Adanya Fasilitas Baru Lapangan Voli Pasir, Diharapkan Mampu Meningkatkan Prestasi Atlet

voli-pasir

Atlet voli di Tangsel rasanya sangat sumringah, pasalnya dengan adanya fasilitas lapangan voli pasir baru yang dimiliki oleh Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Tangsel dapat meningkatkan kualitas atlet. Sarana tersebut terletak di kelurahan Lengkong Gudang, Serpong, Tangsel, lapangan voli pasir ini akan menjadi tempat latihan para atlet voli pasir. Ketua Umum I PBVSI Tangsel, AKP Lalu Hedwin H.SH.SIK mengatakan, prestasi atlet voli di Tangsel sangat bagus dan selalu menjadi juara umum dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda). “Saya melihat prestasi Tangsel ini sangat bagus, selama saya di PBVSI dua kali di Popda selalu juara umum, dan untuk voli pasir selalu juara,” ujar AKP Lalu. Namun, pada saat itu belum mempunyai fasilitas lapangan voli pasir. Melihat begitu bagus prestasi atlet voli pasir, PBVSI Tangsel kini mempunyai fasilitas lapangan voli pasir berkat dukungan dari berbagai pihak. “Jika prestasi bagus, tetapi tidak diimbangi dengan tempat latihan ya percuma. Dan, Alhamdulillah sekarang sarana untuk latihan bagi atlet voli pasir sudah ada berkat dukungan dari berbagai pihak,” tuturnya. AKP Lalu pun, berharap dengan adanya fasilitas lapangan voli ini diharapkan dapat menambah semangat atlet dalam berlatih dan dapat meningkatkan prestasi atlet voli Tangsel. “Saya berharap bisa meningkatkan prestasi atlet voli di Tangsel,” jelas Kasat Lantas Polres Tangsel ini. (pah/adt)

Bulutangkis: Meski Sempat Mengalami Demam, Vindra Tetap Bertahan Hingga Semi Final

Moch.-Revindra-Raynaldi-Bulutangkis

Menjaga kondisi kesehatan tubuh memang sangat diperlukan bagi seorang atlet. Termasuk kondisi fisik yang baik dibutuhkan jika ingin bertanding. Pria yang memiliki nama panjang Moch. Revindra Raynaldi atau Vindra, ia merupakan atlet badminton yang pernah mengalami sakit demam disaat ia bertanding. Namun, hal tersebut tidak menghalangi dirinya untuk melanjutkan pertandingan hingga membawanya ke babak semi final. “Saat berada di even Australia International Series 2015, saya sakit demam. Tapi bisa masuk semi final. Itu pengalaman berharga buat saya untuk bagaimana bisa menyelesaikan masalah saat turnamen,”ujarnya Vindra yang juga merupakan anak dari salah satu pelatih Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum, memang sudah tekun mengikuti badminton sejak usia 5 tahun. Ia sudah menjadi atlet badminton yang bisa di bilang professional sejak usia 13 tahun hingga sekarang. Saat ini, Vindra sedang menekuni kuliah di Universitas Negeri Semarang jurusan Kepelatihan Olahraga. Vindra sudah mengikuti berbagai kejuaraan nasional dan internasional. “Kalau turnamen nasional, dari kalender Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sudah sangat sering ikut jika tidak cedera. Kalau internasional saya pernah berpartisipasi di Asean School 2008, German Junior 2014, International Singapore Series dan masih banyak lagi,” tuturnya Tak jarang,Vindra juga mengalami duka dan kendala sejak menjadi seorang atlet. “Buat saya kendalanya itu konsistensi dari satu pertandingan ke pertandingan selanjutnya dan mempertahankan semangat dan tujuan sejak latihan. Belom lagi kena omelan pelatih saat mainnya jelek, disiplin dalam segala hal dan masih banyak lagi,”tutupnya(put/adt)

Safwan, Atlet Atletik Yang Pernah Melawan Usain Bolt, Pelari Tercepat di Dunia

Safwan-Atlet-Atletik2

Salah satu pengalaman yang luar biasa bagi seorang atlet adalah saat berkesempatan untuk bertanding melawan atlet yang sudah tersohor di bidangnya. Hal ini sempat dialami oleh Safwan, seorang atlet muda berbakat yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Pengalaman bertanding bersama dengan pelari tercepat dunia, Usain Bolt merupakan pengalaman berharga bagi Safwan. Atlet atletik dengan nama lengkap Sapwaturrahman ini pernah berlaga di seri 100 m dalam kejuaraan senior tingkat dunia pada tahun 2013 lalu. “Ditahun 2013 saya ikut kejuaraan senior tingkat dunia pertama. Saya berlari bareng Usain Bolt di seri 100 m. Itu serasa mimpi jadi kenyataan. Walaupun saya ditinggal jauh sama dia, tapi saya dapat pengalaman luar biasa. Dia tinggi besar dan ramah,”ujarnya Safwan yang saat ini berfokus di olahraga lompat jauh pada ajang Asian Games 2018 mendatang, pernah mengikuti beberapa turnamen seperti Pekan Olahraga Nasional, Kejuaraan dunia atletik tingkat remaja dan senior di Perancis dan Moscow. Meski sudah 3 kali gagal menyabet medali di ajang Sea Games, Safwan tetap belajar menerima kekalahan. “Saat Sea Games 2013, Ayah saya nonton langsung di Myanmar. Tapi saya tetap belajar disitu, kalau mau juara kita juga harus siap kalah,”tuturnya Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram ini pernah mengalami cedera sepanjang tahun 2015. Kejadian tersebut membuatnya terpaksa harus mengundurkan diri dari Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS). Ia harus membangun prestasi dari nol lagi. Meski begitu, ia tetap merasa beruntung selalu diberikan support dari orang-orang yang ada disekitarnya. “Saya memilih keputusan yang berat yaitu mengundurkan diri secara terhormat dari PELATNAS. 2 tahun saya kembali berjuang di Nusa Tenggara Barat. Beruntung saya lahir disini provinsi yang mensupport atlet berprestasi. Saya banyak belajar bagaimana memahami diri secara fisik dan spiritual. Dan tentu support dari orang tua, pelatih dan Pak Hasan sebagai ketua umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Itu sebabnya saya semangat dan ingin membalas budi dan menjadi sejarah di dunia atletik di Indonesia,”tutupnya (put/adt)

Sukses Tontonkan Skill Individu, Nama M Rafly Duduk Dalam Bursa Transfer Pemain

Rafly-pemain-timnas-u-19

Meski timnas Indonesia hanya mendapat peringkat tiga di ajang Piala AFF U-19. Namun, anak-anak besutan Indra Sjafri ini, mempunyai skill olah bola yang aduhai, dan berhasil membuat klub-klub top Liga 1 kepincut untuk menggunakan jasa mereka di Liga 1 2018. Bisa di lihat sebelumnya bahwa nama Hanis Saghara Putra dan Febi Eka Putra telah resmi dikontrak oleh runner-up Liga 1 Bali United. Dan, Egy “Kelok Sembilan” Maulana Vikry akan berguru ke ranah Eropa. Namun, ada satu penyerang timnas U-19 yang masih jadi rebutan klub Liga 1, yakni M Rafly Mursalim yang mendapat julukan si Santri asal Kota Tangsel. Meski santer dikabarkan akan bergabung ke PS TNI, ayah Rafly yakni Faisal Risal mengungkapkan bahwa belum ada tanda tangan kontrak dari PS TNI. “Sementara belum ada tangan kontrak dan belum deal,” ujar Faisal kepada tim nysnmedia.com melalui pesan whatsapp, Selasa (5/12). Rafly pernah memperkuat Porda Tangsel dan juga liga Soeratin Tangsel. Faisal juga mengatakan, tak hanya PS TNI saja yang ingin mengontrak Rafly. “Ya, bukan hanya 1 klub yang minat, Alhamdulillah ada beberapa klub Liga 1 yang dari awal minat sama M Rafly,” ucapnya. Tak hanya klub Liga 1 saja yang aktif dalam bursa transfer pemain. Tetapi, klub luar juga sedang aktif untuk memperkuat pondasi demi merengkuh juara. Saat ini, klub luar juga sudah mulai melirik pemain Indonesia, seperti Evan Dimas dan Ilham Udin yang baru saja dikontrak oleh Selangor FC (Malaysia). Melihat banyaknya minat klub luar akan kehebatan pemain Indonesia, tak terkecuali sang santri Rafly. Namun, sang ayah ingin Rafly berkarir di Indonesia dan merasakan atmosfir Liga 1. “Sementara biar berkarir dulu di dalam negeri dan merasakan atmosfir Liga Indonesia. Masalah nanti ada tawaran main keluar negeri, kita liat aja perkembangannya seperti apa,” jelas Faisal. (pah/adt)

Bulutangkis: Sosok Ibunda Menambah Semangat Rezha Meraih Prestasi

Rezha-Arzhan-Hidayat-Saat-Bertanding-Di-Liga-Mahasiswa

Kerja keras seorang ibu memang tidak bisa terbayarkan oleh apapun yang ada di dunia ini. Kasih sayang dan ketulusan menjadi dasar bahwa cinta yang di miliki seorang ibu, niscaya sebuah cahaya dalam kegelapan yang dapat menuntun menuju arah kesuksesan. Rezha, cowok dengan nama lengkap Rezha Arzhan Hidayat ini merupakan salah satu atlet bulutangkis Indonesia yang pernah mengikuti berbagai kejuaraan seperi Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas), Brawijaya Malang Open, Liga Mahasiswa Nasional dan masih banyak lagi. Rezha yang juga adalah salah satu mahasiswa berprestasi di Universitas Negeri Yogyakarta, baginya perjuangan sang ibunda yang mengantarkan ia dari Yogyakarta ke Gunung Kidul merupakan pengalaman yang tidak pernah ia lupakan. “Dulu saya pernah diantar mama naik motor dari Jogja ke Gunung Kidul. Saya menginap disana tapi mama langsung pulang, karena masih ada kerjaan. Terus mama nyusul lagi, dan ikut menginap dengan teman-teman satu tim saya. Saya gak nyangka saat itu saya mendapatkan juara pertama ditingkat provinsi. Sosok mama memberikan kesan semangat, yang mengantar dan menjaga saya untuk terus fokus dipertandingan,”ujarnya Ibunda Rezha selalu hadir disetiap pertandingan Rezha, baik yang diselenggarakan di dalam ataupun luar kota. Namun, saat bertanding di Semarang adalah pertandingan terakhir yang ibunda Rezha hadiri dan ikut menginap. Sehabis pulang dari Semarang, ibunda Rezha di vonis mengalami gagal ginjal. “Semenjak mama sakit, mama hanya hadir berikan support, tapi ketika saya masuk babak semi final atau final. Saya sangat semangat, dulu sebenarnya sebelum mama sakit agak gak seneng, karena pasti bikin saya gak tenang. Namun semenjak mama sakit, saya pengennya ditonton mama, karena mama juga senang nonton saya dan bisa jadi hiburan untuk mama.”tutur cowok yang berusia 22 tahun ini Rezha yang saat ini menempuh pendidikan di jurusan Pendidikan Olahraga, sudah menggeluti bulutangkis sejak 13 tahun lalu. Meski pernah mengalami cedera, Rezha mampu bangkit jika menginggat bahwa cedera atau kalah merupakan rezeki dari Tuhan. “Saya ingat kalau rezeki sudah Allah atur. Ingat saya juga banyak dikasih rezeki dan bisa diluar dugaan saya.”tutupnya(put/adt)

Tujuh Tahun Geluti Sepakbola, Dhika Berhasil Kibarkan Merah Putih Di Perancis

Andhika Dwi Kartika

Indonesia patut berbangga hati, terkadang mengibarkan nama negara di negara orang lain tidak semudah apa yang kita inginkan. Bahkan ada bahasa yang menyatakan “bahwa keinginan mesti sesuai dengan kemampuan.” Kisah Atlet muda dan bertalenta ini bernama lengkap Andhika Dwi Kartika, ia sudah menjadi kebanggaan orang tuanya, di umurnya yang masih terbilang muda ini sudah berhasil membawa nama Indonesia sampai ke negara Perancis melalui ajang sepakbola Danone. Andhika Dwi Kartika atau yang biasa disebut Dhika ini telah menekuni dunia sepak bola sejak umur 7 tahun. Melalui sekolah sepakbola yang di geluti nya yaitu SSB Salfas Soccer. Dan saat ini Dhika masih tercatat sebagai murid di sekolah menengah pertama SMPN 16 Cikokol, Kota Tangerang “Dari umur 7 tahun langsung ikut SSB, dari hati sendiri terus juga di tambah dukungan dari orang tua. “Ujar Dhika kepada nysnmedia.com, Selasa (28/11/2017). Selain prestasi dari ajang Danone 2016, Dhika juga berhasil mendapatkan 14 trophy dari berbagai ajang perlombaan mulai dari tingkat Kabupaten hingga nasional, dan tidak luput juga dari prestasi dirinya di sekolah yang menjuarai kompetisi Kemenpora se-Kota Tangerang dan timnya mendapat juara 3 serta juara 1 di Kota Tangerang Selatan menggebut bersama tim serpong City. ” Iya saya dan tim berhasil mendapatkan juara se-Kota Tangerang, tapi hanya mendapatkan juara 3, terus juga menjadi juara 1 di Kota Tangerang Selatan ikut sama tim Serpong FC tapi timnya dari anak-anak sekolah aku,”ujar Dhika yang juga memiliki hobi badminton Dengan semua gelar serta prestasi yang sudah di raih oleh atlet muda yang satu ini, tentu Dhika tidak pernah lupa berbagi pengalaman, dhika pun sempat memberikan pesan dan saran untuk pemain – pemain muda yang ingin menjadi pemain berkelas dan berbakat seperti dirinya. “Pesannya sih, mesti rajin latihan, terus berusaha dan tetap semangat, lalu ikuti saja arahan pelatih,”tutupnya.(cil/adt)

Ibtihaj Muhammad, Atlet Anggar Inspirasi Terciptanya Barbie Berhijab

Pertengahan bulan ini ada cerita menarik dari figur mainan legendaris kaum perempuan dari masa ke masa ini. Nah, Figur itu adalah Barbie. Boneka asal Amerika ini Setelah hampir lebih dari setengah abad menjadi mainan ternama bagi anak perempuan, kini boneka barbie merilis figur wanita berhijab untuk pertama kalinya. Ibtihaj Muhammad, sebagai inspirasi terciptanya figur barbie tersebut. Mattel, perusahaan AS yang memproduksi Barbie, memilih sosok pemain anggar wanita Amerika, yang berani tampil berbeda dan mencuri perhatian pada Olympic Games 2016 yang berlangsung di Rio de Janeiro. Ibtihaj adalah seorang atlet anggar putri AS peraih medali emas. Di ajang Olympic Games untuk pertama kalinya atlet mengenakan hijab saat bertanding. berkat kemampuannya dalam bermain anggar, ia menjadi duta olahraga dan bekerja di the US State Department’s Empowering Women and Girl. Lewat akun twitternya, Ibtihaj Muhammad mengatakan bahwa dia bangga sosoknya dijadikan inspirasi dalam figur Barbie tersebut. Thank you @Mattel for announcing me as the newest member of the @Barbie #Shero family! I’m proud to know that little girls everywhere can now play with a Barbie who chooses to wear hijab! This is a childhood dream come true ?? #shero pic.twitter.com/py7nbtb2KD — Ibtihaj Muhammad (@IbtihajMuhammad) November 13, 2017 Boneka Barbie berhijab tersebut akan mulai di perjualkan secara online pada awal tahun 2018 mendatang. Boneka itu adalah bagian dari Barbie “Shero” yang didedikasikan untuk wanita berprestasi yang berani tampil berbeda. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah merilis Barbie yang terinspirasi dari sosok Gabby Douglas (atlet gymnastik Amerika) dan Selma (direktur Ava DuVernay). “Kami sangat bersemangat untuk menghormati Ibtihaj Muhammad dengan boneka Barbie ini. Ibtihaj telah menjadi inspirasi bagi wanita dan anak perempuan di mana pun untuk melawan batasan,” tulis Mattel lewat akun Twitter resminya.

Rangsang Minat Olahraga Golf Kepada Pemuda, Pembinaan Atlet Golfer Muda Terus Di Gelorakan

Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) Bidang Pertandingan, Markus Anthony Chandra saat memberikan kata sambutan dalam acara launching Indogolf Passport di Restoran Manado Rarampa, Rabu 29/11/17.

Olahraga golf merupakan olahraga yang belum begitu banyak peminatnya. Mungkin di Negara-negara lain, olahraga golf menjadi olahraga yang digandrungi, tetapi tidak di Indonesia. Meski tidak begitu banyak peminatnya terhadap olahraga golf, saat ini perkembangan golf dan pembinaan golf di Indonesia sudah mulai membaik. Hal itu disampaikan langsung oleh Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) Bidang Pertandingan, Markus Anthony Chandra. “Pembinaan golfer, sekerang sudah mulai membaik dibandingkan periode sebelumnya. Tapi, kita belum puas, karena di Negara lain terus bergerak dengan cepat. Kita berusah mengejar ketertinggalan dari Negara lain,” ucap Anthony kepada nysnmedia.com seusai soft lauching Indo Golf Passport, Rabu (29/11). Lanjutnya, dalam hal pembinaan golfer muda semua stakeholder harus ikut bergabung. Karena, olahraga golf merupakan olahraga saja tetapi membutuhkan faktor lain. “Ini tugas stakeholder, bukan institusi saja yang bertanggung jawab. Golf ini harus spesifik dan bukan hanya pembinaan saja, tetapi psikologi, nutrisinya dan faktor lain yang harus dijaga,” ungkapnya. Mengingat prestasi golfer Indonesia masih di bawah peringkat 100 dunia, Anthony akan terus melakukan peningkatan dalam pembinaan dan pertandingan. “Setiap pertandingan sebagai pembinaan. Saat ini pemain kita ada di rangking ratusan dunia. Untuk masuk 100 besar saja, sudah baik. Tapi balik lagi, kita belum puas walaupun saat ini peningkatan sudah baik. Yang dipikirkan sekarang bagaimana lapis bawah (junior) mengisi gap dari senior-seniornya. Tentunya ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bersama kita,” jelas Anthony yang juga menjabat sebagai General Manager Gading Raya Golf. (pah/adt)

Badminton: Di Pasangkan Oleh Orang Yang Belum Di Kenal, Beno Tetap Mampu Raih Medali Emas

Beno-Drajat-Badminton

Prestasi cemerlang berhasil diukir Beno pada ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2017. Pasalnya ia meraih 1 medali emas, 1 medali perak dan 1 medali perunggu. Beno yang pada saat itu mewakili wilayah Jawa Barat dalam cabang olahraga badminton. Cowok dengan nama lengkap Beno Drajat ini sudah menekuni badminton sejak duduk dibangku sekolah dasar. Dalam ajang POMNas di kategori ganda putra, Beno dipasangkan bersama partner yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Meski begitu, ia tetap mampu membawa pulang medali emas. “Di ganda putra saya bersama teman sekampus saya dan saya sebelumnya belum pernah main. Tapi alhamdulilahnya kita dapat medali emas. Emang sebelumnya kita bisa rame main lawan tuan rumah, tapi waktu itu emang harus adaptasi lagi sama partner. Sesudah itu kita bisa main enak sampai ke final,”ujarnya Meski sempat berhenti bermain badminton karena latihan fisik yang cukup keras, Beno pun kembali bangkit berkat dukungan keluarga dan teman-teman dekat. Beno yang kini telah meninggalkan club badmintonnya telah berfokus untuk mewakili kampus yang memberikannya beasiswa, Universitas Komputer Indonesia (Unikom) di Bandung. “Setelah saya keluar dari club dan memulai kuliah karena prestasi saya waktu itu lagi turun, saya harus banting setir. Tapi di kuliah masih badminton jadi ya sekarang kalo pertandingan bawa nama kampus. Apalagi saya dapat beasiswa juga, jadi saya harus banyak ngasih yang terbaik untuk Unikom,”ucap cowok yang berusia 20 tahun ini Beno yang saat ini mengambil jurusan Manajemen pun memiliki pandangan tentang bagaimana badminton di Indonesia. Menurutnya, olahraga badminton dalam sektor tunggal putri di Indonesia masih belum menonjol. “Pastinya badminton lebih bagus ya apalagi sebelumnya di ganda putri lagi turun dan sekarang sudah mulai naik lagi. Cuma tinggal di tunggal putri saja kayaknya masih belum terlalu menonjol gitu. Tapi kalau lebih giat dan berusaha yang maksimal pasti lebih bagus lagi dari sebelumnya,”tutupnya(put/adt)

Mimpi Pangya Yang Bertekad Mengembangkan Olahraga Rugby Di Indonesia

Pangya-Rugby

Pria yang memiliki nama lengkap Christoper Aditya Hardwika, atau yang biasa disapa dengan Pangya ini merupakan salah satu pemain cabang olahraga rugby yang mewakili Indonesia di berbagai kejuaraan nasional dan internasional. Ia pernah mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON), Sea Games, Tim Nasional U-20 dan masih banyak lagi. Pangya berpendapat bahwa rugby saat ini sudah mulai berkembang di masyarakat, dan ia pun bertekad untuk membuat rugby semakin populer di Indonesia. “Rugby di Indonesia pasti akan berkembang pesat. Melihat orang Indonesia yang punya spirit dan terlebih sekarang sudah banyak juga kegiatan get into rugby di berbagai daerah. Tujuannya untuk mengembangkan dengan mengadakan penyuluhan ke anak-anak sekolah, bahkan universitas supaya rugby semakin populer dan berkembang di Indonesia.”ujarnya Berawal dari bergabung di Jakarta Banteng Rugby Club, Pangya merasa sangat tertantang bermain rugby yang dapat dikatakan olahraga baru di Indonesia. Berlatar belakang rasa kekeluargaan sangat terasa, dan juga terbentuknya karena memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengembangkan rugby di Indonesia. “Saya merasa tertantang serta enjoy saat sedang bermain rugby. Rugby itu fair banget, dilapangan kita saling hajar, cuma kalau sudah selesai pertandingan ya kita ngobrol dan bercanda. Di lapangan memang serius banget, gak kenal teman. Tapi semua nya punya tujuan yang sama buat mengembangkan olahraga rugby di Indonesia.”tutur cowok yang berusia 22 tahun ini. Mahasiswa Teknik Industri Universitas Atma Jaya Jakarta ini, ternyata juga akan membela Indonesia di ajang Asian Games 2018 mendatang. Ajang PON 2016 merupakan salah satu momen yang tidak terlupakan bagi Pangya dan tim rugby Banten. Ketika melawan tim rugby Papua, jumlah pemain tim Banten sangat sedikit sehingga tidak bisa mengganti pemain yang cedera. Meski begitu, tim rugby Banten berhasil mengalahkan tim rugby Papua. “Pas eksibisi PON kemarin, tim Banten dengan pemain yang seadanya bisa menang lawan Papua di babak Semi Final, karena pertandingannya weekday dan banyak yang tidak bisa hadir. Ya walaupun menang kita dibalas di final. Pas dibalas di final, ya kita mengakui mereka lebih hebat dibanding kita. Fisik mereka lebih fit mungkin tapi kita menang di teknik saja,” tutup Pangya.(put/adt)

Sepuluh Atlet Kalsel Siap Bersaing di Kejurnas Atletik Pada Desember Mendatang

Atlet atletik Kalsel

Kalimantan Selatan (Kalsel) terus mempersiapkan para atletnya di cabang olahraga atletik untuk mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik, tanggal 6-9 Desember mendatang, yang rencananya akan diselenggarakan di Stadion Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur. Ke 10 atlet atletik Kalsel ini, merupakan para atlet yang sudah menghasilkan prestasi di ajang Porprov X di Tabalong, beberapa waktu lalu. Demi mempersiapkan atletnya dengan baik, Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) mengadakan pertemuan dengan KONI Kalsel. Pada kesempatan itu Ketua Umum Pengprov PASI, H Rusdi Aziz mengatakan, pertemuannya dengan KONI Kalsel sebagai bentuk laporan para atlet yang akan pentas di Kejurnas Atletik di Jakarta. “Rapat ini sekaligus laporan kepada KONI Kalsel, dan meminta dukungan mengenai dana keberangkatan para atlet,” ucap H Rusdi yang dikutip dari portal banjarmasinpost.co.id. Saat ini, atlet atletik Kalsel sedang menjalani pemusatan latihan dan berangkat ke Jakarta pada 5 Desember mendatang. H Rusdi pun, berharap agar atlet Kalsel dapat berbicara banyak di Kejurnas Atletik. “Kami tidak menargetkan hasil yang tinggi, semoga mampu berbicara di tingkat nasional, ya minimal medali perunggu,” harapnya. Berikut Nama-nama atlet atletik Kalsel yang dikirim ke Kejurnas Jakarta 2017 No-Nama-Nomor Atletik 1. Mardiansyah (HST) -lari 100 meter, 200 meter, dan estafet 2. Ahmad Rofikudin (Baritokuala) -lompat jauh 3. Aif Rahman Rifani (Banjar) -estafet 4. M Surya Ariandy (Banjarmasin) -estafet 5. Nofarin (Banjarmasin) -lompat tinggi 6. M Syaifullah (Tabalong) -lari 5000 meter 7. Ayu Sri Ningsih (Baritokuala) -estafet 8. Desy Ratnasari (Tabalong) -lari 100 meter, estafet 9. Mujalifah (HST) -estafet, lari 100 meter. 10 Ismi (Banjarbaru) -estafet(pah/adt/bmp)

Sepak Takraw: Latihan Keras Cici Hingga Larut Malam Akhirnya Membuahkan Hasil

cici-sepak-takraw2

Bermula dari keingintahuan tentang cabang olahraga yang ditekuni sang kakak, Cici Herfiyuli atau yang akrab disapa Cici, berhasil menjadi salah satu atlet sepak takraw perwakilan wilayah Riau pada berbagai turnamen nasional. Gadis yang berusia 20 tahun ini berbagi cerita kepada nysnmedia.com tentang awal mula ia menekuni cabang olahraga sepak takraw. “Dulu saya hanya berlatih di kampung, Taluk Kuantan, Riau. Disana ada penerimaan pembibitan sepak takraw cewek dan saya diajak abang kandung untuk bermain. Dulu untuk pengen jadi atlet sepak takraw gak ada sama sekali keinginan, cuma karena rasa penasaran akhirnya saya mencoba mendalami apa itu sepak takraw. Tanding demi tanding antar kabupaten, dan akhirnya saya terpilih masuk Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Riau.”ujarnya Sebagai seorang gadis, Cici pun kerap dilarang orang tua untuk mengikuti sepak takraw terutama jika latihan hingga sore dan malam hari. “Pernah saya dan abang telat pulang latihan. Sampai rumah kena marah sama bapak. Dan saya pernah dilarang bermain sepak takraw sama orang tua. Kami kan latihan suka pulang lambat. Untuk seorang cewek apalagi di kampung gak boleh pulang lewat dari magrib. Sedangkan kami latihan mulai jam 4 sampai 6 sore.”tutur atlet yang membawa medali perunggu pada ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2017 lalu. Cici yang saat ini berkuliah di Universitas Lancang Kuning, jurusan Administrasi Negara, memang sudah 7 tahun menekuni sepak takraw. Cici bersama tim riau pernah mengalami kejadian yang kurang enak saat mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 lalu ketika melawan tim Jawa Barat. “Pas PON melawan Jawa Barat ada masalah dengan teman tim saya yang dibilang memakai kalung. Wasit menganggap itu kalung dari dukun atau semacamnya untuk pegangan tim kita. Padahal itu cuma kalung bola takraw dan Riau sudah memimpin jauh. Karena ada masalah itu jadi gak fokus dalam bermain. Akhirnya kami kalah dalam final lawan Jawa Barat.”tuturnya(put/adt)

PBVSI Tangsel, Berikan Ucapan Selamat Kepada Tim Voli Kecamatan Pamulang

Ketua-Umum-I-PBVSI-Tangsel,-AKP-Lalu-Hedwin-H.SH.SIK-mengalungkan-medali

Perlombaan Olahraga Kota (Porkot) Tangsel 2017 yang memainkan 16 cabang olahraga dan diikuti ribuan atlet pelajar maupun umum, sudah memasuki hari ke empat. Salah satu cabor yang dimainkan yakni cabang Voli Pasir, atau yang biasa kita kenal voli pantai. Voli Pasir di Tangsel sendiri prestasinya sangat luar biasa. Atlet Tangsel voli pasir selalu menjadi juara umum di berbagai tingkatan, ataupun kejuaraan yang diadakan baik itu tingkat Kota, maupun Provinsi. Di Porkot 2017 Tangsel, tujuh Kecamatan mengirimkan atlet-atletnya untuk mengikuti cabor voli pasir. Dan, Kecamatan Pamulang berhasil mengawinkan gelar voli pasir, baik itu kategori putra maupun putri. Ketua Umum I PBVSI Tangsel, AKP Lalu Hedwin H.SH.SIK sangat senang dengan penampilan-penampilan pelajar dalam Porkot 2017 ini. Menurutnya, para atlet voli pasir ini harus dibina secara matang. “Saya melihat, para atlet yang mayoritas pelajar ini sangat perlu dibina. Mereka mempunyai skill yang baik, hanya tinggal dipoles sedikit lagi. Tangsel dalam voli pasir selalu mempunyai prestasi yang patut di acungi jempol,” tutur AKP Lalu, yang juga menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Tangsel. AKP Lalu juga berharap, pemerintah dapat membantu membina atlet-atlet berbakat ini. Dan, tak lupa mengucapkan selamatnya kepada Kecamatan Pamulang. “Luar biasa Kecamatan Pamulang dapat mengawinkan gelar di putra maupun putri. Selamat untuk Kecamatan Pamulang,” pukasnya kepada nysnmedia.com Berikut hasil final cabor voli pasir Porkot 2017: Juara Voli Pasir Putri 1.Juara 1 》 Kecamatan Pamulang 2. 2 》 Kecamatan Pondok Aren 3. 3 》 Kecamatan Ciputat Timur 4. 4 》Kecamatan Ciputat Juara Voli Pasir Putra 1.Juara 1 》 Kecamatan Pamulang 2. 2 》 Kecamatan Ciputat Timur 3. 3 》 Kecamatan Setu 4. 4 》 Kecamatan Serpong (pah/adt)

Berangkat Dari Atlet Karate Berprestasi, Claresta Berhasil Membangun Karir Sebagai Presenter Olahraga

Claresta-karate

Salah satu tujuan utama olahraga beladiri tangan kosong adalah, mampu menjadikan anggota tubuh yang ada untuk digunakan sebagai alat membela diri. Misalnya kaki dan tangan, bagian tubuh itu di percaya memiliki peran penting untuk menjaga secara keseluruhan tubuh yang kita miliki. Berlatar belakang menekuni ilmu beladiri karate, kali ini, nysnmedia.com akan mengulas sosok gadis cantik bernama panjang Claresta Taufan Kusumarina, atau yang akrab dengan sapaan Claresta. Ia merupakan atlet karate yang sekarang menjadi pembawa acara olahraga di salah satu stasiun TV swasta yang sedang naik daun. Berawal dari mengikuti jejak sang ayah dan kakak yang lebih dulu terjun ke dunia karate. Perlu di acungi jempol, bukan sekedar untuk main-main, bahkan Claresta pernah mengukir beragam prestasi. “Alhamdulillah aku dapat beasiswa di Binus karena prestasi di karate. Dengan syarat harus ngasih piagam prestasi setiap semester dan IP minimal setiap semesternya 3,00.”tuturnya Selain itu, Claresta juga sempat mengikuti berbagai pertandingan, diantaranya adalah Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2015 dan 2016 lalu, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Silent Knight Karate Champhionship Malaysia 2016, Asian Karate Federation (AFK) Uzbekistan 2012 dan masih banyak lagi. Gadis mempesona ini juga menceritakan perjalanannya hingga ia begitu tertarik kepada olahraga karate. “Aku mulai ikut karate pas kelas 3 SD umur 8 tahun. Karena memang Papa seorang atlet karate juga. Terus di sekolah, aku ada ekskul karate dan kebetulan perguruannya sama dengan perguruannya Papa. Lalu Papa ngajak aku dan Mas Bimo untuk ikut, tapi Mas Bimo yang ikut duluan. Mungkin karena setiap latihan aku ikut nganter, dan ya, lama kelamaan aku mulai tertarik sama karate.”ucapnya Prestasinya dalam karate membawa ia berhasil mendapatkan beasiswa di Binus University. Dan saat sekarang sudah memasuki semester akhir mengambil jurusan Arsitektur dengan peminatan Real Estate. Menjadi seorang atlet bela diri, pasti pernah mengalami cedera, Claresta mengatakan dirinya tetap melalui proses dan pernah cedera dibagian hidung hingga harus dioperasi. “Dulu tahun 2015 hidung aku pernah retak di pertandingan nasional, menurut aku sih, karena kurang persiapan dan latihan. Waktu itu juga lagi akhir semester dan sangat sibuk nyiapin untuk presentasi akhir. Pas ketika aku tahu hidungku retak, aku tetap maksa ngelanjutin pertandingan, tapi gak boleh sama tim medisnya. Yaudah deh, dapet juara 3 dan aku harus pakai gips di hidung,”ujarnya View this post on Instagram A post shared by Rr. Clarésta Taufan Kusumarina (@clarestaufan) Di luar rutinitasnya menjalani atlet Karate, ternyata Claresta juga menguasai dunia entertainment, Tak tanggung-tanggung, dirinya mampu menaklukan kepercayaan diri dan turut menjadi presenter TV swasta di Tanah Air. Claresta juga menjadi influencer dari salah satu brand apparel olahraga terkemuka. Kesibukannya membuat ia harus pintar membagi waktu, namun ia selalu mensyukuri dengan apa yang ia jalankan, karena bisa menghasilkan prestasi yang membanggakan. “Waktu aku memang gak sebebas remaja kebanyakan, yang bisa main kesana dan kesini. Harus pinter bagi waktu. Tapi kalau dipikir lagi, aku bersyukur alhamdulillah sibuknya bermakna. Bisa menghasilkan prestasi dibandingkan hanya pergi kesana kemari yang tidak ada artinya,”tutupnya(put/adt)

Cidera Saat Bermain Voli Tidak Menghalangi Tekad Angga Untuk Meneruskan Jejak Sang Ayah

Angga-Pratitis-Setyasa-Voli

Perjalanan mengejar cita-cita menjadi seorang atlet memang butuh perjuangan. Seperti cerita dari Angga Pratitis Setyasa yang merupakan salah satu atlet cabang olahraga voli di ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) 2017. Cowok yang akrab disapa Angga ini merupakan wakil dari wilayah Jawa Tengah yang membawa pulang medali perak. Berawal dari cerita sang ayah yang merupakan pemain voli didaerah asalnya, Angga mulai tertarik untuk mengikuti jejak sang ayah. Saat naik ke kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, Angga bertekad untuk mendaftar masuk klub voli, Bina Taruna. Dengan kondisi hujan dan hari sudah mulai malam, Angga bersama ayahnya tetap berangkat untuk mendaftar klub yang berada tidak jauh dari kediamannya tersebut. “Saya suka bermain voli karena dengar cerita Bapak yang dulu pemain voli di kampung. Saat naik kelas 3 SMP, saya diantar bapak daftar di klub yang ada di Semarang, Bina Taruna. Saya ingat pada waktu itu daftarnya malam-malam, dengan kondisi hujan pula,”tuturnya Pintu untuk mengikuti berbagai kompetisi voli mulai terbuka, setelah Angga mendaftar di klub Bina Taruna. Saat kelas 1 SMA, ia terpilih dalam seleksi Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) di Jawa Tengah dan menang juara 1 dalam kompetisi Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas). Tak hanya itu, setelah lulus SMA prestasi Angga semakin gemilang. “Setelah lulus SMA, saya diambil klub senior Semarang Bank Jawa Tengah dan alhamdulilah masih disana sampai sekarang. Selama kuliah juga saya pernah menang juara 1 Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA) se-Jawa Tengah, juara 2 POMNas 2017 dan kemarin baru saja saya mengikuti Pra Pekan Olahraga Provinsi (PorProv) alhamdulilah juga juara 2,” ucapnya kepada nysnmedia.com View this post on Instagram A post shared by Angga Setyasa (@anggasetyasa1) Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 jurusan Administrasi Bisnis ini pernah mengalami cedera dibagian engkel kaki, dan ia membutuhkan pemulihan selama 2 bulan. Ia juga sempat berbagi cerita saat ia bertanding di Cilacap. “Saya pernah main di Cilacap jadi saya ngeblock pakai kepala saya tapi di spike sama lawan. Kepala saya langsung pusing, tapi permainan tetap berlanjut.”tutupnya(put/adt)

Ulan, Atlet Taekwondo Junior Yang Berhasil Meraih Medali Emas

Wulan-Kusuma-Wardani

Menjaga berat badan sangatlah penting termasuk untuk para atlet. Seperti yang dilakukan atlet cantik asal Bandung, Jawa Barat, bernama lengkap Wulan Kusuma Wardani, gadis yang akrab disapa Ulan ini merupakan atlet medali emas pada ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas) 2017 untuk cabang olahraga Taekwondo. Baginya, menjaga berat badan sangat penting karena ketika ingin ikut turnamen para peserta akan ditimbang untuk tetap masuk dalam kategori yang akan dipertandingkan. “Setiap H-1 sebelum tanding selalu nimbang berat badan, kalau beratnya sudah tidak masuk kategori bisa-bisa di diskualifikasi. Alhamdulilah saya gak pernah tapi jadinya saya lebih jaga makan, gak boleh makan junk food dan lebih banyak latihan,”ujarnya Cewek yang hobinya travelling ini memang sudah banyak mengikuti berbagai turnamen seperti Kejuaraan Nasional Junior beregu dan individu, Pra Pekan Olahraga Nasional 2016 dan masih banyak lagi. Berawal dari mengikuti sang kakak latihan taekwondo, Ulan ikut mengisi waktu luangnya dengan taekwondo dan membawanya menjadi atlet nasional. “Saya masuk taekwondo awal mulanya hanya ikut kakak saya yang memang ikut taekwondo. Selain itu juga saya ingin cari teman baru dan sekadar ingin mengisi waktu luang. Bahkan ga kepikiran menjadi atlet dan memang baru beberapa kali latihan saya disuruh mencoba mengikuti kejuaraan se-kota Bandung. Alhamdulilah saya dapat medali emas, padahal saat itu lawan-lawan saya sabuknya lebih tinggi dan saya juga baru pemula,”tuturnya Siswa kelas 3 SMA di SMAN 14 Bandung ini memang sudah mengikuti taekwondo sejak 5 tahun lalu. Bagi Ulan, taekwondo merupakan beladiri modern dan lebih mengajarkan untuk peduli satu sama lain. “Saya lihat dan membandingkan taekwondo dengan bela diri lain ya memang taekwondo lebih keren dan seninya sangat professional dan lebih modern. Orang-orangnya juga diajarkan untuk peduli satu sama lain dengan cara menghadapi musuh,”tutupnya(put/adt)

Bagi Ajeng, Ucapan Sang Ibu Menjadi Obat Penenang Saat Bertanding Voli

Egidia-ajeng-rista-Voli

Menjadi seorang atlet memang perlu kekuatan fisik maupun batin. Tidak jarang para atlet sering mendapatkan ucapan yang tidak enak dari lawan dan saingan sesama atlet. Seperti yang sempat dialami oleh Ajeng, yang merupakan atlet voli asal Pontianak. Sering mendapatkan ucapan yang tidak enak dari lawan memang menjadi suatu tantangan tersendiri bagi gadis yang memiliki nama lengkap Egidia Ajeng Resta. “Omongan dari orang yang gak suka sama kita tuh jadi tantangan, yang bagiku merupakan tantangan paling berat. Ajeng selalu curhat sehabis pulang latihan sama Ibu terus Ibu bilang “mbak, kalau mau sukses kamu harus ngadepin hal seperti ini. Ini masih langkah awal, nanti semakin tinggi dan semakin hebat, kamu akan lebih banyak lagi omongan yang lebih dari ini. Orang hanya iri dan gak mau kamu sukses.” Jadi kalau sekarang masih ada yang begitu, Ajeng selalu ingat perkataan Ibu.” Ujar Ajeng Gadis yang sekarang duduk dibangku kelas 2 SMAN 7 Pontianak ini mengikuti 2 cabang olahraga, yaitu voli umum dan voli pantai. Pada awalnya, ia hanya mengikuti cabang olahraga voli, namun ketika ia diminta oleh sekolah untuk ikut cabang olahraga voli pantai dan ternyata ia berhasil menyabet juara 1 di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan Kejuaraan Daerah di Sintang. Bahkan ia menganggap bahwa saat bertanding voli pantai lebih sulit dibandingkan voli biasa. “Sebenarnya bertanding voli pantai lebih susah karena perlu kekompakan dan kerja sama yang maksimal. Misalnya skor kita baru 10 pasti udah capek banget soalnya memang fisik kita harus lebih kuat.” ucapnya Ajeng juga menambahkan bahwa ia merasa berkesan ketika kumpul dengan timnya baik saat menang maupun kalah. “Buat Ajeng yang berkesan selama main voli ya kalau kita menang selalu langsung kumpul dan makan bareng. Tapi kalau kita kalah juga harus kumpul dan ngomongin kesalahan saat pertandingan.”tutupnya (put/adt)

UPH Sediakan Program Beasiswa Bagi Para Atlet Olahraga

tim-basket-UPH-saat-melawan-STIE-BP

Universitas Pelita Harapan (UPH) yang sudah bergelut di dunia pendidikan selama 23 tahun lamanya, semakin mendapat antusias yang luar biasa dari calon mahasiswa. Bagaimana tidak, tiap tahunnya sebanyak 3 ribu terdapat mahasiswa baru. Dengan banyaknya minat tersebut, UPH selalu memberikan program beasiswa kepada calon mahasiswa yang mempunyai bakat dalam bidang olahraga. Beasiswa tersebut ditujukan kepada atlet olahraga, adapun beasiswa yang diusung UPH sebesar 25% bahkan 100% untuk biaya pendidikan. Internal Sport Program Development UPH, Cesar Wilhelem mengatakan, program beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berbeda dengan kampus-kampus lain. “Sekarang sekitar 12 ribu mahasiswa yang aktif. UPH sendiri setiap tahunnya menerima 3 ribu lebih mahasiswa baru. UPH telah menyediakan beasiswa kepada mereka yang memiliki bakat. Berbeda dengan treatmen kampus lain, UPH mempunyai intercollege team mulai dari persiapkan beasiswa, tempat tinggal untuk menunjang atlet ini hingga membawa nama harum UPH di ajang kompetisi,” papar Cesar kepada nysnmedia.com. Meski begitu, para penerima beasiswa ini harus berkembang dan mempertahankan nilai-nilai yang sudah di tanda tangani oleh atlet olahraga tersebut. Para atlet harus bisa menyeimbangkan antara prestasi dan pendidikannya. “Atlet harus balance, ada kontrak yang harus memastikan mereka memenuhi standar IPK dan IPS yang ditetapkan. Selain itu, mereka harus mengikuti aturan UPH seperti menjauhi drugs, clubing, yang bertolak beakang dari nilai UPH. Dari olahraga, social lifenya harus balance, yang penting spiritual. Olahraga ini kendaraan mereka untuk mendapatkan pendidikan dan mereka bawa sampai kedepannya serta bisa bermanfaat bagi mereka,” paparnya. Di UPH sendiri terdapat 140 lebih atlet dari berbagai cabang olahraga seperti basket putra dan putri, swimming putra dan putri, futsal putra dan putri, soccer putra, badminton putra dan putri, volley ball putri. Namun, dari berbagai cabang olahraga yang ada di UPH, basket, swimming dan badminton yang paling menonjol dalam hal prestasi. Cesar juga menjelaskan, bahwa atlet UPH harus memiliki attitude yang baik. Bukan hanya sekedar skill, tetapi karakter para atlet baik di luar maupun di dalam kampus harus terjaga dengan baik. “Para atlet yang direkrut, harus memiliki pendidikan dan attitude. Bukan hanya sekedar skill saja, tetapi mereka nantinya bisa menjadi acuan bagi mahasiswa lain maupun di lingkungannya,” ucap Cesar. (pah/adt)

Meski Kurang Persiapan, Ahmad Zulfikar Mampu Meraih Medali Emas POMNas 2017

Ahmad-Zulfikar-(Kiri)-bersama-dengan-kembarannya-Ali-Fikri-(kanan)-saat-di-ajang-POMNas-2017-lalu

Persiapan adalah modal dasar dalam melakukan semua hal, karena sebuah kegagalan sama halnya dengan merencanakan kegagalan. Berbeda dengan sosok pemuda ramah yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar, atau yang sering disapa Fikar. Fikar merupakan atlet cabang olahraga Kempo, perwakilan dari Jawa Barat di ajang POMNas 2017. Fikar mengikuti cabang olahraga Kempo dari kategori pasangan, bersama kembarannya Ali Fikri. Fikar mengakui bahwa saat mengikuti ajang POMNas 2017 lalu, ia dan kembarannya memiliki persiapan yang kurang matang, dan tidak pernah menyangka akan mendapatkan gelar juara 1. “Persiapan POMNas kemarin cuma 3 minggu, dan tekniknya masih banyak yang harus diganti. Awalnya juga pesimis, karena persiapan yang kurang matang dan melihat lawan yang kemarin adalah juara 1 di PON. Tapi alhamdulillah semua karena ijin Allah saya menang.” Ujar Fikar Bertanding dari kategori berpasangan bukanlah hal yang mudah, karena harus memiliki persamaan agar kompak saat bertanding. Dan bagi Fikar, bermain bersama kembaran sudah tercipta secara alami untuk kompak. “Karena saya kembar jadi sudah sehati dan secara alami aja gitu kompak. Soalnya juga, kalau mau bertanding pasti selalu terus berdua,” ucap mahasiswa Universitas Ibd Khaldun Bogor (UIKA). Tak hanya itu, atlet yang sudah mengikuti kempo sejak tahun 2010 ini juga menceritakan asal muasal bagaimana ia bisa tertarik dengan Kempo. “Saat saya kelas 3 SMP ada Kempo masuk dalam kelas olahraga saya. Awalnya sih saya gak tertarik. Lalu sang pelatih Kempo melihat, saya dan kembaran memiliki bakat, ia juga bilang kalau kita bagus kalau main dikategori berpasangan. Semenjak itu jadi tertarik untuk ikut latihan Kempo,”ucapnya Fikar yang sudah mengikuti beberapa kali kejuaraan, dan selalu mendapatkan juara dalam berbagai turnamen, menjelaskan prestasinya. Seperti juara 1 pada Kejuaraan Nasional Pelajar tahun 2012 dan 2013, lalu juara 1 Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat 2014 dan juara 2 Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016. Mahasiswa yang masih tingkat semester 5 jurusan Manajemen ini juga berbagi cerita, tentang suka duka saat sudah bergabung dalam cabang olahraga Kempo. “Kalau sukanya sih kita bisa berprestasi, bisa membuat bangga orang tua, banyak teman dan nambah pengalaman. Mungkin kalau dukanya waktu bersama dengan orang tua, dan teman pasti berkurang. Dan yang paling sering itu kangen sama orang tua, kalau udah di mess. Apalagi disaat ada teknik baru, sedangkan kita belum bisa, malah jadi kepikiran terus, alias terbayang bayang terus,”tutupnya. (put/adt)

Targetkan 5 Emas Pada Kejurda Pencak Silat Pelajar, IPSI Tangsel Dorong Persiapan

Pengurus-Ipsi-Tangsel

Ikatan Pencak Silat Kota Tangerang Selatan (IPSI Tangsel) sudah siap 80% menjelang Kejuaraan Daerah (Kejurda) Pencak Silat Tingkat Pelajar yang akan berlangsung 3-5 November 2017 di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua II Bidang Teknik IPSI Kota Tangsel, Deny A., di GOR Ciputat, Jalan Ki Hadjar Dewantoro, Ciputat, Rabu (25/10/2017) malam, saat memantau jalannya Latihan atlet binaan, sekaligus rapat koordinasi persiapan event atau agenda kegiatan IPSI Tangsel sampai akhir Desember 2017. “Persiapan IPSI Tangsel sudah 80 persen, mulai dari atlet, pelatih, serta semua kesiapan teknik, termasuk mental. Nanti diprediksi 100 persen kesiapannya pas hari H,” ungkap Deny. Target IPSI Tangsel dituturkanya bisa meraih 5 Emas, karena raihan terakhir di ajang yang sama sebelumnya 4 Emas. “Ini yang menjadi PR besar untuk teman-teman binaan prestasi yang ada di IPSI Tangsel, maka dari itu, semua stakeholder dari pelatih, pengurus, termasuk Ketua (E. Wiwi Martawijaya) bahu membahu mensukseskan Kejurda 2017 ini,” ucapnya. Dia menjelaskan, kedepannya nanti ini hanya menjadi ajang salah satu Try out saja, karena di Tahun 2018 mendatang, target utamanya adalah Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) di Kabupaten Tangerang. Diakuinya, POPDA 2018 merupakan event bergengsi dan juga merupakan event berkelanjutan sampai Tingkat Nasional nanti. Kejurda mendatang ini, rencananya IPSI Tangsel akan full team sebanyak 22 atlet, 3 pelatih yang mengandalkan pada Kelas A Putri, Kelas C Putra, Kelas F Putra, Kelas B Putri, dan Kelas Tunggal Putra. Ditambahkannya, Tangsel tidak memasang target agar menjadi Juara Umum. “Alasannya, karena kalau Juara Umum targetnya minimal 7 Emas, target kita hanya di 3 Besar,” tambah Deny POPDA terakhir pada 2016 lalu di Kabupaten Pandeglang, kontingen dari Kota Tangsel sendiri meraih prestasi 3 Besar, dengan 3 Emas 2 Perak 5 Perunggu. Hampir senada dengan Deny, hal ini juga diungkap oleh Atrias, selaku Bidang Pembinaan Prestasi, yang sangat berharap POPDA 2018 mendatang ada peningkatan prestasi dari sebelumnya. “Saya sedikit agak prihatin dari kedisiplinan anak-anak, meski saya hanya sebagai pemantau, pengawas, saya menekankan kepada pelatih agar anak-anak lebih disiplin, terutama keseriusan dan kehadiran latihan ditambah lagi nyalinya harus lebih kuat,” Tegas Atrias. Sedangkan masih menurut Atrias, Kabupaten Tangerang selaku Tuan Rumah, menurut informasi yang di himpun, sudah mempersiapan jauh hari sebelumnya, dan beberapa lapis tim mereka, tapi kalau kita Tangsel hanya dua lapis. tutup Atrias (sug/adt)