Kisah Perjuangan Riley Day, Dari Supermarket Hingga Olimpiade

Kisah Perjuangan Riley Day, Dari Supermarket Hingga Olimpiade

Pelari muda Australia, Riley Day, mungkin gagal membawa pulang medali dari Olimpiade Tokyo 2020. Akan tetapi, tampil di Olimpiade Tokyo 2020 merupakan prestasi tersendiri bagi Day yang bekerja sebagai pegawai supermarket. Day berkompetisi di nomor 200 meter putri Olimpiade Tokyo 2020 nomor 200. Penampilannya pun cukup baik. Atlet berusia 21 tahun itu menembus semifinal. Akan tetapi, Day tidak bisa melanjutkan kiprahnya ke final karena hanya berada di urutan keempat. Namun, daya tarik dari atlet muda itu bukan pencapaiannya di Olimpiade Tokyo 2020, melainkan latar belakangnya. Day adalah seorang pegawai sebuah supermarket di Australia Day telah menghabiskan tiga tahun bekerja di salah satu supermarket ternama, Woolies. Dia ditempatkan di salah satu cabang, di Queensland. Dalam rutinitasnya sehari-hari, Day hanya libur pada Minggu. Meski sangat sibuk dengan pekerjaannya, atlet asal Negeri Kangguru itu tidak patah semangat. Day berlatih kurang lebih tiga jam sehari, enam kali seminggu. Selain itu, dia juga mengikuti kuliah di Universitas Griffith. “Saya menjalani banyak latihan dan aktivitas lainnya. Itu sangat melelahkan,” ujar Day dilansir dari News, Sabtu (6/8/2021). Day tampil di Olimpiade Tokyo 2020 tanpa sponsor. Dia sempat meminta para penggemar barunya untuk mem-follow media sosialnya. Menariknya, para suporter sempat ingin mencarikan Day sponsor untuk membantunya meraih medali. Akan tetapi, satu-satunya sponsor yang tetap setia bersama Day adalah kantornya sendiri, Woolies. Selama Day berada di Tokyo, pihak supermarket telah menyatakan, bahwa atlet muda itu tetap menerima gaji meski dirinya absen. Dengan demikian, semoga segala bentuk dukungan yang diterima Riley Day dapat membantunya melangkah lebih jauh lagi. Day diharapkan konsisten tampil apik dalam setiap ajang yang diikutinya. Meski gagal di Tokyo, Day masih punya peluang untuk meraih medali di Olimpiade Paris 2024. Sumber: Okezone

Tekuk Unggulan Keenam, Priska Jumpa Seeded Kesembilan Australia Open Junior 2019

Priska Madelyn Nugroho, melaju ke babak ketiga nomor tunggal Australia Terbuka Junior 2019. Pada babak kedua, Selasa (22/1), satu-satunya wakil andalan Merah Putih itu, mendepak unggulan keenam dari Amerika Serikat, Ma Lea, dengan skor akhir 5-7 6-3 6-0. (topskor.co.id)

Melbourne- Petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, melaju ke babak ketiga nomor tunggal Australia Terbuka Junior 2019. Pada babak kedua, Selasa (22/1), satu-satunya wakil Merah Putih di turnamen tenis berjuluk Grand Slam of Asia Pacific itu, mendepak unggulan keenam dari Amerika Serikat, Ma Lea. Priska unggul dalam laga rubber set dengan skor akhir 5-7 6-3 6-0. Sebelumnya, di laga pembuka Australia Open Junior 2019, pada Minggu (20/1), Priska menyudahi petenis Korea Selatan, Yoen Woo Ku, juga dengan tiga set 6-3, 6-7, 6-4. “Saya sempat kehilangan konsentrasi ketika unggul 3-1 di set awal. Kejadian serupa nyaris terulang pada set kedua. Tapi saya bisa kembali mengontrol permainan dan menyelesaikan set kedua dan percaya diri menyelesaikan set berikutnya,” ucap Priska usai laga. Partai seru berdurasi satu jam 18 menit itu, berlangsung di lapangan nomor delapan Melbourne Park ini. “Serve pertama menjadi kunci kemenangan ini,” imbuh dara manis berkawat gigi yang lahir 29 Mei 2003 ini. Merujuk statistik pertandingan, Priska sanggup melesakkan tujuh kali aces alias serve yang tak tertepis lawan. Padahal, rata-rata kecepatan servisnya hanya 144 km/jam, yang sejatinya lebih pelan dari Ma Lea, yang mencatat rerata ace 147 km/jam. Pada babak ketiga, Rabu (23/1), Priska bakal kembali menghadapi lawan yang tak kalah berbobot, yakni Kamilla Bartone. Petenis Latvia peringkat 21 dunia itu menempati posisi unggulan kesembilan turnamen. Di babak 32 besar, remaja semampai kelahiran Riga, Latvia, 7 Juni 2002 itu, menang atas andalan Australia, Olivia Gadecki 7-6(4) 4-6 6-3. Sepekan silam, saat tampil di babak kedua turnamen pemanasan di Traralgon, Priska unggul straight set atas Gadecki 6-4 6-2. “Kalau Priska mampu mempertahankan level permainan seperti babak kedua, saya yakin peluangnya cukup besar melewati babak 16 Besar,” tutur pelatih Ryan Tanujoyo yang bersama Elbert Sie mendampingi Priska selama di Negeri Kanguru. (Adt) Hasil Selasa (22/1)Babak Kedua (32 Besar)Priska Madelyn Nugroho v 6-Ma Lea (AS) 5-7 6-3 6-0 Jadwal Rabu (23/1)Babak Ketiga (16 Besar)Priska Madelyn Nugroho v 9-Kamilla Bartone (Latvia)

Tantang Unggulan Keenam Asal New York di Australia Open Junior, Priska : Siap Siapapun Lawannya

Petenis Indonesia peringkat 44 dunia, Priska Madelyn Nugroho (15 th) akan menjajal ketangguhan unggulan keenam asal Amerika Serikat berperingkat 19 dunia, Ma Lea (17 th), pada babak kedua Australia Terbuka Junior, pada Selasa (22/1). (picssr.com)

Melbourne- Petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho menjajal ketangguhan unggulan keenam asal Amerika Serikat, Ma Lea, pada babak kedua Australia Open Junior 2019, pada Selasa (22/1). Pertemuan antara peringkat ke-44 dan 19 dunia itu dijadwalkan berlangsung di lapangan nomor delapan Melbourne Park. Lawan Prsika terhitung cukup matang dari sisi usia. Lea adalah petenis berdarah Tionghoa berasal dari Dix Hills, New York. Dara kelahiran 1 Februari 2001 ini merupakan atlet timnas USA, yang tampil dalam ajang Olimpiade Remaja (Youth Olympic) pada Oktober 2018 lalu, di Buenos Aires, Argentina. “Pokoknya saya siap saja melawan siapapun karena memang tak ada lawan yang mudah di ajang level grand slam seperti ini,” ucap Priska, tak gentar ketika dihubungi pada Senin (21/1), yang tampil di arena pertandingan turnamen tenis berjuluk Grand Slam of Asia Pacific itu. “Berusaha main terbaik dan semaksimal mungkin memanfaatkan peluang yang ada,” lanjut dara kelahiran Jakarta, 29 Mei 2003 ini. Kiprah Priska, satu-satunya wakil Merah Putih di arena grand slam ini hanya tersisa di nomor tunggal, menyusul kekalahannya pada babak pertama ganda, Senin (21/1). Duet Priska/Wei Sijia kandas di tangan unggulan kedua asal Thailand, Thasaporn Naklo/Mananchaya Sawangkaew 0-6 2-6 hanya dalam tempo 46 menit. “Lawan sangat dominan dari awal pertandingan. Priska dan partnernya kesulitan dan tak mampu keluar dari tekanan,” ulas pelatih Ryan Tanujoyo yang bersama Elbert Sie mendampingi Priska. Menurut Ryan, faktor jam terbang juga sangat berpengaruh dalam pertarungan di level grand slam. “Pasangan Thailand itu sangat kompak dan lebih berpengalaman tampil di grand slam seperti Australia Terbuka ini. Sementara Priska dan Wei memang baru melakukan debut di ajang seperti ini,” paparnya. Priska dan Wei Sijia merupakan petenis termuda yang masuk sebagai direct acceptance babak utama Australia Terbuka Junior 2019. “Semoga Priska dapat segera melupakan kekalahan di nomor ganda dan bisa mengambil banyak pelajaran dari pertandingan itu agar lebih siap menjalani partai babak 32 besar tunggal,” tandasnya. (Adt) Jadwal Selasa (22/1)Priska Madelyn Nugroho v 6-Ma Lea (AS) Hasil Senin (21/1)Priska Madelyn Nugroho / Wei Sijia (China) v 2-Thasaporn Naklo / Mananchaya Sawangkaew (Thailand) 0-6 2-6

Hadapi Wakil Korsel di Babak Pertama Australia Open Junior 2019, Priska : Dia Kawan Berlatih

Petenis muda Indonesia, Priska Madelyn Nugroho (15 tahun), akan memulai debutnya di ajang Grand Slam, Australia Open Junior 2019, pada Minggu (20/1). Peringkat ke-45 junior dunia itu, bakal menghadapi wakil Korea Selatan (Korsel), Yeon Woo Ku. (tribunnews.com)

Jakarta- Petenis muda Indonesia, Priska Madelyn Nugroho akan memulai debutnya di ajang Grand Slam, Australia Open Junior 2019, Minggu (20/1). Dari hasil undian babak utama yang dilakukan Jumat (18/1), peringkat ke-45 junior dunia itu bakal menghadapi wakil Korea Selatan (Korsel), Yeon Woo Ku, pada laga perdana. Yeon yang saat ini berada di urutan ke-127 junior dunia, masuk babak utama menggunakan fasilitas wild card, setelah memenangi Australia Open Asia Pacific Play Off di Zhuhai (Tiongkok), awal Desember 2018. “Meskipun belum pernah bertemu di lapangan, dia bukanlah lawan yang asing karena beberapa kali berlatih bersama,” tutur Priska, pada keterangannya Jumat (18/1) seusai melakoni latihan di Albert Reserve Park, Melbourne. “Saya optimistis bisa melaju ke babak kedua,” ucap Priska. Akhir tahun lalu dalam persiapan menuju Australia Terbuka ini, bersama Yeon, dara kelahiran Jakarta 29 Mei 2003 bahkan turut mengikuti pemusatan latihan bersama dengan mantan pelatih Andy Roddick, Tarik Benhabilles di Bangkok, Thailand. “Semua lawan di level Grand Slam tidak ada yang mudah. Kami semua berusaha untuk bermain semaksimal mungkin memanfaatkan peluang yang ada. Mohon doa dan dukungan dari seluruh pencinta tenis indonesia,” ucap pelatih Ryan Tanujoyo bersama Elbert Sie, yang mendampingi kiprah Priska, selama di Australia. Bila mampu menepiskan perlawanan Yeon, Priska bakal terlibat bentrok dengan pemenang laga antara unggulan keenam dari Amerika Serikat, Lea Ma dan wakil Rusia, Elina Avanesyan. Priska juga akan tampil di nomor ganda berpasangan dengan petenis asal Tiongkok, Wei Sijia. Keduanya adalah petenis termuda yang lolos sebagai Dirrect Acceptance Babak Utama Australia Terbuka Junior 2019. Undian partai ganda, berlangsung pada Sabtu (19/1). Hadirnya Priska, menandai kehadiran kembali wakil Merah Putih di ajang Grand Slam setelah cukup lama petenis Indonesia absen dari turnamen tenis kelas wahid dunia. (Adt)

Takluk dari Nomor Empat Dunia, Petenis 15 Tahun Asal Jakarta Kalah Speed Dan Power

Langkah petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho (kiri) harus terhenti di babak 16 besar turnamen ITF Junior Grade 1 bertajuk AGL Loy Yang di Traralgon, Australia, Minggu (13/1). Priska tumbang straight set dengan skor 1-6 2-6, dari seeded teratas asal Denmark, Clara Tauson (kanan). (Tribunnews.com)

Victoria- Langkah petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho (15 th) akhirnya terhenti di babak 16 besar turnamen ITF Junior Grade 1 bertajuk AGL Loy Yang di Traralgon, Australia, Minggu (13/1). Peringkat ke-45 junior dunia itu harus mengakui keunggulan seeded teratas asal Denmark, Clara Tauson (16). Priska kalah dari petenis nomor empat dunia itu straight set dengan skor 1-6 2-6. “Awalnya sebenarnya Priska dapat mengimbangi irama permainan lawan, tetapi memang lawan bermain sangat baik dan sangat konsisten,” ungkap sang pelatih, Ryan Tanujoyo, seusai laga. “Faktor kekalahan hari ini ada di speed dan power. Namun, Priska mendapatkan banyak pengalaman berharga dari pertandingan hari ini,” jelas Ryan, dalam pesan singkatnya kepada sejumlah jurnalis di Jakarta. Ryan berharap, seusai terhenti di turnamen AGL Loy Yang, Priska mendapatkan banyak pengalaman berharga dan dapat memberikan hasil yang lebik baik di Australian Open Junior pekan depan. Meski telah terhenti, Priska beserta duet pelatih Ryan dan Elbert Sie memutuskan tetap berada di Traralgon, hingga Rabu (16/1). “Saat ini, justru lebih mudah mendapatkan lapangan latihan di Traralgon, karena kami baru bisa menggunakan fasilitas latihan Australia Open Junior 2019, di Melbourne, mulai Kamis (17/1),” tutur Ryan. Priska dijadwalkan bakal tampil di babak utama turnamen grand slam Australia Terbuka Junior yang bergulir mulai 19 Januari. Selain di nomor tunggal, dara kelahiran Jakarta 23 Mei 2003 ini, akan turun di sektor ganda, putri berpasangan dengan petenis asal Tiongkok, Wei Sijia. (Adt)

Libas Petenis Tuan Rumah, Priska Besok Tantang Unggulan Teratas

Tampil di babak kedua turnamen ITF Junior Grade 1 bertajuk AGL Loy Yang di Traralgon, Australia, Priska Madelyn Nugtoho (15 th) berhasil menyisihkan perlawanan andalan tuan rumah, Olivia Gadecki melalui laga straight set 6-4 6-2. (sportschannelindonesia.co.id)

Victoria- Petenis muda Indonesia, Priska Madelyn Nugtoho (15 th) tampil apik di babak kedua turnamen ITF Junior Grade 1 bertajuk AGL Loy Yang di Traralgon, Australia. Bermain pada partai pembuka di lapangan utama Traralgon Tennis Club, Sabtu (12/1), Priska menekuk andalan tuan rumah, Olivia Gadecki, lewat laga straight set 6-4 6-2. “Rasanya lega, akhirnya bisa revans atas Olivia,” ucap Priska yang kini bercokol di peringkat ke-45 dunia junior. Walau menempati posisi ke-144 dunia, Olivia menjadi momok bagi Priska, sepanjang musim kompetisi tahun lalu. Dalam tiga kali pertemuan, tak sekalipun Priska mampu memetik kemenangan. “Laga ini sebenarnya bukan laga yang mudah bagi Priska untuk menemukan irama permainan. Apalagi kondisi lapangan yang tak cukup membantu karena sangat berangin,” tutur pelatih Ryan Tanujoyo yang mendampingi anak didiknya bersama Elbert Sie selama di Australia. “Awalnya sempat tertinggal 1-3, namun Priska konsisten menjalankan strategi yang telah kami rancang yakni memberi pressure ke arah badan lawan. Hal itu sangat efektif mematikan lawan dan menghasilkan angka kemenangan,” imbuhnya. Namun, Priska enggan jemawa lantaran sadar tantangan yang menghadangnya makin berat dalam ajang pemanasan grand slam Australia Terbuka ini. Pada babak 16 besar, Minggu (13/1) dia harus terlibat bentrok dengan unggulan teratas, Clara Tauson. Wakil Denmark itu bertengger di urutan keempat dalam daftar peringkat junior dunia. “Sejauh ini, Clara lawan berperingkat tertinggi yang pernah saya hadapi. Namun tak ada alasan untuk takut. Saya siap menghadapi siapapun,” tegasnya. “Mudah-mudahan Priska tampil percaya diri di babak berikutnya dan bermain all out,” harap Ryan. Gadis kelahiran Jakarta 2 Mei 2003 itu sebelumnya, pada babak pertama melangkah mulus, usai menang mudah atas petenis kualifikasi asal Italia, Lisa Pigato, Jumat (11/1). Priska menang straight set 6-0 6-1. Sayangnya langkah Priska di nomor ganda, sudah harus terhenti di laga perdana. Duetnya bersama wakil China, Wei Sijia kandas di tangan seeded ketiga, Natsumi Kawaguchi (Jepang) dan Andrinn Nagy (Hungaria) 4-6 1-6. (Adt)

Debut Perdana di Grand Slam Australia 2019, Petenis 15 Tahun Asal Jakarta Bidik Delapan Besar

Petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho (tengah), akan segera memulai debutnya di Australia Open 2019. Dara kelahiran Jakarta, 29 Mei 2003 tampil di turnamen junior berlevel grand slam, di Stadion Melbourne Park, Melbourne, pada 19 Januari. (istimewa)

Jakarta- Petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, tak sabar memulai debutnya di Australia Open 2019. Dara kelahiran Jakarta, 29 Mei 2003 itu berharap penampilannya di turnamen berlevel grand slam di Melbourne Park itu, mampu memberi kebanggaan bagi Merah Putih. Ia membidik target minimal menjejak perempat final tunggal putri kategori yunior. “Australia Open adalah grand slam pertama saya menekuni tenis. Tentu saya sangat bersemangat bertanding di ajang tersebut,” ujar Priska di Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, sesaat sebelum bertolak menuju Australia, pada Senin (7/1). “Target ingin masuk perempat final Australia Open, namun saya berusaha semaksimal mungkin mendapat hasil yang lebih bagus,” lanjut petenis di posisi ke-45 yunior putri dunia itu. Tak sekedar sesumbar, namun optimisme yang membuncah dalam diri Priska itu muncul, lantaran dia telah cukup mengenal kekuatan calon-calon lawannya. “Kalau petenis Eropa dan Amerika Serikat sudah cukup tahu ketika bertanding di babak final Fed Cup Junior di Hungaria, tahun lalu,” tuturnya. “Lawan dari Asia dan Australia, tak hanya kenal permainan, sebab sering berlatih bersama seperti di Bangkok, akhir tahun lalu bersama petenis Thailand, Korea dan Jepang,” jelasnya. Selain tampil di babak utama tunggal putri yunior, Priska juga berlaga di nomor ganda berpasangan dengan petenis peringkat ke-88 asal Tiongkok, Wei Sijia. Menghadapi laga debutnya di Australia Open 2019, Priska telah melakoni sejumlah persiapan matang. Selain menjalani latihan rutin bersama Elbert Sie dan Ryan Tanujoyo di Bandung, dia juga mengikuti training camp bersama mantan pelatih Andy Roddick, Tarik Benhabiles di DNA Tennis Bangkok, yang dikelola mantan petenis top Thailand, Danai Udomchoke, akhir tahun lalu. “Kami persiapkan matang semua faktor yang akan menjadi faktor penentu keberhasilan Priska di Australia Open, terutama fisik dan mental,” cetusnya. Semoga mendapat hasil yang maksimal, setidaknya masuk delapan besar,” ucap Ryan yang bersama Elbert, bakal mendapingi anak didiknya itu menjalani debutnya di Australia Open. “Mohon doanya agar keberuntungan juga memayungi langkah Priska karena semua juga tergantung hasil undian. Semoga Priska bisa berada pada top berformance selama di Autralia,” imbuhnya. Australia Open kategori yunior, akan berlangsung pada pekan kedua turnamen grand slam pembuka, yakni 19 hingga 26 Januari 2019. Namun, sebelumnya Priska akan turun di turnamen pemanasan yakni ITF Junior Grade 1, berlabel AGL Loy Yang Junior Internasional di Traralgon, Victoria, Austrlia, pada 11-16 Januari. Penampilan Priska di Australia Open 2019 memberi angin segar bagi Indonesia, sebab cukup lama wakil Merah Putih tak unjuk gigi di turnamen internasional bergengsi. (Adt)

Tim Junior Jadi Bintang, Jabar Pimpin Perolehan Medali Kejurnas Arung Jeram R6 2018

Tim arung jeram Jawa Barat (Jabar) tengah bertanding dalam Kejurnas Arung Jeram R6 2018 di Sungai Ciwulan, Tasikmalaya. Hingga Sabtu (15/12), mereka memimpin dengan 11 medali emas, 3 perak, dan 3 perunggu. (pikiran-rakyat.com)

Tasikmalaya– Tim arung jeram Jawa Barat terus mendominasi perolehan medali emas Kejuaraaan Nasional (Kejurnas) arung jeram R6 2018, di Sungai Ciwulan, Tasikmalaya yang berlangsung 13-16 Desemeber. Pada Sabtu (15/12), Jawa Barat (Jabar) telah mengantongi 11 medali emas, 3 perak dan 3 medali perunggu. Unggul jauh atas Jawa Tengah (Jateng) di peringkat kedua, dengan 8 medali emas dan satu medali perak. Disusul DKI Jakarta di peringkat ketiga dengan dua medali emas. Lalu keempat ada NTB, dengan satu medali emas dan satu perunggu. Dan kelima, ada DI Yogyakarta dengan satu medali emas. Sebelumnya, pada Jumat (14/12) malam, Jabar meninggalkan kontingen lain dengan tujuh emas. Lalu merek makin mendominasi usai menambah empat emas pada Sabtu (15/12). Empat emas tambahan diraih oleh tim master R6 men, dengan raihan total poin 600, unggul atas DIY Yogyakarta di peringkat kedua dengan 528 poin. Sementara medali perunggu diraih oleh Sumatera Barat dengan 474 poin. Emas kedua didapat tim Jabar Youth R6 women. Jabar mengantongi 576 poin, disusul Jateng 552 poin, serta Sumatera Barat dengan 475 poin. Emas ketiga diraih oleh youth R6 men yang juga meraih 600 poin, Aceh (501 poin), lalu peringkat ketiga Jateng juga 501 poin. Emas keempat diraih oleh tim Jabar junior women. Mereka mengantongi 300 poin, disusul DKI Jakarta 264 poin dan Sumatera Barat 237 poin. Seusai laga pelatih open dan junior men Jabar, Insan Caldera mengaku puas dengan performa tim Jabar. “Di kategori slalom, kontingen kami memborong 4 emas 1 perak dan 1 perunggu. Kategori slalom adalah jenis lomba yang membutuhkan keahlian dan ketepatan manuver perahu dalam melewati gawang, jadi pengalaman dan skill yang mumpuni, sangat berpengaruh dalam kategori ini selain power,” ucap Insan. Menurut dia, pengalaman yang matang dimiliki tim Jabar, karena atletnya sering mengikuti kejuaraan dunia. Tentu dengan pengalaman yang banyak semakin mempermudah Jabar mempertahankan juara umum Kejurnas 2018. “Kami sering mengikuti beberapa kejuaraan, termasuk kejuaraan dunia. Ini membantu Jabar meraih medali, di hari ketiga ini,” tuturnya. Hal senada dikatakan pelatih Jabar, Wawan Purwana. Menurut dia, kemenangan tim Jabar adalah hasil dari proses pembinaan yang terus menerus dan berkesinambangun. “Nomor Slalom ini adalah nomor paling bergengsi, di antara nomor lainnya, yakni Sprint, Head to Head dan Down River Race. Slalom itu nomor teknis. Tim Putri mempunyai basis latihan di Sungai Citarik, Sukabumi, dan tim putra mempunyai basis latihan di Sungai Citarum, Rajamandala,” katanya. Namun, kata dia, prestasi mereka ini kurang dukungan dari pihak terkait. Seperti yang dialami oleh tim yang berasal dari Citaru, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Tim ini terpaksa tampil tanpa mendapat dukungan sama sekali dari KONI KBB. (Adt)

Jabar Gelar Kejurnas Arung Jeram R6 2018 di Sungai Ciwulan, Andalkan Peforma Tim Junior

Pengprov Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Jawa Barat siap menggelar Kejurnas R6 2018 dan mempertahankan titel juara bertahan, yang akan berlangsung di Sungai Ciwulan, Kawalu, Tasikmalaya pada 13 hingga 16 Desember 2018. (extremeina.com)

Bandung- Sebanyak 44 tim dari 13 provinsi Se-Indonesia meramaikan Kejuaraaan Nasional (Kejurnas) arung jeram R6 2018, yang berlangsung di Sungai Ciwulan, Urug Lapang, Kawalu, Tasikmalaya, mulai 13 hingga 16 Desember 2018. Hal ini dipastikan Sekum Pengprov Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Jabar, Iwan Ruswanto. Ia menyebut bila Jabar sudah siap 99 persen menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya di level Kejurnas. “Sebagai tuan rumah, kami siap melangsungkan kejurnas R6 2018. Segala kendala yang ada, selalu capat diantisipasi karena semua mempunyai semangat yang sama untuk menyukseskan acara ini,” ucap Iwan, awal Desember lalu. Iwan mengungkapkan, tiga belas provinsi yang memastikan mengikuti Kejurnas R6 2018 yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Papua, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, dan Jawa Timur. Menurut dia, tak semua tim mengikuti empat kelas yang dipertandingkan. “Pada Kejurnas R6 2018, ada empat kelas yakni youth, junior, open, dan master. Dengan dua kategori yakni putra dan putri. Nomor pertandingan ada empat juga yakni sprint, head to head, slalom dan down river race,” tuturnya. Untuk kelas master putra tercatat ada tiga tim yang berpartisipasi, untuk Master putri ada satu tim. Lalu, Kelas Open putra dan putri, masing-masing diikuti delapan tim, kelas Junior putra delapan tim dan Junior putri 6 tim, kelas Youth terdiri dari enam putra dan empat tim. Sehingg total 44 tim akan tampil. Iwan memohon doa kepada seluruh masyarakat Jabar agar pihaknya sukses menggelar Kejurnas R6 2018. Saat ini Jabar menjadi tolak ukur cabor arung jeram di tingkat Nasional. Sehingga jika semuanya berjalan sesuai rencana, maka arung jeram bisa menjadi salah satu cabor yang diperhitungkan pada PON 2020. Sementara itu, pelatih kepala tim Jabar, Harris Budianto mengatakan, telah menyiapkan tujuh tim. Mereka akan bertanding di kelas youth putri, youth putra, junior putra dan putri, open putra dan putri serta master putra. Menurut dia, Jabar fokus mempertahankan gelar juara Kejurnas yang didapatkan tahun lalu. “Jabar fokus mempertahankan gelar juara bertahan. Selain keuntungan sebagai tuan rumah, kami juga memiliki 4 tim unggulan yakni youth men, youth women, junior putra dan junior putri. Mereka punya pengalaman bertanding yang baik, dan ditangani oleh para pelatih yang sarat akan pengalaman,” kata Harris. Dia menambahkan, Kejurnas 2018 dipastikan berjalan ketat dan menarik. Itu karena, para peserta akan tertantang dengan kondisi debit air yang menunjang di Sungai Ciwulan. Dengan begitu, tim siap berlomba memperebutkan tiket bertanding di kejuaraan internasional pada Mei 2019. “Tantangannya adalah cuaca, yang berpengaruh dengan tingginya debit air di Sungai Ciwulan, Tasikmalaya. Kejurnas R6 FAJI adalah ajang yang bergengsi di kompetisi Arung Jeram di Indonesia. Seluruh peserta bertarung memperebutkan tiket mewakili Indonesia, menuju World Rafting Championship, di Australia bulan Mei 2019,” katanya. Harrisjuga memprediksi jia tim DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Aceh, menjadi kontingen dengan skuat mumpuni. Mereka telah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi Kejurnas 2018. “Tapi siapapun lawannya, Jawa Barat tetap fokus untuk mempertahankan gelar juara bertahan dan meraih tiket menuju WRC mewakili Indonesia. Kami ingin mempertahankan peringkat dunia yang dimiliki Indonesia saat ini yang memang diwakili oleh atlet-atlet asal Jabar,” tuturnya. (Adt)

Perenang Putri 10 Tahun Asal Indonesia, Borong 9 Emas di Kejuaraan Australia

Joanna Nathania Intan (10 th) jadi satu-satunya perenang asal Indonesia yang tampil di Perth City Classics Swimming Championship di Perth, Australia. (viva.co.id)

Jakarta- Perenang muda Indonesia yang masih berusia 10 tahun, Joanna Nathania Intan, berhasil menyumbang sembilan medali emas dan satu medali perak pada kejuaraan renang di Perth, Australia, bertajuk Perth City Classics Swimming Championship, Sabtu (16/6). Di saat gadis sebayanya berlibur, Joanna, jadi satu-satunya perenang asal Indonesia yang tampil di ajang bertajuk Perth City Classics Swimming Championship di Perth, Australia. Joanna mampu meraih sembilan medali emas pada nomor 50 & 100 meter gaya bebas, 50 dan 100 meter gaya kupu-kupu, 50 dan 100 meter gaya dada, 50 dan 100 meter gaya punggung, serta 200 meter gaya ganti perorangan putri. Joanna nyaris merebut 10 emas, di nomor 200 meter gaya bebas. Namun, Joana harus puas, lantaran finish di peringkat dua. Total selama di Australia, Joanna mengoleksi sembilan emas dan satu perak. Joanna merasa bangga bisa mempersembahkan sebuah prestasi gemilang untuk Indonesia. Selain itu, perenang muda berusia 10 tahun ini juga puas bisa memperbaiki performa di tahun ini. Sebab, sebelumnya, Joanna hanya mampu meraih tiga emas, tiga perak, dan tiga perunggu. “Bangga dan senang sekali mendapatkan sembilan Emas dan satu Perak untuk Indonesia di umur 10 tahun. Karena, tahun lalu waktu umur sembilan tahun di kompetisi yang sama, hanya dapat tiga emas tiga perak dan tiga perunggu,” kata Joanna usai lomba, dalam rilisnya pada Senin (18/6). Joanna sehari-hari berlatih bersama klub JakartaQuatics Antasena (JAQ), di bawah binaan Pelatih Kepala yang juga legenda renang Indonesia, Wisnu Wardhana. Joanna mengakui, dukungan orangtua dan latihan rutin adalah salah satu bentuk kunci suksesnya menjadi yang terbaik di ajang ini. “Saya berlatih rutin di JAQ, di kolam renang Pertamina Simprug, selama 5-7 kali seminggu. Orangtua saya mendukung. Karena, setiap latihan dan kompetisi mereka selalu hadir. Juga, setelahnya mereka selalu memberikan motivasi baik itu di renang maupun sekolah,” ujar Joanna. Sementara itu, Wisnu mengatakan, pertandingan di Perth ini adalah salah satu program untuk pengayaan pengalaman, sekaligus salah satu kegiatan yang dilakukan oleh klub JAQ Aquatics yang berafiliasi dengan Kirby Swim, di Perth, Australia. Wisnu yang juga menjabat Sport Director Panitia Peneyelenggara Asian Games 2018, INASGOC, yakin dengan mengirim atlet Indonesia ke luar negeri akan menjadikan banyak atlet memiliki jam terbang tinggi dan sukses di level internasional. “Dengan berlatih tanding di Australia, saya percaya Joanna mampu menyerap pengalaman yang terbaik. Ini adalah program terobosan yang dilakukan oleh klub sebagai ujung tombak pembinaan yang juga didukung orang tuanya untuk bisa berlatih di Kirby Swim di Australia, saat musim libur berlangsung,” ucap Wisnu. (Dre)

Bukan Pele Jadi Pemain Termuda Sepanjang Sejarah Piala Dunia

Gelandang asal Irlandia Utara, Norman Whiteside, menjadi pemain termuda yang pernah tampil dalam sejarah gelaran Piala Dunia, saat berusia 17 tahun 41 hari. (twitter.com)

Jakarta- Kehadiran pemain muda memang selalu menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan, baik saat kompetisi di level klub maupun saat turnamen antar negara seperti Piala Dunia tengah berlangsung. Ternyata ada tujuh sosok yang terpilih sebagai pemain termuda, sepanjang sejarah turnamen empat tahunan tersebut. Siapa sajakah pemain yang masuk dalam daftar ini? 7. Christian Eriksen (Denmark) Kualitas yang dimiliki Christian Eriksen kini sepertinya sudah tak perlu diragukan lagi, ia menjadi salah satu pemain penting yang dimiliki Tottenham Hotspur. Tak hanya gemilang di level klub, pemain berusia 26 tahun itu pun menjadi pemain yang tak tergantikan di lini tengah timnas Denmark. Ia melakukan debutnya bersama tim Dinamit di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Saat itu, Eriksen masuk sebagai pemain pengganti di pertandingan melawan Belanda, momen tersebut nampaknya tak bisa dilupakan oleh pemain yang sempat memperkuat Ajax Amsterdam itu, sebab ia juga menjadi pemain termuda, karena baru menginjak 18 tahun empat bulan. 6. Manuel Rosas (Meksiko) Sosok Manuel Rosas mungkin tak banyak yang tahu, namun ia menjadi salah satu pemain legendaris yang dimiliki tim nasional Meksiko. Berposisi sebagai bek, ia menjadi sosok tangguh di lini pertahanan. Di Piala Dunia 1930 Uruguay, ia menjadi salah satu pemain termuda, yakni menginjak 18 tahun dua bulan dan 26 hari. Tak hanya menjadi pemain termuda, ia juga menjadi pemain pertama yang sukses mencetak gol dari titik penalti. 5. Carvalho Leite (Brasil) Brasil menjadi negara yang paling sering berpartisipasi di Piala Dunia, sejak tahun 1930, tim Samba belum pernah absen satu kali pun. Piala Dunia 2018 sendiri akan menjadi partisipasi mereka yang ke-21. Di Piala Dunia 1930 Uruguay, meski tim Samba hanya lolos hingga fase grup, Piala Dunia edisi perdana tersebut sepertinya menjadi hal yang istimewa bagi salah satu pemain mereka, Carvalho Leite. Ia menjadi pemain termuda, kala itu usianya baru menginjak 18 tahun 25 hari. Selain menjadi negara yang paling sering lolos ke putaran final, Brasil pun menjadi tim yang sukses meraih trofi Piala Dunia terbanyak, yakni lima kali. Mereka sukses menjadi juara di tahun 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. 4. Bartholomew Ogbeche (Nigeria) Nigeria menjadi salah satu tim yang kerap memberikan kejutan di setiap edisi Piala Dunia, prestasi tertinggi yang ditorehkan Victor Moses dkk adalah lolos ke babak 16 besar. Di Piala Dunia 2002 Jepang-Korea, meski Kamerun gagal lolos dari abbak fase grup, turnamen empat tahunan tersebut tetap terasa lebih istimewa bagi salah satu pemain mereka, Bartholomew Ogbeche. Ogbeche ia menjadi pemain termuda dan usianya baru menginjak 17 tahun delapan bulan dan satu hari. Sayang Ogbeche tak bertahan lama di timnas, ia memutuskan pensiun setelah mengoleksi 11 caps. 3. Pele (Brasil) Pele dikenal sebagai salah satu pemain terbaik dunia sepanjang masa, namun ternyata awal dikenalnya sang pemain dimulai pada 1958, kala ia membela tim nasional Brasil dan menjadi pemain termuda, saat itu usianya baru menginjak 17 tahun, tujuh bulan dan 23 hari. Dalam Piala Dunia di Swedia ini, Pele juga mampu mencetak enam gol dan terpilih sebagai pemain muda terbaik serta juga memenangkan Silver Ball dan Silver Boot. Tak berhenti sampai di sana, pria yang sempat memperkuat Santos ini pun sukses terpilih sebagai pemain termuda yang mampu mencatatkan hattrick di partai final. 2. Samuel Eto’o (Kamerun) Kualitas yang dimiliki Samuel Eto’o jelas sudah tak perlu diragukan lagi, ia sempat membela sejumlah klub top Eropa, sebut saja Barcelona, Chelsea dan Everton. Tak hanya diandalkan di lini depan klub yang ia bela, pemain yang kini tengah berkarier bersama klub asal Turki, Konyaspor itu juga menjadi sosok tak tergantikan di lini depan tim nasional Kamerun. Di Piala Dunia 1998 Prancis, Eto’o pun menjadi pemain termuda, kala itu usianya baru berusia 17 tahun, tiga bulan dan tujuh hari. Sebagai tambahan informasi, debutnya bersama timnas Kamerun berlangsung kala sang pemain baru berusia 16 tahun. 1. Norman Whiteside (Irlandia Utara) Pele memang menjadi sosok fenomenal di Piala Dunia 1958, ia menjadi pemain termuda dan juga mampu mencetak gol di laga final, bahkan pemain asal Brasil itu juga mampu mencetak tiga gol yang sekaligus mengantarkan negaranya menjadi juara. Namun rekor Pele sebagai pemain termuda sepanjang gelaran Piala Dunia akhirnya terpatahkan dengan kehadiran Norman Whiteside di Piala Dunia 1982 Spanyol, kala membela Irlandia Utara. Gelandang Manchester United itu baru berusia 17 tahun dan 41 hari saat itu. (art)

Debut Pemain 19 Tahun di Piala Dunia 2018, Daniel Arzani Yang Termuda, disusul Kylian Mbappe dan Achraf Hakimi

Winger Timnas Australia, Daniel Arzani, menjadi pemain termuda di Piala Dunia 2018, yang membela negaranya. (optussport.com)

Jakarta- Awal Timnas Australia di Piala Dunia 2018 tak berjalan dengan baik. Socceroos kalah dari Timnas Perancis. Dalam laga Grup C yang digelar di Kazan Arena, Sabtu (16/6), Tim Kanguru takluk dengan skor 1-2. Walaupun kalah, catatan menarik dibuat Australia. Pada menit ke-84, pelatih Australia, Bert van Marwijk menarik keluar Robbie Kruse dan memainkan Daniel Arzani. Arzani sempat merasakan bermain selama 6 menit, plus 5 menit injury time. Ia juga sempat merasakan berduel dengan salah satu pemain termahal di dunia yang membela Timnas Perancis, Paul Pogba. Dimainkannya Arzani berarti spesial karena ia adalah pemain termuda di Piala Dunia 2018. Diantara tujuh remaja yang eksis di turnamen ini, Arzani adalah yang paling belia dengan umur 19 tahun 161 hari, pada hari pertama turnamen. Ia adalah salah satu prospek masa depan paling bersinar yang dimiliki Australia saat ini. Yang menarik, ia melakukan debutnya pada 1 Juni 2018 saat melawan Republik Ceska, juga menjadi pemain pengganti pada menit ke-84. Winger klub Australia, Melbourne City itu mencetak gol pertamanya saat menghadapi Hungaria dalam uji coba, 9 Juni 2018. Bedasarkan data SkySports, Arzani memiliki darah Iran karena lahir di Khorramabad, pada 4 Januari 1999. Namun, akhirnya memilih memperkuat Timnas Australia ketimbang negara tempat kelahirannya. Jika dikalkulasi, usia Arzani ini lebih muda, dari dua bintang Eropa yang menempati urutan dua dan tiga, Kylian Mbappe dan Achraf Hakimi. Mbappe, striker Timnas Prancis dan berasal dari klub Paris Saint-Germain, lahir 15 hari lebih awal dari Arzani, yakni 20 Desember 1998. Umur Mbappe adalah 19 tahun dan 6 bulan, yang juga debut pada laga melawan Australia ini. Rekor tersebut menjadi yang termuda untuk Prancis. Sementara, pemain pertama yang mencetak rekor pemain termuda tampil di Piala Dunia 2018 adalah Hakimi. Jebolan akademi Real Madrid yang memperkuat Timnas Maroko ini, lahir pada 4 November 1998. Hakimi membuat rekor personal, dalam laga Maroko vs Iran pada laga Grup B Piala Dunia 2018 di Stadion Krestovsky, Jumat (15/6). Ia menjadi pemain termuda Maroko yang tampil di Piala Dunia. Usia bek kanan itu saat ini adalah 19 tahun tujuh bulan dan 11 hari. Hakimi memecahkan rekor yang bertahan 20 tahun. Rekor pemain termuda Maroko di Piala Dunia sebelumnya dipegang Ali Elkhattabi (21 tahun) pada Piala Dunia 1998. Di belakang Hakimi, muncul tiga nama pemain yang sama-sama lahir pada bulan Oktober 1998, yakni Francis Uzoho (Nigeria), Trent Alexander-Arnold (Inggris), dan Moussa Wague (Kamerun). Tiga pemain ini lebih muda dibanding punggawa tim debutan Panama, Joso Luis Rodriguez yang lahir pada 19 Juni 1998. (art) Berikut Barisan Pemain Termuda pada Piala Dunia 2018 1. Daniel Arzani (Australia): lahir pada 4 Januari 1999 2. Kylian Mbappe (Prancis): lahir pada 20 Desember 1998 3. Achraf Hakimi (Maroko): lahir pada 4 November 1998 4. Francis Uzoho (Nigeria): lahir pada 28 Oktober 1998 5. Trent Alexander-Arnold (Inggris): lahir pada 7 Oktober 1998 6. Moussa Wague (Kamerun): lahir pada 4 Oktober 1998 7. Jose Luis Rodriguez (Panama): lahir pada 19 Juni 1998

Skuad Fed Junior Indonesia Incar Rangking 100 Dunia, PP Pelti : Pengganti Yayuk Basuki !

Tim Piala Fed Junior 2018 yang terdiri dari (ki-ka) Priska Madelyn Nugroho , Janice Tjen dan Nadya Dhaneswara serta Ryan Tanujoyo, lolos ke putaran final di Hungaria. (vavel.com)

Jakarta– Petenis junior Indonesia, Priska Madelyn, menargetkan bisa menembus peringkat 100 besar dunia junior pada akhir 2018. “Saya saat ini di posisi 164. Pada akhir 2018, targetnya naik ke peringkat 100 besar dunia,” kata Priska, saat penyambutan tim Piala Fed Junior, di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Minggu (22/4). Untuk mencapai posisi tersebut, Priska menargetkan rutin mendulang poin dari turnamen yang akan dia ikuti sampai akhir tahun, yakni satu hingga dua turnamen setiap bulan. Dalam waktu dekat, Priska akan berlaga di turnamen level Grade 4, Malacca Internasional Junior Championship, pada 8-13 Mei 2018, di Malaysia. “Tapi di Malaysia ini saya tidak mau menganggap remeh dan tetap mewaspadai lawan-lawan yang akan dihadapi karena kualitasnya tidak sembarangan. tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ujar Priska. Turnamen yang akan diikuti Priska ini diketahui usai dara yang akan berusia 15 tahun itu, selesai membela Indonesia dalam babak kualifikasi Piala Fed Junior 2018 zona Asia/Oseania. Selain Prsika, tim Indonesia terdiri dari Janice Tjen dan Nadya Dhaneswara Di kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania, Indonesia harus puas hanya menjadi runner-up paska dua kali kalah dari Jepang saat bertemu di fase grup dengan kedudukan 0-2, dan yang kedua saat partai final oleh Australia. Meski menjadi runner-up, Indonesia berhak berlaga dalam grup dunia Piala Fed Junior yang berlangsung di Budapest, Hungaria, September 2018, bersama dengan Australia, Jepang, dan Hong Kong. Negara-negara tersebut menjadi empat terbaik di kawasan Asia/Oseania. Terakhir kali, Indonesia mencicipi babak dunia, yakni pada sembilan tahun lalu (2009). Saat itu, Indonesia mewakili zona Asia/Oseania bersama Australia, Jepang, serta China untuk berlaga di Luis St Potosi, Meksiko, dan finis di posisi ke-9. Pengurus Pusat (PP) Persatuan Lawn Tenis Seluruh Indonesia (Pelti) menilai capaian lolos ke babak dunia ini sinyal kebangkitan tenis Indonesia. “Dari tim Fed junior, semoga muncul pengganti Yayuk Basuki dan pemain senior lainnya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PP Pelti Susan Soebakti, saat penyambutan tim Fed Junior. Ke depannya, Pelti menyatakan akan mempersiapkan tim untuk berlaga di babak dunia Fed Junior pada September mendatang. “Mereka tetap ikut pertandingan dalam persiapan menuju Hungaria. Termasuk pengiriman tur ke luar negeri akan direalisasikan seperti instruksi Ketua Umum,” kata Susan. Selain berbagai persiapan mandiri para atlet dan oleh federasi, jelang tampil di babak dunia Fed Junior, Ketua Umum PP PELTI, Rildo Ananda Anwar berencana memberikan fasilitas wild card pada tim Fed Junior di event Indonesia Women’s Circuit berhadiah total 15 ribu dolar AS, di Solo, Jawa Tengah, pada bulan Juli. (art) Tim Piala Fed Junior Indonesia 2018 1. Priska Madelyn Nugroho 29 Mei 2003 ITF-165 2. Janice Tjen 6 Mei 2002 ITF-213 3. Nadya Dhaneswara 5 Januari 2002 Kapten: Ryan Tanujoyo 7 mei 1982

Unggul Rangking Tak Jaminan, Putri Indonesia Runner-up Kualifikasi Fed Junior 2018

Tim Putri Piala Fed Junior Indonesia (merah), berfoto dengan tim Fed Junior Australia, usai kalah 0-2 di partai final Kualifikasi. (net)

Jakarta- Tim putri Indonesia harus puas menjadi runner-up kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania 2018 usai langkah gemilangnya terhenti di partai puncak. Pada Sabtu (21/4), tim putri Indonesia menyerah kepada Australia 0-2 dalam final di lapangan tenis Serawak Lawn Tennis Association, Kuching, Malaysia. Meski di atas kertas Indonesia punya komposisi pemain yang lebih baik, hal ini tak menjamin tim Merah Putih melenggang di zona Asia/Oseania. Di partai pembuka, tunggal kedua Indonesia, Janice Tjen, takluk dari Anastasia Berezov dalam pertarungan dua set berdurasi 55 menit yang berkesudahan 2-6, 0-6. Peringkat junior ke-213 dunia ini kalah straight set, dari lawan yang bertengger di posisi ke-417 itu dengan skor akhir 2-6 dan 0-6. “Saya agak capek hari ini, kaki terasa berat melangkah sepanjang pertandingan final tadi,” tutur Janice usai laga. Pada partai berikutnya, tunggal utama Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, juga tidak mampu mencetak angka penyeimbang usai kalah dari ujung tombak Australia, Olivia Maria Gadecki, dalam pertarungan dua set satu jam 10 menit yang berkesudahan 4-6, 3-6. Meskipun menjadi runner-up, Indonesia berhak berlaga dalam grup dunia Piala Fed Junior yang berlangsung di Budapest, Hungaria, September 2018 mendatang bersama dengan Australia, Jepang dan Hong Kong, yang menjadi empat terbaik di kawasan Asia/Oseania. Terakhir kali Indonesia mencicipi babak dunia, Pada sembilan tahun lalu, 2009. Saat itu, Indonesia mewakili zona Asia/Oseania bersama Australia, Jepang serta China untuk berlaga di Luis St Potosi, Meksiko, dan finis di posisi ke-9. “Selamat pada tim atas raihan ini, saya bangga atas mereka karena capaian ini lebih baik dari 2009 lalu, saat itu di playoff kita hanya semifinal, sedangkan saat ini kita bisa sampai final,” kata Ketua Umum Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PP Pelti) Rildo Ananda Anwar, dilansir Antara. Meskipun menjadi runner-up, Rildo menilai permainan tim Indonesia sangat baik dan hanya kalah jam terbang dari tim Australia dan Jepang yang dihadapi Indonesia di fase grup. “Dari yang saya ikuti, dua kekalahan kita di kualifikasi Piala Fed Junior 2018, karena kalah jam terbang dari Australia dan Jepang. Karenanya setelah mereka pulang kami akan susun program untuk pemain bertanding di berbagai turnamen luar negeri dan dalam negeri,” ucap Rildo berharap. Setelah kualifikasi Piala Fed Junior zona Asia/Oseania ini, Rildo menyebutkan pihaknya akan memberi fasilitas “wild card” pada tim Indonesia yang terdiri dari Janice Tjen, Priska Madelyn dan Nadya Dhaneswara, dalam kejuaraan Indonesia Women`s Future berhadiah total 15 ribu dolar AS dalam waktu dekat. (Art)

Dua pekan di Melbourne, Pebalap Pelatnas Down Hill Lakukan TC di Australia

Pebalap DH Indonesia, Popo Ario Sejati, akan menjalani TC di Melbourne, Australia, jelang turun di Kejuaaan Asia di Cebu, Filipina, sebelum tampil di Asian Games 2018. (trito.id)

Jakarta- Pebalap sepeda disiplin Down Hill (DH) yang selama ini menghuni pelatnas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang bakal digembleng selama dua pekan di Melbourne, Australia, demi meningkatkan performa dan menambah jam terbang. Manajer Timnas Indonesia, Budi Saputra saat dikonfimasi pada Selasa (18/4) mengaku pengiriman pebalap ke luar negeri merupakan salah satu tahapan persiapan untuk menghadapi kejuaraan empat tahunan itu, meski sebelumnya sempat tertahan. Pebalap DH Indonesia yang dikirim ke Negeri Kanguru itu sebanyak empat atlet yang terdiri tiga putra yaitu Popo Ario Sejati, Hildan Afosma Katana dan Khoiful Mukhib serta satu pebalap putri yaitu Nining Purwoningsih. “Sejak Senin (17/4) sudah berangkat ke Melbourne. Dan menjalani program yang ditetapkan pelatih,” katanya. Sebenarnya ada satu pebalap putri yang menghuni pelatnas yaitu Tiara Andini Prastika. Namun, pebalap asal Semarang ini harus menjalani penyembuhan cedera telunjuk tangan tangan–cedera yang menimpanya saat latihan di pelatnas. Menurut Budi, pemusatan latihan di Australia merupakan bagian program yang dirancang jauh-jauh hari. Dipilihnya Melborne bukan tanpa alasan, karena di tempat itu banyak melahirkan atlet potensial, dan kerap menjadi tuan rumah kejuaraan bergengsi. “Setelah pemusatan latihan di sana, pebalap akan langsung diuji di Kejuaraan Asia di Filipina, awal Mei nanti,” katanya menambahkan. Pria asal Purwokerto itu menjelaskan jika Kejuaraan Asia di Danao, Cebu, Filipina, 2-7 Mei ini banyak negara yang akan turun di Asian Games 2018 Jakara-Palembang, 18 Agustus-2 September. Level kejuaraan temasuk tinggi dan akan diikuti pebalap top dari kawasan Asia. “Peta kekuatan akan kelihatan di sana (Filipina). Semoga setelah menjalani TC di Melbourne mereka bisa menunjukkan peningkatan dan hasil terbaik di kejuaraan Asia,” kata Budi menegaskan. Sementara itu salah satu pebalap DH Indonesia, Popo Ario Sejati mengaku langsung menjalani program yang ditetapkan Selasa (18/4), meski cuaca dinilai cukup dingin yaitu 12 derajat celcius. Di Melbourne juga terjadi perbedaan waktu tiga jam lebih cepat dari Malang, tempat lokasi awal pelatnas. (art)

Kontrak Pelatih Asing, Perbasasi Bidik Perstasi di Level Asia

Aksi salah satu atlet softball di kejuaraan tingkat nasional. (extrajossbar.com)

Jakarta- Pengurus Besar (PB) Persatuan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia (Perbasasi) mendatangkan dua pelatih asing, yakni Zenon Winters (Australia), dan Apolonia Rosales (Philipina). Harapannya, Indonesia bisa bersaing di level Asia. Winters merupakan pesoftball terbaik dunia pada 2015. Sedangkan Rosales pernah membawa Indonesia U-19 masuk tiga besar Asia pada 2017. Mereka bakal didampingi pelatih lokal, Leonard Djarkasih dan Agus Gumilar. Pada akhir April nanti, Indonesia bakal menjadi tuan rumah Kejuaraan Softball Asia ke-10. Kejuaraan ini sekaligus menjadi ajang untuk mengikuti Kejuaraan Dunia di Republik Ceko, pada akhir tahun ini. Sejumlah negara telah memastikan untuk berpartisipasi di Kejuaraan Asia itu, seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Brunai Darussalam, Thailand, Pakistan, India, Jepang dan China. Ripuji, Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi PB Perbasasi, mengatakan pihaknya belum berani memasang targetdi Kejuaraan Asia. Namun, ia menyebut, kehadiran dua pelatih asing ini membuat Timnas makin solid. “Bersama mereka (Winters dan Rosales), kami berharap, Indonesia bisa bersaing di level Asia,” tukas Ripuji seperti dikutip liputan6.com, Senin (26/3). (Adt)