Indonesia Akan Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034?

Stadin Utama Gelora Bung Karno. Foto:Prass/NYSN

Indonesia saat ini memiliki rencana untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama Australia. Perihal ini diskusi sudah mulai dilakukan antara pihak PSSI dan Federasi Sepakbola Australia (FFA) untuk mewujudkan hal ini. Akan tetapi tentunya yang akan menjadi sorotan pastinya adalah fasilitas dan ketersediaan stadionnya, karena itu adalah tempat para pesepakbola top kelas dunia yang nantinya akan berlaga. Karena FIFA memiliki standar khusus untuk stadion-stadion yang akan dipakai, jika merujuk pada buku panduan Bidding Piala Dunia 2026 yang digelar di Meksiko, Kanada dan Amerika Serikat, ada berbagai macam syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah terkait dengan kapasitas. FIFA memiliki standar untuk stadion yang akan dipakai baik dari prosesi pembukaan hingga pertandingan final adalah minimal berkapasitas 80 ribu kursi. Sedangkan untuk pertandingan fase grup, babak 32 besar, 16 besar dan perempatfinal, stadion yang dipakai harus berkapasitas minimal 40 ribu kursi. Untuk pertandingan semifinal, stadionnya minimal berkapasitas 60 ribu. Sementara perebutan tempat ketiga minimal 40 ribu, dan laga puncak atau final minimal 80 ribu kursi. Sampai saat ini, jika diperhatikan Indonesia belum memiliki stadion yang berkapasitas minimal 80 ribu, bahkan sekelas Stadion Utama Bung Karno yang menurut design awal bisa menampung hingga 90 ribu tetapi sudah berubah menjadi 77 ribu, karena renovasi besar-besaran demi ajang Asian Games 2018 lalu. Walaupun begitu Indonesia punya beberapa stadion yang memang memiliki daya tampung minimal 40 ribu, yaitu Stadion Palaran, Gelora Bung Tomo, Stadion Kanjuruhan, dan Stadion Batakan. Walaupun stadion tersebut butuh renovasi akan tetapi masih layak untuk digunakan. Selain persyaratan stadion, FIFA juga mensyaratkan tuan rumah untuk menyiapkan fasilitas lainnya seperti hotel dan juga pusat latihan, jika melihat jumlah peserta di Piala Dunia 2024, maka Indonesia harus menyiapkan minimal 48 hotel dan pusat latihan. Selain itu, FIFA juga meminta venue latihan di masing-masing kota penyelenggara. Menilik Piala Dunia 2018 di Rusia, tiap kota punya 3 kompleks latihan. Sementara untuk Piala Dunia 2026, FIFA meminta antara 2 hingga 4 lokasi. Belum sampai di situ, FIFA juga meminta dibuatkan satu hingga 2 venue latihan dan hotel khusus untuk wasit. Diluar itu semua, ada kemungkinan persyaratan FIFA berubah dan beradaptasi dengan kondisi calon tuan rumah, namun dengan banyaknya fasilitas yang harus disediakan, apakh Indonesia mampu untuk mempersiapkannya?

Esport Asian Cup 2019 Mendapat Dukungan Penuh dari Kemenpora

Ilustrasi Esport

Olahraga jenis baru Esport semakin tumbuh di Indonesia, saat ini ada banyak event-event tournament Esport yang menunjukkan perkembangan positif di Indonesia. Dengan pertumbuhan olahraga ini Kemenpora menyambut baik digelarnya turnamen game FIFA 19 berskala internasional, Asian Cup 2019 yang akan diselegarakan oleh IVPL (Indonesia Virtual Pro League) bekerja sama dengan The AEFA dari Jepang. Gatot S, Dewa Broto, selaku Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) pun myambut baik hal ini saat menerima kunjungan tim Indonesia Virtual Pro League (IVPL) beberapa waktu lalu yang bertujuan untuk menggandeng pemerintah untuk menggelar turnamen-turnamen bergengsi lainnya. “Sebuah kebanggaan tersendiri, Indonesia melalui IVPL bisa menjadi penyelenggara kompetisi esport berskala internasional seperti Asian Cup,” Ujar Gatot. IVPL yang berdiri sejak tahun 2012 ini sudah mengantongi ijn dari EA Sports untuk menggelar turnamen. IVPL selama ini sudah ikut berpartisipasi untuk mengembangkan industry Esports di Indonesia, salah satu tunrmanen yang sedang berlangsung adalah Asian Cup 2019: FIFA 19 11vs11. “Turnamen Asian Cup dari IVPL ini merupakan hal yang baru bagi saya. Dibutuhkan kerjasama dari masing-masing pemain untuk saling bersinergi dalam meraih kemenangan. Selayaknya menonton pertandingan sepakbola asli,” ujar Gatot. “Maju terus, IVPL. Go ahead. Kemenpora tentu mendukung kegiatan dan turnamen seperti ini, dan semoga bisa membawa prestasi bagi Indonesia,” tambahnya. Sementara Rizki Darmawan, CEO dari IVPL gembira dengan dukungan dari Kemepora tersebut. “Tentunya saya sangat senang dengan hal ini. Semoga ini menjadi titik awal kerjasama antara IVPL dengan Kemenpora. Dengan dukungan Kemenpora, kami berharap bisa membawa IVPL terbang lebih tinggi dan dikenal masyarakat luas, serta membuat turnamen bergengsi lainnya,” kata Rizki. (IHA)

Jadi Arsitek Timnas Senior, PSSI Beri Dua Target Bagi Simon Mcmenemy

Simon Mcmenemy (kiri) mendapatkan dua target khusus dari PSSI selama melatih Timnas Indonesia senior pada 2019-2020. Pelatih 41 tahun asal Skotlandia itu dituntut bisa membawa Indonesia duduk di peringkat 120 besar FIFA, dan meraih juara Piala AFF 2020. (Adt/NYSN)

Jakarta- Simon Mcmenemy mendapatkan dua target khusus dari PSSI selama menjadi pelatih Timnas Indonesia senior pada 2019-2020. PSSI selaku federasi sepak bola nasional yang bertanggung jawa terhadap prestasi merah putih, memiliki dua target khusus pada edisi 2019-2020. Dua target ini dipasrahkan kepada Mcmenemy, yang akan menangani skuat Garuda selama dua tahun ke depan. Pelatih 41 tahun asal Skotlandia itu dituntut membawa timnas Indonesia sanggup menembus peringkat 120 besar FIFA, dan meraih gelar juara di Piala AFF 2020. Kedua target itu diharapkan bisa terealisasi pada akhir 2020. “PSSI menargetkan kerja keras jangka panjang dimulai dari hari ini supaya bisa menyongsong ambisi juara di akhir 2020,” kata Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, di Jakarta, Kamis (24/1). “Ini menjadi satu kesatuan dengan agenda besar pada akhir 2020 peringkat FIFA kita baik signifikan dan ditargetkan masuk 120 besar,” ujar Tisha. Saat ini, Indonesia masih menempati peringkat ke-159 per Desember 2018. Ratu mengungkapkan sejumlah event dan target bakal dipikul pria yang mulai melatih pada usia 33 tahun itu. Pada perhelatan Piala AFF 2018, Indonesia gagal lolos dari fase grup setelah menempati peringkat keempat di Grup B dengan catatan satu kemenangan, satu imbang, dan dua kekalahan. Timnas Indonesia belum pernah meraih gelar juara di ajang Piala AFF sejak edisi pertama pada 1996. Catatan terbaik timnas Indonesia hanyalah menjadi runner-up selama lima kali pada 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016. Selain Piala AFF tahun depan, Indonesia menjalani babak kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023, pada 2019. Ronde pertama babak kualifikasi akan dimulai pada bulan Juni nanti. Selain itu, Indonesia juga memiliki agenda pertandingan persahabatan pada Maret. Namun, Tisha berharap Indonesia tidak perlu menjalani ronde pertama dan bisa langsung masuk ronde kedua. Adapun ronde kedua babak kualifikasi, dijadwalkan berlangsung pada September 2019. “Diharapkan pada Juni nanti Indonesia tak perlu lagi berlaga di ronde pertama, namun kami otomatis lolos ke ronde kedua di bulan September,” ucap Tisha mengakhiri. Dua target ini akan menjadi tantangan baru bagi eks pelatih Timnas Filiphina, yang sukses mengantarkan Bhayangkara FC meraih gelar juara Liga 1 2017. (Adt)

Hapus Piala Asia U-16 Dan U-19, AFC Gelar Format U-17 dan U-20

Komite Kompetisi AFC merekomendasikan mengubah format Piala Asia U-16 dan U-19, menjadi Piala Asia U-17 dan U-20, mulai 2023. Hal ini mengacu kepada kategori usia FIFA dan gelaran Piala Dunia kelompok umur yang ada. Tammpak winger timnas Indonesia U-19, Todd Rivaldo Fere (22/putih), saat tampil di ajang Piala Asia U-19 2018, di Jakarta. (Pras/NYSN)

Kuala Lumpur- Komite Kompetisi Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) merekomendasikan untuk mengubah kategori usia kompetisi kelompok umur, di bawah naungan mereka. Ada dua kompetisi kelompok umur yang menjadi fokus AFC sejauh ini, yakni Piala Asia U-16 dan U-19. Berdasarkan rapat Komite Kompetisi AFC, yang digelar di Muscat, Oman, dua kompetisi itu sudah diajukan diubah menjadi Piala Asia U-17 dan U-20. Itu mengacu kepada kategori usia FIFA dan gelaran Piala Dunia kelompok umur yang ada, yakni Piala Dunia U-17 dan U-20. “Tim Gugus Tugas merasa ada kebutuhan untuk mengubah struktur untuk membantu pengembangan pemain. Mereka juga menekankan perlunya pemeriksaan integritas lanjutan dan pemain muda yang akan diminta untuk menandatangani kontrak dan menjalani tes MRI, sesuai dengan praktik saat ini,” tulis AFC, dalam rilis resmi akhir November lalu. Piala Asia U-17 dan U-20 dengan format baru, akan berlangsung di tahun yang sama dengan turnamen FIFA, dan akan disesuaikan dengan kualifikasi pada tahun sebelumnya. Edisi pertama kejuaraan ini dimulai dengan kualifikasi pada 2022, dan putaran final pada 2023, guna memberi waktu bagi anggota asosiasi untuk lebih banyak melakukan persiapan. Event untuk pemain junior Piala Asia U-19 2018 yang digelar di Indonesia, memunculkan Timnas Arab Saudi sebagai juara. Sedangkan untuk Piala Asia U-16, yang berlangsung di Malaysia, dimenangkan oleh Jepang. (Adt)

Menang Tipis 1-0 Dari Mauritius, Poin Indonesia di Peringkat FIFA Bertambah 1001

Aksi winger Timnas Senior asal klub Persebaya Surabaya, Irfan Jaya (18), saat menaklukkan Timnas Mauritius 1-0, dalam laga pertandingan uji coba internasional, di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Selasa (11/9). (Pras/NYSN)

Jakarta- Timnas Senior unggul tipis 1-0 dari Mauritius, saat melakoni laga persahabatan internasional di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Selasa (11/9). Selain untuk persiapan Piala AFF 2018, laga ini penting karena bisa mendongkrak Indonesia di ranking FIFA. Merunut ranking FIFA per 16 Agustus 2018, Indonesia masih terkunci di urutan ke-164 dengan 992 poin. Sementara sang lawan yang berjuluk Club M (Mauritius) dan Les Dodos (burung Dodo khas Mauritius), ada di peringkat ke-155 dengan 1.028 poin. Pada uji coba ini, Indonesia yang mendominasi jalannya pertandingan baru bisa mencetak skor pada menit akhir waktu normal. Berawal dari sepakan striker Arema FC, Dedik Setiawan, yang belum semenit memasuki lapangan sebagai pemain pengganti, yang bisa ditepis kiper Mauritius, Jean-Louis Kevin. Bola rebound Dedik, akhirnya dituntaskan Evan Dimas menjadi gol, di menit ke-89. Dikutip dari Labbola, Stefano Lilipaly dkk menguasai duel ini. Mereka mencatat 67 persen penguasaan bola, berbanding 33 persen milik Mauritius. Indonesia mampu mencatat 10 peluang berbahaya dan 7 di antaranya mengarah ke gawang. Sementara sang lawan, hanya mengemas enam peluang, dengan tiga shot on target. Dari sisi akurasi umpan, Tim Merah Putih sanggup menyentuh kisaran angka 84 persen, berbanding 72 persen catatan para pemain tim tamu. Yakni, 472 dari 556 umpan pemain Indonesia mengarah tepat sasaran. Catatan itu terbilang timpang, jika dibandingkan peforma negara kepulauan di kawasan pantai timur Benua Afrika itu. Tim tamu bahkan ‘hanya’ mengalirkan 196 operan sukses, alias nyaris tiga kali lipat di bawah timnas Indonesia. Lantas, apa yang membuat timnas Indonesia “hanya” menang tipis? Jawabannya adalah kepiawaian Jean-Louis dalam melindungi gawangnya. Kiper klub Pamplemousses SC di Liga Mauritania ini, mampu melakukan 6 penyelamatan! Salah satu aksi terbaik pria bertinggi 189 cm, itu terjadi pada menit ke-30, saat dengan berani mementahkan peluang Stefano Lilipaly, yang sudah berhadapan satu lawan satu. Meski demikian, Pelatih Mauritius, Francisco Filho mengaku jika Timnas Indonesia memiliki materi pemain yang lebih baik dari timnya. Filho menyebut permainan Indonesia sangat agresif. Ia merasakan tekanan yang luar biasa dari serangan Indonesia, sepanjang pertandingan. “Indonesia…. mereka punya pemain yang bagus. Mereka menang beruntung, hahaha,, tapi itu hanya lelucon saya saja. Ya Indonesia luar biasa, dan berhak menang kali ini,” ujar Filho selepas pertandingan. “Kami berhasil menahan gempuran Indonesia. Pada menit akhir kami melakukan kesalahan dan kesalahan itu membuat kami kebobolan,” tandasnya. Les Dodos mengakhiri dua pertandingan kalender FIFA di Asia Tenggara, tanpa kemenangan. Sebelumnya, Mauritius bermain imbang 1-1 atas Singapura. Sementara Asisten Pelatih Timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, mengaku bersyukur karena anak asuhnya bisa tampil sabar. Ia menjelaskan bukan perkara mudah bisa membongkar pertahanan tim yang bermain solid (compact defense) seperti Mauritius. Menurutnya, butuh kesabaran untuk bisa mendapatkan peluang. “Saya ucapkan terima kasih kepada para pemain, karena butuh kesabaran membongkar pertahanan yang bagus itu tidak gampang. Tapi pemain mengikuti instruksi dan bermain sabar. Saya salut kepada tim Mauritius yang bermain bertahan dengan bagus. Ini jadi bahan evaluasi jelang AFF,” ujar Kurniawan, pada Selasa (11/9). Hasil Kemenangan di stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi itu, diperkirakan segera mendongkrak peringkat tim Garuda di rangking FIFA. Itu artinya, Hansamu Yama dan kawan-kawan berhasil menambah poin, dari 992 menjadi 1.001. Dengan raihan poin sebanyak itu, tim asuhan kuartet legenda Indonesia Danurwindo, Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandi dan Bima Sakti ini, berpeluang naik dua tingkat ke posisi 162 ranking FIFA. Serta menggeser Belize dan Vanuatu. (Ham)

Peringkat Terbaru FIFA Merosot, Indonesia Sejajar Dengan Guyana dan Nepal

Ranking FIFA pada 17 Mei 2018 menempatkan Timnas Indonesia di posisi 164 dunia, yang sejajar dengan Guyana dan Nepal. (bola.com)

Zurich- Peringkat terbaru FIFA dirilis pada Kamis (17/5). Hasilnya Indonesia yang sejak 2018 belum menggelar pertandingan resmi untuk timnas senior, posisinya terus merosot. Dalam peringkat terbaru FIFA, Indonesia ada di posisi 164 dunia. Posisi ini satu level dengan Guyana dan Nepal, dua negara yang juga memiliki 111 poin dan berhak duduk di peringkat 164 dunia. Peringkat ini sebenarnya justru turun dua tingkat dari bulan April lalu. Hal itu bisa dimaklumi karena sekali lagi, sejak awal tahun ini timnas senior tak turun bertanding di laga resmi internasional. PSSI lebih sibuk untuk mencari uji coba buat Timnas U-23. Tapi hal itu wajar karena pelatih Luis Milla juga merangkap sebagai pelatih Timnas U-23. Bahkan tugas utamanya adalah membawa Timnas U-23 ke semifinal Asian Games 2018. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, posisi terbaik masih dimiliki Vietnam. Negeri Paman Ho ada di peringkat ke-102. Sebentar lagi bakal tembus 100 besar dunia. Sepanjang sejarahnya, Timnas Indonesia pernah menghuni peringkat ke-76 pada Ranking FIFA. Posisi itu diraih hampir dua dekade silam, saat September 1998. Adapun peringkat terburuk Timnas Indonesia tak lain tangga ke-191 pada edisi Juli-Agustus 2016. Posisi pada Ranking FIFA edisi Mei 2018 ini sekaligus menempatkan Indonesia pada peringkat ke-32 di antara negara-negara Asia. Untuk wilayah Asia Tenggara, Timnas Indonesia hanya berada di peringkat kelima. Di wilayah ASEAN, posisi Indonesia masih di bawah Vietnam (peringkat ke-102), Filipina (111), Thailand (122), dan Myanmar (227). Dari empat negara terakhir, adalah Filipina yang mencatatkan rekor posisi terbaik di Ranking FIFA. Posisi tertinggi Filipina sebelumnya adalah urutan ke-113 pada bulan lalu. (Dre/Ham)

Agar Pinalti berhasil, Perlu Kamu ketahui Tentang Pinalti FIFA

Kata “penalti” dalam permainan sepak bola bukanlah hal asing lagi, yaitu tendangan dari pemain di dalam kotak penalti tanpa ada penjagaan dari pemain lawan. Memang terkesan menguntungkan, mudah dan gampang. Namun, apabila kamu mengulik lebih dalam mengenai apa itu, sejarah, dan peraturan dalam menendang penalti, bisa jadi tidak semudah “pengertian sederhana” tersebut. Tendangan penalti sebenarnya tidak hanya menggunakan skill menendang bola saja, tetapi juga mental yang kuat dari pemain. Pemain bola dunia sekalipun banyak yang menolak melakukan tendangan penalti. Hal ini karena masalah mental, banyak yang kawatir tidak gol. Kenapa Ada Tendangan Penalti? Peraturan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menyatakan tendangan penalti disebut sebagai tendangan hukuman, karena pihak lawan melakukan pelanggaran di dalam area kotak penalti. Tendangan ini dilakukan selama permainan berlangsung dan berjarak 9.1 m. Tak hanya sebagai tendangan hukuman, tendangan penalti juga diterapkan dalam babak adu penalti untuk menentukan tim siapa yang menang. Dalam pelaksanaan, babak adu penalti lebih menguntungkan untuk menjadi gol. Maka dari itu, ada anggapan menurut lansiran dari bolajawara.com, tendangan penalti kadang menjadi strategi dan disalahgunakan wasit, agar memenangkan tim tertentu. Ternyata Tendangan Penalti Pertama Kali Diperkenalkan Pada Abad ke-19 Yap, dilansir dari bolajawara.com, tendangan penalti pertama kali ada pada akhir abad ke-19 di wilayah Britania Raya, pada sebuah laga resmi tim skotlandia, Airdrieonians pada tahun 1891 di Broomfield Park. Pada liga sepakbola, diberikan kepada Wolverhampton Wanderers dalam pertandingan mereka melawan Accrington di Stadion Molineux pada tanggal 14 September 1891. Penalti tersebut berhasil menghasilkan gol bagi Billy Heath dengan skor 5-0. Peraturan yang ada di tendangan penalti versi umum dan FIFA Dalam aksi tendangan penalti, tidak asal menendang bola. Namun juga ada peraturan di dalamnya. Pertama, tentunya tentang posisi bola dan kiper. Bola harus berada di titik tendangan penalti dan posisi kiper harus berada di garis gawang. Kedua, pemain-pemain yang tidak menendang aturannya harus berada 9.15 meter di belakang titik penalti. Ketiga, jika pemain yang melakukan penalti melanggar aturan (misal menendang tidak di titik penalti atau menendang dua kali), maka tendangan tersebut akan di stop oleh wasit. Bahkan, diganti menjadi tendangan bebas untuk tim lawan. Keempat, kiper yang melakukan kesalahan (misal menangkap bola terlalu di depan), maka jika kamu gol, berarti akan tetap disahkan wasit dan jika tidak masuk, boleh melakukan tendangan bebas lagi. Peraturan tendangan penalti versi FIFA yang merupakan federasi sepak bola dunia, menyebutkan peraturan baru untuk penalti. Pemain tidak diperbolehkan melakukan tendangan yang pura-pura. Hal ini karena agar kiper tidak terkecoh saat menghadang ataupun menangkap bola. FIFA selaku  juga memberikan peraturan baru untuk penalti yang telah digunakan juga pada saat piala dunia tahun 2014. Peraturan tersebut ialah tidak diperbolehkan bagi pemain penendang penalti melakukan tendangan pura-pura. Hal ini diberlakukan agar penjaga gawang tidak terkecoh dalam menghadang bola. Bagi pemain yang tetap melanggar akan dikenakan kartu kuning. Sekarang kamu sudah tau mengenai tendangan penalti lebih dalam. Dengan beberapa pengetahuan diatas, kiranya bisa menjadi bekal kamu saat melakukan tendangan bebas di lapangan. hmm, apakah kamu telah siap untuk penalti?   (bolajawara.com, perpustakaan.id)

Kupas Tuntas Kontroversi Liga 1 Indonesia

kontroversi-liga-1

Tanggal 15 April 2017 menjadi sejarah bangkitnya sepakbola Indonesia. Dua tahun lamanya, sepakbola Indonesia telah mati suri setelah di hukum oleh FIFA. November 2016 pula, lahirnya ketua umum PSSI periode 2016-2020 yakni Edy Rahmayadi. Edy terpilih sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2016-2020 dalam Kongres PSSI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/11/2016). Dalam pemungutan suara, Edy, yang juga merupakan Pangkostrad TNI, meraih 76 suara. Dia mengalahkan Moeldoko yang hanya meraih 23 suara. Sementara itu, calon lainnya, Eddy Rumpoko, hanya mendapatkan satu suara. Edy yang juga aktif sebagai TNI berpangkat Letnan Jendral menjabat Pangkostrad ini, diharapkan oleh pecinta sepakbola Indonesia bisa memajukan sepakbola Indonesia dengan ketegasannya. Dalam kutipan cnn.indonesia (10 November 2016) setelah terpilih, Edy memiliki target untuk timnas Indonesia. Edy berjanji akan segera bekerja agar target-targetnya tercapai, salah satunya targetnya adalah timnas tampil di Olimpiade dalam kurun waktu delapan tahun dari sekarang. “Mungkin itu sulit sekali bagi pemain-pemain yang saat ini masih kita ketahui bersama (kemampuannya), tetapi Insya Allah di 2024 kita sudah bisa berkiprah.” “Di saat ini kami harus segera bekerja. Di kelompok U-15, ini kita booming-kan, kami meriahkan, sehingga delapan tahun yang akan datang pemain-pemain yang berusia 23 tahun sudah bisa berkiprah di internasional,” ucapnya melanjutkan. Benar saja, enam bulan memimpin PSSI, tepatnya 15 April dibukanya Liga 1 Indonesia yang memainkan antara Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (SGBLA). Namun, sebelum Liga 1 bergulir banyak kontroversi yang terjadi yakni mengenai regulasi. Regulasi yang diterapkan di liga yaitu tim diwajibkan mengontrak sedikit-dikitnya lima pemain U-23, kemudian hanya bisa mengontrak maksimal tiga pemain asing, di mana dua merupakan pemain non-Asia dan satu pemain Asia atau disebut aturan dua plus satu. Selanjutnya, jumlah pemain berusia 35 tahun ke atas tidak boleh lebih dari dua orang di setiap tim. Peraturan lainnya yaitu setiap klub bisa mengontrak satu “marquee player” yaitu pesepak bola asing yang dianggap berkelas dunia yang pernah bermain setidaknya dalam tiga putaran Piala Dunia terakhir (untuk hal ini pada tahun 2006, 2010 dan 2014) atau pernah berkiprah di klub elite Eropa. Persib Bandung contohnya, mereka menggaet Michael Essien eks Chelsea dan Carlton Cole bintang Timnas Inggris sebagai pemain marquee player mereka. Sementara, regulasi yang mewajibkan klun memainkan pemain U-23 menuai beberapa pro dan kontra. Regulasi ini dibuat memang dipersiapkan untuk timnas Indonesia berlaga di Sea Games Kuala Lumpur, Malaysia. Setiap klub, diwajibkan memainkan tiga pemain U-23. Pelatih pun, mau tidak mau menurunkan pemain U-23. Banyak komentar miring dengan regulasi ini, ada yang beranggapan bahwa jika pemain tidak siap bisa merugikan klub dan pemain U-23 bisa bermain di tim senior bukan karena aturan melainkan karena kesiapan pemain serta prestasi pemain. Setengah musim berjalan, masyarakat Indonesia mulai mengenal wonderkid Febry Haryadi dan Gian Zola (Persib), M Rezaldi Hehanusa (Persija), Kurniawan Kartika Ajie (Persiba Balikpapan). Bisa dikatakan sukses? Mari kita telaah kembali. Kebijakan PSSI membuat regulasi U-23 memang dipersiapkan untuk Sea Games Malaysia, namun ekspektasi berlebih hanya membuahkan medali perunggu saja bagi Indonesia yang dipimpin pelatih asal Spanyol Luis Milla. Muncul kembali peraturan dari PSSI yang membingungkan. Setelah Sea Games berlangsung, PSSI menghapus regulasi U-23 di Liga 1. Keputusan ini, sontak membuat para klub dan pelatih berang. Para pelatih dan klub, menganggap keputusan awal yang dibuat oleh PSSI dengan seenaknya di hapus. Namun, ada juga klub yang bisa dikatakan ketiban durian runtuh dengan adanya penghapusan regulasi U-23. Tak hanya itu, regulasi saja yang membuat kisruh, suporter pun masih belum cukup dewasa. Almarhum Riko Andrean suporter Persib yang tewas pada saat laga big match melawan Persija Jakarta menjadi pusat perhatian kancah dunia sepakbola. PSSI pun, menghukum bobotoh. Sudah seharusnya, suporter Indonesia dewasa. Kepemimpinan wasit pun, menjadi fokus pembenahan PSSI. Wasit Indonesia seharusnya bisa mengambil keputusan dengan tegas tanpa takut di intervensi oleh tim maupun pemain. Puncaknya, PSSI menghadirkan wasit asing pada bulan Agustus. Tujuan PSSI dengan hadirnya wasit asing, bisa memberikan contoh kepada wasit asal Indonesia. Lagi dan lagi, hadirnya wasit asing menjadi pro dan kontra. Seperti pelatih PSM Makasar, Robert Rene Albert yang mengatakan bahwa Indonesia tidak butuh wasit asing tetapi membutuhkan teknologi VAR (Video Assintant Referee). Benar saja, puncaknya pada laga big match antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung kesalahan fatal dibuat wasit asing. Shaun Evan merupakan yang memimpin laga big match tersebut. Wasit asal negeri kangguru Australia, menganulir gol dari penyerang Persib, Ezechiel N’Douassel pada menit ke-27. Sundulan N’Douassel terlihat sudah melewati garis dan sundah menyentuh jaring gawang. Namun, Shaun menganggap bola tersebut belum gol. Kontroversi dari wasit Evans, masih berlanjut. Bek Persib Bandung, Vladimir Vujovic, mendapatkan kartu merah pada menit ke-82 setelah terlihat mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada wasit yang memberinya kartu kuning karena melanggar Bruno Lopes. Pemain Persib yang tidak terima, bergerak kepinggir lapangan. Namun, Evans menganggap pemain Persib mogok bertanding dan menyudahi pertandingan pada menit 83. Ini menjadi perbincangan hangat bagi para pecinta sepakbola. Polemik wasit belum usai, kini giliran penentuan juara yang menjadi pusat perhatian. Bhayangkara FC dinobatkan menjadi juara Liga 1 2017. Kepastian tersebut didapat setelah Bhayangkara FC unggul atas pesaingnya Bali United yang bertengger di posisi kedua. Klub berjuluk The Guardians itu unggul agregat dari dua pertemuan kontra Bali United meski di klasemen memiliki poin yang sama yaitu 68 poin. Namun, terjadi kontroversi juara Bhayangkara. Pada saat melawan Mitra Kukar yang berkesudahan imbang 1-1, Bhayangkara mengajukan banding dengan alasan Mitra Kukar memainkan pemain ilegal yakni Mohammed Sissoko yang sebelumnya mendapatkan hukuman sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI. Hasil putusan pun, Bhayangkara menang dengan skor 3-0 dan membuatnya naik kepuncak klasemen menggeser Bali United. Ini yang menjadi perdebatan para tim, khususnya Bali United dan PSM Makasar yang bersaing dalam perebutan gelar juara. Di laga terakhirnya, Bhayangkara memastikan juara Liga 1, meski kalah dari Persija Jakarta dengan skor 1-2. Bhayangkara yang sudah dipastikan juara, menjadi gonjang ganjing. PT LIB (Liga Indonesia Baru) belum memastikan Bhayangkara FC juara Liga 1 Indonesia. Tak hanya itu, laman resmi FIFA pun, secara mengejutkan mengeluarkan klasemen yang menyatakan Bali United FC yang menjadi juara di Liga 1 Indonesia. Namun, pada akhirnya FIFA merubah laman tersebut dengan menyatakan Bhayangkara FC sebagai juara Liga 1. … Read more

Uni Papua, NGO Asal Indonesia Ini Meraih Penghargaan Dari Federasi Tertinggi Sepakbola Dunia, FIFA

Uni Papua Football Community. Foto : Doc. Uni Papua

Uni Papua Football Community kali ini mendapat perhatian dari federasi tertinggi sepakbola dunia, FIFA. Melalui ajang FIFA Diversity Awards 2017 yang diadakan pada 2 November lalu, FIFA memberikan penghargaan kepada Uni Papua Football Community sebagai salah satu anggota yang dianggap berhasil memperjuangkan anti diskriminasi dan rasisme secara konsisten baik dalam skala nasional maupun internasional. Penghargaan ini sudah dilakukan federasi tertinggi sepakbola dunia, FIFA sejak tahun 2011. Uni Papua dinobatkan sebagai juara ketiga yang dianggap berhasil melakukan kegiatan sepakbola sosial dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, mempromosikan perdamaian, pembentukan karakter yang dapat memberikan kekuatan kepada generasi muda untuk bisa mengatasi penyalahgunaan obat terlarang, alkohol serta pergaulan bebas. Selain itu, Uni Papua juga dianggap berhasil mengkampanyekan sepakbola anti warna kulit, ras dan agama. Harry Widjaja selaku CEO dan pendiri Uni Papua FC menuturkan rasa bahagia mendapatkan penghargaan tersebut. “Saya mengucapkan selamat kepada para pelatih, anggota, relawan, pengurus para mitra, sponsor, penasihat serta media partner yang selama ini ikut berj uang membesarkan Uni Papua FC.” Tuturnya Uni Papua FC memang memiliki tujuan utama untuk pembentukan karakter pemain sepakbola sejak usia dini. Hingga saat ini, Uni Papua FC sudah memiliki 40 cabang di seluruh Indonesia dan 4 cabang di Finlandia, Amerika Serikat dan negara Asia. Selain penghargaan dari FIFA ini, Uni Papua FC juga pernah mendapatkan penghargaan internasional lainnya seperti Global Family Award dari Asosiasi Organisasi Non Goverment Organization (NGO) terbesar di Finladia tahun 2015 lalu.(put/adt)