Mimpi Dika Untuk Bertanding Dengan Sang Idola Terwujud Saat POMNas 2017

Safriliandika Ulul Umami di ajang POMNas 2017

Bertanding dengan atlet yang dikagumi memang menjadi tantangan tersendiri, seperti yang di alami oleh Safriliandika Ulul Umami atau Dika. Ia merupakan salah satu atlet cabang olahraga Kempo di ajang POMNas 2017. Dika menuturkan kepada nysnmedia.com bahwa ia semakin termotivasi lagi untuk latihan lebih baik setelah melawan sang atlet idola di semi final. “Saya pernah bertanding dengan atlet yang saya idolakan yaitu atlet asal Nusa Tenggara Timur. Saya suka karena dia main dengan bagus dan memang sering menang juga. Dari situ saya ingin bertanding dan melawannya. Kebetulan saat POMNas kemarin, saya bertemu di semi final. Tapi saya kalah, dan dari situ saya ingin terus berlatih biar lebih bagus lagi.” Ujarnya Gadis asal Jawa Tengah yang sudah mengukir prestasi sejak duduk dibangku SMA, semua bermula hanya sekadar ikut ekstrakulikuler Kempo di sekolah, dari saat itu Dika mulai serius latihan olahraga bela diri ini. Ia menceritakan bahwa Kempo tidak hanya belajar untuk bela diri tetapi juga untuk pengembangan diri pribadi. “Menurut saya, dengan bela diri Kempo tidak hanya bikin kita bisa bela diri. Tetapi kita juga bisa menambah teman karena pada dasarnya Kempo seperti sebuah persaudaraan. Selain itu kita bisa mengembangkan diri,” ucapnya. Mahasiswi Administrasi Negara Universitas Jendral Soedirman ini memang sudah mengikuti beberapa kejuaraan antar pelajar dan mahasiswa se-kabupaten Banyumas, Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kejuaraan Nasional Kota Surabaya dan POMNas 2017. Mengikuti kejuaraan POMNas 2017 memang momen pertama kali bagi Dika karena bertanding diluar pulau Jawa. Namun, ia sempat mengalami kendala ketika mengikuti ajang yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan tersebut. “Saat POMNas kemarin itu, nomor peserta yang ikut itu banyak. Jadi kadang jadwal yang dipertandingkan sering mundur. Kita harus mempersiapkan diri biar selalu siap karena kalau sewaktu-waktu dipanggil kita sudah langsung siap” tutupnya. (put/adt)

Brotherhood Siap Mendorong Nasib Atlet Bela Diri Untuk Mendapatkan Hidup Layak

Brotherhood-Siap-Mendorong-Nasib-Atlet-Bela-Diri-Untuk-Mendapatkan-Hidup-Layak

Berlatar belakang ingin membuat standart gaji atau bayaran para atlet bela diri, organisasi yang bernama Brotherhood menjadi wadah perjuangan para atlet bela diri. Brotherhood yang bermarkas di ruko bidex Serpong membuka pendaftaran kepada para atlet dan petarung untuk bersama-sama bergabung menyuarakan dan menggelorakan beladiri dalam negeri. Irwan Taufik yang menggagas Brotherhood mengatakan kepada nysnmedia.com bahwa dirinya sudah menginisiasikan ini sejak tahun 2013. “iya, Brotherhood, merupakan organisasi atau wadah khusus untuk atlet petarung. Saya dan teman-teman sudah punya wacana sejak tahun 2013 lalu, intinya apapun latar belakang beladiri yang di tekuni boleh bergabung, dan mari kita buat menjadi lebih berwarna,” tegas Irwan Irwan menambahkan bahwa di Indonesia belum ada management untuk nasib atlet yang solid, dan stabil. “Menurut saya, di Indonesia sendiri belum ada yang mewadahi itu secara global, dan professional sehingga nasib atlet beladiri semakin tidak jelas, dan kami sedang mengarah kesana,” ucap Irwan. Lebih lanjut Irwan menambahkan dari masing-masing pengurus dan anggota Brotherhood merupakan atlet-atlet berbakat yang pernah mengharumkan nama daerah, wilayah dan negara Indonesia. “Kami yang berhimpun dalam wadah ini diantaranya merupakan atlet bela diri dari berbagai jenis beladiri, diantaranya wushu, MMA, Karate, Taekwondo, tinju, muaythai, kick boxing, hapkido dan pencak silat. Dari situ kita akan melakukan improve, create improve ajangnya misalnya pencak silat, akan kami buat ajang modern pencak silat,” jelas Irwan. Sementara itu Gunawan yang tak lain adalah atlet kebanggaan jawa timur di nobatkan menjadi duta petarung Brotherhood. Sambil mengatakan dengan logat jawanya yang kental, Gunawan juga menjelaskan tentang minatnya bergabung di Brotherhood dan prestasinya yang pernah di capai selama menjadi atlet bela diri wushu. “Terus terang saya sangat senang bergabung dalam keluarga besar brotherhood, disini kami di ajarkan berbagi dan bermanfaat untuk orang banyak yang kebanyakan orang tidak mampu, seperti pemuda jalanan, anak tidak mampu di latih dengan sukarela. Karena saya sendiri juga dari keluarga yang tidak mampu. Tapi alhamdullilah prestasi yang pernah saya capai dari wushu diantaranya, PON 2008 saya mendapatkan perak, pada tahun 2009 saya ikut kejuaraan di Kanada dapat perunggu, Seagame 2009 juga dapat perunggu, 2010 Indonesia Open saya kembali mendapatkan perunggu, PON 2012 dapat perak, 2013 mendapatkan juara nasional, di kejuaraan islamic soledarity games dapat perak, 2014 masuk Kejurnas, 2014 kejuaraan dunia di Jakarta, 2016 saya ikut PON Jabar perunggu, dan kejuaraan dunia di china dapat perunggu,” tutup Gunawan. (adt/rjl)

Hapkido, Bela Diri Asal Korea Mulai Merambah Di Indonesia

Hapkido,-Bela-Diri-Asal-Korea-Mulai-Merambah-Di-Indonesia

Barangkali, kebanggaan sesungguhnya adalah ketika kita mampu memenangkan ajang internasional dari olahraga bela diri dimana perwakilan petarung dari negara pencetusnya dapat kita kalahkan dalam sebuah ajang tersebut. Hapkido, olahraga bela diri asal Korea yang sudah sangat populer ini, mulai merambah ke Indonesia dan semakin mendapatkan respon baik di terima oleh masyarakat Indonesia. Sekertaris Umum Hapkido Banten, Irwan Taufik menegaskan bahwa hapkido masuk ke Indonesia sejak tahun 2015. “Ya, Hapkido memang tergolong baru di Indonesia, sekitar tahun 2015-2016, dan Hapkido ini lebih banyak mengadopsi tehnik dari Taekwondo dan Yongmoodo, lalu Hapkido hasil penggabungan di keduanya, hanya saja saat ini gaya-gaya MMA malah membooming di semua cabang olahraga petarung,” jelas Irwan. Mantan atlet ini juga mengatakan optimis, bahwa Hapkido di terima dengan baik oleh sebab memiliki gaya bertahan yang berbeda. “Iya, di Hapkido sendiri punya ciri khas yang unik, diantaranya self defend systemnya, gaya bertahan praktis. Sangat cepat di pelajari guna mencegah penjambretan, ataupun kekerasan dalam rumah tangga, ini yang paling efektif, karena Hapkido merupakan bela diri asal Korea dengan kecepatan tinggi,” tegas Irwan. Sambung Irwan, jajaran pengurus besar Hapkido Indonesia (PBHI) sudah mengirimkan surat kepada KONI pusat agar olahraga ini masuk di bawah naungannya. “Jajaran PBHI sendiri sudah mengirimkan surat kepada KONI, tinggal menunggu saja, dan harapannya semoga Hapkido yang saat ini pengurusnya berjumlah 1300, dapat memberi warna baru di dalam olahraga bela diri Indonesia,” tutupnya (adt/rjl)

Meski Kurang Persiapan, Ahmad Zulfikar Mampu Meraih Medali Emas POMNas 2017

Ahmad-Zulfikar-(Kiri)-bersama-dengan-kembarannya-Ali-Fikri-(kanan)-saat-di-ajang-POMNas-2017-lalu

Persiapan adalah modal dasar dalam melakukan semua hal, karena sebuah kegagalan sama halnya dengan merencanakan kegagalan. Berbeda dengan sosok pemuda ramah yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar, atau yang sering disapa Fikar. Fikar merupakan atlet cabang olahraga Kempo, perwakilan dari Jawa Barat di ajang POMNas 2017. Fikar mengikuti cabang olahraga Kempo dari kategori pasangan, bersama kembarannya Ali Fikri. Fikar mengakui bahwa saat mengikuti ajang POMNas 2017 lalu, ia dan kembarannya memiliki persiapan yang kurang matang, dan tidak pernah menyangka akan mendapatkan gelar juara 1. “Persiapan POMNas kemarin cuma 3 minggu, dan tekniknya masih banyak yang harus diganti. Awalnya juga pesimis, karena persiapan yang kurang matang dan melihat lawan yang kemarin adalah juara 1 di PON. Tapi alhamdulillah semua karena ijin Allah saya menang.” Ujar Fikar Bertanding dari kategori berpasangan bukanlah hal yang mudah, karena harus memiliki persamaan agar kompak saat bertanding. Dan bagi Fikar, bermain bersama kembaran sudah tercipta secara alami untuk kompak. “Karena saya kembar jadi sudah sehati dan secara alami aja gitu kompak. Soalnya juga, kalau mau bertanding pasti selalu terus berdua,” ucap mahasiswa Universitas Ibd Khaldun Bogor (UIKA). Tak hanya itu, atlet yang sudah mengikuti kempo sejak tahun 2010 ini juga menceritakan asal muasal bagaimana ia bisa tertarik dengan Kempo. “Saat saya kelas 3 SMP ada Kempo masuk dalam kelas olahraga saya. Awalnya sih saya gak tertarik. Lalu sang pelatih Kempo melihat, saya dan kembaran memiliki bakat, ia juga bilang kalau kita bagus kalau main dikategori berpasangan. Semenjak itu jadi tertarik untuk ikut latihan Kempo,”ucapnya Fikar yang sudah mengikuti beberapa kali kejuaraan, dan selalu mendapatkan juara dalam berbagai turnamen, menjelaskan prestasinya. Seperti juara 1 pada Kejuaraan Nasional Pelajar tahun 2012 dan 2013, lalu juara 1 Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat 2014 dan juara 2 Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016. Mahasiswa yang masih tingkat semester 5 jurusan Manajemen ini juga berbagi cerita, tentang suka duka saat sudah bergabung dalam cabang olahraga Kempo. “Kalau sukanya sih kita bisa berprestasi, bisa membuat bangga orang tua, banyak teman dan nambah pengalaman. Mungkin kalau dukanya waktu bersama dengan orang tua, dan teman pasti berkurang. Dan yang paling sering itu kangen sama orang tua, kalau udah di mess. Apalagi disaat ada teknik baru, sedangkan kita belum bisa, malah jadi kepikiran terus, alias terbayang bayang terus,”tutupnya. (put/adt)

Pencak Silat: Sempat Kelelahan Melawan Kontingen Jawa Tengah, Teriakan Sang Pelatih Timbulkan Semangat Baru

Ausri-Bayusro-saat-memenangkan-medali-emas-di-POMNas-2017

Olahraga bela diri seperti pencak silat merupakan olahraga yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain menjaga tubuh agar tetap sehat, pencak silat juga berguna untuk bela diri dan menolong sesama. Seperti yang sedang di tekuni oleh Ausri Bayusro atau Abay, yang menuturkan bahwa olahraga pencak silat dapat menjaga keluarganya dari bahaya. “Pencak silat itu ilmu beladiri. Niat awalnya agar punya ilmu bela diri untuk menjaga keluarga dan saudara dari bahaya,” tuturnya. Meski pada awalnya Abay hanya mencoba ikut dengan temannya untuk latihan pencak silat, namun pemuda yang mempunyai tekad kuat ini telah mengumpulkan berbagai medali dari beberapa turnamen yang ia jalani di ajang Jakarta Open 2014, Disorda 2016 (Dinas Olahraga dan Pemuda) dan (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional POMNas2017). Pada saat menyabet medali emas pada ajang POMNas 2017 lalu di Makassar, Sulawesi Selatan, Abay berbagi cerita tentang perasaannya ketika menang. “Ya setiap orang pasti ada perasaan ragu untuk memenangi suatu kejuaraan. Tapi karena banyaknya motivasi dan dukungan serta doa, rasa ragu itu hilang dan menjadi sumber kekuatan,” ucapnya kepada nysnmedia.com. Tak hanya itu, mahasiswa STKIP Kusuma Negara ini juga menambahkan ceritanya di saat ia sempat kelelahan ketika pertandingan pencak silat melawan perwakilan Jawa Tengah di POMNas 2017 lalu. “Kemarin saat aku lawan perwakilan Jawa Tengah, aku sudah lelah banget dan susah untuk nendang, tapi di sisi luar coach aku teriak “ayo bay jangan mau nyerah”, Seketika aku langsung bangkit dan semangat lagi untuk bertanding. Itu kejadian pas semi final bertemu Jawa Tengah. Buat aku pribadi, itu lawan terberat,” tutupnya. (put/adt)

Fakta Menarik: Sejarah Olahraga Tarung Derajat Yang Belum Anda Ketahui

Demo Tarung Derajat Di Ho Chi Minh City, Vietnam Sumber: www.tarungderajat-aaboxer.com

Pernahkah anda mendengar cabang olahraga Tarung Derajat? Untuk anda yang belum tahu, Tarung Derajat adalah olahraga yang diambil dari nama Achmad Dradjat. Siapakah dia? Yuk kita ulas lebih dalam lagi. Tarung Derajat memiliki definisi sebagai ilmu, tindakan moral dan sikap hidup yang memanfaatkan kemampuan daya gerak otot, otak dan nurani secara realistis dan rasional dengan penerapan 5 daya gerak moral, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan pada diri. Achmad Dradjat lahir pada 18 Juli 1951 di Bandung, Jawa Barat. Achmad Dradjat memiliki panggilan Aa Boxer yang awal mulanya mengajarkan kepada rekan-rekannya teknik bela diri ini sehingga ia juga memiliki panggilan Sang Guru. Sejak tahun 1960an, ia mengembangkan teknik bertarung dijalanan. Berangkat dari pengalamannya yang hidup dengan keras membuat ia mengalami berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Bahkan pada usia 13 tahun ia mengalami kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang hampir merenggut jiwanya. Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan diuji dari perkelahian. Lalu proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental. Achmad Dradjat mulai merintis olahraga bela diri ini pada 18 Juli 1972 dengan terbentuknya kepengurusan Tarung Derajat yang bernama Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB. KODRAT) pada tahun 1989 yang awalnya dipimpin oleh Letjen (Purn.) Arie Sudewo. Berlanjut pada tahun 1988, Perguruan Pusat Tarung Derajat untuk pertama kalinya menyelenggarakan “Kejuaraan Tarung Bebas AA BOXER Cup I” yang diikuti oleh 36 petarung dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Barat, Bali, dan NTB. Namun masih sangat sederhana dan aturan serta gaya pertandingan masih bebas. Sejak itu, Kejuaraan Tarung Bebas AA BOXER Cup diselenggarakan setiap dua tahun sekali hingga tahun 1997. Sedangkan titik terang perjuangan mulai tampak pada tahun 1998, Tarung Derajat Resmi menjadi anggota ke-53 Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan dipertandingkan sebagai kategori olahraga beladiri di arena PON (Pekan Olahraga Nasional). Hingga saat ini, cabang olahraga Tarung Derajat telah dipertandingkan 3 kali dalam PON, yang diawali dengan pertandingan ekshibisi PON Tahun 2000 di Jawa Timur. Sebagai anggota KONI, Tarung Derajat telah di transformasi dari sekedar ilmu bela diri perkelahian untuk membela kehormatan diri sendiri menjadi sebuah cabang olahraga yang memiliki aturan pertandingan yang ketat dan berdisiplin dengan mengutamakan nilai-nilai sportifitas keolahragaan yang bersifat universal. Kini, Tarung Derajat juga digunakan sebagai latihan bela diri dasar TNI Angkatan Darat dan Brigade Mobil Polri. Tak hanya itu, Tarung Derajat juga memiliki semboyan yaitu: “Aku ramah bukan berarti takut Aku tunduk bukan berarti takluk“. (put/adt)

Resmi Dilantik, PPS Betako MP Tangsel Periode 2017-2022

Para-pengurus-PPS-BETAKO-Cabang-Tangsel-berpose-bersama-dengan-Walikota-Tangerang-Selatan,-Airin-Rachmi-Diany

Pengurus Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH atau PPS BETAKO MP Cabang Kota Tangsel resmi dilantik oleh H. Uus Koswara selaku Ketua Pengurus Daerah MP Propinsi Banten (Pengda Banten) di Tandon Ciater, Serpong, Kota Tangsel, Minggu (22/10). Acara tersebut juga dihadiri oleh Walikota Tangsel, Airin Rachmi Diany. Pada susunan pengurus yang baru ini, Adjie Ekawarman selaku Dewan Pembina yang juga tercantum pada kepengurusan KONI Tangsel serta Zaid Elhabib selaku Anggota Dewan Propinsi Banten yang secara kebetulan adalah mantan Atlet serta pengurus pencak Silat Merpati Putih sewaktu kuliah di Universitas Trisakti Jakarta. Dalam sambutannya, Airin berharap agar warga kota Tangsel dapat menyalurkan hal-hal yang positif dan bermanfaat dengan masuk kedalam kegiatan pencak silat Merpati Putih. “Saya bersyukur apabila atlet-atlet yang berlatih nantinya dapat berlaga dan dapat mencetak prestasi, sehingga dapat membanggakan Kota Tangsel,” kata Airin. Diketahui, MP Cabang Tangsel terbentuk kepengurusan untuk periode 2017-2022 yang di ketuai oleh Mas Sulistio Imam sebagai warga Pondok Aren. Kemudian, pada saat itu juga diadakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) untuk tingkat Dasar 1 sampai tingkat Balik 1, serta peragaan atraksi pemukulan benda keras serta atraksi getaran, yakni dengan melakukan atraksi dengan mata tertutup melewati halang rintang, mengenali warna serta membaca data KTP. Ir. Zaid Elhabib menjelaskan, bahwa tempat-tempat latihan PPS Betako MP ini sudah tersebar di beberapa tempat di kota Tangsel, namun ternyata masih menginduk ke cabang lain, sehingga dari para pelatihnya yang berdomisili di Tangsel memprakarsai untuk membentuk Kolat Tangerang Selatan. Karena ada dari beberapa atletnya yang sudah berprestasi di tingkat Nasional. “Oleh sebab itu, alangkah baiknya apabila bisa mewakili dari daerah tempat tinggal sendiri yaitu Kota Tangsel,” imbuhnya. Sementara itu Dewan Pelatih MP Tangsel, Willy, sangat optimis MP Tangsel akan menjadi kiblat bagi MP di seluruh Indonesia. “Untuk mencapai itu, kita semua harus mempunyai kekompakan, sikap kekeluargaan serta gotong royong. Jika, semua berjalan dengan lancar dan matang, bukan tidak mungkin MP Tangsel akan dijadikan tolak ukur bagi MP di seluruh Indonesia,” papar Willy. (pah/adt)

Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih Warisan Yang Harus Dilestarikan

Anggota Dewan Provinsi Banten, Ir. Zaid Elhabib, MM.

Peresmian Pengurus Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH atau PPS BETAKO MP Cabang Kota Tangsel, beberapa waktu lalu di Tandon, Ciater, Tangsel mendapat perhatian khusus dari Anggota Dewan Provinsi Banten, Ir. Zaid Elhabib, MM. Zaid yang juga mantan atlit serta pengurus pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih sewaktu kuliah di Universitas Trisakti Jakarta, mengatakan bahwa sudah seharusnya Pencak Silat Merpati Putih harus di lestarikan. “Saya berharap, Pencak Silat yang salah satunya aliran Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih ini dapat dilestarikan sebagai warisan Budaya Asli Indonesia, sehingga disini kita bukan hanya belajar beladiri saja, namun dapat menjaga kebugaran serta stamina tubuh juga dapat berpartisipasi dalam menjaga Warisan Budaya Indonesia sebagai salah satu kesenian Beladiri Indonesia,” jelas Zaid. Pada saat peresmian PPS BETAKO MP Tangsel juga diadakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) untuk tingkat Dasar 1 sampai tingkat Balik 1. Tak hanya itu, peragaan atraksi pemukulan benda keras serta atraksi getaran yaitu melakukan atraksi dengan mata tertutup, melewati halang rintang, mengenali warna serta membaca data KTP. Ia juga mengatakan dengan dibentuknya PPS Betako MP Tangsel dapat mengembangkan olahraga bela diri tangan kosong dan mengenalkannya kepada masyarakat. Sehingga, nantinya akan muncul bibit-bibit atlit pencak silat. “Dengan diresmikannya PPS Betako MP Tangsel, masyarakat dapat mengenal seni bela diri tangan kosong dan mampu membantu untuk mengembangkannya. Apalagi, jika ada warga Tangsel yang berlaga di kancah Nasional maupun Internasional,” ujarnya. Lanjutnya, banyaknya pelatih silat yang berasal dari Tangsel akan membantu mengembangkan seni bela diri tangan kosong ini. “Para pelatih-pelatih tersebut kebetulan semuanya berdomisili di Tangerang Selatan memprakarsai untuk membentuk cabang Tangerang Selatan. Semoga mereka dapat menciptakan atlet muda yang potensial,” ucapnya.(pah/adt)

Karate: Belajar Dari Pengalaman Pingsan Di Ajang Kompetisi Kopassus, Kini Rizki Lebih Matang Menyambut Piala Panglima TNI

Rizki Putra Hardyansyah yang mulai berlatih karate sejak kelas 3 SD

Atlet Karate harus tahan terhadap pukulan maupun tendangan. Maka dari itu, seorang karateka harus pandai untuk menyerang lawan maupun menghindar dari serangan lawan. Kisah seorang atlet Karate, Rizki Putra Hardyansyah patut di acungi jempol. Lahir dari keluarga atlet, yakni ayah atlet karate, ibu atlet taekwondo dan sang adik atlet karate, membuat Rizki memiliki nilai plus dan perlu di perhitungkan. Sejak kelas 3 SD, Rizki sudah tergabung dalam klub karate Young Tiger. Selain berlatih bersama klub karate, Rizki selalu berlatih bersama ayah dan juga adiknya. Hingga saat ini, Rizki sudah mengikuti berbagai kejuaraan karate baik level Nasional maupun Internasional. Sederet prestasi yang turut membuat namanya melambung diantaranya: – Juara Internasional Open di Jakarta 2015-2016 – Juara Provinsi Banten 2016 -2017 – Juara 3 Asia di Jakarta 2015 – Juara 2 SBY CUP 2016 – Juara 2 Paspampres 2017 Ada peristiwa yang tak bisa di lupakan oleh pelajar kelas 9 di SMP Negeri 1 Tangsel ini. Ketika Rizki bertanding di kompetisi Danjen Kopassus, Rizki harus terkapar akibat tendangan lawan. Dari pengalaman itu, Rizki terus berlatih untuk fokus di setiap pertandingan. “Uluhati saya kena tendang dan saya pingsan. Dari situ, saya belajar untuk fokus dalam setiap pertandingan dan berusaha lebih baik. Bahkan, saya ingin beringas ketika menghadapi lawan,” tegas Rizki. Remaja kelahiran Tangerang 31 Agustus 2003 ini pun, kini tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaran Nasional yang diselenggarakan oleh Panglima TNI. “Persiapannya terus berlatih dan sparing partner sama ayah atau adik. Jaga pola makan, pola tidur sama kesehatan. Ayah juga selalu ngasih saran untuk bisa jatuhkan lawan dan jangan takut sama lawan,” jelasnya. Dalam setiap pertandingan yang diikutinya, Rizki selalu meminta restu dan doa kepada kedua orangtua agar meraih kemenangan. (pah/adt)

Walaupun Kalem Di Sekolah, Remaja Ini Ganas Di Matras Saat Menampilkan Bela Diri Taekwondo

arya-taekwondo

SERPONG – Taekwondo merupakan olahraga yang menggabungkan ketangkasan tangan, kaki dan pergerakan tubuh. Seni bela diri ini, berasal dari Korea. Meski berasal dari Korea, bela diri taekwondo juga di gemari oleh masyarakat Indonesia mulai dari semua kalangan. Tak terkecuali, para pelajar Indonesia. Seperti yang di geluti oleh atlet taekwondo, Arya Danu Susilo yang masih duduk di bangku SMP Negeri 1 Tangsel, Sudah mulai mengenal olahraga bela diri taekwondo sejak duduk di kelas 4 SD. Bermula melihat teman yang berlatih, Arya kemudian langsung tertarik untuk mencoba olahraga yang beresiko cedera ini. “Waktu pas main dirumah, ada temen yang lagi latihan taekwondo. Aku liatin gerakannya, kok kayanya seru dan dari situ aku langsung tertarik buat gelutin olahraga taekwondo,” ujar Arya kepada reporter nysnmedia.com. Arya sapaan akrabnya, Siswa kelas 8 ini, sempat menerima tendangan keras ke arah hidungnya disaat latihan dan mengeluarkan darah. Namun, tendangan tersebut tak membuat Arya kapok. Justru, makin tertantang untuk terus berlatih dan berlatih. “Ini memang resiko yang aku terima, malah saat hidung aku berdarah, orangtua aku semakin mendukung untuk terus berlatih dan berprestasi di bidang bela diri taekwondo,” terangnya. Benar saja, berbagai prestasi sudah Arya raih diantaranya. – Juara 1 Banten Open – Juara 1 O2SN tingkat Kota Tangsel – Juara 2 Budi Luhur Cup Remaja kelahiran Jakarta, 29 Februari 2004 yang terbilang pendiam dan pemalu ini, sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaran Baraduta Cup dan Kejuaran di Solo kategori under 55kg. Namun, jika sudah berdiri di atas matras, sosok pendiam dan pemalu berubah menjadi sangar. (pah/adt)

Menguasai Skill Olahraga Karate, Pemudi Ini Malah Ingin Menjadi Artis

karate-reza

Setelah berhasil mengembangkan olahraga karate, negeri sakura ini yang juga mendapatkan julukan negeri matahari terbit. Yang berhasil mempromosikan tangan kosong adalah senjata ampuh dalam melumpuhkan lawan. Reza Benny Zafira adalah salah satu atlet karate yang berprestasi dan berpotensi, selain itu ia juga merupakan siswi kelas X di SMAN 2 Tangsel. Mengikuti jejak sang kakak sebagai atlet karate, Reza, sapaan akrabnya, telah mengikuti serta menjuarai berbagai kejuaraan karate, dan prestasi-prestasi tersebut antara lain: 1. Juara 3 Nasional SBY Cup 2010 2. Juara 2 Nasional SBY Cup 2012 3. Juara 1 se Jawa – Bali IPB Cup 2012 4. Juara 2 Kejuaraan nasional 2015 5. Juara 3 tingkat Provinsi O2SN 2015 6. Juara 3 tingkat Provinsi O2SN 2016 7. Juara 3 Nasional 2017 Lumban Tobing 8. Juara 2 Porprov 2017 Reza memaparkan awal ia menggeluti olahraga karate semenjak umur 5 tahun. “Saya ikut karate sejak umur lima tahun, kelas satu SD. Awalnya karena melihat kakak pertama saya, dari situ saya tertarik untuk ikut karate sampai sekarang.” ujar Reza. Reza mengatakan, dirinya sempat mengalami cidera di kakinya ketika sedang berlatih, yang menyebabkan ia tidak bisa maksimal lagi dalam berlatih karate. “Saya mengalami cidera di kaki pada saat sedang menjalankan sebuah latihan melompat. Saya sudah mengalami cidera tersebut selama kurang lebih dua tahun. Itu sangat membuat saya gampang menyerah dan ingin berhenti berlatih, apalagi saya sudah mengikuti karate hampir sepuluh tahun lamanya.” Kata Reza, yang mengakui bahwa dirinya selalu didampingi dan di semangati oleh orang tua dan pelatihnya. Reza juga memiliki cerita yang selalu diingatnya ketika mengikuti sebuah kejuaraan karate di Bali. “Ketika saya mengikuti Kerjurnas di Bali tahun 2012, kebetulan disana saya termasuk atlet paling muda yang mengikuti Kejurnas tersebut. Kebetulan juga pada saat kejurnas tersebut, banyak TNI yang menjadi peserta dari tim Banten. Jadinya saya seperti seorang anak atau adik yang disayangi oleh para TNI tersebut.” ungkap siswi kelahiran Tangsel, 13 Desember 2002 tersebut. Ketika membicarakan tentang cita-citanya, Reza mengakui bahwa ia ingin menjadi seorang artis. Tetapi jika dirinya bisa menjadi seorang atlet profesional, maka ia akan memilih profesi tersebut. “Tidak ada kesuksesan jika tidak disertai dengan berusaha dan berdoa. Jangan menyerah jika kalian belum mencapai prestasi yang kalian inginkan. Buatlah orang tua, teman-teman, sekolah dan guru bangga atas prestasi mu. Dan selalu ingat bahwa Tuhan selalu ada disamping kita.” tutupnya.(crs/adt)

Sabet juara 1, Nico : Jatuh cinta kepada wushu sejak umur 4 tahun

Tangsel – Wushu merupakan salah satu jenis bela diri yang ramah dan aman untuk anak-anak. Selain mencakup aspek olahraga, wushu juga melatih mental dan emosi anak. Wushu juga merupakan seni bela diri yang terfokus pada kelenturan, kecepatan, jurus, dan penampilan. Melatih gerakan wushu secara rutin dapat membuat tubuh anak menjadi tangkas, bahkan ketika otot anak masih lentur, tetapi mereka sudah bisa menerima instruksi dan menyerap gerakan yang dicontohkan oleh pelatihnya. Seperti yang tengah di tekuni oleh Nicolas Susanto (Nico) lahir pada 26 Juli 2005, merupakan putra dari Steve Marlon Susanto & Melyawati. Dan saat ini Nico masih berusia 12 tahun, Sekolah di Saint John’s Catholic school Bsd, dirinya mengaku gemar mengenal olahraga jenis Wushu sejak tahun 2009, “Nico mulai belajar wushu dari umur 4 tahun, semua berawal saat melihat aksi barongsai lalu suka, dari situ niko berlatih Wushu, itu juga karna keinginan Niko sendiri,” pungkasnya Selain Wushu, Niko juga mengaku kepada NYSN (8/5) pengalamannya menjuarai wushu tingkat junior dan suka dengan olahraga basket, walaupun hanya sekedar hobby saja. “Saya sangat menggemari wushu, luapan kecintaan terhadap wushu saya buktikan dalam arena pertandingan, akhirnya membuahkan hasil, saya berhasil menjadi juara pertama wushu tingkat junior.” Kata Nico Sementara itu, Steve Marlon Susanto ayah dari Nico mengatakan, dirinya mendukung 100% tentang apa yang menjadi kegemaran putranya, selama tidak mengganggu aktifitas kegiatan pokoknya. “Sepanjang tidak mengganggu sekolah formal kami sebagai orang tua mendukung saja, yang penting focus kepada 1 cabang olah raga, supaya dapat membuahkan prestasi.” Tutup Steve

Berbekal IP MAN Sebagai Idola, Clarisa Sabet Gelar Juara 1 Wing Chun Tingkat Nasional.

Clarissa (Tengah) saat menerima penghargaan sebagai juara 1 Wing Chun Tingkat Nasional

Siapa yang tak mengenal sosok laga bintang film era 70 an, Bruce Lee dikenal dengan gerakan-gerakan bela diri istimewa yang membuat banyak orang mengaguminya, aliran bela diri ini lebih di kenal dengan sebutan wing chun. Seperti yang kita ketahui Wing Chun adalah sebuah bentuk seni bela diri unik, spesialisasinya pada pertarungan jarak dekat, memakai pukulan cepat dan tendangan dengan pertahanan yang ketat serta ketangkasan gerak kaki untuk mempercepat gerak maju. Clarisa (16) duduk di bangku kelas 2 SMU Candle Tree School, mengatakan kepada NYSN bahwa wing chun adalah ilmu beladiri kuno dari negara tirai bambu, dan ajangnya sudah di lombakan di tingkat nasional (5/5) “Jadi pada bulan oktober 2016 saya mengikuti lomba bela diri wing chun tingkat nasional di solo. Tapi sebelumnya aku harus melewati kejuaraan tingkat daerah di jakarta terlebih dahulu.” Lanjut Clarisa Gadis belia ini menambahkan bahwa dirinya mengikuti seleksi tahapan demi tahapan untuk menjadi kandidat mewakili daerahnya di ajang nasional. “Sebelumnya, Nama form yang saya ikuti adalah Sui lim tao dan chum kiu. Lalu pada kejuaraan daerah saya mendapatkan juara 1, dan form chum kiu kategori remaja putri di kejuaraan nasional saya juga mendapatkan juara 1 pada form sui lim tao dan chum kiu kategori remaja putri.” Tenyata gadis penurut ini tertarik tehnik dari sebuah film laga “IP MAN” bersama sang kakak yang sudah lebih dulu terjun di dalam olahraga ini. “Awalnya saya tertarik dari film IP MAN, lalu secara kebetulan kakakku juga penyuka tehnik beladiri kuno yang lebih mengandalkan kecepatan, dan ketepatan” Tutup anak dari pasangan Hendric Kusnadi dan Inge Sumitra.” (ryo/adt)

Zuan Sempat Ingin Berhenti Dari Karate Karena Sempat Merasa Di Curangi

Zuan saat sedang menerima medali

Sama seperti sahabatnya yang juga berlatih dalam club yang sama yaitu Bandung Karate Club (BKC) Dizhanajuani Arie Hidayat (17) sudah menggeluti olahraga karate sejak duduk di kelas 4 SD, totalitas membuat Zuan mendapatkan segudang prestasi. Siswa kelas 3 di SMKN 2, Kabupaten Tangerang ini sekarang tergabung dalam Bandung Karate Club (BKC). Zuan mengatakan kepada NYSN bahwa memiliki kemampuan olahraga beladiri itu dapat menjadi benteng pertahanan. “Menurut saya, memiliki kemampuan beladiri itu sangat dibutuhkan, karena itu saya tertarik untuk mengikuti olahraga karate.” kata pelajar yang biasa dipanggil Zuan ini. Zuan menambahkan bahwa dirinya tidak pernah merasa bosan, walaupun saat itu sempat berfikir untuk berhenti menekuni karate. “Saya tidak pernah merasa bosan dengan karate, tapi saya sempat berpikir ingin berhenti, karena pernah merasa dicurangi pada saat bertanding. Namun keluarga dan pelatih terus mendukung saya.” tutur Zuan. Zuan merasa sangat bersyukur karena sampai saat ini belum pernah mengalami cidera dan ia berharap tidak akan pernah mengalami hal tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Zuan juga mengatakan kepada NYSN bahwa ia bercita-cita menjadi atlet nasional. “Saya ingin sekali menjadi atlet nasional agar bisa mengharumkan nama Negara Indonesia. Untuk sekarang, saya sedang fokus berlatih karate untuk persiapan kejuaraan yang akan datang. Tentunya tidak ada prestasi yang bisa dicapai dengan mudah, semua butuh semangat, proses dan kerja keras.” ujar Zuan. Beberapa prestasi yang berhasil di koleksi oleh pelajar kelahiran Tangerang, tanggal 3 agustus, tahun 2000 ini adalah: 1. Juara 1 kumite junior (-55kg) walikota open 2. Juara 1 Kumite (-55kg) kejuaraan wilayah BKC 3. Juara 2 Kumite kelas bebas 02SN smk provinsi Banten 4. Juara 3 Kumite junior (-55kg) POPDA Banten 5. Juara 3 Kumite kadet -55kg Jusho Sha Mansapa Cup.(crs/adt)

Rela Babak Belur, Wanita Ini Tetap Semangat Untuk Capai Prestasi

Salsabila, remaja putri yang telah menuai banyak prestasi di cabang olahraga Karate

Sudah menjadi konsekwensi dalam emansipasi wanita, dari mulai meningkatnya jumlah wanita Indonesia hingga peranannya juga harus bisa bersaing sehat dengan laki-laki. Seperti yang di lakukan atlet karate wanita, Salsabila Fitri Rohayanti (17) adalah siswi SMUN 2 Tangsel yang menekuni olahraga beladiri karate sejak kelas 7 sekolah menengah pertama dan berada dibawah naungan Bandung Karate Club (BKC). Sekarang, Salsabila telah diduk di bangku kelas 12 dan telah mengukir berbagai prestasi dalam olahraga karate. “Waktu dulu, malah mama yang nyaranin untuk ikut beladiri dan kesininya semakin nyaman untuk terus menggeluti karate.” kata remaja yang biasa dipanggil Salsa. Eksistensinya dalam menggeluti karate telah membuahkan hasil, berikut merupakan beberapa prestasi yang telah diraih oleh Salsa antara lain: 1. Juara 2 kejurnas BKC Kumite (-53kg) junior putri, juara 3 2. Paspampres tingkat nasional Kumite (-48kg) junior putri 3. juara 3 UNJ cup V tingkat nasional Kumite (-48kg) junior putri 4. juara 2 IPB cup tingkat nasional Kumite (-47kg) kadet putri Salsa juga mengungkapkan perasaan senangnya karena setiap mengikuti pertandingan, keluarganya selalu hadir untuk memberikan dukungan. Itu sangat berguna bagi dirinya agar dapat lebih semangat ketika bertanding. “Ketika ikut bertanding dalam Popda Banten, saya dikalahkan oleh juara AKF (Asean Karate Federation) dan saya mendapatkan kenang-kenangan yaitu bibir saya robek. Lucunya, jika biasanya orang lain mundur karena cidera seperti itu, saya malah semakin penasaran untuk event selanjutnya dan berpikir bagaimana caranya agar tidak mendapat kenang-kenangan itu lagi, malah saya yang memberikan kenang-kenangan untuk lawan saya.” ujarnya sembari bercanda. Salsa juga mengatakan kepada NYSN bahwa ia sudah menemukan zona nyaman yang dirasakannya ketika berlatih karate, apalagi setelah berkutat dengan mata pelajaran di sekolah selama seharian. Dan bagi Salsa, berlatih karate adalah hal terbaik untuknya melakikan refreshing. “Selain untuk refreshing, dengan berlatih karate saya dapat bertemu dengan teman-teman dan bercanda sepuasnya, sehingga mood saya bisa kembali baik, karena saya sudah membuat karate menjadi suatu kebutuhan yang harus saya lakukan setiap hari. Disamping itu, saya juga orangnya ekstrovert.” tutur Salsa. Karena kecintaannya terhadap karate dan mempunyai sifat yang suka bertanggung jawab, Salsa pernah memaksakan ikut pertandingan ketika dirinya sedang mengalami cidera. “Seminggu sebelum O2SN tingkat Kota Tangsel, engkel kaki kiri aku tergeser dan dibawa ke ahli patah tulang. Tapi aku bertanggung jawab harus membela nama baik sekolah, dan aku paksakan bertanding walaupun hanya mendapat juara 3 dan tidak lanjut sampai tingkat provinsi. Tapi aku cukup bangga akan prestasi tersebut karena bertandingnya ketika cidera.” kata Salsa menceritakan pengalamannya yang berharga. Remaja yang ingin menjadi pengurus atlet di masa depan nanti menjelaskan bahwa olahraga karate yang sedang digelutinya akan tetap dijadikan hobby dan sekaligus sebagai jembatan pendidikan untuk masuk ke jalur prestasi. “Ketika melakukan sesuatu yang belum pernah kalian lakukan, tekunilah. Maka lama kelamaan kalian akan merasa nyaman dan menemukan potensi kalian. Jangan lupa selalu diasah dan tekun berlatih! Karena seperti yang sudah sering kita dengar, bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil!!” pesan Salsa dengan nada semangat. “Yang terutama untuk mama saya, kedua untuk papa dan adik saya, Azki. Selanjutnya akang-akang senior BKC kabupaten Bogor yang membimbing saya dari sabuk putih dan terakhir yang menemani sampai sekarang pelatih terbaik saya, Senpai Ikin dan Senpai Heru. Tidak lupa juga para sahabat yang sangat mendukung perjuangan saya. Terima kasih untuk semua dukungan yang telah kalian berikan sampai saat ini.” kata Salsa menutup perbincangan dengan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukungnya selama ini.(crs/adt)

Masih Sering Terasa Sakit Di Kaki, Gadis Periang Ini Tetap Ngotot Tekuni Judo

Salah satu tujuan kesetaraan gender adalah merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia. Seperti yang di lakukan oleh Tri Yuli Andriani, siswi kelas 11 di SMAN 5 Tangsel, sejak tahun 2013 sudah menggeluti olahraga judo yang di identikan olahraga laki laki, Yuli sendiri sudah tergabung dalam Club Rajawali Judo Tangsel. Dalam pandangan Yuli, ketertarikannya terhadap judo karena olahraga judo berbeda dari yang lain. “Bagi saya, olahraga judo berbeda dengan beladiri yang lain. Makanya saya tertarik.” ujar pelajar yang akrab disapa Yuli ini. Eksistensinya terhadap judo sudah berhasil meraih beberapa penghargaan, adapun beberapa Prestasi Yuli dalam olahraga Judo diantaranya: 1. Juara 3 Porprov 2014 tingkat provinsi 2. Juara 2 piala gubernur cup 2015 3. Juara 3 Popda 2016 tingkat provinsi 4. Juara 2 walikota cup 2016 tingkat provinsi 5. Juara 2 Budhi EXPO 2016 6. Juara 3 kejurnas Kartika cup 2017 7. Juara 2 Kejurda 2015 8. Juara 1 Kejurda 2016 9. Juara 1 Kejurda 2017 10. Juara 3 Sambo Nasional 2016 11. Juara 3 jujitsu Nasional 2016 12. Juara 3 jujitsu Nasional 2015 Gadis periang ini juga pernah mengalami kejadian lucu selama mengikuti judo, dirinya pernah secara tidak sengaja buang angin saat sedang randori. “Pengalaman lucu selama ikut judo yang tidak bisa aku lupakan sampai saat ini adalah ketika aku tidak sengaja buang angin ketika randori.” candanya Lebih lanjut siswi yang bercita-cita ingin menjadi TNI ini juga pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, kakinya sempat cidera dan hampir patah. “Pernah pada tahun 2014 saat rebutan juara 3, tangan saya hampir patah dan sampai sekarang masih sering kumat kalau latihan.” kata Yuli Wanita tangguh yang lahir pada tanggal 29, tahun 2000 ini juga sempat mengatakan bahwa latihan yang keras terus di lakukan untuk meraih prestasi. “Harus semangat dalam latihan, jangan pantang menyerah. Jika kalah dalam pertandingan jangan putus asa, tetap semangat karna kegagalan adalah kunci kesuksesan dan sebuah pelajaran dimana harus latihan lebih keras lagi.” tutup Yuli.(crs/adt)

Juara 2 Taekwondo Tingkat Nasional Ini, Bercita-cita Menjadi Detektif

Maryana Ratu Dewi, yang akrab di sapa Ratu, sedang menekuni Olahraga jenis taekwondo sejak usia 6 tahun, Ratu bersekolah di ANDERSON SCHOOL kelas 6 SD lahir di Tangerang 31 mei 2005, Putri dari Maryono dan Nuning “Sejak kecil Ratu memang ingin menjadi atlet Taekwondo, selain bisa menegakkan bentuk badan dan menjaga kesehatan, saya juga ingin dia bisa membela diri untuk berjaga jaga saat ada apa apa di kemudian hari.” Pungkas Nuning ibunda Ratu Bunda yang selalu support putrinya yang sampai saat ini tengah menekuni olah raga beladiri Taekwondo mempercayakan kepada Sabam Agus seminggu 2 kali untuk melatih putrinya. Sesekali gadis belia ini berbicara bahwa dirinya ingin menjadi Dokter hewan. “Aku mau jadi Dokter hewan, tapi aku juga bercita cita sebagai detektif.” Cetus Ratu yang baru berumur 12 tahun memaparkan cita citanya kepada NYSN. “Aku juga pernah juara 2 tingkat nasional saat masih berusia 10 tahun dan Jakarta Taekwondo Festival (JTF). Tambah Ratu. Sementara Itu Ibunda dari Ratu menambahkan bahwa dirinya selalu mensupport apapun kegiatan positif putrinya, karena menurutnya Taekwondo adalah olahraga yang sangat bagus untuk putrinya. “Sama sekali saya tidak pernah menyuruh putri saya untuk terjun di Taekwondo, tetapi bagi saya taekwondo adalah olahraga yang baik untuk anak saya, selama itu positif, saya tidak pernah membatasinya dalam berolahraga dan berekspresi, bahkan saya dan suami saya berusaha untuk memfasilitasi dengan mengundang guru taekwondo seminggu 2 kali ke rumah.” Tutup Nuning di kediamannya wilayah Bumi Serpong Damai.⁠⁠⁠⁠

Taekwondo: Berbekal Rasa Penasaran Pada Kemampuan Sendiri, Remaja Ini Menjadi Juara Internasional

Rizkia Asnari Anwar, juara Taekwondon Internasional yang menang berkat rasa penasaran diri sendiri yang besar.

karena rasa penasarannya pada Taekwondo, akhirnya Rizkia mencoba untuk mengikuti latihan di sekolahnya. Latihan demi latihan ditekuninya sampai akhirnya pelatih menunjuk Rizkia untuk mengikuti kejuaraan di Korea Selatan.