Pertama Kali Masuk Timnas, Monic Incar Status Pitcher Utama

Softball-Monica

Membela Tim Nasional (Timnas) Indonesia tentunya hal yang paling di idam-idamkan, bagi para atlet. Mereka akan sangat bangga, membawa nama Indonesia untuk berprestasi. Juga atlet softball putri yakni Monica Isella. Dara cantik kelahiran, 20 Mei 1992 ini terpilih ke dalam skuad timnas softball yang akan berlaga di Asian Games 2018. Monic sapaan akrabnya, mengatakan, terpilih masuk skuad timnas merupakan prestasi yang membanggakan. Sejak 2007, ia sudah menggeluti olahraga ini. Monic pun, berhasil melewati tahapan seleksi pada bulan Desember 2017 lalu. “Awalnya 40 orang ikut seleksi di Lapangan Lodaya, Bandung, pada 2-4 November lalu. Yang lolos, akan ikut Asia Cup di Taichung, Taiwan 28 November-5 Desember 2017. Dan, aku terpilih. Ini pertama kali jadi pemain Timnas, dan angan-angan berseragam Timnas tercapai,” papar Monic kepada nysnmedia.com, pada Rabu (24/1). Ia pun, terus melalukan persiapan guna membawa nama Indonesia meraih prestasi terbaik di Asian Games. Fokusnya kini menghadapi Training Centre (TC). Meski pertama kali memperkuat Timnas, atlet yang dibesarkan di Club Softball Altras Alam Sutera, Tangerang Selatan ini, tak minder dengan para seniornya. Bahkan, Monic langsung menargetkan menjadi pithcer utama di Timnas. Pitcher utama adalah pelempar yang menjadi andalan tim untuk menghasilkan nilai untuk tim. “Tentunya, target aku bisa jadi pitcher utama dong,” tegasnya. Wanita lulusan Universitas Mercu Buana Jakarta ini, termasuk atlet senior di tim Softball Kota Tangerang Selatan dan kerap memperkuat tim Softball Provinsi Banten. View this post on Instagram A post shared by Mᴏɴɪᴄᴀ Isᴇʟʟᴀ (@monicaisella) “Pertama kali masuk timnas, tapi aku melihat program untuk Asian Games ini sangat luar biasa. Dari mulai pelatih, tim recovery, nutrisionis dan semua adalah orang-orang terbaik. Kami dituntut untuk berkomitmen dalam latihan serta selalu menjadi kondisi,” jelasnya. (pah)

Idan, Pelajar SMA Yang Ukir Rekor Baru di Kejuaraan Senior 2017

Atletik-Idan

Mengukir sejarah menjadi pemecah rekor merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Sempat gagal dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas), prestasi membanggakan justru diukir Idan Fauzan Richsan pada Kejuaraan Senior yakni Kejuaraan Nasional Atletik 2017. Idan memecahkan rekor dalam kategori senior. Ia bahkan memecahkan rekor nasional setelah melakukan loncatan pada kesempatan kedua setinggi 5,20 m, yang bertahan sejak 2002. “Saya gagal di POPNas Jawa Tengah gak dapat nilai sama sekali. Saya belajar kekalahan, latihan lebih giat, berusaha dan berdoa terus yang saya lakukan tanpa bosan untuk terus lebih baik. Hasilnya, Alhamdulillah pecah rekor nasional. Memang nyata kerja keras, berusaha dan berdoa itu tidak akan mengkhianati hasilnya,”tuturnya Idan sudah menekuni atletik cabang lompat galah selama 4 tahun. Bermula dari mengikuti O2SN saat duduk kelas 5 Sekolah Dasar, Idan ikut seleksi hingga tingkat Provinsi Jawa Barat. Ia mulai latihan dari lari pendek, lari jauh 100 meter gawang dan 400 meter gawang sudah ia tekuni. Sejak saat itu, ia berhasil mengikuti Pelatnas di Jakarta. “Kelas 1 SMP, saya mengikuti test Pelatnas jangka panjang di Jakarta. Disitu saya test lompat galah dan lolos masuk ke Pelatnas. Begitu saya masuk, banyak pengalaman-pengalaman yang belum saya dapat sebelumnya. Belajar mandiri, disiplin, berusaha semaksimal mungkin agar tidak kena degradasi dari Pelatnas,”ujarnya Remaja yang lahir pada 11 Januari 18 tahun silam ini juga sedang menempuh pendidikan di SMAN 6 Bogor. Baginya, perkembangan olahraga atletik di Indonesia sudah cukup bagus. Idan berpendapat bahwa sejak menjadi atlet , ia memberikan suatu kebanggaan untuk bisa membahagiakan orang tua. “Orang tua saya bangga, dan saya juga mau bahagiain mereka. Meski masa remaja saya gak seenak anak-anak lain, yang bisa nongkrong sama teman atau jalan-jalan bareng teman sekolah,”tutupnya.(put)

Josephine Nikita, Atlet Basket Termuda Di PON 2016

basket-Josephine-Nikita

Josephine Nikita merupakan salah satu atlet basket termuda yang mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2016 lalu. Ia bersama tim Jawa Barat berhasil menduduki peringkat 4. Bagi gadis asli Bandung, Jawa Barat ini bukan sebuah masalah menjadi pemain termuda bahkan ia bisa menambah pengalaman dari senior yang sudah lebih dulu menekuni basket. “Waktu PON, aku kan paling muda di tim. Jadi, aku dapat banyak pengalaman dari senior-senior sih,” tukas Nikita. Siswa kelas 12 di SMA Bintang Mulia, Bandung, mengaku tak mudah menjadi seorang atlet dan juga pelajar. Meski tak mendapatkan keringanan dari sekolah, ia tetap semangat mengejar pelajaran. Bahkan, ia harus menambah waktu setelah pulang sekolah untuk ulangan susulan dan sebagainya. “Duka menjadi atlet itu kalau sudah bolos sekolah gara-gara tanding, jadi banyak susulan. Untuk tugas sih gak dikasih keringanan. Tetap ngejar sama kayak murid lain. Selama ini sih gak ada masalah buat ngejar pelajaran. Jadi, harus lebih rajin saja sih,”ungkapnya Nikita yang lahir pada 25 Juli 2000 menyukai basket sejak dibawa sang orangtua yang juga atlet basket Sea Games untuk bermain di lapangan basket. Meski pada awalnya malu-malu bermain basket, Nikita pun semangat mengikuti basket ketika bergabung dalam klub basket Tunas. “Papa Mama atlet basket yang ikut Sea Games. Dari awalnya gara-gara Papa dan Mama terus masih malu-malu ikut latihan di Tunas soalnya paling kecil sendiri. Awalnya Cuma latihan di pinggir lapangan pas latihan. Sampai akhirnya diajak sama 1 pelatih dan terus ikut latihan setiap Minggu,”ucap gadis yang genap berusia 17 tahun Sebagai salah satu atlet wanita di Indonesia, Nikita pun memiliki pandangan tentang perkembangan basket di Indonesia. Menurutnya, basket wanita di Indonesia bisa dikatakan mundur dilihat dari pertandingan yang sudah jarang untuk pebasket wanita di Indonesia. “Buat pemain putri professional malah mundur. Soalnya Wome’s Indonesian Basketball League (WIBL) kan sudah gak ada. Kayak event tertinggi di Indonesia buat cewek sudah gak ada, cumin mereka sekarang hanya bikin cup sendiri gitu,”tutupnya.(put)

Ikut Seleksi Asian Games 2018, Sophie Bertemu Sang Idola

Sophia Rebecca Adventa (no.9) saat tampil dalan event Loop 3x3 pada 2017.

Sophia Rebecca Adventia atau yang akrab disapa Sophie menjadi salah satu atlet basket yang mengikuti seleksi untuk Asian Games 2018. Gadis cantik berusia 16 tahun ini telah mengikuti tahap pertama seleksi yang akan diumumkan Februari mendatang. Saat mengikuti seleksi, ia tak menyangka tampil bersama sang idola, Helena. Helena Tumbelaka atau Helena Maria Elizabeth, adalah shooting guard klub Merpati Bali. Selain piawai tampil di posisi Small Forward, perempuan kelahiran Mei 1992 dan bertinggi 166 cm berat 50kg, juga berparas cantik. “Aku sempat ngefans sama Kak Helena pas aku umur 12 tahun. Eh kemarin kesempatan main bareng pas seleksi asian games 2018. Wah seneng banget, nervous, kaget juga soalnya gak tahu Kak Helena bakal ikut seleksi juga,” ujar Sophie. Prestasi Sophie perlu diacungi jempol. Ia sempat menjadi Most Valuable Player (MVP) dalam beberapa turnamen seperti DBL 3X3 2017, Kejuaraan Nasional 2015 dan masih banyak lagi. Siswa SMAN 28 Jakarta ini, pada mulanya tak menekuni basket hingga ia bergabung dalam Bintang Muda Basketball Academy. “Awalnya aku memang sudah suka olahraga dari TK. Sebelum basket, aku main badminton golf sama renang. Tapi aku gak betah soalnya itu olahraganya perseorangan. Jadi pas kelas 4 SD, Papa masukin aku ke club basket Bintang Muda, soalnya dekat rumah dan waktu itu Papa denger dari temennya bahwa club basketnya juara 1 di wilayah barat,”tutur gadis yang menyukai LeBron James dan Kevin Durant Menjadi atlet memang tak jauh dari kata lelah. Sophie pun mengalami hal yang sama dan sudah menjadi resiko sebagai seorang atlet. “Selama proses latihan buat persiapan bertanding itu cape banget. Aku diwajibkan Papa latihan sendiri di rumah, skipping penguatan shooting dribbling. Kadang kalau aku capek abis sekolah, temen aku lagi jalan-jalan atau tidur, aku harus latihan. Tapi duka yang paling mendukakan sih, pas kalah di babak final,”ungkapnya Namun, dibalik duka itu, Sophie merasa basket di Indonesia sudah sangat maju, melihat berbagai turnamen dari segala usia yang rutin dipertandingkan bahkan hingga mencapai tingkat internasional. Tak hanya itu, berbagai sekolah juga menerima beasiswa untuk atlet berbakat. “Atlet-atlet yang berprestasi di basket juga dapat kemudahan masuk sekolah lewat jalur prestasi seperti aku. Tapi di universitas masih sedikit jalur prestasinya. Seperti UI, karena aku sebenarnya pengen banget masuk Fakultas Hukum UI lewat jalur prestasi,”tutupnya

Biaya Sewa di Sentul Mahal, IMI Tangsel ‘Latihan’ Lewat Kejurda

IMI-Tangsel

Tangsel- Kota Tangerang Selatan (Tangsel) punya segudang atlet berbakat di cabang olahraga (cabor) balap motor. Beberapa pekan lalu, atlet Tangsel dengan segala kekurangan fasilitas yang ada, sukses naik podium ke-5 di Kejuaraan Daerah (Kejurda) di Cianjur, Jawa Barat. Ketua Pengurus cabang (Pengcab) IMI Tangsel, H Bahrudin mengatakan, saat ini mereka punya problem utama terkait sirkuit. IMI Tangsel selalu mengeluarkan biaya ekstra saat latihan di Sentul. “Minimnya ketersediaan fasilitas sirkuit latihan di Tangsel, memaksa kami menempuh jarak cukup jauh, dan biaya mahal ke Sentul,” ucapnya pada Rabu (17/1). Guna meminimalisir besarnya bujet latihan, para atlet balap Tangsel rutin tampil di even Kejurda dan Kejurnas guna menambah jam terbang. “Kami rutin mengirim atlet ikut Kejurda maupun Kejurnas, itung-itung mereka latihan juga,” lanjutnya. Para pengurus pengcab IMI Tangsel, berharap Pemkot Tangsel segera membangun sirkuit balap. (pah)

PORKOT Siapkan Atlet Tangsel Dari Tingkat Kelurahan

Atlet-Berprestasi-di-Tangsel

Tangsel- Dispora Tangerang Selatan (Tangsel) menggandeng KONI Tangsel menyelenggarakan Perlombaan Olahraga Tingkat Kota Tangsel (Porkot) beberapa waktu lalu. Kabid Peningkatan Prestasi dan Olahraga Dispora Tangsel, Ucok A.H Siagian mengatakan, penjaringan atlet berprestasi dimulai dari tingkat dasar, lewat Porkot misalnya. “Penjaringan atlet prestasi dimulai dari ajang Porkot ini. Selama ini, kita hanya mengacu pada komponen yang sudah ada, dari KONI. Ini mandat Wali Kota Tangsel, untuk memasyarakatkan olahraga,” terang Ucok, pada Minggu (14/1). Dari hasil Porkot yang sudah berlangsung, Dispora dan KONI bersinergi untuk membina potensi atlet berprestasi, yang mayoritas berstatus pelajar SMP dan SMA. “Dari perlombaan tingkat RT, kelurahan dan kecamatan, akan kita bina, dan atlet yang berpotensi, siap dipetakan guna tampil ketingkat yang lebih tinggi,” ujarnya. Ia pun, akan mengarahkan atlet Tangsel tampil di tingkat Nasional hingga Internasional. “Kita arahkan mereka ke level yang lebih baik, dari tingkat Nasional hingga Internasional,” pungkasnya. (pah)

Menyongsong Piala Dunia Basket, Perbasi Akan Seleksi 33 Pemain Untuk Tim Nasional U-18 Putra

OR_farewell_dbl_camp_dika_kawengian-5

Menjelang kompetisi bola basket internasional, Perbasi memanggil 33 nama atlet basket Indonesia U-18 putra untuk mengikuti seleksi pembentukan tim nasional, dan juga dalam rangka pengembangan program pencarian bakat untuk Piala Dunia. Perbasi yang menyebarkan surat dengan nomor 007/I/PP/2018 (Revisi) ini ditujukan kepada 8 Pengurus Provinsi (Pengprov) yaitu diantaranya, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Riau. Surat tersebut berisi pemanggilan 33 nama atlet yang berhak mengikuti seleksi pada tanggal 13 dan14 Januari 2018 di The Hawk Basketball Court, Taman Tekno, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Pengurus PP Perbasi, Alvin Indra menjelaskan bahwa Perbasi membuka kesempatan untuk mengirimkan tambahan maksimal 3 pemain dari setiap provinsi yang dipanggil. “Kami juga membuka kesempatan untuk seluruh pengprov dengan mengirimkan tambahan maksimal tiga pemain di luar 33 nama yang dipanggil,” jelas Alvin yang dilansir pada website mainbasket.com Selain itu, seleksi ini akan lebih fokus kepada pemain yang akan berlaga di Souteast Asia Basketball Association (SEABA) dan Federation International de Basketball (FIBA) Asia yang akan digelar pada tahun ini. Tak hanya itu, pemanggilan 33 nama ini juga sebagai bentuk persiapan yang dimulai dari sekarang untuk Piala Dunia basket tahun 2023 mendatang. Seleksi ini akan dipimpin oleh pelatih-pelatih independen dan Perbasi dan juga para mantan pemain tim nasional yang berjumlah lima orang. Danny Kosasih sebagai ketua Perbasi beserta pengurus lainnya juga akan ikut memantau langsung untuk memastikan kelancaran acara yang diadakan selama dua hari tersebut. Berikut nama-nama peserta seleksi yang dipanggil beserta daerah asalnya yang dilansir pada website mainbasket.com: -Darryl Sebastian (DKI Jakarta) -Aldy Izzatur Rachman (DKI Jakarta) -Kier Serai Dharmadji (DKI Jakarta) -Ali Bagir Wayarabi (DKI Jakarta) -Anthony William (DKI Jakarta) -Yesaya Alexander Saudale (DKI Jakarta) -Ronald Firdaus Puadawe (DKI Jakarta) -Harits Prasidya (DKI Jakarta) -Timothy Joseph Bahar (DKI Jakarta) -Erfandi Iqbal (DKI Jakarta) -Chritopher Felix (Jawa Barat) -Saddam Asyruna (Jawa Barat) -Mikha Haidar (Jawa Barat) -Darren Benaya Budiman (Jawa Barat) -Khoerotsa Wisnu Pamungkas (Jawa Barat) -Rovi Okta Hermawan (Jawa Barat) -William Rivaldi Kosasih (Jawa Timur) -Aulia Naafigo Setiawan (Jawa Timur) -James Patrick (Jawa Timur) -Christopher Jason Winata (Jawa Timur) -Bryan Fadhil Herlambang (Jawa Timur) -Mekhail Fidel Afloubun (Jawa Tengah) -Bangun Subhan (Jawa Tengah) -Gregorius Kristian Linduaji (Jawa Tengah) -Vincentius Bryant Fernando (Jawa Tengah) -Ariel Emilio (Jawa Tengah) -Flavianus Aditya Riesta Saputra (DI Yogyakarta) -Naufal Alif Farhan Ramdhani (DI Yogyakarta) -Vickness Warren (DI Yogyakarta) -William Hardi Dinata (Kalimantan Barat) -Nickson Damara Gosal (Nusa Tenggara Barat) -Argus Sanyudi (Riau) -Kelvin Sanjaya (Riau). (put/adt)

Walaupun Berlangsung Ketat, Jesslyn Dan Tim Bola Basketnya Berhasil Menyumbang Emas Di Pekan Olahraga Nasional

Basket-Jesslyn

Mendapatkan medali emas memang sangat diidamkan oleh seluruh atlet. Pasalnya pencapaian tertinggi pada kompetisi olahraga adalah nomer satu. Terlebih jika pertandingan tersebut sudah masuk babak final. Tim Jawa Tengah, Jesslyn Rasali atau yang akrab disapa Dhing-dhing, yang merupakan salah satu atlet basket dari wilayah Jawa Tengah. Jesslyn bersama tim Jawa Tengah berhasil menaklukan tim Jawa Timur di babak semi final dan juga mampu mengalahkan tim Jakarta di babak final Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 lalu. “Di PON dapat medali emas. Semi final lawan Jawa Timur, final lawan DKI Jakarta itu ketat banget. Waktu lawan Jawa Timur diawalnya ketat banget skornya juga gak terlalu jauh. Tapi kalau pas lawan DKI Jakarta itu ketat banget sampai akhir pertandingan. Skor akhirnya juga gak jauh hanya 5 atau 7 point gitu,”tuturnya Pertandingan di PON memang berkesan bagi Jesslyn. Selain rasa lelah dan membuatnya belajar mandiri, rasa kekeluargaan dengan tim sangat terasa. Atlet berusia 18 tahun ini juga sudah memenangkan berbagai pertandingan seperti Kejuaraan Nasional, Tim Nasional Divisi 2 dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional. Mahasiswi Psikologi Universitas Surabaya ini juga menceritakan bagaimana awal mula ia bisa bergabung dengan dunia basket yang sudah ia geluti sejak kelas 3 Sekolah Dasar. “Awal mulanya itu, aku lihat kakak yang lagi latihan basket. Terus ikut main-mainan saja, dan lama-lama jadi suka. Saya merasa kalau saya ada bakat juga ya, eh lanjut deh sampai sekarang,”ujarnya Selain itu, gadis yang mengidolakan pemain basket legendaris Stephen Curry ini memberikan pandangannya tentang perkembangan basket di Indonesia. “Perkembangan basket di Indonesia saat ini maju banget. Ditambah ada pemain-pemain asing yang masuk. Itu juga bisa menambahkan semangat, dan juga memajukan pemain-pemain lokal karena bisa termotivasi untuk lebih baik lagi,”tutupnya(put/adt)

Babar, Satu dari Segelintir Gadis Yang Berprestasi Dalam Olahraga Futsal

Babar-Futsal

Futsal wanita di Indonesia, bisa dikatakan masih sedikit peminatnya. Salah satunya adalah Bardina Desya Rahmah atau yang akrab disapa Babar. Melihat jumlah pemain futsal wanita yang sedikit, Babar tidak ragu untuk menekuni futsal. Berawal dari bermain sepakbola, Babar pun mencoba untuk terjun ke dunia futsal. “Dari kecil saya sudah suka main bola. Terus mencoba masuk ke dunia futsal dan ternyata sangat berbeda. Dulu juga masih sedikit pemain khusus wanitanya jika dibanding sekarang. Karena tidak banyak peminatnya, makanya saya terjun ke dunia futsal. Ternyata saya suka dan jadi hobi deh,”ujarnya Mahasiswi 20 tahun dari Universitas Negeri Jakarta ini, sudah menekuni futsal sejak duduk dibangku SMP. Sudah banyak turnamen yang ia ikuti, diantaranya, seperti membawa tim UNJ Women Futsal di Kejuaraan Nasional Brawijaya Malang, Liga Mahasiswa tahun 2017 dan 2016, International Sport Fiesta di Malaysia, dan masih banyak lagi. Selain itu, Babar juga memiliki pengalaman dimana ia menjadi anchor yang bisa menentukan kemenangan dari tim. “Selama pertandingan di event International Sport Fiesta, saya sebagai anchor bisa mencetak goal dan sebagai penentu kemenangan tim,”tuturnya Namun, sebagai seorang atlet terutama futsal, Babar tak jauh dari rasa lelah bahkan mendapatkan ejekan jika tidak menjuarai suatu pertandingan. “Ketika tidak menjuarai sebuah kejuaraan, pasti banyak ejekan atau hardikan. Kadang sudah capek abis pertandingan, namun harus latihan lagi. Harusnya refreshing, namanya atlet pasti ada jenuhnya,”tutupnya(put/adt)

KONI Tangsel Manfaatkan Pembinaan Teknologi Sport Science

Ketua-Umum-KONI-Tangsel-terpilih

Ketua Umum KONI Tangsel terpilih, Rita Juwita sudah menyusun pembinaan atlet-atlet yang ada di Tangsel selama empat tahun kedepan. Rita ingin, memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang di zaman sekarang untuk membina para atlet agar bisa menyeluruh. Ini sangat penting, dimasukan sebagai bahan acuan dalam misi yang akan diemban tahun-tahun mendatang agar garis komando dan garis kerja dapat sejalan dengan apa yang akan dicapai. “Optimalisasi alokasi sport science and technology di semua cabang olahraga dalam rangka memperoleh kesamaan dalam pola pembinaan dan peningkatan prestasi,” tukasnya. Tak kalah pentingnya, Rita ingin membangun karakter para atlet termasuk para pelatih agar memiliki rasa juang tinggi dalam mencapai prestasi. Rasa solidaritasnya wajib dibangun dengan tujuan rasa membangun, untuk menuju prestasi yang dilalui dengan kerjasama, bukan “one man show” atau kerja masing-masing. “Membangun karakter olahragawan yang baik bagi atlet, pelatih dan manajer guna memperbesar semangat juang, rasa nasionalisme dan militansi dalam setiap usaha meraih prestasi terbaik,” harap Rita.(pah/adt)

Penerus Keluarga Sugiarto di Bulutangkis Indonesia

Penerus-Sugiarto-di-Bulutangkis-Indonesia

Bagi para penggemar bulutangkis Indonesia, pastinya sudah tak asing dengan nama legenda hidup Icuk Sugiarto. Icuk merupakan atlet tunggal putra terbaik kepunyaan Indonesia di era 80-an. Berbagai prestasi mampu di dulangnya, untuk membawa nama harum Indonesia. Dikenal dengan staminanya yang kuat, membuat dirinya mampu memenangi Kejuaraan Dunia III di Denmark pada tahun 1983 melawan Liem Swie King. Pada tahun 1989, Icuk memutuskan pensiun sebagai atlet. Tetapi, generasi Sugiarto tak akan pernah sirna untuk membawa nama bulutangkis Indonesia berprestasi. Tommy Sugiarto dan Jauza Fadhilla Sugiarto, melanjutkan karir sang ayah sebagai pemain bulutangkis. Tommy Sugiarto – Tunggal Putra Indonesia Pria kelahiran 31 Mei 1988 ini merupakan, anak kedua dari legenda bulutangkis Indonesia. Di usiannya yang masih belia, Tommy sudah membawa klub Pelita Bakrie menjadi jawara di kejuaraan tingkat cabang PBSI Jakarta Barat. Bahkan di tahun 2008, Tommy masuk sebagai tunggal putra keempat tim Piala Thomas. Sering berjalannya waktu, Tommy mampu meraih gelar superseries pertamanya di tahun 2013 tepatnya di kejuaraan Singapura Open Superseries. Kini, prestasinya mulai sedikit meredup. Tommy masih kalah saing dengan juniornya seperti Jonatan Cristie yang menduduki peringkat 14 dunia dan Anthony Sinisuka Ginting peringkat 13 dunia. Sedangkan, Tommy hanya menduduki peringkat 25 dunia. Walaupun ia juga sempat menduduki peringkat tiga dunia pada tahun 2014. Jauza Fadhilla Sugiarto – Ganda Putri Indonesia Anak bungsu Icuk Sugiarto yakni, Jauza Fadilla Sugiarto sudah mulai menemukan prestasi bulutangkisnya di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) DKI Jakarta tahun 2017. Dimana, Jauza mendapat tiga medali emas dari kategori tunggal putri, ganda putri dan beregu. Jauza lebih memilih bermain di sektor ganda putri berpasangan dengan Ribka Sugiarto. Ada yang unik, Ribka Sugiarto yang menggunakan nama belakang Sugiarto, ternyata bukan anak dari Icuk Sugiarto. Kendati demikian, pasangan cantik ini mampu memenangi Malaysia Internasional Junior Open 2017. Jauza dan Ribka kini menduduki peringkat 217 dunia. Tentunya, bagi masyarakat Indonesia hanya bisa berdoa agar penerus Sugiarto di bulutangkis bisa menyamai pencapain sang ayah, Icuk Sugiarto.(pah/adt)

Menpora Uji Sparing Atlet Bowling Dalam Persiapan Asian Games 2018

Tannya-Roumimper-Bersama-Imam-Nahrawi

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi datang mengunjungi arena cabang olahraga bowling yang bertempat di Jaya Ancol Bowling Center, Jakarta. Bersama atlet bowling nasional, Tannya Roumimper yang sangat senang saat Imam Nahwari datang pada Jumat, 5 Januari lalu. “Saya senang sekali didatangi pak Menteri, beliau sangat perhatian banget walaupun hingga malam padahal sudah kerja seharian,”ujar Tannya, seperti yang telah dilansir website Kemenpora.go.id Tak hanya itu, Tannya juga menambahkan bahwa ia sangat bersemangat dengan kehadiran Menpora disela-sela latihannya. “Buat saya ada arti tersendiri kehadiran pak menteri disini, saya ditelponin dan ikut latihan bareng. Saya terharu sehingga memacu semangat saya untuk terus latihan dan bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,”tambahnya Cabang olahraga bowling diprediksi akan menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Menpora Imam Nahrawi sangat senang melihat optimis dan kegigihan Tannya yang akan menghadapi Asian Games 2018. “Saya senang karena semangat dan optimisme Tannya sekaligus harapannya untuk menjadi yang terbaik betul-betul kelihatan, dan saya kira dia akan memberikan yang terbaik untuk Indonesia,”tuturnya Imam Nahrawi pun langsung meminta Tannya untuk mengajarkannya bagaimana cara bermain bowling. Tak disangka, dilemparan pertama ia langsung mendapatkan strike. Di game satu, Imam Nahrawi berhasil mengumpulkan 136 poin sedangkan Tannya mendapatkan 166 poin. Lalu pada game selanjutnya, Tannya kembali memimpin dengan 180 poin dan Imam Nahrawi mendapatkan 152 poin.(put/adt)

Tehnik Mengajar Anak Usia Dini Yaitu Membiarkan Berlatih Dengan Fun

Dalam-melatih-anak-di-usia-dini,-tentunya-harus-mengikuti-cara-mereka.-Biarkan,-mereka-bermain-dengan-fun-terlebih-dahulu,-sebelum-berlatih-dengan-tingkatan-yang-lebih-serius

Mempunyai cita-cita menjadi seorang atlet tentunya harus giat berlatih agar bisa menjadi atlet yang berprestasi. Tak hanya itu, tentunya peran seorang pelatih ikut andil dalam melatih dan juga mengembangkan potensi yang di miliki oleh sang atlet. Alangkah lebih baiknya karakter tersebut di bentuk sejak masa usia dini, sang atlet sudah diberikan ilmu-ilmu yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sang atlet. Namun, bagaimana cara melatih dan mengembangkan potensi dari sejak usia dini, sulitkah atau mudah? Tim nysnmedia.com sempat berbincang dengan pelatih sepakbola yakni Iwan Rukmana yang merupakan pelatih dari Sekolah Sepakbola (SSB) Serpong Jaya. Iwan yang sudah malang melintang di dunia kepelatihan, banyak berperan dalam mengembangkan pesepakbola di usia dini. Simak sesi tanya jawab tentang bagaimana cara mengajar anak usia dini berikut ini. Apakah sulit melatih sepakbola di usia dini? Tentunya ada kesulitan, tetapi ada juga kemudahan dalam melatih anak usia dini. Kesulitannya, mungkin mereka masih takut untuk bergabung bersama teman-temannya di lapangan. Ada yang masih pemalu atau canggung untuk berkenalan dengan teman-temannya. Kita sebagai pelatih, jika menghadapi kejadian seperti itu, tentunya tidak bisa memaksakan mereka. Karena, mereka masih anak-anak itu hal yang wajar. Lalu, bagaimana cara agar mereka mau berbaur dengan teman-temannya di lapangan? Melatih usia dini tentunya sangat berbeda dengan melatih usia remaja. Di usia remaja cara latihannya pun, sedikit berbeda sedikit agar keras. Tapi, di usia dini, biarkanlah mereka berlatih dengan fun dan biarkanlah mereka bermain dengan cara mereka. Dan, peran orangtua pun sangat berperan, jangan sampai memarahi sang anak. Serta, jangan sampai pelatih membentak, itu bisa membuat mereka down dan cara yang salah. Biarlah mereka, berlatih dengan fun dan menemukan ritme mereka. Banyak orangtua, yang bilang ke pelatih bahwa dirumah sang anak ingin sekali bermain sepakbola. Tetapi, pada saat di lapangan bertemu dengan teman-temannya malah tak mau berbaur. Ini yang harus diperhatikan, biarkan mereka datang ke lapangan dan melihat teman-temannya berlatih dahulu, jika memang sang anak sudah siap baru mulai berlatih dengan fun. Apakah peran pelatih sangat penting di lapangan maupun luar lapangan? Sangatlah penting, di dalam lapangan kita sebagai pelatih menganggap diri kita ini orangtua atau sahabat mereka. Kita melatih mereka, dengan cara mengikuti cara mereka. Seperti tadi yang saya bilang, biarkan mereka bermain dengan fun. Jika di luar lapangan, pelatih bisa seperti teman ataupun tempat sharing mereka. Intinya, jangan sampai momok pelatih di mata mereka itu menyeramkan. Jadi pada garis besarnya adalah membiarkan sang anak berlatih dengan fun, dan lebih mengenal permainan terlebih dahulu, jangan sampai ada paksaan serta cara melatih yang salah. (pah/adt)

Walau Sempat Pesimis, Akhirnya Arya Berhasil Menyabet Medali Dari Ajang Panahan Internasional

Arya-Panahan

Setiap atlet pasti pernah mengalami ketidakpercayaan diri atau pesimis, terlebih saat akan menghadapi kejuaraan. Apalagi melihat lawan-lawan yang memiliki kemampuan yang lebih baik. Seperti yang dialami oleh Arya Dwi Putra Umarella atau yang akrab disapa Arya. Atlet nasional di cabang olahraga panah ini, berbagi cerita kepada nysnmedia.com, tentang pengalamannya ketika mengikuti kejuaraan nasional pelajar ditahun 2015. Ia seakan tidak percaya saat dinyatakan telah berhasil membawa pulang 2 medali emas, 2 medali perak dan 1 medali perunggu. “Jadi pas kejuaraan nasional pelajar di Jawa Tengah 2015, saya kurang pede karena cuma dapat 1 medali perak di tahun 2014. Soalnya faktor lawan-lawannya itu adalah atlet juara nasional pelajar semua. Aku Cuma bisa bedoa dan berusaha. Dan setelah selesai bertanding, Aku gak sadar kalau bisa jadi juara, pas dipanggil nama Arya, saya malah melamun, dan baru sadar setelah dipanggil temen-temen. Alhamdulilah banget,”tutur Siswa Kelas 2 SMA Sekolah Atlet Ragunan Bermula diminta orang tua untuk menjadi atlet, Arya pun sudah menekuni panah sejak 5 tahun lalu. Sang ayah juga merupakan atlet atletik dan sang ibu atlet panah. Selain kejuaraan nasional pelajar, Arya pun pernah menjuarai SKO Open di Thailand tahun 2016 dan 2017 dan Children Open Tournament Di Rusia tahun 2016 lalu. Arya yang juga sempat gugup ketika mengikuti Children Open Tournament Di Rusia, namun berkat motivasi dalam diri, Arya berhasil mendapatkan 2 medali. “Waktu kejuaraan Children Open Tournament Di Rusia, Aku pesimis juga karena melihat lawan yang jam terbangnya lebih banyak dan lebih hebat. Pas disitu Aku berpikir, kalau Aku telah dipilih sama Indonesia buat kesini berarti aku nggak kalah hebat dari lawanku. Mulai dari situ aku mulai optimis,”tuturnya Cowok berusia 16 tahun ini juga memiliki pandangan tentang olahraga panahan di Indonesia. Baginya, pemerintah kurang memberikan perhatian kepada atlet pemanah. “Menurutku, perkembangan olahraga panah di Indonesia kurang pesat, soalnya pemerintah masih kurang peduli. Misalnya menjelang Asean Games tahun ini, sampai sekarang belum ada training center buat panahan,”ujarnya Arya juga menambahkan kurangnya perhatian dalam alat panahan berbeda dengan negara lain yang sangat memperhatikan sarana dan prasarana alat panah. “Alat panah kan mahal banget harganya, dari Negara Indonesia itu kurang memperhatikan. Harus berprestasi banget baru akan diperhatiin. Padahal atlet negara lain kalau soal peralatan sudah dipehatikan banget detailnya,”tutupnya (put/adt)

Setelah 9 Tahun Menekuni Basket, Nikytta Dipercaya Menjadi Kapten Tim Kejuaraan Nasional

Nikytta-Kiki-Philipus-Basket

Terpilih menjadi seorang kapten tim merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Selain memimpin tim, kapten tim harus bisa memberikan semangat kepada seluruh anggota tim. Nikytta Kiki Philipus atau yang akrab disapa Nikytta telah menekuni basket sejak 9 tahun lalu. Di tahun 2017, ia dipilih menjadi kapten tim yang merupakan pengalaman pertama baginya dan ia berhasil membawa tim mendapatkan juara 2. “Saat Kejuaraan Nasional September 2017, pertama kali ditunjuk sebagai kapten tim. Ternyata kapten itu bukan sekedar gelar, tapi punya tanggung jawab besar. Kaget, takut, tapi semangat juga. Kadang ada orang yang dikasih hal baru, lalu jadi tambah semangat,”tuturnya Gadis berusia 18 tahun ini berpendapat bahwa, basket adalah olahraga yang sangat menantang. Tak hanya itu, basket juga mengajarkan rasa kekeluargaan dan menghargai diri sendiri serta orang lain. “Basket itu kalo dipahami bukan sekedar olahraga, apalagi dari club saya sendiri yaitu GMC. Yang mengajarkan basket itu seperti keluarga. Dari basket kita kenal banyak orang, saling membantu, saling memahami karakter orang dan pelatih respect to other paling penting dari basket, menghargai diri sendiri dan juga lawan,”ujarnya Mahasiswi Manajemen Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) ini memiliki pandangan tentang bagaimana perkembangan bola basket di Indonesia. “Ya basket di Indonesia masih lihat “uang”. Bukan pure 100% karena skill personal tapi uang personal,”tutupnya(put/adt)

Bonus “Wah” Menanti Peraih Medali Emas Asian Games 2018

Atlet-bulutangkis-Tontowi-Ahmad-dan-Liliyana-Natsir

Jika pada Olimpiade Rio de Janeiro para atlet penyumbang emas mendapat bonus mencapai Rp 5 miliar, Kini di event terbesar kedua di dunia Asian Games 2018, Kemenpora akan memberikan bonus bagi peraih medali emas, terlebih Indonesia akan menjadi tuan rumah. Dengan begitu, atlet semakin terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. “Belum bisa diumumkan, tapi bonus Olimpiade kemarin berapa? 5 miliar kan, jadi yang jelas lebih besar dari Asian Games Incheon, tapi tidak boleh lebih dari Olimpiade,” ujar Kemenpora Imam Nahrawi seperti dikutip oleh Antara. Di Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan, atlet Indonesia yang berhasil meraih medali emas memperoleh bonus Rp 400 juta. Namun, kali ini di Asian Games 2018 para atlet tak hanya mendapatkan uang saja tetapi mendapatkan rumah. “Sesuai arahan Pak Wapres dan Pak Presiden, bonus bagi peraih medali emas Asian Games kali ini akan berbeda dari bonus-bonus yang pernah ada, selain uang, peraih emas juga akan mendapatkan rumah, mobil dan kesempatan menjadi PNS,” kata Imam. Imam menambahkan, semua itu dilakukan untuk meningkatkan semangat para atlet untuk mengharumkan nama bangsa di ajang pesta olahraga se-Asia tersebut. Sebelumnya Ketua Dewan Pengarah Panitia Pelaksana Asian Games 2018 Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, menyebutkan akan mendukung para atlet melaksanakan pelatnas. Namun, harus sesuai dengan komitmen prestasi yang diberikan, karena Indonesia memasang target menembus 10 besar. “Kita siapkan 700 miliar untuk itu. Hanya untuk 8 bulan ke depan, jadi setidak-tidaknya mungkin sekitar 100 miliar untuk satu bulan kita pakai pelatihan-pelatihan itu. Silakan anda bikin Pelatnas-Pelatnas, harus Pelatnas, mau try out ke negara mana, silakan. Semua akan kita berikan, tapi tentu kita minta komitmen prestasinya,” papar JK. (pah/adt/ant)

GBK Aquatic Stadium Resmi Ditunjuk Sebagai Markas Pelatnas Menjelang Asian Games 2018

Fasilitas-di-GBK-Aquatik-Stadium-Senayan

Asian Games 2018 akan dimulai pada 18 Agustus mendatang di Indonesia. Tentunya, segala persiapan baik itu segi fasilitas maupun atlet terus digenjot untuk memberikan hasil yang maksimal. Seperti, Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) yang sudah menunjuk GBK Aquatic Stadium Senayan sebagai tempat pemusatan latihan Nasional (Pelatnas). Kepala Bidang pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PB PRSI, Wisnu Wardhana mengatakan, fasilitas di GBK sudah memadai bagi para atlet. Ditambah, atlet akan terbiasa dan mudah beradaptasi dengan venue. “Apalagi inilah venues yang akan digunakan pada event Asian Games mendatang. Jadi para atlet kita akan lebih terbiasa,” ungkapnya. Namun, akan ada atlet yang akan uji coba dan pelatnas ke luar negeri. “Namun kita juga punya rencana para atlet renang akan melakukan uji coba dan pemusatan latihan di luar negeri. Sebagian ke AS dan sebagian ke Australia. Sementara untuk polo air kita akan ke Serbia, dengan loncat indah melakukannya di China,” lanjut Wisnu seperti dikutip kompas.com. Pelatnas atlet renang, selama ini menunjuk Bali sebagai pelatihan bagi para atlet. Dengan menunjuknya Jakarta sebagai pelatnas bagi atlet, pastinya bisa kordinasi dengan mudah. “Ya, kita akan memutuskan pemusatan untuk ada di Jakarta, sehingga lebih memudahkan untuk koordinasi dan efisiensi,” ungkap Wisnu. Perihal mengenai target yang dicanangkan. Wisnu, lebih condong ke tiga nomor yang bisa memberikan kontribusi medali. “Jika prestasi memungkinkan perak, tapi diusahakan emas. Itu ada di 50 meter gaya punggung putra, 50 meter gaya dada putra dan estafet 4×100 meter,” ungkap Wisnu. Di arena SEA Games Kuala Lumpur 2017 lalu, pada nomor 50 meter gaya punggung, emas didapat dari I Gde Siman Sudartawa, sementara di nomor 50 meter gaya dada Indra Gunawan juga mendapatkan emas. Namun di nomor 4×100 meter gaya ganti putera, Indonesia hanya mendapat medali perak di bawah Joseph Schooling cs dari Singapura. Sementara itu, pelatih loncat indah, Harly Ramayani menyambut baik adanya pelatnas di GBK. Karena, selama ini latihan para atlet belum mempunyai tempat yang memenuhi standar. “Kalau bisa seusai Indonesia Open ini, loncat indah langsung latihan di Senayan. Selama ini tempat latihan kami sama sekali tak memenuhi standar. Yang di Senayan ini saja, memang menara masih terlalu tebal, tetapi cukuplah buat kami,” papar Harly. (pah/adt)

Berkat Latihan Keras, Albi Berhasil Mengalahkan Tim Sepak Takraw Pelajar Tingkat Asean

Albi-Pratama-Sugiharto-sepak-takraw

Berhasil melawan tim kelas internasional merupakan suatu kebanggaan. Sempat dikalahkan tim sepak takraw Jawa Tengah di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas), Albi bersama tim sepak takraw Jakarta membalas di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas). Albi yang memiliki nama panjang Albi Pratama Sugiharto mengaku sangat berlatih keras sejak dikalahkan tim Jawa Tengah. Tim Jawa Tengah memang terdiri dari pemain-pemain Asean Pelajar. “Pertandingan pertama watu itu ketemu di kejuaraan Popnas. Mungkin Jawa Tengah di mayoritasin pemain asean, pelajar juga lebih percaya diri di banding saya dan tim saya. Akhirnya tim saya kalah. Pas kejuaraan Pomnas kemarin saya dan tim menang, karena buat saya perkembangan latihan kita di uji saat pertandingan dan lawan yang kemarin sempat mengalahkan kita,”tuturnya Albi yang sudah menjuarai beberapa turnamen seperti Juara 1 Kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi 2009 dan 2014, Juara 3 ASG (Asean Schools Games) 2012 dan masih banyak lagi. Mahasiswa Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta ini, sudah menekuni sepak takraw sejak 10 tahun lalu. Baginya, sepak takraw merupakan olahraga yang menantang. “Sepak takraw itu extreme buat saya karena salto-salto gitu, dan itu seru banget,”ujar cowok yang berusia 20 tahun ini Mengikuti jejak sang kakak untuk menekuni sepak takraw, Albi tidak jauh dari cedera. Ia pernah mengalami cedera dibagian engkel kaki yang masih ia rasakan hingga saat ini. “Kalau cedera saya seringnya engkel dikaki. Malah sampai sekarang masih kerasa. Yang sekarang ini cedera saat uji tanding di Thailand tahun 2016 lalu, saya salah gerakan dan jatuh,” tutupnya(put/adt)

Tiga Pejudo Asal Balikpapan Raih Prestasi Gemilang Saat Kejurnas Judo di Jakarta

judo balikpapan

Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Judo Senior, baru saja diselenggarakan pada 15-18 Desember lalu, di Jakarta. Balikpapan yang mengikuti Kejurnas Judo tersebut berhasil memberikan prestasi yang membanggakan yang dipersembahkan oleh tiga pejudo, yakni Okita Karimah (emas), Bagus Satria Putra (perunggu), dan Rizal Arif (perunggu). Pelatih Judo Balikpapan Bripka Lalu Kardiman mengatakan, mereka menjadi salah satu proyeksi untuk regenerasi. Terlebih, mereka diharapkan menjadi ikon Judo di Balikpapan. “Okita Karimah dan Bagus Satria Putra memang kita siapkan buat pengganti seniornya yang sudah berumur, dan mereka kita siapkan buat ikon judo Balikpapan ke depan. Karena, kita akui olahraga Judo ini belum begitu familiar dan masih sulit diterima oleh kalangan muda Balikpapan,” ujarnya seperti dikutip Tribun Kaltim. Kardiman juga berharap kedua atletnya tersebut akan diprioritaskan untuk PON XX di Papua nanti. “Sebagai pelatih, saya berharap kedua Pejudo tersebut bisa memperkuat Kaltim di pesta olahraga nasional yang akan berlangsung 2020 mendatang,” terangnya.(pah/adt/tbnk)

Pandu, Atlet Silat Yang Pernah Batal Mengikuti Kejuaraan International

Mohamad-Pandu-Wijaya-pencak-silat

Dibatalkan mengikuti kejuaraan international memang suatu hal yang tidak diinginkan. Perasaan menyesal dan kecewa pun sangat dirasakan apalagi jika sudah begitu keras latihan. Demikian perasaan Pandu, yang merupakan salah satu atlet nasional di cabang olahraga pencak silat. Berawal dari kecintaannya kepada olahraga pencak silat sejak duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar, cowok dengan nama panjang Mohamad Pandu Wijaya ini pernah memenangkan juara 1, dan juga berhasil di nobatkan menjadi pemain terbaik kejuaraan nasional dewasa di Jakarta. Lebih lanjutannya pemenang dalam kejuaraan tersebut, akan diberangkatkan ke turnamen Asean Beach Game 2016 di Vietnam. Namun, Pandu gagal untuk mengikuti turnamen tersebut. “Waktu itu, saya sudah juara di kejuaraan nasional dewasa se-Indonesia. Saya semangat berlatih terus menerus selama 1 bulan. Ternyata saya dapat kabar disuruh sabar, dan saya tidak jadi ikut bertanding karena ada salah satu orang yang gak suka sama saya. Padahal niat saya buat keluarga dan juga biar ikut berikan nama baik pencak silat Indonesia,”ujarnya Menghadapi hal tersebut, Pandu mengaku sangat menyesal dengan kejadian yang menimpanya. Namun, Pandu selalu bersabar dan berfikir bahwa semua yang terjadi akan ada hikmahnya. “Saya fikir pasti ada gantinya yang lebih barokah. Saya dikasih motivasi oleh pelatih untuk semangat terus dan berdoa. Nanti Allah pasti ngasih gantinya,”tuturnya Mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang, Jawa Timur ini mengisi keseharian dengan berlatih dan mengaji. Ia pernah menjadi juara Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA), juara 3 Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), Juara 1 Piala Gubernur Jawa Timur dan masih banyak lagi. Pandu juga mencurahkan bagaimana suka dan dukanya menjadi seorang atlet pencak silat di Indonesia. “Sukanya ketika dalami silat, yang pasti untuk membahagiakan kedua orang tua. Gak enaknya itu, kadang wasit dan juri ada yang bela salah satu perguruan. Tapi perguruan saya nggaklah karena kalau curang juga dosa toh,”ucapnya Pandu yang saat ini berusia 22 tahun memberikan penilaiannya terhadap atlet-atlet silat di Indonesia. “Pandangan saya, ya atlet bertanding itu bukan seni. Atlet kita masih kurang maksimal karena masih kalah dengan atlet silat Malaysia dan Vietnam. Di luar negeri, silat lebih berkembang dengan cepat, dan uang pembinaannya lebih besar. Di Indonesia akan bisa lebih bagus dengan silat negara lain apabila wasit dan jurinya gak membela salah satu perguruan tertentu,”tutupnya(put/adt)