Final Lari 100 Meter Putra Rekor Asia Pecah, Lalu Zohri ‘Cukup’ Sumbang Rekor Pribadi Tanpa Medali

Takluk dari sprinter China dan Kenya, pelari Indonesia asal Lombok, Lalu Muhammad Zohri (400), gagal meraih medali, pada final lari 100 meter putra Asian Games 2018. Ia hanya mampu berada di posisi tujuh, dari delapan finalis, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Minggu (26/8). (Pras/NYSN)

Jakarta- Sprinter China, Su Bingtian berhasil mencetak rekor Asian Games 100 meter dengan catatan waktu 9,92 detik pada babak final, pada Minggu (26/8), di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Catatan tersebut membuat Su Bingtian meraih medali emas di nomor bergengsi atletik tersebut. Pada urutan kedua sprinter naturalisasi Qatar asal Kenya, Tosin Ogunode, berhasil mencatatkan waktu 10,00 detik dan meraih medali perak. Sementara medali perunggul diraih sprinter Jepang Ryota Yamagata dengan catatan waktu yang sama dengan Tosin yaitu 10,00 detik. Sedangkan Usain Bolt kebanggaan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, belum berhasil menyumbang medali pada final pertandingan lari 100 meter putra Asian Games 2018. Zohri memang tidak dibebani target pada event Asian Games 2018. Di partai final ini, Zohri harus puas berada di posisi ketujuh dengan catatan waktu 10,20 detik. Hasil ini lebih baik dari dua sesi sebelumnya, yakni babak kualifikasi dan semifinal. Catatan waktu yang ditorehkan Zohri lebih baik dibanding sprinter Korea Selatan, Kokyoung Kim yang mencatat waktu 10,26 detik. Sebelumnya, pada laga semifinal, pemuda kelahiran Lombok, 1 Juli 2000 ini, meraih peringkat kedua teratas. Zohri mencatatkan waktu 10,24 detik. Torehan ini merupakan catatan waktu yang terbaik, dimiliki Zohri di pentas senior, sebelum sesi final 100 meter. Rekor terbaiknya kala menjuarai Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018 yakni 10,18, tak dihitung, karena bukan event senior. Namun, usai diakumulasikan pencapaian waktu, Zohri menempati peringkat ketujuh terbaik. Pada Asian Games 2018, selain sprint 100 meter, Zohri juga akan berlaga di nomor lari estafet 4×100 meter putra, pada Rabu (29/8). (Dre)

Kalah Bersaing Dari Korea, Atlet Lari Gawang 100 Meter Emilia Nova Sumbang Perak

Emilia Nova (putih) tak menyangka, jika debutnya di Asian Games 2018 langsung menyabet medali perak, nomor lari gawang 100 meter putri, cabor atletik Asian Games 2018, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (26/8). (Pras/NYSN)

Jakarta- Indonesia kembali menambah koleksi satu medali perunggu dan satu perak, lewat cabang olahraga atletik di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (26/8). Medali perak diraih Emilia Nova, yang bertanding pada nomor lari gawang 100 meter putri. Ini menjadi perak ke-13 untuk Indonesia. Tambahan satu medali perunggu Indonesia diraih Sapwaturrahman yang turun pada nomor lompat jauh putra. Medali ini menjadi perunggu ke-25 untuk kontingen Indonesia. Dalam enam kali percobaan, Sapwaturrahaman mencatatkan jarak terjauh 8.09 meter. Ini adalah catatan terbaik Sapwaturrahaman dalam Asian Games. Sapwaturrahaman kalah dari dua wakil China, yang meraih medali emas (Wang Jianan) dan medali perunggu (Zhang Yaoguang). Wang Jianan mencatatkan jarak 8.24 meter yang menjadi rekor terjauh sepanjang sejarah Asian Games. Di peringkat kedua, Zhang Yaoguang, menorehkan jarak lompatan 8,15 meter. Sementara, Emilia berhasil menyumbang perak, usai di partai final gagal bersaing dengan wakil Korea Selatan, Jung Hye-Lim. Hye-Lim finish terdepan dengan catatan waktu 13,20 detik sekaligus memastikan meraih medali emas. Sedangkan atlet Merah Putih berusia 23 tahun itu, membukukan catatan waktu 13,33 detik dan menjadi runner up Emilia berhak atas medali perak. Sedangkan medali perunggu diperoleh wakil Hongkong Lui Lai Yu. Ia menorehkan catatan waktu 9 detik lebih lambat dari Emilia. Perak yang diraih dara kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1995, merupakan medali pertama Indonesia, dari cabang atletik di Asian Games 2018 Bagi Emilia, Asian Games 2018 merupakan debut pertamanya dan ia tak menyangka meraih medali di nomor yang jadi spesialisasinya itu. Terlebih, atletik merupakan cabang olahraga terukur, dan sulit bisa meraih medali. Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) hanya menarget satu emas pada Asian Games 2018. Ia juga mengaku bersyukur meraih medali perak. “Atletik itu olahraga terukur yang sulit mendapatkan medali. Apalagi untuk tingkat Asia seperti ini,” ungkap Emilia usai lomba. “Terima kasih seluruh masyarakat Indonesia, buat orang tua, pelatih dan pengurus PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) atas doanya,” tambahnya. (Adt)

Gagal ke Kejuaraan Dunia, Lulusan SMAN 6 Bogor Ini Pecahkan Rekornas dan ASG di ASEAN School Games 2018

Idan Fauzan berpose dengan catatan ketinggian lompat galah yang baru saja dipecahkan pada ASEAN School Games 2018, di Stadion Mini Atletik Bukit Jalil Malaysia, Selasa. (Antaranews.com)

Selangor- Idan Fauzan Richsan memecahkan rekor nasional (rekornas) nomor lompat galah pada ajang ASEAN School Games (ASG) 2018, di Stadion Mini Atletik Bukit Jalil, Malaysia, Selasa (24/7), setelah sebelumnya gagal berangkat ke kejuaraan dunia, di Finlandia. Catatan rekor yang dipecahkan adalah tinggi lompatan 5,20 meter, yang ia pegang sendiri, yang dicetak pada kejuaraan uji coba Asian Games 2018. Tinggi lompatan yang dicetak Idan pada kejuaraan khusus pelajar ini adalah 5,30 meter, dan berhak mendapatkan emas ASG 2018. “Iya benar. Ini balas dendam saya paska gagal tampil di kejuaraan dunia,” kata atlet kelahiran Bogor 11 Januari 2000, usai melakukan lompatan. Perjuangannya memecahkan rekor cukup panjang karena diawali dari lompatan 4,60 meter. Setelah sukses, lompatannya naik ke ke 4,80 meter. Pada ketinggian tersebut, ia harus berlomba sendiri, karena para lawan maksimal hanya berada di posisi 4,70 meter. Setelah sukses di 4,80 meter, Idan atas instruksi pelatih kembali menaikkan target di 4,95 meter. Lagi-lagi ia sukses melalukan tugas termasuk pada 5,05 meter dan 5,15 meter. Ketegangan mulai terlihat saat Idan menaikkan tinggi lompatan menjadi 5,25 meter, karena pada percobaan pertama gagal bahkan sempat tertimpa bar. Begitu juga dengan percobaan kedua. Lulusan SMAN 6 Bogor, Jawa Barat ini, kembali gagal melampauinya. Sekedar catatan, target tinggi lompatan ini, lebih tinggi dari rekornas, dan diatas rekor ASG yang hanya berada di angka 5 meter. Pada lompatan ketiga, official tim Indonesia hingga para atlet, memberikan dukungan langsung lebih dekat setelah sebelumnya duduk di tribun. Dengan keyakinan, Idan lari dengan tenang begitu juga saat mengangkat galah. Akhirnya bar setinggi 5,25 mampu dilewati, dan disitulah rekornas pecah. Idan spontan berteriak histeris, juga pendukungnya. Setelah istirahat beberapa saat, pihak panitia menghampiri dan bertanya apa masih melanjutkan perlombaan atau tidak. Namun Idan memilih menaikkan tinggi lompatan, meski hanya 5 centimeter. Persiapan yang sama langsung dilakukan. Idan lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Akhirnya bar setinggi 5,30 meter mampu dilalui dengan satu kali lompatan. Kepanikan justru terlihat pada jajaran pelatih, dengan hasil itu karena belum bisa memutuskan akan lanjut atau berhenti. Mereka lalu berkoordinasi dengan PB PASI dan diputuskan cukup di 5,30 meter. “Sebenarnya saya belum capek. Tapi, semuanya tergantung pelatih dan PB PASI,” kata rekan satu pelatnas juara dunia 100 meter Lalu Muhammad Zohri ini, sebelum melakukan selebrasi dengan teman-temannya. Sementara itu manajer tim atletik Indonesia, Suryo Agung, mengaku sangat mengapresiasi perjuangan Idan, yang getol ingin memecahkan rekor, usai gagal turun di kejuaraan dunia karena masalah teknis. “Sejak awal saya melihat Idan cukup percaya diri dan siap. Mampu memecahkan rekor saya kira cukup wajar dengan kondisinnya saat ini. Semoga pada Asian Games nanti jauh lebih baik,” kata Suryo saat dikonfirmasi. Dengan demikian pada ASG 2018 tim atletik sukses meraih delapan emas atau melebihi target yaitu lima emas. Dari jumlah tersebut ada nomor yang mengawinkan gelar yaitu lari 100 meter putra-putri dan lompat galah putra-putri. (Dre)

Dari Kaki Gunung Ciremai, CAC Kuningan Sanggup Konsisten Cetak Atlet Atletik Nasional Berprestasi

Menpora Imam Nahrawi bangga CAC di kabupaten Kuningan, Jawa Barat, fokus melakukan pembinaan cabang atletik guna melahirkan atlet nasional. (Kemenpora)

Kuningan- Cilimus Atletik Club (CAC) merupakan salah satu klub olahraga yang konsisten mencetak atlet atletik nasional untuk Indonesia. CAC terletak di Desa Kaliaren, Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Bahkan, desa ini berada tak jauh dari kawasan kaki Gunung Ciremai. Diantaranya, atlet tolak peluru Eki Febri Ekawati. Ia peraih medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012, Riau. Juga, medali emas Singapore’s AUG 2014, serta medali emas SEA Games 2017, Malaysia. Lalu, atlet Tresna Puspita. Ia pernah tampil di Kejuaraan Dunia Atletik Remaja 2013, dan pemegang rekor nasional (Rekornas) lempar cakram pada 2015 (44,50 meter), serta pemegang Rekornas lontar martil pada 2013 (51,20 meter). Sekedar catatan, ada 14 Atlet Atletik asal Kabupaten Kuningan, turut memperkuat Kontingen Atletik Jawa Barat, pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik 2018, yang berlangsung pada Mei lalu, di Jakarta. “Ini luar biasa. Di sebuah desa di Kabupaten Kuningan, ada klub yang mengembangkan olahraga atletik. Kebanyakan di daerah adalah klub sepak bola, tapi ini ada klub atetik yang bisa melahirkan atlet-atlet nasional,” ujar Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Rabu (11/7). Ia meminta atlet yang bernaung di CAC untuk terus semangat berlatih agar bisa menjadi atlet nasional yang bisa mengharumkan nama bangsa. “Jangan pernah letih. Terus terapkan apa yang diajarkan pelatih dengan baik. Saya juga ingin kepada adik-adik untuk menyebarkan CAC ini melalui media sosial,” cetusnya. Sementara itu, Asep Ismanto, Ketua CAC Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mengaku bangga mendapat dukungan langsung dari Menpora. “Kami di sini terus mencoba melakukan pembinaan kepada atlet-atlet muda di Kabupaten Kuningan agar bisa berprestasi dan memberikan kontribusi untuk olahraga Indonesia,” tukas Asep. (Adt)

Sesuai Ekspektasi, Jatim Rajai Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed Kejurnas Atletik 2018

Kuartet Jawa Timur sukses merajai Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed U-20 pada Kejurnas Atletik 2018, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (10/5). (Adt/NYSN)

Jakarta- Tim Jawa Timur (Jatim) sukses merajai Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed Usia 20 Tahun (U-20), pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik 2018, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (10/5). Kuartet Jatim yakni Aditya Agung, Najila Pepri, Ifan Anugerah dan Revina Irianti, berhasil meraih medali emas usai membukukan catatan waktu 3:41.40 detik. Diikuti tim Jawa Barat (Jabar) yaitu Meisye Claudine, Anandra, Ninit Widianti, dan Raza Cakti Aji. Mereka meraih perak setelah hanya mampu mencetak catatan waktu 3:46.75 detik. Sementara, perunggu menjadi milik tim Jawa Tengah (Jateng) yang terdiri dari Agil Ponco, Cika Mega, Adelina Themba, dan Nova Muhammad setelah mengoleksi catatan waktu 3:47.86 detik. Sedangkan limit waktu di Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed ini adalah 3:25.00 detik. “Kami bersyukur karena anak-anak memberikan yang terbaik. Sesuai dengan moto Jatim yakni ‘Juara’. Yang pasti kami puas, sebab sesuai dengan ekspektasi,” ujar Slamet Mulyo, mentor atlit skuat Jatim. Slamet adalah Pelatih Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed, sekaligus Pelatih Nomor 400 Meter. “Ekspektasi itu dari hasil latihan, dan hasilnya luar biasa untuk mereka. Harapannya, mereka bisa lebih berprestasi membawa harum nama bangsa dan negara di pentas Internasional,” lanjutnya. Slamet menyebut salah satu anak didiknya di Nomor 4X400 Meter Estafet Mixed, yakni Ifan Anugerah, merupakan atlet nasional. “Ifan itu pernah turun di SEA Games 2017. Insya Allah pada Juni, dia akan tampil di Kejuaraan Junior (Asian Junior Championship) di Jepang. Semoga hasilnya memuaskan,” tutup Slamet. (Adt)

Raih Emas Kejurnas Atletik 2018, Dara Asal Grobogan Bidik Kejuaraan Junior Asia di Jepang

Liviana Rizki (tengah), sprinter Jawa Tengah sukses meraih medali emas Nomor 100 Meter Putri U-20, pada Kejurnas Atletik, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (7/5). (Adt/NYSN)

Jakarta- Liviana Rizki, sprinter asal Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), siap membidik prestasi gemilang di Asian Junior Championship 2018, di Gifu, Jepang, 7-10 Juni mendatang. Sukses meraih medali emas di Nomor 100 Meter Putri Usia 20 Tahun (U-20), pada Kejurnas Atletik 2018, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (7/5), menjadi modal berharganya menuju Negeri Sakura. Liviana sanggup menorehkan catatan waktu 12,32 detik. Perak didapat rekan sedaerahnya, Franselina Febiola dengan catatan waktu 12,48 detik. Sedangkan perunggu direbut Jeany Nuraini asal DKI Jakarta setelah membukukan waktu 12,49 detik. “Sebenarnya catatan waktunya hari ini masih jauh dari target, yakni 11,07 detik atau 11,08 detik. Masih banyak yang harus diperbaiki, seperti ayunan tangan masih belum sempurna,” ujarnya usai merayakan keberhasilannya meraih medali emas. Atlet jebolan SMAN 3 Salatiga, Jawa Tengah ini melanjutkan, jika pada pertandingan tersebut dirinya hanya memikirkan bisa menembus catatan waktu yang ditargetkan pelatih. “Saya nggak mikir lawan. Tapi yang saya pikirkan diri sendiri, bagaimana bisa menorehkan catatan waktu, sesuai target dan keinginan pelatih,” ujar dara asal Desa Wates, Kecamatan Kedungjati, Grobogan ini. “Pelatih mewanti-wanti saya agar dapat hasil memuaskan pada Asian Junior Championship di Jepang, pada Juni nanti. Dan saya harus fokus di Kejurnas ini, untuk jadi modal untuk meraih medali di Jepang,” tutup Liviana. (Adt)

Tercepat di Nomor 100 Meter U-20 Kejurnas Atletik 2018, Jawara O2SN 2016 ini Berharap Masuk Pelatnas

Sprinter Jawa Barat, M. Fachrurozi merajai Nomor 100 Meter U-20 di ajang Kejurnas Atletik, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (7/5). (Adt/NYSN)

Jakarta- Muhammad Fachrurozi, sprinter asal Jawa Barat, menjadi tercepat di Nomor 100 Meter Usia 20 Tahun (U-20), pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik, di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (7/5). Di final, ia membukukan catatan waktu 10,84 detik. Hanya selisih 0,05 detik dari sprinter asal Sumatera Barat (Sumbar) Muktar Bakti Ladia, yang meraih medali perak. Sedangkan medali perunggu menjadi milik sprinter asal Jawa Timur (Jatim) usai menorehkan catatan waktu 10,91 detik. Fachrurozi adalah lulusan SMA Pasundan 2 Bandung, Jawa Barat. Pada 2016 lalu, ia turut mengantarkan kontingen Jabar meraih juara umum pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2016, saat merebut medali emas di nomor yang sama. “Bahagia bisa memberikan yang terbaik untuk Jawa Barat. Sebenarnya target saya memecahkan rekor nasional milik Suryo Agung (10,17). Tapi, memang masih sangat jauh,” ujar Fachrurozi usai pengalungan medali. “Selepas Kejurnas ini, saya akan kembali berlatih secara intensif untuk bisa mewujudkan ambisi pecah Rekornas,” lanjutnya. Selain pecah Rekornas, ia berharap bisa masuk pelatihan nasional (Pelatnas). “Pasti ingin lebih baik lagi dengan catatan yang ditargetkan pelatih. Insya Allah tahun ini bisa dipanggil Pelatnas. Semoga bisa membawa nama Indonesia di pentas internasional,” tutupnya. (Adt)

Bikin Turnamen Sepak Bola Big Stars U-16, Maria Lawalata Gandeng Kemenpora

Turnamen sepak bola Big Stars U-16 memperebutkan Piala Menpora, akan berlangsung pada 3-9 Mei, di kawasan Sunter, Jakarta Utara. (suarakarya.id)

Jakarta- Meski cabang olahraga atletik yang membesarkan namanya, tapi mantan atlet nasional, Maria Lawalata, justru siap membina sepak bola. Melalui Yayasan Big Stars Nusantara, peraih medali emas nomor Marathon putri pada SEA Games 1991, menggelar Turnamen Sepak bola Big Stars U-16 Piala Menpora. “Saya tertarik menggelar turnamen sepak bola karena saat saya menyumbang medali emas pertama bagi Kontingen Indonesia, sepak bola menutupnya dengan perolehan emas, di SEA Games Manila 1991. Dan, saya ingin sepakbola Indonesia berprestasi lebih baik nantinya,” kata Maria di Jakarta, pada Selasa (3/4). Kejuaraan yang melibatkan 24 tim dari berbagai daerah ini akan berlangsung di kawasan Sunter, Jakarta Utara, pada 3-9 Mei. Maria, yang juga pendiri Yayasan Big Stars, mengaku tujuan diadakannya turnamen ini adalah untuk melakukan pembibitan. Semua atlet yang berpotensi, akan dibina oleh Akademi Sepak Bola Big Stars. “Kami ingin seluruh insan sepak bola, para pemangku kepentingan yang terkait dengan olahraga dapat mendukung turnamen ini demi kemajuan prestasi nasional. Semua bentuk dukungan sangat dibutuhkan,” ujarnya. Selain Yayasan Big Stars Nusantara, turnamen ini juga didukung penuh pengusaha minuman sari buah apel, Juni Eko Susanto. “Saya sangat menyenangi sepak bola. Dan, saya akan mendukung penuh niat Maria Lawalata untuk menggelar Turnamen Sepak bola U-16 Piala Menpora,” kata Juni. Sementara itu, Menpora Imam Nahrawi mengatakan kepastian diadakannya Big Stars Piala Menpora ialah setelah Yayasan Big Stars menjadi mitra Kemenpora pada tahun lalu. “Jangan lupa, Big Stars Piala Menpora diharapkan juga bisa ikut menyosialisasikan Asian Games 2018,” tutur Imam. Lewat Asisten Deputi Pembinaan Sentra Olahraga Kemenpora, Teguh Rahardjo mengatakan, pihak Kemenpora hanya mendukung pelaksanaan turnamen remaja ini. Alasannya, panitia tidak mengajukan proposal bantuan dana. “Kita hanya bantu doa saja,. Saat ini, kita belum bisa support dana,” kata Teguh saat menjawab pertanyaan tentang dukungan dana terhadap Turnamen Sepakbola U-16 Piala Menpora. (Art)

Demi Emas Beruntun, Maria Londa Nekad Curi Ilmu di Negeri ‘Paman Sam’

Maria Natalia Londa akan menjalani latihan di Amerika Serikat (AS) mulai April 2018 demi medali emas Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. (Adt/NYSN)

Jakarta- Atlet andalan Indonesia cabang atletik nomor lompat jauh, Maria Natalia Londa, terus menempa kemampuannya jelang pelaksanaan Asian Games 2018. Demi mengejar medali emas beruntun di pesta olahraga negara-negara se-Asia, ia bakal mencuri ilmu di Amerika Serikat (AS). Di negeri ‘Paman Sam’ itu, bersama 12 atlet yang dikirim oleh PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), ia akan digembleng oleh Harry Marra, pelatih terbaik 2016 versi Asosiasi Internasional Federasi Atletik. “Saya ingin curi ilmu atlet-atlet disana. Bagaimana cara pemanasan, persiapan, selama pertandingan dan setelah pertandingan,” ujar Marlon, sapaan atlet asal Bali, akhir pekan lalu. Ia mengaku latihan yang dijalaninya saat ini fokus pada perbaikan lompatan. “Semua latihan yang saya jalani untuk memperbaiki prestasi lompatan. Semoga semua berjalan lancar,” sambung wanita kelahiran Denpasar, 29 Oktober 1990. Diketahui, pada saat test event Asian Games 2018, Februari lalu, catatan terakhir lompatan Marlon adalah 6,43 meter. Soal lawan di Asian Games 2018, anak didik I Ketut Pageh itu mengaku bila Vietnam, China dan Kazakhstan bisa menjadi ‘batu sandungan’ meraih emas beruntun di event olahraga terbesar empat tahunan itu. Bukan tanpa alasan. Buktinya, pada saat Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan, ia harus bersaing dengan atlet asal Vietnam Bui Thi Thu Thai (perak), dan atlet asal China Jiang Yanfei (perunggu). “Tapi Korea dan Jepang juga atletnya bagus-bagus. Saya sekarang latihannya juga masih di fase umum. Nanti sama Harry Marra sudah masuk fase khusus. Di fase ini, titik beratnya selain pada fisik juga mental bertanding,” tukas Maria. (Adt)

Diminta Rp 1,4 Miliar Pakai Stadion Madya, PB PASI Batal Gelar Kejurnas Atletik ?

Mohammad Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, keluhkan biaya Stadion Madya Senayan, yang jumlahnya miliaran rupiah untuk Kejurnas Atletik, pada Mei 2018. (Adt/NYSN)

Jakarta- Jelang pelaksanaan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik Remaja, Junior dan Senior, 6-12 Mei 2018, Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), diharuskan membayar Rp 1,4 miliar untuk penggunaan Stadion Madya, Senayan, Jakarta, selama enam hari. “Kami belum tahu Kejurnas jadi atau tidak. Mengapa? Karena kalau kami memakai Stadion Madya untuk Kejurnas, kami diminta membayar Rp 1,4 miliar. Jadi satu hari itu kami keluar dana Rp 300 juta,” terang Muhammad Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Kamis (29/3). Dengan dana sebesar itu, menurut suami dari Pertiwi Hasan, terlalu berat bagi PB PASI. Untuk itu, ia berencana mencari alternatif lain soal tempat pelaksanaan Kejurnas ini. “Jadi untuk apa kami keluarkan begitu banyak uang. Lebih baik kami cari lapangan di kampung saja. Kami menggelar Kejurnas bukan untuk mencari uang. Atletik itu tidak ada uangnya,” sambungnya. Dia menyebut Kejurnas ini bakal mendatangkan atlet-atlet junior, remaja, dan pra-remaja agar PB PASI tidak kekurangan dalam mencari bibit-bibit muda dengan bakat yang baik. “Kalau begini terus nanti Asian Games susah dapat medali. Negara lain terus yang dapat, sedangkan Indonesia makin tertinggal,” tambahnya. Bob Hasan menyebut pelaksanaan Kejurnas akan mendatangkan atlet-atlet yang berasal dari daerah. Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah (Jateng), 87 tahun lalu itu, mengaku pihaknya menanggung biaya penginapan, akomodasi, dan makan atlet selama pelaksanaan Kejurnas. “Kemungkinan atlet yang ikut Kejurnas itu jumlahnya sampai ribuan. Bayangkan biaya yang harus kami keluarkan,” tukasnya. Untuk itu, PB PASI akan meminta bantuan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) guna memecahkan persoalan ini. “Solusinya itu kami harus dibantu Menteri Keuangan. Gelora Bung Karno (GBK) sebagai Badan Layanan Umum (BLU) itu bukan untuk mencari uang. GBK itu dibangun untuk olahraga,” tutup Bob Hasan. (Adt)

Kejar Medali Emas Asian Games 2018, PB PASI Kirim 13 Atlet TC di Amerika

Sebanyak 13 atlet Pelatnas Asian Games 2018 akan menjalani Training Camp (TC) di Amerika Serikat selama satu bulan mulai April 2018. (Adt/NYSN)

Jakarta- Persiapan maksimal dilakukan Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) jelang pelaksanaan Asian Games 2018, Agustus-September mendatang. Demi mewujudkan target medali emas, sebanyak 13 atlet bakal menjalani Training Camp (TC) selama satu bulan mulai April nanti di Amerika Serikat (AS). Selain itu, para atlet juga akan mengikuti serangkaian pertandingan di negara ‘Paman Sam’ tersebut. Keberangkatan atlet Pelatnas Asian Games 2018 ke negara Adikuasa itu bukan tanpa alasan. Mohammad Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, mengatakan Amerika Serikat memiliki standart yang tinggi dalam cabang olahraga atletik. “Bertanding di Amerika Serikat, anak-anak punya motivasi tinggi, bahkan kemampuan mereka bisa lebih baik. Disana mereka berlatih dengan pelatih AS Harry Marra,” ujar pria yang akrab disapa Bob Hasan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Kamis (29/3). Harry adalah pelatih yang dinobatkan sebagai pelatih terbaik Asosiasi Internasional Federasi Atletik pada 2016. “Harry juga memiliki dua atlet putra dan putri yang merupakan pemegang rekor dunia untuk nomor Dasa Lomba dan Sapta Lomba,” sambungnya. Bob Hasan menyebut sebelum pelaksanaan pesta akbar olahraga negara-negara se-Asia, Harry akan berkunjung ke Indonesia. “Setelah berlatih di Amerika Serikat, nanti Harry datang ke Indonesia pada Juni, hingga pelaksanaan Asian Games 2018,” tukas mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia ini. Berlatih selama satu bulan di negara Presiden Donald Trumph, dinilai pria berusia 87 tahun itu, sangat efektif. “Mereka disana bisa bertemu dengan musuh-musuh dari Universitas California, yang levelnya dunia. Meskipun kalah disana, setidaknya mereka siap. Ini soal mental untuk para atlet,” paparnya. Sebanyak 13 atlet atletik Pelatnas Asian Games 2018 yang mengikuti pelatihan di AS, yakni Atjong Tio Purwanto, Bayu Kartanegara, Eki Febri Ekawati, Eko Rimbawan, Emilia Nova, Fadlin Ahmad, Idan Fauzan Richsan, Lalu Muhammad Zohri, Maria Natalia Londa, Rio Maholtra, Sapwaturrahman, Suwandi Wijaya, dan Yaspi Boby. Sementara, tiga atlet lain yaitu Agus Prayogo, Triyaningsih, dan Hendro tak berangkat ke AS. “Ketiga atlet ini tidak diakomodir, karena Harry bukan pelatih jarak jauh dan jalan cepat 20 dan 50 Km. Di Amerika tak ada pertandingan untuk nomor itu,” tambah Tigor M Tanjung, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB PASI. (Adt)

Hindari Senior Cedera, Pemerintah Wajib Dorong Atlet Muda

Menpora berharap Maria Londa (merah) meraih emas di Asian Games 2018. (kemenpora)

Jakarta- Mohammad Hasan, Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), berharap pemerintah ikut serta memikirkan atlet lapis kedua dan ketiga, khususnya di cabang olahraga (cabor) atletik. “Pemerintah bisa ikut memikirkan jangan hanya atlet senior saja, tetapi ada lapisannya yakni atlet junior, atlet remaja dan atlet pra remaja untuk menghindari cedera atlet senior,” beber Bob Hasan, sapaan akrabnya, Senin (12/2). Pada Minggu (11/2), atlet lompat jauh Maria Natalia Londa sukses menyabet emas di ajang test event Asian Games 2018, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Ia mengungguli dua rivalnya yakni Neena Varakil (India), dan Nayana James (India), dengan lompatan 6,43 meter. Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olaharaga (Menpora), berharap medali emas yang ditorehkan Maria Londa dapat berlanjut di Asian Games 2018, Agustus medatang. “Selamat kepada Maria Londa yang berhasil meraih medali emas di ajang test event Atletik Asian Games ini,” ujar pria berusia 44 tahun itu. “Semoga ini dilanjutkan untuk meraih medali emas di Asian Games pada Agustus mendatang, semoga Maria, pelatih dan kita semua mendukung agar ada peningkatan untuk bersaing dengan negara lain baik di atletik dan cabang yang lain,” tambah pria asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu. (adt)

Idan, Pelajar SMA Yang Ukir Rekor Baru di Kejuaraan Senior 2017

Atletik-Idan

Mengukir sejarah menjadi pemecah rekor merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Sempat gagal dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNas), prestasi membanggakan justru diukir Idan Fauzan Richsan pada Kejuaraan Senior yakni Kejuaraan Nasional Atletik 2017. Idan memecahkan rekor dalam kategori senior. Ia bahkan memecahkan rekor nasional setelah melakukan loncatan pada kesempatan kedua setinggi 5,20 m, yang bertahan sejak 2002. “Saya gagal di POPNas Jawa Tengah gak dapat nilai sama sekali. Saya belajar kekalahan, latihan lebih giat, berusaha dan berdoa terus yang saya lakukan tanpa bosan untuk terus lebih baik. Hasilnya, Alhamdulillah pecah rekor nasional. Memang nyata kerja keras, berusaha dan berdoa itu tidak akan mengkhianati hasilnya,”tuturnya Idan sudah menekuni atletik cabang lompat galah selama 4 tahun. Bermula dari mengikuti O2SN saat duduk kelas 5 Sekolah Dasar, Idan ikut seleksi hingga tingkat Provinsi Jawa Barat. Ia mulai latihan dari lari pendek, lari jauh 100 meter gawang dan 400 meter gawang sudah ia tekuni. Sejak saat itu, ia berhasil mengikuti Pelatnas di Jakarta. “Kelas 1 SMP, saya mengikuti test Pelatnas jangka panjang di Jakarta. Disitu saya test lompat galah dan lolos masuk ke Pelatnas. Begitu saya masuk, banyak pengalaman-pengalaman yang belum saya dapat sebelumnya. Belajar mandiri, disiplin, berusaha semaksimal mungkin agar tidak kena degradasi dari Pelatnas,”ujarnya Remaja yang lahir pada 11 Januari 18 tahun silam ini juga sedang menempuh pendidikan di SMAN 6 Bogor. Baginya, perkembangan olahraga atletik di Indonesia sudah cukup bagus. Idan berpendapat bahwa sejak menjadi atlet , ia memberikan suatu kebanggaan untuk bisa membahagiakan orang tua. “Orang tua saya bangga, dan saya juga mau bahagiain mereka. Meski masa remaja saya gak seenak anak-anak lain, yang bisa nongkrong sama teman atau jalan-jalan bareng teman sekolah,”tutupnya.(put)

Safwan, Atlet Atletik Yang Pernah Melawan Usain Bolt, Pelari Tercepat di Dunia

Safwan-Atlet-Atletik2

Salah satu pengalaman yang luar biasa bagi seorang atlet adalah saat berkesempatan untuk bertanding melawan atlet yang sudah tersohor di bidangnya. Hal ini sempat dialami oleh Safwan, seorang atlet muda berbakat yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Pengalaman bertanding bersama dengan pelari tercepat dunia, Usain Bolt merupakan pengalaman berharga bagi Safwan. Atlet atletik dengan nama lengkap Sapwaturrahman ini pernah berlaga di seri 100 m dalam kejuaraan senior tingkat dunia pada tahun 2013 lalu. “Ditahun 2013 saya ikut kejuaraan senior tingkat dunia pertama. Saya berlari bareng Usain Bolt di seri 100 m. Itu serasa mimpi jadi kenyataan. Walaupun saya ditinggal jauh sama dia, tapi saya dapat pengalaman luar biasa. Dia tinggi besar dan ramah,”ujarnya Safwan yang saat ini berfokus di olahraga lompat jauh pada ajang Asian Games 2018 mendatang, pernah mengikuti beberapa turnamen seperti Pekan Olahraga Nasional, Kejuaraan dunia atletik tingkat remaja dan senior di Perancis dan Moscow. Meski sudah 3 kali gagal menyabet medali di ajang Sea Games, Safwan tetap belajar menerima kekalahan. “Saat Sea Games 2013, Ayah saya nonton langsung di Myanmar. Tapi saya tetap belajar disitu, kalau mau juara kita juga harus siap kalah,”tuturnya Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram ini pernah mengalami cedera sepanjang tahun 2015. Kejadian tersebut membuatnya terpaksa harus mengundurkan diri dari Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS). Ia harus membangun prestasi dari nol lagi. Meski begitu, ia tetap merasa beruntung selalu diberikan support dari orang-orang yang ada disekitarnya. “Saya memilih keputusan yang berat yaitu mengundurkan diri secara terhormat dari PELATNAS. 2 tahun saya kembali berjuang di Nusa Tenggara Barat. Beruntung saya lahir disini provinsi yang mensupport atlet berprestasi. Saya banyak belajar bagaimana memahami diri secara fisik dan spiritual. Dan tentu support dari orang tua, pelatih dan Pak Hasan sebagai ketua umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Itu sebabnya saya semangat dan ingin membalas budi dan menjadi sejarah di dunia atletik di Indonesia,”tutupnya (put/adt)

Sepuluh Atlet Kalsel Siap Bersaing di Kejurnas Atletik Pada Desember Mendatang

Atlet atletik Kalsel

Kalimantan Selatan (Kalsel) terus mempersiapkan para atletnya di cabang olahraga atletik untuk mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik, tanggal 6-9 Desember mendatang, yang rencananya akan diselenggarakan di Stadion Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur. Ke 10 atlet atletik Kalsel ini, merupakan para atlet yang sudah menghasilkan prestasi di ajang Porprov X di Tabalong, beberapa waktu lalu. Demi mempersiapkan atletnya dengan baik, Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) mengadakan pertemuan dengan KONI Kalsel. Pada kesempatan itu Ketua Umum Pengprov PASI, H Rusdi Aziz mengatakan, pertemuannya dengan KONI Kalsel sebagai bentuk laporan para atlet yang akan pentas di Kejurnas Atletik di Jakarta. “Rapat ini sekaligus laporan kepada KONI Kalsel, dan meminta dukungan mengenai dana keberangkatan para atlet,” ucap H Rusdi yang dikutip dari portal banjarmasinpost.co.id. Saat ini, atlet atletik Kalsel sedang menjalani pemusatan latihan dan berangkat ke Jakarta pada 5 Desember mendatang. H Rusdi pun, berharap agar atlet Kalsel dapat berbicara banyak di Kejurnas Atletik. “Kami tidak menargetkan hasil yang tinggi, semoga mampu berbicara di tingkat nasional, ya minimal medali perunggu,” harapnya. Berikut Nama-nama atlet atletik Kalsel yang dikirim ke Kejurnas Jakarta 2017 No-Nama-Nomor Atletik 1. Mardiansyah (HST) -lari 100 meter, 200 meter, dan estafet 2. Ahmad Rofikudin (Baritokuala) -lompat jauh 3. Aif Rahman Rifani (Banjar) -estafet 4. M Surya Ariandy (Banjarmasin) -estafet 5. Nofarin (Banjarmasin) -lompat tinggi 6. M Syaifullah (Tabalong) -lari 5000 meter 7. Ayu Sri Ningsih (Baritokuala) -estafet 8. Desy Ratnasari (Tabalong) -lari 100 meter, estafet 9. Mujalifah (HST) -estafet, lari 100 meter. 10 Ismi (Banjarbaru) -estafet(pah/adt/bmp)

Setelah Sukses Dengan Lari Kajen 5K, Bupati Pekalongan Kembali Cabangkan Lari Kajen 20K

event-Lari-Kajen-5K

Dinas Kepemudaan dan Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pekalongan, baru-baru ini menggelar event Lari Kajen 5K, Minggu (26/11). Event lari yang dibuka langsung oleh Bupati Pekalongan, H Asip Kholbihi dan diikuti oleh kurang lebih 1.234 peserta. Para peserta Lari Kajen 5K Tahun 2017 akan melalui rute Alun alun Kajen – SMA 2 PGRI Kajen – Jalan Teuku Umar – SPBU Gejlig – Jalan Pahlawan – Tugu Km O – Jalan Mandurorejo, dan kembi ke Alun alun Kajen. Kepala Dinporapar Kabupaten Pekalongan M Bambang Irianto mengatakan, event ini sebagai ajang pembinaan atlet yang lebih terstruktur dan juga matang. Mayoritas peserta Lari Kajen 5K berasal dari pelajar SMP maupun SMA, yakni sekira 734 dan untuk umumnya sebanyak 500. “Lomba lari Kajen 5K 2017 terbuka untuk pelajar dan umum. Untuk pelajar terbatas hanya pelajar Kabupaten Pekalongan. Sedangkan untuk umum dibuka untuk warga Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten/Kota sekitarnya,” kata Bambang seperti dikutip radarpekalongan.co id Lanjutnya, event Lari Kajen 5K dianggap sebagai wadah para atlet lari untuk mengasah kemampuannya bersama peserta lain “Mengukur pencapaian pembinaan prestasi olahraga atlet cabang atletik Kabupaten Pekalongan. Dan sebagai momentum peningkatan gairah dan motivasi atlet untuk berlatih dan berprestasi di ajang olahraga yang lebih tinggi,” ucapnya. Sementara itu Bupati Pekalongan H Asip Kholbihi sempat mengucapkan terima kasihnya kepada seluruh jajaran panitia yang sudah melaksanakan kegiatan Lari Kajen 5K. Bahkan, dirinya akan membuat Lari Kajen dengan jarak 20K. “Hari ini (kemarin, red) kita memasyarakatkan olahraga yang murah meriah sekaligus aspek kekeluargaannya dapat kita jalin yaitu lomba lari Kajen 5K, dimana start-finishnya masih sekitar dalam kota. Untuk itu saya akan merancang Lomba Lari Kajen 20K, dimana nanti larinya menuju columnar joint (karang tegak) Watubahan di Desa Lemahabang Kecamatan Doro. Itu adalah salah satu columnar joint yang ada di Indonesia dan perjalanannya sangat menantang apabila larinya dari Kajen sini,” ujar Bupati. Tambahnya, dengan adanya Lari Kajen 20K para peserta akan tertantang dengan rute yang dilaluinya. Ia juga mengatakan, dengan event seperti ini, secara tidak langsung juga turut memperkenalkan wisata Kota Pekalongan. “Ini saya kira sebuah terobosan yang harus kita laksanakan dalam rangka untuk mengenalkan tempat wisata. Disamping itu juga agar kita bersama-sama mengolahragakan masyarakat dan sebaliknya memasyarakatkan olahraga lari yang murah, meriah, sekaligus kita menjalin silaturahim melalui olahraga ini,” imbuhnya.(pah/adt)

Gagal Saat Bersaing Di SEA Games, Menjadi Cambukan Bagi Tegar Untuk Terus Berprestasi

Tegar-Teuku-Abadi-Atletik

Kegagalan merupakan hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Terutama bagi atlet yang membawa nama besar negaranya, apalagi membawa nama bangsa Indonesia ke kancah internasional. Melalui seleksi di Singapore Open, Tegar Teuku Abadi atau Tegar, menjadi salah satu atlet atletik galah pembawa nama Indonesia pada ajang SEA Games 2017 lalu. Tegar pernah mengalami sebuah kegagalan ketika ia tidak berhasil melewati galah. “Setiap galah punya kekuatan masing-masing. Pada saat itu, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) membeli galah untuk para atlet tetapi belum datang sampai kita latihan. H-1 galah baru sampai di Malaysia. Jadi galah barunya saya gak bisa pakai saat latihan yang harus tetap jalan. Galah itu kan harus dibiasakan dipake agar tidak kaku tapi ini baru datang. Jadi karena itu point saya 0, alias tidak dapat point di SEA Games. Namanya atlet, ya pasti frustasi sudah latihan terus untuk SEA Games pas sampai disana jadi anjlok gitu.” Ujarnya Meski begitu, atlet yang saat ini berada di dalam binaan PELATNAS Universitas Negeri Jakarta tidak putus asa. Ia memiliki cita-cita menjadi seorang pelatih untuk menumbuhkan bibit-bibit atlet baru. “Kalau terus-terusan jadi atlet ya paling umur 30 atau 35 sudah berhenti, dan umur menjadi faktor utama untuk berhenti jadi atlet. Saya mau menularkan ilmu yang saya dapat gitu. Saya ingin melatih dan membuat orang jadi atlet. Saya mau kayak gitu, karena kan saya dijadiin atlet sama orang lain dan saya mau jadiin orang sebagai atlet malah harus melebihi saya,”ucapnya Cowok yang berusia 18 tahun ini memang menggeluti berbagai cabang olahraga atletik, seperti jangkit, galah dan lari estafet 4×400 meter. Ia juga sudah mengikuti berbagai kompetisi seperti Asia Youth Champhions di Qatar, Asian School Champshions di China, Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV), Pekan Olahraga Pelajar (POPNas) dan masih banyak lagi. Kecintaannya kepada atletik memang sudah ia tekuni sejak masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Awalnya, ia mengikuti atletik lari dengan jarak 800 meter. Karena kurang bersaing, ia pindah menekuni lompat jauh dan lompat jangkit. Lalu ketika ada seleksi se-kabupaten, ia pun mulai menekuni lompat galah dan membawanya menjadi atlet nasional dan internsional. Cowok asal Tuban, Jawa Timur ini sedang mempersiapkan Kejuaraan Nasional yang akan diadakan pada 5 sampai 9 Desember ini mengakui begitu mencintai atletik. “Buat saya jadi atlet galah gak ada yang gak enak. Karena saya cinta olahraga ini dan saya suka. Jadi ngelakuin berbagai program, teknik dan sebagainya jadi enjoy.”tutupnya (put/adt)

Batal Bertanding Ke Myanmar, Bilal Terancam Keluar Dari Pelatnas

Bilal-atletik

Pengalaman cedera memang bisa menghalangi atlet untuk bertanding. Bilal Bilano, atlet atletik yang pernah mengalami kejadian cedera yang membuat ia tidak bisa ikut kompetisi di Myanmar. Bahkan Ia terancam tidak bisa menjadi atlet lagi dan akan dikeluarkan dari Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS). “Saya pernah cedera di bagian bokong selama 2 bulan. Saat itu, saya lagi mau ada kejuraan di Myanmar. Tetapi gara-gara cedera saya, akhirnya gak berangkat ke sana. Di situ saya hampir putus asa dan gak mau lanjutin lagi untuk jadi atlet, Karna pelatih saya bilang kalo saya gak bisa sembuh maka saya akan di pulangkan atau di keluarin dari pelatnas.” Ujarnya Kejadian yang terjadi pada 2014 lalu memang membekas bagi Bilal. Namun, meski sempat putus asa, Bilal diberikan motivasi dari keluarga. “Karena kejadian itu, saya hampir sangat putus asa. Yang bisa memotivasi saya hanya satu, yaitu keluarga. Hanya keluarga yang bisa buat saya balik untuk semangat lagi.”tuturnya Mahasiswa Administrasi Negara Universitas Moestopo Jakarta ini memang sudah mengikuti berbagai kompetisi nasional maupun internasional seperti ajang POMNas 2017, PON Jawa Barat 2016, Vietnam Open 2013, Thailand Qualification Olympic Youth 2014 dan Polandia Junior Champhionships 2016. Selain bangga mewakili Indonesia diajang internasional, Bilal juga mengalami kejadian yang menarik ketika melawan atlet-atlet dunia ajang Polandia Junior Champhionships 2016 lalu. “Waktu bertanding di Polandia, ya kita kan orang Asia bertemu kaya orang-orang yang dari Amerika dan Afrika. Mereka kan langkahnya panjang banget, dan untuk ngelangkah kebelakangnya itu dia bisa setinggi muka saya, bahkan hampir mengenai muka saya, ya itu sih yang membuat saya gak pernah lupa di pertandingan itu.”tutupnya (put/adt)

Pernah Pecahkan Rekor Lari Gawang, Kini Ayu Targetkan Pecah Rekor Baru

lari-gawang-ayu

Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik Remaja dan Junior, yang di selenggarakan beberapa waktu lalu di Stadion Rawamangun berhasil mencetak beberapa rekor Nasional, termasuk lari gawang. Salah satu rekor yang berhasil di pecahkan yakni, di nomor lari gawang 100m remaja putri atas nama Safrina Ayu Melina yang membela Jawa Timur dengan waktu 14.34 detik. Ayu berhasil memecahkan rekor yang sudah lama di pegang Ken Ayu Thaha dari DKI Jakarta dengan waktu 14.45 pada tahun 2013. Ayu, mengatakan kepada nysnmedia.com, bahwa dirinya tidak pernah menyangka bisa memecahkan rekor nasional yang sudah lama di pegang milik atlet DKI Jakarta. “Iya, Alhamdulillah awalnya gak percaya sih, mikirnya ah gak mungkinlah aku bisa mecahin rekor sekenceng itu, dan lumayan lama, semenjak 2013 rekor itu bertahan. Tapi, kehendak tuhanlah yang memberikan dan akhirnya aku bisa,” terang Ayu yang bercita-cita sebagai Kowad (Komando Wanita Angkatan Darat). Rencananya untuk tahun depan, Ayu sudah naik kelas ke nomor junior. Ayu pun, sudah menargetkan prestasi dan sudah berlatih keras untuk terus meraih prestasi yang lebih baik lagi. Setiap hari pun, Ayu terus berlatih keras bersama dengan sang pelatih, Rusli. “Buat tahun depan ini aku udah naik ke junior, jadi ada rekor beda lagi karena gawangnya tingginya juga beda. Untuk pecahkan rekor di junior, berat banget tapi gak ada yang gak mungkin selama kita berusaha dan terus berlatih,” ungkap mahasiswi semester 1 jurusan Olahraga di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Berikut prestasi yang pernah di raih Ayu dalam lari gawang, di antaranya: 1. Juara 2 Kejurda Antar Klub Jatim Open 2014 di nomor 400m Gawang 2. Juara 3 Kejurnas Atletik Junior dan Remaja 2014 di Jakarta 3. Partisipan Asean School Games, Filipina di nomor 100m 4. PON Remaja Jatim – 100m Juara 2 – 400m Juara 3 – 4×100 Juara 1 5. Juara 1 Kejurnas Atletik Remaja (pah/adt)

Di Kenalkan Olahraga Atletik Dari Sang Ayah, Dara Ini Langsung Jatuh Hati

Safrina-Ayu-Melina

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mungkin itu peribahasa yang tepat untuk atlet lari gawang putri Safrina Ayu Melina. Sejak masih duduk di Taman Kanak-kanak (TK), Ayu sapaan akrabnya sudah di kenalkan olahraga atletik oleh sang ayah Riswanto Pamudji. Ayu menceritakan awal mula kecintaannya terhadap atletik kepada nysnmedia.com, bahwa semenjak di ajak sang ayah ke lintasan atletik. Dirinya langsung jatuh hati kepada olahraga lari ini. “Sejak kecil sudah sering di bawa ayah kelapangan, ayah juga kebetulan pelatih atletik di wilayah Jawa Timur,” ucap Ayu. Mulai dari situ, Ayu terus dilatih oleh sang ayah untuk menjadi atlet lari handal. Namun, tahun 2013 akhir, Ayu sudah tidak di latih sang ayah lagi. “2013 akhir aku sudah gak dilatih sama ayah. Nah, waktu masih di latih sama ayah, kejuaraan yang pertama kali ikut itu Pekan Olahraga (POR) tingkat SD se-Surabaya. Dan, hasilnya dapat juara 3 di nomor 60 meter sprint, itu waktu aku kelas 4 SD,” pukasnya. Ayu pun, sangat berterima kasih kepada sang ayah yang sudah melatih dirinya sejak kecil untuk menjadi atlet lari. (pah/adt)