All Indonesian Final Nomor Speed Relay Panjat Dinding, Indonesia Kawinkan Medali Emas dan Kokoh di Peringkat Empat Besar

Tim Speed Relay Putra Indonesia 2, yang diwakili oleh Hinayah Muhammad, Sufriyanto Rindi, Dzar Yulianto Abu, dan Leonardo Veddriq sukses mencatatkan waktu 18,86 detik dan mengalahkan Indonesia 1, di Jakabaring Sports City, Palembang, Senin (27/8). (INASGOC)

Palembang- Indonesia menambah pundi-pundi emasnya. Kali ini emas didapat dari cabang olahraga (cabor) panjat tebing, nomor speed relay putra, lewat Tim Indonesia 2, dan nomor speed relay putri lewat Tim Indonesia 1. Prestasi ini melampaui target Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) yang dibebankan dua medali emas. Pada laga yang berlangsung di Jakabaring Sports City (JSC), Palembang, Senin (27/8) malam WIB, partai final menyajikan duel antara sesama Indonesia, yakni Indonesia 1 vs Indonesia 2. Dalam all Indonesian Final ini, Indonesia 2 yang diwakili Hinayah Muhammad, Sufriyanto Rindi, Dzar Yulianto Abu, dan Leonardo Veddriq sukses mencatatkan waktu 18,86 detik dan mengalahkan Indonesia 1 yang diwakili oleh Aspar, Sabri, Muhammad Fajri Alfian, dan Septo Wibowo yang melakukan false start. Tambahan medali ini pun membuat Indonesia mengoleksi 22 emas, setelah sebelumnya nomor relay putri juga menghadirkan emas untuk Indonesia. Di partai final Tim Putri Indonesia 1, mampu tampil sebagai pemenang, usai China 1 melakukan false start. Sebelum naik podium, Tim Putri Indonesia 1 yang dihuni Puji Lestari, Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, dan Fitiyani, berhasil jadi yang tecepat dengan catatan waktu 25.01 detik, pada babak kualifikasi. Mereka mengandaskan dua tim China sekaligus, yang menempati peringkat kedua dan ketiga dengan catatan waktu 26.32 detik dan 28.00 detik. Atas raihan tersebut Indonesia semakin kokoh di posisi empat klasemen, perolehan medali Asian Games 2018. Di panjat dinding, Indonesia total sudah meraih tiga emas. Khusus untuk Aries , ini adalah emas kedua yang diraihnya. Sebelumnya, dia meraih emas pada nomor individu kecepatan putri. Sementara itu, bagi Puji Lestari, medali emas ini melengkapi medali perak yang juga diraih pada nomor individu kecepatan putri. (Adt)

Duel All Indonesian Final, Spiderwoman Asal Grobogan Sumbang Emas Kedelapan Indonesia Dari Cabor Panjat Tebing

Aries Susanti Rahayu meraih medali emas dari nomor women's speed usai mencatatkan waktu 07:61, dalam partai All Indonesian Final dan mengalahkan rekannya sesama Indonesia, Puji Lestari, pada Kamis (23/8), di venue panjat tebing Jakabaring Sport City, Palembang. (poskotnews.com)

Palembang- Memasuki hari kelima Asian Games 2018, Indonesia kembali menambah perolehan medali emas. Setelah cabang olahraga (cabor) paralayang, kini giliran panjat tebing yang mempersembahkan emas. Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) menargetkan dua medali emas, dari nomor speed beregu putra dan putri Bertanding di venue panjat tebing Jakabaring Sport City, Palembang, Kamis (23/8), Aries Susanti Rahayu meraih medali emas dari nomor women’s speed setelah mencatatkan waktu 07:61 dalam pertandingan all Indonesian final. Ia berhasil mengalahkan rekannya sesama Indonesia, Puji Lestari, yang mencatatkan waktu 07:96. Sebelumnya, di babak semifinal, dara kelahiran Grobogan, 22 Maret 1995, mengungguli rivalnya asal China, Son Yiling, dengan catatan waktu 07:68, berbanding 07:80. Sementara, di babak 16 besar, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) ini mencatat torehan waktu 08:19 detik, dan 08:09 detik di babak delapan besar. Sedangkan, satu tempat di fase final diraih Puji, usai mengalahkan catatan waktu He Cuilian, asal China. Puji mencatatkan waktu 07:84, sementara sang lawan kalah cepat setelah mencatatkan waktu 07:94. Bagi Indonesia, prestasi cabor panjat tebing jadi emas kedelapan, semenjak pelaksanaan hari pertama lomba pada Minggu (19/8) lalu. Hasil ini sejatinya tak mengejutkan, sebab Arie, sapaannya, adalah atlet berjuluk ‘Spiderwoman’. Label ini ia sandang, karena kecepatannya memanjat tebing dan berhasil meraih medali emas kategori Speed Climbing Performa, pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing – IFSC World Cup 2018 di Chongqing, Cina, pada Mei lalu. Saat itu, wanita berhijab ini menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 7,51 detik dan mengalahkan pemanjat asal Rusia, yang juga jawara di sejumlah kontes panjat tebing super series dunia, Elena Timofeeva. Cabor panjat tebing juga menambah satu perunggu yang diraih oleh Aspar, dari nomor speed putra. Dua wakil Indonesia, Sabri dan Aspar sama-sama gagal lolos ke partai final. Aspar kalah dari atlet China, Zhong Qixin, pada babak empat besar. Adapun Sabri juga takluk dari atlet Iran, Reza Alipour. Dua atlet tersebut terpaksa puas berebut medali perunggu. Medali perunggu jatuh pada Aspar, setelah Sabri melakukan kesalahan start. Panjat tebing kini sudah meraih medali emas dan perunggu, pada Asian Games 2018. Hingga hari kelima Asian Games 2018, Indonesia total menyabet delapan emas, enam perak, dan 10 perunggu. (Adt)

Berbekal Medali Kejuaraan Asia, Atlet Panjat Tebing 19 Tahun Rajiah Sallsabillah Yakin Sumbang Emas Asian Games 2018

Atlet panjat tebing 19 tahun nomor kecepatan (speed) kelahiran Banten 30 April, Rajiah Salsabillah yakin sumbang medali emas Asian Games XVIII/2018. (FPTI)

Jakarta- Kurang dari sepuluh hari pelaksanaan Asia Games XVIII/2018, persiapan atlet makin matang. Mereka terus mempertajam skill dan mental tanding. Salah satunya yang dilakukan atlet putri panjat tebing pemusatan latihan nasional (Pelatnas), Rajiah Sallsabillah. Dara kelahiran Banten 30 April 1999 ini makin giat berlatih demi tekad menyumbangkan medali emas bagi Merah Putih. Bukan tanpa alasan ia membentang asa di pesta multievent empat tahunan itu. Segudang prestasi ia torehkan. Memulai debutnya di kejuaraan nasional (Kejurnas) Surabaya Cup 2015, ia menempati peringkat 11. Di tahun yang sama, ia tampil di Kejurnas Yogyakarta. Sayang, peringkatnya melorot ke urutan 16. Tak patah arang, Rajiah kembali menempa kemampuannya pada kejuaraan di wilayah Jakarta Utara. Kali ini ia membuktikan kualitasnya sebagai atlet panjat tebing nomor kecepatan (speed) yang mumpuni. Hasilnya, dua medali emas dari nomor speed klasik umum putri dan speed klasik youth A putri, sukses disabet. Setahun kemudian, mahasiswa Universitas Budi Luhur Jakarta itu kembali mengukir prestasi. Tepatnya di kejuaraan Sawah Lunto Wall Climbing, Sumatra Barat (Sumbar), ia menjadi kampiun di nomor speed klasik perorangan putri. Prestasinya berlanjut di Cianjur, Jawa Barat (Jabar) dengan mengunci medali emas di nomor speed klasik perorangan putri, masih di tahun yang sama. Berjaya di tingkat nasional, Rajiah mencoba peruntungan di level internasional. Remaja lulusan SMKN 9 Tangerang, Banten itu berlaga di ajang Asian Championship 2017 di Iran. Turun gelanggang di nomor speed world record relay tim putri, Rajiah berhasil mengantongi medali perak. Ia juga mengikuti kejuaraan di Xiamen dan Wujiang, China serta di Moskow, Rusia. Di Rusia, Rajiah berada di peringkat keenam. Lalu, dari kejuaraan dunia di Moskow, ia mengikuti kejuaraan dunia di Chongqing dan Tai’an, China. “Di Chongqing peringkat 10 dan Tai’an peringkat delapan,” ujar atlet asal Banten itu, dikutip situs resmi FPTI, Selasa (7/8). Rajiah mengaku dari semua event yang diikuti terutama di pentas internasional, event di Iran memiliki kesan tersendiri baginya. “Karena dapat medali pertama (di event iternasional),” cetusnya. Perkenalan Rajiah dengan panjat tebing dimulai saat usinya masih 14 tahun. Adalah sang kakak yang juga seorang atlet memperkenalkan dirinya pada olahraga ekstrem itu pada 2013. Dan, sang kakak yang kerap membawa piala usai kejuaraan makin membuat Rajiah jatuh hati pada panjat tebing. “Awal suka panjat tebing karena senang lihat kakak. Tiap lomba pasti bawa piala. Terus pingin coba kayak kakak dan pulang bawa piala,” pungkas atlet yang tengah mengambil studi Sistem informasi ini. (Adt)

Pendaki Legendaris Tularkan Semangat ke Atlet Pelatnas Panjat Tebing

Pendaki legendaris Mohammad Gunawan, atau Kang Ogun (duduk di tengah), mengunjungi Pelatnas Panjat Tebing guna memberi semangat para atlet. (FPTI)

Jakarta- Mohammad Gunawan, atau akrab disapa Kang Ogun, mengunjungi pemusatan latihan nasional (Pelatnas) Panjat Tebing, di Kompleks Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Ia bukan nama asing di dunia panjat tebing Tanah Air. Menjadi pengurus pusat pada periodisasi awal Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) berdiri, Kang Ogun adalah legenda hidup. Kehadirannya di tengah sesi latihan atlet Pelatnas panjat tebing guna memberikan motivasi serta semangat pada mereka. Kepada para atlet, Kang Ogun, mengatakan jangan pernah kehilangan mimpi. Sebab, menurutnya, mimpi bisa menjadi berarti bagi diri pribadi, keluarga, serta negara. Dan, mimpi yang membuat seorang atlet dapat terus berprestasi. Itu pula yang terjadi pada diri Kang Ogun. Sejak divonis dokter menderita kanker Nasofaring pada tiga tahun lalu, ia justru seperti terlahir kembali sebagai pendaki gunung. Bahkan, pria bersahaja itu ingin sekali menjejakkan kakinya di puncak tertinggi dunia, Everest. Baginya, Everest adalah mimpi. Dua kali melakukan pendakian, dua kali pria paruh baya itu mengalami kegagalan. Pendakian pertama pada 1994, Kang Ogun yang tergabung dalam tim internasional pendakian Everest gagal mencapai puncak setelah badai menerjang. Lalu, pendakian kedua pada 1997, mimpinya nyaris terwujud. Puncak Everest hanya tinggal berjarak 200 meter. Sayang, ia yang tergabung dalam tim utara harus turun atas perintah ketua tim ekspedisi. Kehadiran Kang Ogun di Pelatnas panjat tebing diakui para atlet mampu menyuntikkan energi baru untuk semakin keras berlatih. Sabri salah satunya. Atlet panjat tebing asal Kalimantan Utara itu menyebut Kang Ogun adalah pengejawantahan dari semangat pantang menyerah. “Walaupun kena sakit kanker, tapi semangatnya untuk mengejar mimpi tidak pernah padam. Ini yang patut dicontoh para atlet terutama saya,” ujar Sabri seperti dikutip situs resmi FPTI, Kamis (29/3). (Adt)