Kupas Tuntas Dilema Karir Para Pelatih Bulutangkis Indonesia, Mengabdi Di Indonesia Atau Berkarir Di Luar Negeri?

Perhelatan Indonesia Open beberapa waktu lalu ternyata dijadikan ajang unjuk kemampuan  para pelatih bulutangkis asal Indonesia untuk melihat seberapa tangguh atlet binaan mereka di luar negeri. Menurut lansiran dari metrotvnews.com (10/08/2017), Para pelatih bulutangkis seperti sebut saja Hendrawan, Rexy Mainaky, Mulyo Handoyo, Agus Dwi Santoso, dan beberapa mantan atlet bulutangkis Indonesia lainnya. Mereka kini ‘mengabdi’ ke negara lain. Contohnya seperti Mulyo Handoyo, ia memilih ikut membantu India dalam merevolusi olahraga bulutangkis di negeri Bollywood tersebut. Tak hanya itu, Agus Dwi Santoso juga ikut mencoba mengadu nasib ke Korea Selatan. Kemampuan Agus telah dirasakan oleh para pebulutangkis Negeri Gingseng tersebut. Gaji dan Prestasi Agus meninggalkan PB Djarum pada Mei 2016 karena sebuah alasan prinsip. Ia mencoba pertama datang ke negeri Vietnam, tapi lantaran tak ada gaji untuk pelatih, ia pun pergi dari negeri itu. Pada waktu yang nyaris berdekatan, Agus mendapatkan kabar Korea Selatan (korsel) sedang mencari pelatih. Setelah itu, kepala bidang PBSI, Basri Yusuf dan Rexy Mainaky meminta surat lamarannya untuk dikirimkan ke Pelatnas bulutangkis Korsel. Beruntung lamaran itu langsung direspons oleh pihak Korsel. Agus sendiri sempat dilanda rasa khawatir karena tiga bulan pertama gaji belum juga turun. Namun akhirnya ketika pada bulan keempat gajinya sudah dilunasi oleh pihak bulutangkis Korsel. “Selama hampir empat bulan saya sempat enggak menerima gaji. Saya baru mendapatkannya setelah empat bulan. Ternyata malah enggak sesuai dengan kontrak. Maksudnya, pihak Korea bukan hanya melunasi gaji saya selama empat bulan, tapi memberikan bonus Rp53 juta. Itu karena saya dinilai mampu mengangkat performa bulutangkis putri Korsel. Intinya mereka menghargai saya,” akui Agus seperti yang dilansir metrotvnews.com. Tak hanya bonus, belum genap enam bulan Agus diangkat sebagai pelatih kepala dengan membawahi sektor tunggal putra dan putri. Performa yang diangkat Agus bukan sembarang. Ia mampu membantu Korsel menang 3-2, mematahkan dominasi Tiongkok dalam enam gelaran terakhir Piala Sudirman. Lewat final dramatis di Gold Coast, Australia. Akhirnya saat ini Agus yang menjabat sebagai pelatih kepala, dan dibantu oleh dua pelatih lokal. Targetnya kali ini membawa Korsel bersinar dalam Kejuaraan Dunia BuluTangkis yang digelar Agustus tahun ini. Bagaimana PBSI Bersikap Akan Hal Ini? Kepala Bidang Pengembangan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti menanggapi peran Agus dan beberapa mantan atlet bulutangkis. Bagi Susy, itu adalah hak pribadi masing-masing untuk memilih jalan menjadi pelatih di luar negeri. “Enggak apa-apa lah, mereka juga kan mencari pekerjaan. Mungkin mereka punya tawaran lebih tinggi di sana, artinya mereka kan bebas untuk bisa memilih. Negara mana yang mau dengan mereka. Jadi buat saya sih sah-sah aja,” terang Susy seperti dilansir metrotvnews.com Secara global kondisi tersebut justru bagus untuk persaingan bulutangkis di dunia. Karena saat ini ada beberapa pelatih asal Indonesia yang kini membela banyak negara. Dan juga para pelatih tersebut juga dianggap Susy memiliki potensi yang baik karena menjadikan bulutangkis sebagai mata penghasilan mereka. Sebagai bentuk dukungan, pihak PBSI ternyata telah menyiapkan sebuah program kepada pelatih-pelatih Tanah Air yang ingin melatih para atlet luar. Salah satunya dengan mengadakan coaching clinic kepada mereka, agar mendapatkan sertifikat. Di sana mempelajari di level mana berlatih atau mungkin dengan standar gaji berapa, serta bagaimana mereka nantinya di luar negeri akan membuat program dalam pelatihan. Pilih Mana Pengabdian Atau Harga? Seperti yang dilansir metrotvnews.com, Ia bukan tidak ingin membantu atlet Indonesia namun karena ia mengakui kalau jodohnya saat ini berada di Korsel. Agus pernah berjodoh dengan Indonesia dan ia telah melatih atlet tunggal putra Tanah Air. Termasuk mengantarkan Hendrawan merebut medali perak di Olimpiade Sydney 2000 dan juara dunia di Sevilla pada 2001. Selain itu ada tim Merah-Putih saat menjuarai Beregu Putra Asian Games 1998, serta Piala Thomas 2000 dan 2002. “Kalau negara memerlukan saya lagi, saya harus lihat dulu siapa yang memanggil saya. Pokoknya, harus dengan pihak resmi dari PBSI, bukan kata orang atau rumor dari pihak yang tak jelas,” terangnya. Menurut Agus yang dilansir metrotvnews.com, ada perbedaan yang mencolok dalam urusan ‘uang’ saat melatih di Indonesia dengan di luar negeri. Untuk Indonesia, Agus menyatakan itu bersifat pengabdian jadi tidak ada tawar menawar. Sedangkan untuk luar, Dia tak mengelak kalau akan mematok harga kepada klub atau negara lain jika ada yang berminat dilatih olehnya. ‘Terlewatkan dan Tidak Dimanfaatkan’ Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata juga ikut andil memberikan pandangannya terkait fenomena ini. Menurut lansiran dari metrotvnews.com, Koh Chris ini melihat kalau para mantan atlet bulutangkis yang sukses melatih di luar negeri, bisa dibilang ‘terlewatkan dan tidak dimanfaatkan’ oleh PBSI. Hal ini menurutnya bisa dilihat dari dua sisi yaitu orang lain membutuhkan mereka atau mereka pintar cari peluang. Christian juga menyatakan fenomena itu sudah lama sekali terjadi. Fenomena mantan atlet bulutangkis Indonesia rantau ke negeri orang untuk menyebarkan ilmu bukanlah hal baru.  Tepatnya ada tahun 1969, saat Tan Joe Hok salah satu legenda bulutangkis Indonesia merantau ke meksiko. Dengan kata lain, fenomena tersebut menurut Chris memiliki dua efek positif. Pertama, ini bisa menjadi pacuan buat pelatih-pelatih di dalam negeri agar terus semangat melatih dan jangan mau kalah. Kedua, tentu bisa membuat cabang bulutangkis pamor di dunia karena adanya persaingan yang sengit. Sebab kalau hanya negara Tiongkok atau Denmark yang hanya mendominasi bulutangkis, maka, pasti nanti cabang olah raga bulutangkis takkan bisa dimainkan di Olimpiade. Sumber : metrotvnews.com

Inspiratif, Kamu Wajib Belajar Dari Kisah Atlet Bulutangkis Kevin Sanjaya Yang Memulai Prestasinya Dari Nol

Saat ini Atlet Kevin Sanjaya Sukamuljo ramai diperbincangkan. Salah satu pemain bulu tangkis Ganda Putra dan Campuran Indonesia ini telah berhasil menorehkan prestasi hebat di kancah internasional. Di usia yang relatif muda, ia berhasil membuktikan bahwa bisa berprestasi. Satu hal yang bisa kita pelajari dari keberhasilan Kevin yaitu memulai semua dari nol. Kamu penasaran bagaimana bisa dari nol? Simak ini, yuk menurut lansiran dari life.idntimes.com!   Sejak kecil sudah mulai dikenalkan dengan bulu tangkis Sejak kecil, ia sudah diperkenalkan dengan permainan bulu tangkis dengan diajak melihat permainan tersebut. Sang ayahlah, Sugiarto, yang memperkenalkan Kevin dengan olahraga tersebut. Tak hanya itu, di usia 3,5 tahun Kevin sudah mulai bermain-main dengan raket dan shuttlecock. Jadikan sebagai Hobi. Demi berlatih, Tempuh Banyuwangi – Jember setiap hari. Sejak saat itu, Kevin anak asal sudut kota banyuwangi ini menjadikan bulu tangkis sebagai hobi yang melekat dengan dirinya. Bersama sang kakak, tiap hari seusai sekolah langsung menempuh perjalanan jauh menuju Jember demi bisa berlatih dengan para pelatih terbaik di kotanya. Kevin menjalani latihan secara reguler di PB Putra 46, Jember. Punya impian: bergabung dengan PB Djarum Ternyata, sejak kecil Kevin telah memiliki impian terpendam yaitu bergabung dengan PB Djarum. Ia ingin menjadi salah satu atlet PB Djarum berkelas dunia. Mengetahui hal tersebut, sang ibu pun akhirnya mencari informasi tentang Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis dan segera mendaftarkan sang anak. Ketiga cerita diatas adalah awal permulaan kevin sebagai atlet. Semua dimulai dari nol. Kini ia bisa sampai mencetak prestasi di kanca internasional.  

Bulutangkis Gagal Mengejar Target 3 Emas Pada SEA Games, Susi Minta Evaluasi

Hasil para pemain Indonesia pada putaran semifinal SEA Games 2017 tidak berhasil memenuhi target tiga emas di cabang Bulutangkis pada Senin (28/8). Pasalnya, harapan satu-satunya dari tunggal putra harus sirna. Susi Susanti, manajer tim bulu tangkis Indonesia di SEA Games 2017 meminta raihan tim bulu tangkis Indonesia harus dievaluasi. Seperti yang dilansir wartaekonomi.co.id (28/08/2017), Susi menilai tiga partai semifinal Indonesia tidak seharusnya menelan kekalahan. Tiap pemain sudah punya peluang besar untuk menang namun justru lawan dapat membalikkan keadaan dan menang. Ia menyatakan semua itu patut dievaluasi. “Target tiga medali emas memang tidak tercapai. Ini patut dievaluasi, seharusnya di saat pertandingan penting seperti ini pemain tidak boleh hilang fokus dalam tekanan seperti apapun, harusnya diatas angin, bukan sebaliknya,” kata Susi dalam keterangannya yang dilansir dari wartaekonomi.co.id Susi mengatakan tim ganda putra kalah juga karena missed target, keberanian yang kurang sehingga saat ada tekanan dari lawan, tidak berkembang. Dan juga saat leading, tim dengan mudahnya buang poin. “Intinya atletnya harus mengubah mindset mereka sendiri apapun kondisi lapangan saat pertandingan,” tutur Susi. Dalam partai semifinal SEA Games 2017 , sedangkan empat wakil lainnya memperoleh perunggu melalui Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Ihsan Maulana Mustofa (tunggal putra). Dalam SEA Games 2017 sendiri, Indonesia menargetkan tiga emas, satu emas sudah didapat dari nomor beregu putra, dan di kategori perorangan hanya  Jonatan Christie yang masih memiliki peluang dengan melangkah ke partai final. Susi berharap Jonatan akan tampil baik dan merebut medali emas. “Mudah-mudahan Jonatan mainnya normal, tenang dan lebih berani. Saya berharap Jonatan bisa mengatasi faktor non teknis ini,” kata Susi. Perolehan medali sampai kemarin raihan Indonesia dalam cabang olahraga bulu tangkis adalah satu emas dari beregu putra, dan empat perunggu yang masing -masing disumbangkan tim beregu putri, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Ihsan Maulana Mustofa (tunggal putra).

Kemenangan Tim Bulutangkis Regu Putra di SEA Games 2017 Jadi Modal Untuk Pertandingan Perseorangan

Kemenangan Tim bulutangkis putra Indonesia pada nomor pertandingan beregu menjadi kunci mental keberhasilan dalam pertandingan perorangan SEA Games 2017 yang akan berlangsung di Axiata Arena Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu 26 Agustus 2017. “Kemenangan ini sesuai dengan harapan dan target kami karena tim putra memang menjadi salah satu tumpuan penyumbang emas dari bulutangkis,” Ujar Manajer Tim Bulutangkis Indonesia dalam SEA Games 2017 Susy Susanti dilansir dari Okezone Sport, Jumat (25/08). Tim bulutangkis putra Indonesia meraih medali emas pertama dari cabang olahraga bulutangkis SEA Games 2017 setelah mengalahkan tim tuan rumah Malaysia 3-0 dalam laga final.

Tim Bulu Tangkis Beregu Putra Mantap Pertahankan Medali Emas SEA Games 2017

Tim bulu tangkis putra Indonesia berpose dengan medali emas beregu putra yang didapat setelah mengalahkan Malaysia pada final SEA Games 2017 yang berlangsung di Axiata Arena, Bukit Jalil, Kamis. Foto: Bolasport

Tim bulu tangkis beregu putra mantap mempertahankan peraihan medali emas SEA Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia. Melawan tuan rumah, bulu tangkis putra Indonesia menang telak dengan skor 3-0 di Axiata Arena, Kamis (24/8/2017). Indonesia membuka keunggulan melalui Jonatan Christie. Tampil tunggal putra pertama, Jonatan menang 21-18 dan 21-18. Di partai kedua, pertandingan seru dan ketat ketika pasangan ganda putra Indonesia Fajar Alfian / Ardianto Muhammad Rian menghadapi Ong Yew Sin. Menang 21-12 di game pertama, Fajar / Rian menyerah 16-21 di game berikutnya. Pada game penentuan, Fajar / Rian kembali tampil solid dengan smes-smes kencang mereka. Fajar / Rian pun menang 21-14. di partai ketiga, Ihsan Maulana Mustofa mengalahkan Lee Zii Jian dua game langsung 21-11 dan 21-11 dalam waktu 29 menit. Dilansir dari Liputan6.com, Kemenangan Indonesia ditentukan Ihsan Maulana Mustofa. 10 tahun terakhir, Indonesia selalu meraih medali emas. Dengan medali emas ini, tim putra bulu tangkis Indonesia melanjutkan dominasinya di bulu tangkis nomor beregu SEA Games.

Heboh! Menuju Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis Djarum 2017

Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017. Foto: pbdjarum.org

Beasiswa bulu tangkis Djarum juga diadakan di kota Solo. Panitia sampai saat ini masih membuka pendaftaran peserta secara offline dengan datang langsung ke lokasi hari ini, Jumat (21/7/2017). Seperti yang dilansir dari Solopos.com (19/7/2017), Jumlah pendaftar baru mencapai sekitar 500 peserta untuk audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 yang akan digelar di GOR RM Said Karanganyar pada Sabtu-Senin nanti (22-24/7). Program Associate Bakti Olahraga Djarum Foundation, Abraham Delta Oktaviari, mengatakan tahun lalu jumlah pendaftar mencapai 700 peserta. Dia memprediksi tahun ini pendaftar akan meningkat dalam beberapa hari ke depan sebelum hari H. “Kami masih memberikan kesempatan bagi pendaftar dengan datang langsung ke lokasi bersamaan dengan jadwal daftar ulang peserta. Syaratnya cukup mudah, silakan bawa fotokopi kartu keluarga dan akta kelahiran,” jelas Abraham menurut lansiran dari Solopos.com, Selasa (18/7/2017). Abraham lebih menekankan pentingnya kualitas daripada kuantitas peserta. Ia hanya berharap audisi umum tersebut bisa melahirkan sejumlah atlet muda dengan bakat-bakat yang spesial di bidang bulu tangkis. Berbeda juga dengan audisi tahun-tahun sebelumnya, fokus terbagi dalam U-13 dan U-15. Sedangkan tahun ini, menurut Abraham, mereka fokus untuk mencari atlet putra dan putri dari kelompok U-11 dan U-13 saja.  Pembinaan atlet yang dimulai di klub pada usia dini  diharapkan mampu melahirkan pebulu tangkis dengan kemampuan terbaik dan meraih prestasi maksimal di masa depan.