keras. Ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk pertama kalinya, tampil dalam pesta multievent empat tahunan, dimana Indonesia sebagai tuan rumah untuk kedua kalinya setelah menunggu selama 56 tahun sejak Asian Games edisi ke-4 pada 1962 dihelat di Jakarta. Entah berapa peluh yang harus dilewati Defia, demi naik podium tertinggi mengharumkan nama bangsa dan negara, disela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi semester lima Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta. Medali emas pun menjadi mimpi yang ingin diwujudkan. Momen bahagia itu hadir, medali emas yang menjadi kebanggaan setiap atlet ia rengkuh. Menjejak ke partai final, seluruh masyarakat menaruh harapan besar pada wanita berusia 23 tahun itu. Babak demi babak dilibas. Di perempat final, Defia menyingkirkan Tuyet Van Chau (Vietnam) dengan skor 8.460-8.330. Tiket semifinal dalam genggaman. Harapan makin membesar, usai disemifinal ia berhasil menekuk lawan tangguh wakil Korea Selatan (Korsel), Yun Jihye dengan skor 8.520-8.400. Melenggang ke partai puncak, Defia makin tegang. Akhirnya, sejarah itu tercipta. Dihadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pendukung tuan rumah yang hadir di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (19/8), kebahagiaan atlet yang gemar menulis itu meledak, ketika meraih emas nomor poomsae tunggal putri dengan skor 8.690. Hasil itu lebih baik dari skor yang dicetak pesaingnya asal, Iran Salahshaouri Marjan yang harus puas diposisi runner up dengan skor 8.470. Ini emas pertama untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games XVIII/2018, sekaligus pertama kalinya cabang olahraga taekwondo Indonesia mampu meraih emas di ajang olahraga prestisius. Defia melakukan selebrasi keliling arena sambil membentangkan bendera merah putih. Tak hanya sang bunda yang hadir di arena pertandingan, ayahnya pun pasti bangga dengan Defia, bahkan jutaan rakyat Indonesia. ‘Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil’, begitu ungkapan bijak. Dan prestasi gemilang yang diraih Defia bukanlah hasil instan. Ia mengenal olahraga beladiri asal Korea Selatan itu sejak kelas 1 SMP di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jabar. Melalui kakak sepupunya yang juga pelatih taekwondo DKI Jakarta, Defia mulai tertarik dengan olahraga beladiri khas Korea Selatan ini, Namun, awal masa berlatih, Defia mengaku malas-malasan. “Karena terus menerus dijalani, lama-lama jadi suka,” ungkapnya. Bahkan, Defia menceritakan bila awalnya tidak menekuni nomor poomsae, melainkan kyorugi atau petarung. “Awal kelas yang saya geluti adalah di kelas kyorugi sampai akhirnya saya pindah haluan ke kelas poomsae, karena sakit yang saya derita,” tuturnya. “Berkat latihan yang sungguh-sungguh dan percaya akan keajaiban, saya bisa mengikuti dan bisa masuk Pelatnas poomsae sampai sekarang,” tambahnya. Namun, perjalanan karier Defia sempat ditentang Kaswati, sang ibu. Sebagai ibu, ia khawatir dengan keselamatan putrinya. Tetapi dengan semangat dan tekad yang kuat, Defia pun akhirnya didukung oleh keluarga, khususnya dari almarhum ayah, Ermanto. “Ya namanya hobi, enggak bisa dilarang saya cuma bisa doain. Almarhun ayahnya juga ngedukung terus. Saya cuma takut kenapa-napa namanya juga ada perempuan tapi ya mau gimana lagi. Pesen saya ke Defia cuma satu, jangan sombong,” ungkapnya. Kini, Kaswati pun sangat bangga dengan prestasi yang telah diraih Defia mengharumkan bangsa Indonesia. Ia berharap, para atlet Asian Games 2018 mendapat perhatian ke depannya dari pemerintah. “Yang pasti sangat senang dan bangga sebagai ibunya karena mengaharumkan negara. Semoga apa yang diraih Defia diperhatikan pemerintah, juga atlet-atlet lainnya di Asian Games,” tutup Kaswati. Seiring waktu, latihan demi latihan dijalani, deretan prestasi didapat. Yakni emas individual U-17 female Korea Open, Gwangju 2012, emas Pair Mixed U-29 Korea Open, Gwangju 2012, emas Individual female U-30 poomsae (Taekwondo World Hanmadang 2016, Korea), dan emas individual female U-30 poomsae (1st Bankimon Open Korea 2016). Terakhir, pada Mei 2018, di nomor poomsae tunggal putri Kejuaraan Asia, di Ho Chi Minh, Vietnam, Defia secara mengejutkan bisa mengalahkan atlet asal Korea Selatan yang merupakan ‘raja’ taekwondo dunia. Masuk skuat taekwondo Asian Games 2018, wanita berhijab itu mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Negeri Ginseng sejak Maret, hingga Agustus tahun ini. “Sejak Maret berjuang di Korea, tidak saya sia-siakan,” tukas anak didik Rahmi Kurnia, Pelatih Kepala Taekwondo Indonesia. (Adt) Biodata Nama Lengkap : Defia Rosmaniar Tempat Tanggal Lahir : Bogor, Jawa Barat, 25 Mei 1995 Ayah : (Alm) Ermanto Ibu : Kaswati Hobi : Menulis Pendidikan : Mahasiswi semester lima, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta Akun Instagram (IG) : @defiarosmaniar Prestasi  – Medali emas Individual U-17 Female Korean Open, Korea 2012 – Medali emas Pair Mixed U-29 Korean Open, Korea 2016 – Medali emas Individual Female U-30 poomsae Taekwondo World Hanmadang, Korea 2016 – Medali emas Individual emale U-30 poomsae Bankimon Open, Korea 2016 – Medali emas pada Kejuaraan Asia Taekwondo, Vietnam 2018 – Medali emas Asian Games 2018, Jakarta

Singkirkan Korea Selatan 3-1, Tim Beregu Putri Indonesia Tembus Semifinal Bulutangkis Asian Games 2018

Dobel Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu menekuk ganda Korea Selatan, Lee So Hee/Shin Seung Chan (21-18 21-17), pada fase perempat final, dan membawa merah putih lolos ke babak semifinal bulu tangkis beregu putri Asian Games 2018. (Pras/NYSN)

Jakarta- Tim putri Indonesia lolos ke semifinal bulu tangkis beregu, usai menekuk Korea Selatan 3-1 di Istora Senayan, Jakarta pada Senin (20/8). Kemenangan tim Merah Putih ditentukan di partai keempat dari dobel Della Destiara Haris dan Rizki Amelia Pradipta. Duet Della dan Rziki sukses menghentikan perlawanan Baek Ha Na/Kim Hye Rin dalam permainan dua set, 21-19, 21-15. Indonesia nyaris memastikan tiket ke empat besar saat Fitriani turun di partai ketiga melawan Lee Se Yeon. Sempat kehilangan satu set, Fitriani mampu merebut gim kedua. Sayangnya, kerja keras pebulu tangis peringkat 40 dunia ini kandas di set penentuan (14-21, 21-8, 18-21). Dua poin kemenangan lain, dipersembahkan tunggal Gregoria Mariska Tunjung dan ganda Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Gregoria yang turun di partai pertama mengalahkan Sung Ji Hyun (21-13 8-21 21-18). Sedangkan Greysia/Apriyani mengandaskan Lee So Hee/Shin Seung Chan (21-18 21-17). “Kemenangan Gregoria di partai pertama, memberi pengaruh positif buat saya dan kak Greys (Greysia Polii), sehingga kami jadi lebih yakin,” kata Apriyani usai laga seperti dikutip dari laman PBSI. Berdasarkan hasil undian bulu tangkis beregu Asian Games 2018 yang dihelat pada Kamis (16/8), tim putri Indonesia ada di pool atas bersama Hong Kong, Jepang, India, dan Korea Selatan. Setelah mengatasi Hong Kong dan Korea Selatan, Indonesia bakal bertemu Jepang yang mengalahkan India 3-1, di perempat final. Adapun cabang bulu tangkis beregu Asian Games 2018, baik tim putra dan tim putri, mulai dipertandingkan sejak Sabtu (19/8), hingga Rabu (22/8). (Adt) Hasil Perempat Final Melawan Korea Selatan 3-1 Partai Pertama Gregoria Mariska Tunjung vs Sung Ji Hyun : 21-13 8-21 21-18 Partai Kedua Greysia Polii/Apriyani Rahayu vs Lee So Hee/Shin Seung Chan : 21-18 21-17 Partai Ketiga Fitriani vs Lee Se Yeon : 14-21, 21-8, 18-21 Partai Keempat Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta vs Baek Ha Na/Kim Hye Rin : 21-19, 21-15. Parta Kelima Ruseli Hartawan vs An Se Young (tidak dimainkan)

Kalah di Clean and Jerk, Sri Wahyuni Urung Raih Emas Asian Games 2018 Cabor Angkat Besi

Gagal melakukan angkata Clean and Jerk dengan baik, Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, urung menyumbang medali emas Asian Games 2018 cabor angkat besi, di kelas 48 kilogram putri. (Pras/NYSN)

Jakarta- Lifter putri Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, gagal mempersembahkan medali emas Asian Games 2018 angkat besi kelas 48 kilogram putri. Dalam lomba di Hall A2 JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8), atlet 24 tahun itu hanya merebut perak, usai kalah bersaing dengan atlet Korea Utara, Ri Song Gum. Sri mengangat beban seberat 195 kilogram (snatch 88 kilogram dan clean and jerk seberat 107 kilogram). Sedangkan Song Gum melakukan angkata total 199 kilogram (snatch 87 kilogram dan clean and jerk 112 kilogram). Posisi ketiga ditempati Thailand, Thunya Sukchaoen, dengan total angkata 189 kilogram. Atlet Indonesia lainnya di kelas ini, Putri Yolanda, berada di posisi ke-10 dengan angkatan 162 kilogram. Dalam angkatan snatch, Sri berhasil mengangkat beban seberat 88 kilogram pada angkatan pertama, disusul beban 85 kilogram pada angkatan kedua, dan 88 kilogram pada angkatan ketiga. Ia sempat unggul, karena Ri Song Gum mampu mengangkat 86 dan 87 kilogram, tapi gagal pada angkatan 90 kilogram. Namun, pada Clean and Jerk, atlet andalan PB PABBSI ini hanya bisa mengangkat beban 107 kilogram pada percobaan pertama, dan gagal dengan angkatan 112 kilogram pada percobaan kedua. Pesaingnya dari Korea Utara berhasil mengangkat beban seberat 115 kilogram pada percobaan pertamanya. Perak dari lifter kelahiran Bandung, Jawa Barat, 13 Agustus 1994, menambah daftar pundi-pundi medali kontingan Indonesia, sehingga total mengumpulkan 4 emas, 2 perak, dan satu perunggu dalam Asian Games ini. (Ham)

Mahasiswi Universitas Semarang Jadi Wanita Ketiga Peraih Emas Asian Games 2018 Kontingen Indonesia

Atlet Balap Sepeda Indonesia, Tiara Andini Prastika tampil di Final Run Women Elite Downhill, pada Asian Games 2018 di Khe Bun Hill, Subang, Jawa Barat, Senin (20/8). Tiara meraih emas pada nomor tersebut (Dok. CDM Asian Games 2018)

Jakarta- Tiara Andini Prastika adalah salah satu atlet putri dari cabang olahraga balap sepeda, yang menyumbangkan emas ketiga bagi Indonesia paska tampil di Final Run Women Elite Downhill di Asian Games 2018. Ia menduduki peringkat pertama dengan catatan waktu 2:33.056, mengalahkan atlet Thailand Vipavee Deekaballes di posisi kedua dengan waktu 2:42.654. Gadis kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 22 Maret 1996 ini, berada di peringkat 16 Union Cycliste Internationale (UCI), atau lazim dikenal sebagai ranking dunia cabang balap sepeda. Atlet berusia 22 tahun itu pernah menjadi unggulan pertama pada Kejuaraan Asia MTB 2018 di Cebu, Filipina, 4-6 Mei lalu. Sumbangan emas Tiara menjadi yang ketiga bagi Indonesia. Medali emas pertama didapat oleh Defia Rosmaniar, atlet taekwondo putri asal Bogor ini, berhasil mengalahkan Marjan Salahshouri (Iran). Defia yang turun di final nomor tunggal putri poomsae, ungul dengan poin 8,690. Kemudian, Emas kedua dipersembahkan oleh atlet putri wushu, Lindswell Kwok. Lindswell meraup poin 9,75 dan mengalahkan Hongkong dan Filipina yang masing-masing dapat poin 9,71 dan 9,68. Dilansir www.cyclingarchives.com, pada 2017, Tiara juga berhasil merebut posisi pertama di kejuaraan Sleman Downhill, Lubuklinggau Downhill dan Ternadi Downhill. Tiara sudah pernah beberapa kali mengharumkan nama Indonesia, salah satunya saat menjadi juara Pertama, Putri – Kejurnas PB ISSI, Sentul, Jawa Barat pada 2012. Pada 2013, Mahasiswi Universitas Semarang ini dua kali mendapatkan juara pertama, yaitu pada turnamen Porprov Jawa Tengah Banyumas 2013, Baturaden, Purwokerto, Jawa Tengah. Lalu gelar kampiun berikutnya, ia sabet di event Kejurnas PB ISSI, Sentul, Jawa Barat, pada 2013. Pada 20 Agustus 2018, Tiara, menambah total medali emas Asian Games 2018 yang diraih oleh Indonesia. Dia merupakan peraih medali emas ketiga, usai memenangkan nomor downhill putri, dengan mencatatkan waktu 2 menit 33, 056 detik. (Ham)

Balap Sepeda Nomor Downhill Kawinkan Medali Emas, Indonesia Sementara Naik Ke Peringkat Tiga

Atlet balap sepeda gunung, Khoiful Mukhib dan Tiara Andini Prastika, mengawinkan medali emas putra dan putri Asian Games 2018, usai menjadi yang tercepat masing-masing di nomor Downhill. (bisnis.com)

Jakarta- Setelah Taekwondo dan Wushu, kini giliran Balap Sepeda Indonesia berkibar. Kali ini, pasukan Raja Sapta Oktohari meraup dua medali emas pada hari pertama perlombaan balap sepeda Asian Games 2018. Torehan dua emas, dari target empat emas Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), masih dalam jangkauan. Kontingen Indonesia di Asian Games 2018 memperoleh medali emasnya yang ketiga, dari pembalap sepeda gunung putri, Tiara Andini Prastika, di Subang, Jawa Barat, Senin (20/8). Tiara tampil di Final Run Women Elite Downhill, dengan raihan waktu 2 menit 33,056 detik. Ia menang 9,598 detik atas pembalap Thailand, Vipavee Deekaballes. Pembalap putri Indonesia lainnya, Nining Porwaningsih, merebut perunggu. Munculnya Tiara sebagai peraih medali emas Asian Games 2018 bukanlah kejutan. Pasalnya, atlet berusia 22 tahun itu menempati posisi ke-16 dunia saat ini. Di Kejuaraan Asia tahun ini, dia juga mampu menempati posisi ketiga. Sementara pada Kejuaraan Dunia tahun lalu, dara kelahiran Semarang 2 Maret 1996 ini, finis di posisi ke-14. Sebelum Tiara, atlet wushu Lindswell Kwok merebut emas kedua Indonesia di Asian Games 2018 pada Senin ini. Sehari sebelumnya, Defie Rosmaniar mempersembahkan emas perdana dari taekwondo. Sukses Tiara, diikuti Khoiful Mukhib, yang turun di nomor downhill putra. Atlet asal DIY ini mengawinkan medali emas putra dan putri dengan mencatat waktu 2 menit 16.687 detik. Pria kelahiran 15 Desember 1990 ini, mengalahkan Ciang Shengsan asal Taiwan yang 1.497 detik lebih lambat dan meraih perak. Medali perunggu diraih oleh Suebsakun Sukchanya, dari Thailand dengan 1.762 detik lebih lambat dari peraih emas. Dengan dua medali emas dari nomor downhill tersebut, Kontingen Indonesia menyodok ke peringkat ketiga klasemen perolehan medali sementara dengan mengoleksi empat emas, satu perak, dan satu perunggu. (Ham)

Lindswell Kwok Rebut Emas Kedua Dari Wushu, Lalu Ingin Pensiun Membela Indonesia

Usai meraih emas di nomor Taijiquan-Taijijian putri Asian Games 2018, atlet wushu Indonesia, Lindswell Kwok, berencana pensiun dari olahraga yang membawanya menjadi peraih empat medali emas Sea GAMES berturut-turut, sejak 2011-2017. (Pras/NYSN)

Jakarta- Atlet Putri wushu Indonesia, Lindswell Kwok, meraih medali emas di Asian Games 2018. Ia menjadi yang terbaik di nomor Taijiquan-Taijijian putri, dalam pertandingan di Hall B JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8). Dalam lomba nomor seni itu, Lindswell menjadi yang terbaik dengan meraih poin 9.75. Atlet Hong Kong, Juanita Mok Eun Ying, merebut perak dengan nilai 9,71. Sedangkan perunggu direbut atlet Filipina, Chrystenzen Wong Agatha, dengan nilai 9,68. Aksi Lindswell di arena disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Setelah berlaga, ia pun mendapat ucapan selamat langsung dari Jokowi. Emas ini menjadi yang kedua yang diraih Indonesia pada Asian Games 2018. Sebelumnya, Indonesia mendapatkan emas cabang taekwondo lewat Defia Rosmaniar. Namun, keputusan besar diambil Lindswell. Ia berencana pensiun usai mengantungi emas Asian Games 2018. “Sudah cukup. Mau rest dulu. Belum tahu mau ngapain,” kata dara kelahiran Medan, 24 September 1991, usai memastikan medali emas Wushu nomor Taijijian dan Taijiquan, pada Senin (20/8). Pernyataan itu terbilang mengejutkan mengingat usia Lindswell masih berusia 26 tahun. Dan performa apiknya, secara rutin masih terus mengharumkan nama Indonesia di ajang olahraga. Dalam kariernya di Wushu, Lindswell mengoleksi lima medali emas dalam gelaran Kejuaraan Dunia sejak 2009. Di level SEA Games, ia merupakan peraih medali emas sejak 2011 di Jakarta, 2013 Myanmar, 2015 Singapura, dan 2017 Malaysia. “Saya itu sudah terjun ke wushu sejak kecil. Jadi, tidak tahu jika tidak di dunia wushu harus bagaimana dan memang tak bisa lepas begitu saja,” ucap Lindswell. “Yang jelas, setiap kali lihat orang tanding atau latihan juga ingin. Kalau untuk benar-benar berhenti tidak mungkin sementara ini rest dulu,” ujarnya. Soal regenerasi di Wushu Indonesia, Lindswell percaya para juniornya perlahan bakal berkembang, salah satunya termotivasi dengan raihan dirinya sejauh ini. “Sekarang mungkin belum kelihatan. Semoga dengan prestasi sekarang, anak-anak bisa terpacu,” ucap atlet andalan Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI). “Saya juga dulu seperti itu, awalnya tidak niat, ya sudah latihan aja. Begitu melihat senior-senior bisa juara dunia, perak juara dunia, lalu angkat nama Indonesia lewat wushu, saya akhirnya jadi semangat,” pungkas Lindswell. (Pras)

Fakta, Ini Dia Atlet Softball Termuda Di Ajang Asian Games 2018

Permainan sofbol atau yang lebih dikenal softball pada dasarnya merupakan permainan yang membutuhkan dua pemain dalam tiap pertandingan, yaitu tim pemain penyerang dan tim bertahan. Untuk tim bertahan, tentu mempunyai strategi mempertahankan base. Sedangkan tim pemain penyerang atau pitcher memiliki peran penting dalam permainan dengan strategi penyerangannya. Dari melihat keseluruhan tim yang bermain sebagai pitcher atau pelempar pada Asian Games 2018, ternyata ditemukan atlet Softball termuda loh.. Ya, permainan softball memang sudah mulai dipertandingkan hari ini di ajang Asian Games 2018. Apakah kamu tau fakta mengenai di tim nasional softball putri Indonesia ada satu pemain termuda? Hasil ini didapat dari melihat keseluruhan tim yang bermain sebagai pitcher atau pelempar pada Asian Games 2018. Yuk kita kenal lebih lanjut, siapa dia.. Atlet termuda itu bernama Adhisty Deynira Nuranjani, ia lahir pada 27 September 2001. Berarti atlet ini baru berusia 16 tahun loh. Bayangkan baru usia 16 tahun, tapi sudah jadi atlet softball yang bermain pada ajang perhelatan olahraga Se-Asia, keren bukan? Adhisty yang berasal dari club Reds Bull mengenakan nomor punggung 26 dan masuk pada inning ke tiga saat bertanding lawan Tiongkok hari ini, Minggu (19/08/2018). Adhisty masuk sebagai starter menggantikan Lidia Krey. Namun sayang sekali nih, sobat muda NYSN, pergantian pitcher pun tak bisa menghindarkan Indonesia dari kekalahan telak dengan Tiongkok. Timnas softball putri Indonesia kalah telak 0-14 di laga perdana ini. Hal ini pun berimbas menjadi “Mercy Rule”. Untuk informasi buat kamu, mercy rule itu keadaan saat pertandingan harus dihentikan karena masuk Inning ke empat dan salah satu tim tertinggal lebih dari atau sama 14 poin. Ya, dilansir dari antaranews.com bahwa laga ini tergolong berat bagi timnas Indonesia, karena Tiongkok sendiri masuk pada peringkat 12 dunia. Selain itu, Timnas Indonesia kalah pada postur tubuh dan kecepatan. Sehingga tak bisa menahan laju pukulan keras dari pemain timnas China. (liputan6.com, antaranews.com)

Postur Kalah Jauh Dan Telat Panas, Timnas Basket Putri Tunduk Dari Kazakhstan

Dengan tinggi 167 cm, Shooting Guard Timnas basket putri Indonesia, Christine Aldora Tjundawan (13), berduel melawan forward Kazakhstan, Oxana Ossipenko (19) yang berpostur 186 cm, pada babak penyisihan Grup X bola basket putri, Asian Games 2018, Minggu (19/8). (Riz/NYSN)

Jakarta- Timnas basket putri Indonesia kembali menelan kekalahan pada babak penyisihan Asian Games 2018 yang berlangsung di Hall Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (19/8). Meladeni Kazakhstan yang tergabung dalam Grup X, timnas putri Merah Putih takluk dengan skor 73-85. Dengan hasil ini, Natasha Debby Christaline dkk sudah mengoleksi dua kekalahan. Selumnya pada laga pembuka, Indonesia kalah dari Korea Bersatu dengan skor yang lebih telak, 40-108. Pada pertandingan melawan Kazakhstan, Indonesia, sempat bermain baik. Namun, kesalahan demi kesalahan yang terus dilakukan anak asuh Arif Gunarto itu, membuat kesempatan untuk mengimbangi permainan kubu lawan hilang. Bahkan, tanda-tanda kekalahan Indonesia mulai terlihat sejak kuarter kedua, ketika Tamara Yagodkina mencetak dua poin bagi Kazakhstan melalui aksi lay-up. Melalui aksi Yagodkina , Kazakhstan memimpin skor 25-22. Setelah itu, Indonesia makin sulit keluar dari tekanan lawan. Postur tubuh yang tak seimbang, kian menyulitkan Indonesia mendulang poin. Saat laga mencapai half-time, Indonesia tertinggal 31-43. Selepas jeda, permainan Srikandi Indonesia tak kunjung membaik. Buruknya akurasi tembakan dan kegagalan memenangi rebound membuat jarak poin dengan Kazakhstan semakin melebar. Di akhir kuarter ketiga, Indonesia tertinggal 44-66 dari Kazakhstan. Memasuki kuarter keempat, para Srikandi Merah Putih mencoba untuk bangkit. Berulang kali tembakan tiga poin yang dilepas Debby menemui sasaran. Akan tetapi, upaya keras tersebut belum bisa mengubah keadaan. Technical foul yang diberikan wasit pada pemain Kazakhstan juga tak memberi keuntungan bagi Indonesia. Ketika wasit meniup peluit panjang, Indonesia dipastikan menjadi pihak yang kalah. Andre Yuwadi, selaku asisten pelatih mengatakan jika anak asuhnya telat panas saat menghadapi Kazakhstan. “Anak-anak bermain bagus dari kuarter pertama sampai akhir, tapi kami telat panas,” ujar Andre, usai laga, Senin (19/8). Kekalahan ini membuat Indonesia tercecer di dasar klasemen Grup X Asian Games 2018. “Untuk skill, kami di atas mereka, tapi karena postur mereka tinggi-tinggi, itu jadi kendalanya. Di pertandingan selanjutnya, semoga mental anak-anak lebih baik,” ucap Andre. Selanjutnya, Indonesia kembali mendapatkan lawan tangguh, yakni pemuncak klasemen sementara, Taiwan, pada Selasa (21/8). Sebagai perbandingan, postur skuat Kazakhstan yang terendah adalah Elmira Abikeyeva (2) dan Oxana Bagmet (6), dengan tinggi 170 cm. Sementara yang tertinggi, Nadezhda Kondrakova (15) dengan tinggi 192 cm. Dan sembilan pemain lainnya rata-rata memiliki tinggi diatas 180 cm. Sedangkan di kubu Indonesia, sebagian besar berpostur 170 cm, kecuali Center Indonesa, Gabriel Sophia (22), yang memiliki tinggi 184 cm. Andre pun menilai, Taiwan lawan yang sulit ditaklukkan. Jadi, menurut dia, timnas basket putri Indonesia laga yang amat berpeluang bisa memetik kemenangan, ada dilaga terakhir penyisihan Grup X Asian games 2018, kontra India. “Di antara dua laga tersisa, yang paling relevan untuk meraih kemenangan, adalah melawan India,” pungkasnya. (Dre)

Dibantai Empat Gol Tanpa Balas Oleh Taiwan, Timnas Putri Tunggu Jalur Ranking Tiga

Gelandang Timnas putri Indonesia, Zahra Muzdaliffa (11) berebut bola dengan bek Taiwan, Yahue Chen (5), pada laga kedua Grup A, babak penyisihan sepak bola putri Asian Games 2018, di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Minggu (19/8). (INASGOC)

Palembang- Timnas putri Indonesia gagal meneruskan tren positifnya. Pada laga kedua babak penyisihan Grup A sepak bola putri Asian Games 2018, srikandi Indonesia takluk 0-4 dari Taiwan di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Minggu (19/8). Padahal, di laga pertama pada Kamis (16/8), Indonesia menumbangkan Maladewa 6-0. Indonesia kebobolan cepat saat pertandingan baru memasuki menit keempat. Pemain Taiwan, Yu Hsiu-chin, sudah merobek gawang Indonesia yang dikawal Norrfince Boma. Unggul cepat, membuat Taiwan semakin percaya diri dalam menyerang barisan pertahanan Indonesia.Hasilnya, Taiwan menambah keunggulan 2-0, di menit ke-16, lewat Hsin Hsuan Pao. Indonesia yang terus ditekan, kembali harus rela gawangnya dibobol di menit ke-31 oleh Pi Han Chan. Selang delapan menit, Taiwan menyudahi perlawanan Garuda Pertiwi –julukan Timnas Putri- setelah Hsuan Pao mencetak brace, sekaligus memastikan kemenangan timnya dengan skor telak 4-0. Postur lawan yang lebih unggul membuat barisan pertahanan Indonesia kesulitan mengatasi serangan bola-bola atas. Pelatih Timnas Putri, Satia Bagdja Ijatna mengakui, para pemainnya kalah dari segi postur, sehingga kerap kedodoran dalam duel udara. “Sejak awal, kami tahu, Taiwan bakal sering melepas crossing. Kami sering berlatih mengantisipasi serangan semacam itu, tapi perbedaan postur, ya sangat berpengaruh,” ucap Satia, dalam konferensi pers pasca-laga. Kekalahan ini menempatkan Indonesia di posisi tiga klasemen sementara, dengan poin tiga dari dua partai yang dilewati. Di duel terakhir yang menentukan, Rani Mulyasari dkk harus menghadapi tim kuat asal negeri ginseng, Korea Selatan, pada Selasa (21/8). Meski belum pasti kalah, langkah ini membuat Indonesia tak bisa lolos langsung ke 16 besar. Namun, jalur peringkat tiga terbaik, bisa menjadi alternatif. (Dre) Klasemen Grup A sepak bola Putri Asian Games 2018 No       Tim         MP   Gol   Poin 1. Korea Selatan   2    10:1    6 2. Taiwan             2     5:2     3 3. Indonesia         2     6:4     3 4. Maladewa         2     0:14   0 Hasil Grup A Sepak Bola Wanita Asian Games 2018, Minggu (19/8) Maladewa 0-8 Korea Selatan Taiwan 4-0 Indonesia Jadwal Grup A Selasa (21/8) Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang 18.30 WIB Indonesia vs Korea Selatan Stadion Bumi Sriwijaya, Palembang 18.30 WIB Maladewa vs Taiwan

Salah Baca Bendera Penanda, Siman Sudartawa Gagal Total Raih Medali Cabor Renang Hari Pertama

Perenang andalan Indonesia, I Gede Siman Sudartawa (ungu), akhirnya gagal mempersembahkan medali, hari pertama cabor renang Asian Games 2018, pada Minggu (19/8), di di Stadion Aquatik, Senayan. (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas renang Indonesia berpartisipasi pada empat, dari tujuh nomor yang dipertandingkan pada cabang olahraga (cabor) renang Asian Games 2018 di Stadion Aquatik Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (20/8). Namun, Timnas renang Indonesia gagal menyumbangkan satu pun medali. Dimulai saat Dewi Ressa Kania, memilih untuk tak mengikuti nomor gaya bebas 1.500 putri. Ressa terpantau dengan status DNS (did not start). Fitriyati Nurul Fajar pun gagal mengangkat nama Indonesia di nomor gaya punggung 200 meter putri. Catatan waktu 2:19, 38 detik, hanya membuatnya mengakhiri lomba di peringkat ketujuh. I Gede Siman Sudartawa yang memikul ekspektasi tinggi, untuk menyumbang medali pun, akhirnya juga gagal unjuk kebolehan. Kesalahannya saat berlomba dalam nomor gaya punggung 100 meter putra, membuat Siman menyelesaikan lomba di posisi buncit. Tampil di final nomor andalannya, Siman memulai perlombaan di balok start nomor urut satu. Namun, kejadian mengejutkan terjadi, saat para perenang lainnya kembali berputar untuk menuju titik start. Siman, yang sempat berada di posisi keempat, tampak terlihat berhenti sejenak, yang mengakibatkan dia tertinggal dari perenang lain. “Tadi itu, bendera lima meternya benar-benar tidak kelihatan. Yang seharusnya (melakukan) split salto, ini malah aku hempaskan (tangan lagi),” jelas Siman, di Stadion Akuatik, Minggu (19/8) malam. Bendera lima meter yang dimaksud Siman adalah bendera yang membentang di atas dua sisi kolam renang. Akibat ketidakmampuannya melihat bendera penanda itu, Siman harus finis di posisi buncit. Jiayu Xu menjadi perenang asal China yang merebut medali emas nomor 100 meter gaya punggung putra. Lalu, diikuti oleh Ryosuke Irie (Jepang) dan Juho Lee (Korea Selatan) di tempat kedua dan ketiga. Siman bakal kembali tampil pada Senin (20/8), di nomor 50 meter gaya punggung. Dia berharap bisa lebih fokus lagi di nomor tersebut. “Lebih fokus lagi. Hari ini sih kayanya kurang fokus. Bendera lima meter kurang kelihatan,” tambah atlet adalan PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) ini. Harapan terakhir Indonesia di cabor renang pada hari pembuka ini, ada di nomor estafet gaya bebas 4×100 meter putra. Indonesia yang diwakili empat atlet, Sagita Putri Krisdewanti, Adinda Larasati Dewi, Patricia Yosita Hapsari, Ressa Kania Dewi, urung berprestasi. Tim Indonesia hanya mengakhiri lomba di peringkat ketujuh. (Ham)

Pebulutangkis 19 Tahun Asal Garut Jadi Penentu, Indonesia Kunci Tiket Perempat Final Kontra Korea

Tunggal pertama tim beregu putri Indonsia, Gregoria Mariska Tunjung, menang atas pebulutangkis asal Hongkong, Cheung Ngan Yi, dalam duel tiga set, 19-21, 21-8, dan 21-18, di partai 16 besar beregu putri bulutangkis Asian Games 2018. (Pras/NYSN)

Jakarta- Indonesia memastikan tiket perempat final bulutangkis beregu Asian Games XVIII/2018, dan berduel dengan unggulan empat, Korea Selatan. Negeri Ginseng itu langsung ke perempat final karena mendapatkan bye di babak 16 besar. Fitriani, pemain tunggal yang turun di partai ketiga, menjadi penentu kemenangan atas Hongkong dengan skor 3-0, di babak 16 besar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (19/8). Sebelum memastikan kemenangan, pebulutangkis kelahiran Garut, Jawa Barat, 27 Desember 1998 itu harus melewati pertarungan melelahkan saat berjumpa dengan Yip Pui Yin. Pemain asal PB Exist Jaya Jakarta itu menang rubber game, 18-21, 21-13, dan 21-10. “Di game pertama poinnya ketat. Di akhir game saya kecolongan. Mau mematikan lawan, tapi malah mati sendiri. Saya juga berusaha mengeluarkan permainan terbaik. Banyak ngolah bola. Apalagi lawan fisiknya juga sudah mulai menurun, mungkin dadanya sesak,” ujar Fitriani usai laga. “Pelatih juga mengingatkan ke saya jangan sampai terpengaruh. Alhamdullilah bisa sumbang kemenangan untuk Indonesia,” lanjutnya. Sebelumnya, kemenangan Indonesia atas Hongkong disumbang tunggal pertama, Gregoria Mariska Tunjung. Pebulutangkis kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus 1999 itu menuntaskan tugasnya dengan baik paska menumbangkan Cheung Ngan Yi, dengan duel sengit rubber game, 19-21, 21-8, dan 21-18. Indonesia memimpin 1-0 atas Hongkong. “Saat gim pertama saya kalah angin. Selain itu, saya juga merasa adaptasinya terlalu lama, terlalu santai. Dan sebelum bertanding rasanya tegang banget. Ini pertama kalinya main sebagai tunggal pertama, jadi tuan rumah, serta turnamen besar,” terang anak didik Minarti Timur itu. Gregoria tampil sebagai tunggal pertama karena peringkatnya lebih baik dari Fitriani. “Cheung adalah pemain yang temponya cepat dan menyerang. Saya tahu permainan dia lewat video pertandingan. Cheung kalau diajak reli cepet capek juga mainnya,” tambah pemain yang menghuni Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta sejak 2013 itu. Sementara itu, duet Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga sukses menambah angka bagi kubu Indonesia menjadi 2-0. Mereka mengatasi dobel Ng Tsz Yau/Yuen Sin Ying, dalam duel straight game, 21-14 dan 21-11. “Lawan lumayan bagus dan ada kendala angin di lapangan. Tapi, kami fokus pada permainan di lapangan saja,” ujar Apriyani. Greysia menambahkan pada pertandingan tadi dirinya bersama Apriyani ingin cepat mengakhiri permainan, namun justru hal itu yang membuat mereka melakukan kesalahan sendiri. “Tapi dari situ kami bisa coba pukulan dan coba lapangan lagi. Jadi kami selalu ambil positifnya,” jelas pemain berusia 31 tahun itu. (Adt) Hasil Babak 16 Besar Bulutangkis Beregu Asian Games 2018: Putra 1. Nepal vs Pakistan 3-1 2. Malaysia vs Jepang 3-0 3. Hongkong vs Mongolia (walkover) 4. Korea vs Thailand 3-1 5. Maladewa vs India 0-3 Putri 1. Pakistan vs China Taipeh 0-3 2. Maladewa vs Nepal 3-2 3. Hongkong vs Indonesia 0-3

Persembahkan Emas Perdana, Defia Penuhi Target PB TI Raih Medali

Defia Rosmaniar sukses merebut medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). (sindonews.com)

Jakarta- Defia Rosmaniar merebut medali emas pertama bagi kontingeng Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). Di final, Defia mengalahkan Marjan Salah shouri dari Iran. Ini merupakan medali kedua Indonesia di Asian Games 2018. Sebelumnya, Edgar Xavier Marvelo menjadi peraih medali pertama bagi tim Indonesia di Asian Games 2018 ini, ia meraih perak nomor changquan putra. Bertarung di komplek Jakarta Convention Center (JCC), atlet kelahiran Bogor 25 Mei 1995 ini, menang dalam dua babak. Babak pertama Defia mengumpulkan 8,620 dan Marjan mendapatkan nilai 8,760. Kemudian di babak kedua, Defia meraih 8,760 dan lawan mendapatkan 8,470. Presiden RI, Joko Widodo turut menyaksikan langsung perjuangan Defia. Usai berhasil memastikan emas, Defia pun bertemu dengan Presiden Jokowi, untuk mendapatkan ucapan selamat. Defia terlihat menangis saat bertemu dengan Presiden Jokowi. Dengan perolehan emas ini, maka target dari Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) terpenuhi. Sebab, taekwondo menargetkan satu emas di Asian Games 2018. Sementara itu Sampai pukul 16.00, update perolehan medali terbanyak masih dikumpulkan China disusul Taiwan. China untuk sementara berada di posisi 1 klasemen perolehan medali sementara Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang. China mengumpulkan 1 medali emas dari wushu, 1 medali perak dari menembak. Diposisi kedua Taiwan mengumpulkan 1 emas dari menembak, 2 perunggu wushu dan taekwondo. Sedangkan Indonesia, berhasil meraih 1 medali perak pada cabang wushu. Posisi empat klasemen diduduki India dengan meraih 1 perunggu menembak. Lalu, posisi 4 lainnya yaitu Filipina, Thailand dan Vitenam yang mendapat 1 perunggu dari taekwondo. Korea dan Malaysia juga mendapat 1 perunggu dari taekwondo. (Adt)

Diantara Pembukaan Asian Games 2018 dan Olimpiade 2012, Ada Apa?

Sobat Muda NYSN pasti semalam berdecak kagum dan bangga kan dengan kemeriahan Pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Tak hanya menimbulkan kesan bangga, acara pembukaan yang telah menjadi sorotan  se-Asia ini juga menampilkan satu hal yang menarik bahkan telah sampai jadi trending topic. Hm, kamu pasti sudah tau bukan? Pada video intro opening ceremony Asian Games 2018 menampilkan aksi Presiden Joko Widodo menggunakan motor gede (moge). Dalam video ditunjukkan adegan Presiden Jokowi menuju ke Stadion Utama Gelora Bung Karno menggunakan moge karena mobil kepresidenannya terjebat macet. Tak hanya sampai disitu, ada juga adegan orang nomor satu se Indonesia itu melakukan aksi lompatan dengan motor. Hingga akhirnya, Jokowi digambarkan telah tiba di SUGBK dan masuk ke area parkir. Sang Presiden pun tiba di SUGBK dan disambut dengan kemeriahan puluhan ribu penonton di stadion. Aksi tersebut pun menuai kekaguman orang Indonesia maupun luar negeri. Seperti yang dilansir dari kompas.com, Seorang pengusaha asal Australia, James yang menyaksikan pembukaan berkata bahwa Jokowi menggunakan sepeda motor adalah momen terfavoritnya. dan James menambahkan, dilansir kompas.com, bahwa video intro Asian Games 2018 itu mempunyai benang merah dengan upacara pembukaan Olimpiade 2012. Mengapa begitu? Pasalnya, sobat muda tau gak, kalau video intro opening Olimpiade 2012 juga menampikan aksi tokoh penting. Dimana waktu itu, saat London 2012, Daniel Craig yang merupakan pemeran James Bond beradu peran dengan Sang Ratu Elizabeth II. Dalam cuplikan video, Craig dan Sang Ratu naik helikopter dari Buckingham Palace menuju ke Stadion Olimpiade London. Setelah helikopter tepat berada di atas stadion, Sang Ratu dan Daniel Craig pun melakukan aksi lompatan terjun payung dari helikopter. Hingga akhirnya, Ratu Elizabeth didampingi suami masuk ke venue stadion Olimpiade dan duduk di tribune kehormatan. Kesamaan akan “rasa” cerita dari video intro tersebut ternyata karena keberadaan seorang Scott Givens. Dia lah penyebab mengapa video intro Asian Games 2018 itu mempunyai benang merah dengan upacara pembukaan Olimpiade 2012. Sobat Muda NYSN, Givens adalah pemimpin perusahaan FiveCurrents yang bergerak di dunia entertaiment, khususnya seperti pengelolaan live event. Sepanjang karier, Scott Givens telah berhasil menangani lebih dari 400 event-event besar. Sejumlah acara pembukaan olimpiade dengan total 12 ajang musim panas maupun dingin sudah banyak berhasil ditangani. Mulai dari Salt Lake 2002 hingga Rio de Janeiro 2016. Pada Olimpiade 2012 di London, FiveCurrents merupakan production company di opening ceremony. Enam tahun setelah acara tersebut, Givens bertindak sebagai Executive Producer di Upacara Pembukaan Asian Games 2018. Enam tahun berselang, barulah Givens didaulat sebagai Executive Producer dari upacara pembukaan Asian Games 2018. Pada upacara yang berlangsung pada Sabtu (18/08/2018) Scott berkata bahwa upacara tersebut menampikan sejarah dengan cerita berbeda, memunculkan juga unsur-unsur yang alami sebagai elemen, seperti bumi, angin, dan api yang merupakan dari budaya Indonesia. Tak hanya itu, ada juga tarian budaya yang menjadi magnet di penampilan pembukaan. Oh iya, informasi tambahan buat kamu, kalau panggung Upacara Pembukaan Asian Games 2018 memiliki berat 600 ton dengan ukuran panjang 120 meter, lebar 30 meter, serta tinggi 26 meter. Panggung tersebut menampilkan pemandangan gunung dan tumbuh-tumbuhan sebagai ciri khas Indonesia. Sungguh menarik dan bikin kamu makin terkagum-kagum lagi, bukan? Kalau begitu, jadi makin Bangga yaa jadi Bangsa Indonesia.   (kompas.com)