Siswi SMPN 2 Bandung Sumbang Emas di Kejurnas Menembak, Umur 8 Tahun Sudah Pegang Senjata

Sebanyak 405 atlet dari 26 Provinsi di Indonesia, tampil dalam Kejurnas Menembak antar Pengprov 2018, di Lapangan Tembak, Jakarta dari 23-28 November. Salah satunya siswi SMPN 2 Bandung yang masih berusia 12 tahun, Lana Nathania Fatima. (tribunnews.com)

Jakarta- Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (PB Perbakin) menggelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Menembak antar Pengprov 2018, di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta dari 23-28 November 2018. Sebanyak 405 atlet yang telah terverifikasi dari 26 Provinsi di Indonesia, turut serta dalam ajang ini. Satu diantaranya, penembak muda asal Pengprov Jawa Barat, Lana Nathania Fatima. Lana yang masih berusia 12 tahun ini mengaku senang mengikuti kejurnas ini. Menurutnya, ajang ini bisa membuat mental bertandingnya lebih meningkat. “Perasaannya senang banget, kan namanya juga kejuaraan nasional. kalau dilihat seumur aku, dengan hasil nilai yang cukup lumayan bisa ngalahin senior lainnya itu cukup bangga,” kata Lana, di Lapangan menembak, Jakarta, Selasa (27/11). “Menurut aku, ajang ini sangat bagus melatih mental, karena bersaing dengan senior-senior yang lebih bagus, lebih banyak pengalaman,” sambungnya. Dalam kejurnas ini, gadis kelahiran Bandung, 26 Agustus 2006 ini, masuk ke dalam kategori youth, yakni kelas bagi para penembak di bawah 18 tahun. Hingga hari kelima, Lana sudah menyumbang satu medali emas pada nomor 10m Air Rifle Women Youth. Atas torehan itu pun, Lana berkeinginan untuk bisa membela Indonesia di ajang SEA Games 2019 yang akan dihelat di Filipina dan PON 2020 di Papua. “Pasti dong mau main (SEA Games 2019), makanya latihannya lebih tekun lagi, biar skornya bisa mencukupi biar bisa ikutan. Skor aku terkakhir 622,” ujarnya. Kesempatan Lana untuk memperkuat Indoensia di ajang SEA Games 2019 sangat terbuka, karena di SEA Games nanti tak ada aturan khusus mengenai pembatasan usia. Hal itu pun dijelaskan oleh Henry Oka, Komisi Perwasitan Perbakin. “Kalau di menembak itu ada tiga kelas. Youth itu di bawah 18 tahun, junior di bawah 21 tahu dan seniornya bebas di atas 21 tahun. Dan kebetulan di SEA Games 2019, tidak ada batasan umur jadi mereka bisa main di nomor senior,” jelas Henry. Usai bertanding, Lana juga menceritakan bagaimana awal mulanya ia mengenal olahraga ekstrem ini. “Awalnya aku kenal menembak itu dari papa, saat umur 8 tahun. Waktu itu papa lagi ikut event tembak, nah di situ nyobain karena dibolehin,” cerita siswi SMPN 2 Bandung ini. “Pertama nyobain itu pistol. Seminggu dua minggu kayaknya tak ada kemajuan. Lalu dipindah ke senapan, di senapan itu ada kemajuannya, sampai sekarang ini,” lanjutnya. Satu tahun yang lalu, ia mulai memfokuskan dirinya untuk terjun di olahraga menembak. Berkat kegigihannya, ia berhasil mendulang sejumlah prestasi. Prestasi yang sudah ia raih di antaranya meraih medali emas Mix Team Air Rifle Match 10 meter Youth Women Kejurnas Gubernur Kalsel 2018, dan medali perak Individual Air Rifle Match 10 meter Youth Women Kejurnas Gubernur Kalsel. Lalu, perak Team Air Rifle Match 10 meter Youth Women Kejurnas Sriwijaya Open 2018. Bahkan, khusus untuk di ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Menembak Antar Pengurus Provinsi 2018 yang diadakan di Jakarta ini, Lana dinobatkan sebagi petembak termuda. (Adt)

Tampilkan Kategori Junior, Kejurnas Menembak Antar Provinsi 2018 Jadi Persiapan PON Papua

Tercatat 395 petembak dari 30 Provinsi bersaing untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam event Kejurnas Menembak antar Pengprov 2018 yang berlangsung 24-29 November, di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta. (mediaindonesia.com)

Jakarta- Tercatat 395 petembak dari 30 Provinsi bersaing untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam event Kejurnas Menembak antar Pengprov 2018 yang berlangsung 24-29 November, di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta. Menurut Ketua Komisi Perwasitan Perbakin Henry Oka yang juga menjadi Direktur Kompetisi Kejurnas Menembak, mereka yang menjadi peserta berhak mendapatkan poin yang diperlukan untuk bisa masuk PON 2020, jika tampil maksimal. “Kejurnas tahun ini jadi salah satu ajang pengambilan poin. Tahun depan ada lagi kejuaraan yang bisa jadi babak kualifikasi,” kata Henry, pada Sabtu (24/11). Dijelaskan Henry, karena setiap peserta mewakili provinsi, sudah bisa diperkirakan siapa saja atlet yang akan diturunkan ke PON 2020 di Papua. Ia mengatakan jika Kejurnas antarprovinsi pasti lah diibaratkan seperti PON mini. “Karena perebutan medali demi provinsi masing-masing,” katanya lagi. Adapun nomor yang dipertandingkan di Kejurnas kali ini, ialah 10 m air rifle, 50 m rifle 3 position, 10 m air pistol, 25 m rapid fire postol, dan 50 m pistol untuk kategori putra. Lalu, 10 m air rifle, 50 m rifle 3 position, 10 m air pistol, dan 25 m pistol untuk kategori putri. Kemudian untuk kategori campuran, ada dua nomor, yakni rifle dan pistol. “Kami juga mempertandingkan kategori junior, dengan usia maksimal 18 tahun. Kami bedakan putra dan putri dengan masing-masing nomor 10 air rifle dan 10 m air pistol. Dari 15 nomor itu, ada 10 yang dipertandingkan di olimpiade. Kejurnas ini juga jadi persiapan menuju ajang itu,” kata Henry. Selain merupakan agenda tahunan Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (PB. Perbakin), ajang ini diharapkan bisa menjaring petembak berbakat yang kelak menjadi andalan Indonesia di even internasional. Menurut Ketua Bidang Target & Prestasi PB.Perbakin, Silvy Husen, gelaran kali ini jadi sangat strategis karena pada tahun 2019 ada beberapa even penting akan diikuti petembak Indonesia seperti SEA Games dan kualifikasi Olimpiade. “Pada 2019 ada SEA Games di Filipina. Namun Indonesia dan beberapa negara Asean lainnya akan melakukan pertemuan dengan Federasi Menembak Asean dan panitia SEA Games Filipina guna memperjuangkan beberapa nomor agar tampil di SEA Games. Karena yang dipertandingkan justru nomor non olimpiade,” ujar Silvy di Jakarta, kemarin. Pertemuan yang akan berlangsung 29 Nopember mendatang di Filipina itu seperti dikatakan Silvy, juga akan membahas sejumlah cabang olahraga yang diusulkan Indonesia seperti catur dan bridge. Dalam kesempatan itu Silvy juga menjelaskan bila petembak nasional yang membela kontingen Indonesia di Asian Games 2018 lalu juga tampil, seperti Monika Damayanti, Muhammad Naufal Mahardika dan Fathur Gustafian. Kehadiran mereka jelas akan menambah senginya persainga ”Justru petembak daerah berambisi untuk bisa mengalahkan atlet nasional apalagi yang menjadi angota timnas Asian Games 2018 lalu. Motivasi mereka sangat besar, jadi para petembak eks Asian Games jangan menganggap enteng,” papar petembak nasional era 90’an ini. Sekedar informasi, cabang olahraga (cabor) menembak sukses meraih perak di Asian Games 2018 lalu dari nomor running target campuran 10 meter putra, melalui Muhammad Sejahtera Dwi Putra. (Adt)

Kunci Titel Juara Umum APSKF, Bekal Indonesia ke Kejuaraan Dunia WSKF 2019

Tim Indonesia mampu menjadi juara umum pada Kejuaraan Karate Shitoryu Asia Pasifik (APSKF) ke-15. Mereka menjadi yang terbaik usai mengoleksi 17 medali emas, 12 perak, dan 15 perunggu atau total 44 medali pada pertandingan selama dua hari, Jumat-Sabtu (23-24/11). (sindonews.com)

Jakarta- Tim Indonesia mampu menjadi juara umum pada Kejuaraan Karate Shitoryu Asia Pasifik (APSKF) ke-15. Mereka menjadi yang terbaik usai mengoleksi 17 medali emas, 12 perak, dan 15 perunggu atau total 44 medali pada pertandingan selama dua hari, Jumat-Sabtu (23-24/11). Bahkan, Indonesia mampu mengungguli Jepang yang harus puas di tempat kedua dengan perolehan 16 medali emas, 3 perak, 2 perunggu atau 21 medali. Sementara posisi ketiga event Sithoryu Asia Pasifik Ke-15 itu menjadi milik China Taipei yang mengumpulkan 6 emas, 13 perak, dan 11 perunggu atau total 30 medali. Menurut Ketua Umum PB Shitoryu Indonesia Karate-Do (Shindoka) Iwan Setiawan, kesuksesan tim Merah Putih patut disyukuri. Sebab, selain sukses menjadi penyelenggara, Indonesia juga berhasil meraih prestasi membanggakan, yakni juara umum. Tentunya, itu prestasi yang sangat membanggakan bagi Indonesia. “Saya senang dan bangga dengan perjuangan segenap atlet Indonesia yang mampu dan berhasil meraih Juara umum, yaitu kedudukan teratas dan terhormat di antara 19 negara peserta,” ujar Ketua Umum PB Shindoka Iwan Setiawan, seusai penutupan acara, pada Sabtu (24/11) malam. Dari perolehan medali, terlihat perebutan medali emas dan perak yang cukup ketat antara Indonesia, Jepang, dan China Taipei. Iwan menilai, keberhasilan tim Indonesia tersebut hendaknya bisa menjadi pemacu semangat segenap atlet Indonesia untuk terus berlatih meraih prestasi optimal di kancah internasional. “Maret 2019, Shindoka/tim Indonesia akan mengikuti Kejuaraan Dunia Karate WSKF (World Shitoryu Karate-Do Federation) di Tokyo Budokan-Jepang, yang diikuti sekitar 60 negara anggota WSKF,” tegas Iwan yang baru terpilih sebagai Presiden APSKF. Iwan menyatakan, hasil di APSKF tentu akan menjadi modal berharga bagi kesiapan Indonesia di Kejuaraan Dunia WSKF. Namun, dia tetap menilai perlunya persiapan dan pelatnas lebih lanjut yang lebih intensif, guna meraih medali emas di kancah bergengsi tersebut. Terutama bersaing dengan tim Jepang, yang dipastikan akan tampil dengan kekuatan penuh. Selain perebutan medali, kata Iwan, pihaknya juga berusaha keras bisa meraih kepercayaan pimpinan puncak WSKF untuk menjadi tuan rumah (host) Kejuaraan Dunia Karate Shitoryu (WSKF) di Indonesia. “Tempatnya sebagai paparan /proposal kami akan gunakan Venue Mahaka yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai lokasi ajang kejuaraan dunia. Selain lokasinya yang tidak jauh dari airport, juga dikelilingi oleh beberapa hotel, mal, dan tempat rekreasi untuk para peserta,” tegas Iwan. (Adt)

Indonesia Targetkan Juara Umum 15th APSKF 2018 Dan Incar Posisi Tuan Rumah Kejuaraan Dunia

Tim Kata beregu putra Indonesia yang terdiri dari Erlando Stefano, Muhammad Wisnu Hidayat dan Chogun Miyagi, meraih emas di hari pertama ajang 15 Asia Pasific Shitoryu Karate-do Federation (APSKF) 2018 yang digelar di Britama Arena, 23-24 November 2018. (tribunnews.com)

Jakarta- Indonesia menargetkan juara umum ajang 15 Asia Pasific Shitoryu Karate-do Federation (APSKF) 2018 yang digelar, 23-24 November 2018 di Britama Arena, Mahaka Square, Kelapa Gading Jakarta. Ketua umum Shitoryu Indonesia Karate-do (Shindoka), Iwan Setiawan, pada Jumat (24/11) di Jakarta menyatakan, sebagai tuan rumah Indonesia membidik gelar juara umum. “Kita pernah menempati peringkat kedua. Kali ini kita yakin juara umum. Apalagi Jepang tak menurunkan tim kata yang utama,” terang Iwan. Iwan yang juga presiden Asia Pasifik Shitoryu Karate Federation (ASKF), berharap setelah sukses menggelar APSKF 2018 Indonesia bisa menjadi tuan rumah kejuaraan dunia. “Melalui ajang ini kita yakinkan Presiden World Shitoryu Karate Federation, bahwa Indonesia layak menjadi tuan rumah kejuaraan dunia. Tahun depan kejuaraan dunia Shitoryu akan digelar di Tokyo, Jepang, dan diikuti sekitar 70 negara. Kita akan meninjau kesana. Kita yakin bisa menggelar kejuaraan dunia,” lanjutnya. 15th APSKF 2018 diikuti oleh 459 peserta dari 19 negara. Sebagai tuan rumah, Indonesia menurunkan 56 atlet putra dan putri. Ajang ini juga untuk memberi kesempatan tampil bagi atlet usia dini, pemula, kadet dan junior. Ajang ini juga mempertandingkan kelas senior dan Veteran. Sekjen PB.FORKI Lumban Sianipar usai acara pembukaan menyatakan sangat gembira dengan kejuaraan ini. “Saya sangat senang dengan ajang ini. Kita berharap Indonesia mampu merebut gelar juara disini”. “Kita tengah mempersiapkan tim untuk pelatnas. Baik itu untuk SEA Games 2019 dan Olimpic 2020. Makin banyak kejuaraan, tentu kita bisa lihat lebih banyak calon atlet yang akan masuk Pelatnas,” terangnya. Selain Lumban, sejumlah pejabat yang hadir dalam acara pembukaan antara lain, Presiden World Shitoryu Karate Federation Sensei Iwata Genzo, Grand Master Soke Ken Yu Mabuni, dan Senior Advisor Shindoka Sensei Rusmanhadi. Di hari pertama laga, Indonesia meraih dua medali emas nomor bergengsi, dari Kata Beregu Putra dan Putri. Kata beregu putra yang terdiri dari Erlando Stefano, Muhammad Wisnu Hidayat dan Chogun Miyagi, di partai final menang 5-0 atas tim Srilanka. Sedangkan kata beregu Putri yang terdiri dari Navita Azzahra, Marzella Sekar Damayanti, Cintya Auraria, merebut emas usai unggul 4-1, dari Kata Beregu Hong Kong. (Adt)

Shindoka Gelar Seminar Kata dan Kejuaraan Junior-Senior, Pada APSKF ke-15 di Kelapa Gading

Ketua Perguruan Shindoka Sumut, Zulkarnain (paling kiri), bersama kelima atlet binaanya, yang akan memperkuat Indonesia di Asia Pasific Shitoryu Karate Federation (APSKF) 2018 pada 22-24 November 2018, di Mahaka Mall Sport, Kelapa Gading, Jakarta. (tribunnews)

Jakarta- Perguruan Shitoryu Indonesia Karate-Do (Shindoka) menggelar seminar nomor kata dan Kejuaraan APSKF 2018, dalam rangkaian acara Asia Pacific Shitoryu Karate Federation (APSKF) ke-15 di Britama Arena Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta, 21-24 November. Tak tanggung-tanggung seminar kata yang digelar pada hari pertama perhelatam APSKF Ke-15, Rabu (21/11), itu dipimpin Direktur Teknik APSKF Sensei Kyoshi Sakamoto, pemilik Dan 8 Shitoryu. “Ini program penyeragaman kata. Khususnya nomor kata pappuren,” ujar Ketua Umum PB Shindoka Iwan Setiawan di sela-sela seminar kata. Seminar kata diikuti lebih dari 70 karateka dari 16 negara. Yang menarik, event seminar ini juga dihadiri para petinggi Shitoryu. Di antaranya Guru Besar Sithoryu Soke Ken Yu Mabuni, Presiden WSKF Genzo Iwata, dan Presiden APSKF Sensei George Tan. Menurut Iwan, setiap perhelatan APSKF, panitia selalu menggelar seminar kata seperti itu. Ini penting agar para karateka shitoryu di seluruh dunia, mampu memahami perkembangan teknik kata mereka. “Kebetulan di event APSKF ke-15 ini, kami menggelar seminar nomor kata pappuren, termasuk Bunkainya. Kami berharap karateka shitoryu di seluruh dunia bisa mempelajari nomor kata ini dengan baik,” ujar Iwan. Setelah seminar kata, pada hari yang sama Shindoka juga menggelar Referee & Coaches Clinic, di Ballroom Hotel Santika, Kelapa Gading. Termasuk pula ujian wasit juri. Sementara perhelatan Kejuaraan APSKF Ke-15 akan dilangsungkan pada 23-24 November, di Mahaka Mall Sport, Kelapa Gading, Jakarta. PB Shindoka mengikutsertakan lima karateka Shindoka Sumut memperkuat Tim Karate Shindoka Indonesia. Kejuaraan karate khusus Shitoryu tingkat Asia Pasifik ini tercatat akan diikuti 14 negara, termasuk Jepang, yang turun di semua kelas dan kategori, serta memilih Indonesia sebagai tuan rumah tahun ini. Kelima atlet Sumut itu yakni M. Dhijey Lexie (pra pemula 10-11 tahun), Azizul Akbar Lubis (kategori pemula 12-13 tahun), Ruth Meilani Hutabarat (pemula 12-13 tahun), Nicky Dwi Oktari (senior 18 tahun) dan Nur Intan (senior 18 tahun) Kelima atlet terbaik Shindoka itu didampingi pelatih Zeffry Nico Budiman ST, Ichwan Helmi Nasution SH, dan Fachri, serta turut mengirimkan seorang wasit Bambang Eko Prastiyo. “Kami dari Perguruan Shindoka Sumut merasa berbangga, sebab ini menunjukkan pembinaan yang sudah dilakukan dalam kurun tiga tahun terakhir ini mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan,” ungkap Ketua Perguruan Shindoka Sumut, Zulkarnain, pada Rabu (21/11). Dijelaskannya, kelima karateka yang dikirim tersebut merupakan atlet yang meraih juara dalam Kejurnas Shindoka beberapa waktu lalu dan dipilih berdasarkan perkembangan prestasi yang dipantau sebelumnya. “Perguruan Shindoka juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut memberikan dukungan bagi perkembangan Shindoka di Sumut termasuk FORKI Medan dan Sumut,” tegasnya. Zulkarnain juga menyampaikan, karateka putri terbaik binaanya, Nicky Dwi Oktari, setelah mengikuti APSKF ini juga langsung akan dipersiapkan PB FORKI untuk mengikuti seri kejuaraan dunia karate APSKF, di Cina, pada Desember mendatang. (Adt)

Gelar Kejuaraan Renang Kelompok Umur Berkualitas, Pari Sakti Cup (PSC) 2018 Siapkan Perenang Muda Andalan

Sejumlah peserta beradu kecepatan mengikuti kejuaraan renang Pari Sakti Cup 2018 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (8/11). Perlombaan renang kelompok umur terbesar di Indonesia yang diikuti 520 perenang berbagai kategori usia dengan 182 nomor itu, berlangsung 8-10 November 2018. (medcom.id)

Jakarta- Kejuaraan Renang Kelompok Umur Pari Sakti Cup (PSC) 2018 dibuka secara resmi di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (8/11). Turnamen renang tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Pari Sakti Swimming Club, diharapkan menjadi wadah pembibitan dan pembinaan calon atlet renang Indonesia. Pembukaan dihadiri langsung oleh Ketua Panitia Pari Sakti Cup, Akbar Nasution; Wakil Ketua Umum PRSI, Harlin E Raharjo; Ketua Dewan Pembina PSC 2018, Kiki Taher; serta Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Nyoman Shuida, yang datang mewakili Menko PMK, Puan Maharani. PSC 2018 memperlombakan 182 nomor pertandingan untuk memperebutkan 182 medali, 12 trofi untuk perenang terbaik, dan Piala Indonesia-1 untuk klub terbaik. Perlombaan ini juga akan memperebutkan hadiah uang tunai Rp12 juta, untuk biaya pembinaan klub bagi perenang terbaiknya. Ajang ini dibuka langsung Deputi Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK Nyoman Shuida, yang mewakili Menko Puan Maharani. Ia berharap ajang yang rutin diadakan tiap tahun ini, bisa diikuti klub-klub renang nasional lainnya. “Renang belum mendapatkan medali di Asian Games 2018. Ke depan, PRSI bisa memberdayakan klub-klub renang supaya bisa berprestasi lewat kompetisi dan pembinaan seperti Pari Sakti Cup ini,” tutur Nyoman Shuida. Turnamen ini digelar 8-10 November 2018. Sebanyak 520 peserta putra dan putri dari 43 klub, di 10 provinsi akan berlomba. Sementara, Ketua Panitia PSC 2018, Akbar Nasution, menjelaskan kejuaraan ini diikuti oleh total 520 perenang. Jumlah tersebut terbagi dari perenang putra-putri, dari 43 klub renang di seluruh Indonesia. “Sejak digagas almarhum ayah saya, Radja Nasution, Pari Sakti Cup memang ingin menghadirkan kompetisi selayak mungkin, dan bisa dijadikan parameter bagi kompetisi renang lainnya,” ujar mantan perenang nasional tersebut. Ajang yang menggandeng Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) diharapkan bisa memunculkan bibit perenang di kemudian hari. Maklum saja, prestasi renang Indonesia masih jauh tertinggal Singapura yang bisa berjaya di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu lewat Joseph Schooling. Indonesia terakhir mendapat medali di cabor renang pada Asian Games Beijing 1990 lewat Richard Sambera yang meraih perunggu. “Lewat Pari Sakti Cup ini, kita perlahan bersama-sama mulai dari bawah, menciptakan kompetisi dan pembinaan atlet yang berkualitas sejak dini,” kata Ketua Dewan Pembina PSC 2018, Kiki Taher, Kamis (8/11). (Adt)

SKO Ragunan 42 Tahun Berdiri, Dispora DKI Jakarta: 2019 Segera Direvitalisasi

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) DKI Jakarta Ratiyono, menegaskan jika Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta, segera direvitalisasi. Pihaknya tengah mengusulkan anggaran agar awal 2019, proses revitalisasi bisa direalisasikan. (tempo.co)

Jakarta- Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) DKI Jakarta Ratiyono, menegaskan jika Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta, segera direvitalisasi. Ia mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengusulkan anggaran sehingga awal 2019, proses revitalisasi SKO dan kompleks olahraga Ragunan bisa direalisasikan. “SKO Ragunan diresmikan pada 1976 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Saatnya sudah direhab total. Masterplan-nya sudah dibuat pada 2011. Baru satu yang sudah direnovasi yakni tempat makan atlet. Kita berharap 2018 kita usulkan, tahun 2019 bisa langsung dieksekusi,” kata Ratiyono pada Jumat (12/10). Ratiyono mengatakan, pada tahap revitalisasi atau modernisasi, SKO Ragunan tetap mengedepankan lingkungan yang hijau. Dengan fasilitas yang modern, yang baru, tapi tidak meninggalkan sisi lingkungannya. Dengan harapan atlet bisa berlatih di tempat yang rindang, dan suplai oksigen yang cukup,” ucapnya, dilansir tribunews.com. SKO Ragunan, yang mempunya luas 20 hektare, lanjut Ratiyono, nantinya akan direvitalisasi secara serentak dengan menghabiskan dana yang tak terlalu besar, namun tetap memperhatikan kenyamanan, dan keunggulannya. “Akan direnovasi secara serentak. Dari 20 hektar, 30 persennya bangunan. Supaya nanti kalau selesai, atlet serentak juga berlatihnya. Ketika nanti saat renovasi, atlet kita pindahkan lebih dahulu, ke gelanggang-gelanggang yang ada di Jakarta,” bebernya. Ratiyono meyakini, renovasi SKO Ragunan yang dilakukan pada 2019 nanti tak akan menghambat persiapan atlet DKI Jakarta pada persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua 2020. “Kami memiliki sejumlah gelanggang-gelanggang yang tersebar di beberapa wilayah. Saya rasa ini tidak akan menghambat mereka,” ucapnya. Di sisi lain, Fasilitas SKO Ragunan saat ini semakin memburuk tanpa adanya sentuhan renovasi. Seperti di hall badminton, yang tampak bagian dindingnya sudah berlubang, begitu juga dengan kondisi alas lapangan badminton, baik karpet maupun kayu, yang terlihat sangat tak terurus. Persoalan infrastruktur venue di komplek GOR Ragunan jadi kewenangan Pemprov DKI, sehingga Pemprov harus lebih memperhatikan fasilitas yang ada. Terlebih berdasarkan data, banyak atlet berprestasi lahir dari komplek itu, termasuk fakta 40 persen atlet SKO Ragunan, telah menyumbang medali di ajang SEA Games dan 60 persen di PON. (Adt)

Besok Bonus Atlet dan Pelatih Asian Para Games 2018 Cair, Ini Besarannya

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat memberikan informasi terkait bonus atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. (Rizal/NYSN)

Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan olahraga (Kemenpora) secara resmi mengumunkan besaran bonus untuk atlet dan pelatih Asian Para Games 2018. Nilai bonus yang diberikan kepada atlet penyandang disabilitas itu setara dengan peraih medali medali Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. Hal itu dikatakan Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), di GBK Arena, Senayan, Jakarta, pada Jumat (12/10). “Pemerintah telah menyiapkan bonus sebagai bentuk apresiasi kepada para atlet yang telah mengorbankan segalanya demi mengharumkan nama bangsa,” ujar menteri berusia 45 tahun itu. “Pencairan akan dilakukan besok (Sabtu, 13/10), sebelum keringat mengering sesuai arahan Presiden Joko Widodo dan nanti akan diberikan di Istana Negara. Nominal tersebut bersih setelah dipotong oleh pajak dan jumlahnya tidak berbeda dengan bonus yang diberikan kepada atlet-atlet Asian Games 2018 karena ini adalah rangkaian pesta olahraga terbesar se-Asia,” lanjutnya. Selain itu, pemerintah, tambah Imam, juga akan memberikan rumah dan pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Tapi, bagi atlet yang berusia di atas 35 tahun, maka akan dialihkan menjadi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” urainya. Imam menjelaskan terhitung per 12 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, total Indonesia telah mengoleksi 24 emas, 34 perak, dan 39 perunggu. “Target Indonesia meleset, tapi meleset ke atas. Alhamdulillah,” imbuhnya. Menurut menteri yang hobi bulutangkis itu, total raihan tersebut adalah sejarah baru bagi Indonesia. Sebab, ungkapnya, di ajang Asian Para Games 2010, Guangzhou, China, Indonesia meraih 11 medali, yakni 1 medali emas, 5 perak, dan 5 perunggu. “Sedangkan pada Asian Para Games 2014, Incheon, Korea Selatan, total raihan Indonesia adalah 38 medali, yaitu 9 medali emas, 11 perak, dan 18 perunggu,” jelas Imam. Selain sukses meraih medali, suami dari Shobibah Rohmah itu, mengungkapkan terdapat sejarah lainnya dari para pahlawan olahraga disabilitas itu. “Atletik bisa ‘pecah telur’ medali di Asian Para Games. Bahkan menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali bagi Indonesia dengan 6 medali emas, 11 perak, dan 8 perunggu. Ada pula Rica Octavia yang memecahkan rekor Asia di nomor lompat jauh T20 Putri dengan lompatan sejauh 5,25 meter. Prestasi ini melewati Siti Noor Radiah asal Malaysia dengan lompatan sejauh 5,20 meter,” terangnya. “Kemudian, Putri Aulia memecahkan rekor Asian Para Games di nomor lari 100 meter T13 putri dengan catatan waktu 12,49 detik. Ia melampaui rekor pelari China Zhu Lin 13,13 detik. Indonesia juga menyapu bersih di nomor lari 100 meter T13 Putri (Putri Aulia, Ni Made Ariani Putri, Endang Sari Sitorus),” tegasnya. Sedangkan Sapto Yogo Purnomo, terang Imam, memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T37 putra dengan catatan waktu 11,49 detik, melampaui rekor pelari China Yongbin Lian dengan waktu 11,51 detik. “Karisma Evi Tiarani juga memecahkan rekor Asia di nomor lari 100 meter T47/T63 putri dengan catatan waktu 14,93 detik, mengungguli rekor pelari Jepang Kaeda Maegawa yang membuat catatan waktu 16,74 detik,” tukas menteri alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangkalan, Madura, Jawa Timur, 1989-1991 itu. (Adt) Besaran Bonus Asian Para Games 2018 (Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 63 Tahun 2018): 1. Atlet Perorangan: Emas : Rp 1,5 miliar Perak : Rp 500 juta Perunggu : Rp 250 juta 2. Atlet Ganda: Emas : Rp 1 miliar per orang Perak : Rp 400 juta per orang Perunggu : Rp 200 juta per orang 3. Atlet Beregu: Emas : Rp 750 juta per-orang Perak : Rp 300 juta per orang Perunggu : Rp 150 juta per orang 4. Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 450 juta Perak : Rp 150 juta Perunggu : Rp 75 juta 5. Pelatih Beregu: Emas : Rp 600 juta Perak : Rp 200 juta Perunggu : Rp 100 juta 6. Pelatih untuk medali kedua dan seterusnya: Emas : Rp 225 juta Perak : Rp 75 juta Perunggu : Rp 37,5 juta 7. Asisten Pelatih Perorangan/Ganda: Emas : Rp 300 juta Perak : Rp 100 juta Perunggu : Rp 50 juta

Takluk Dari Negeri Gajah Putih Akibat Kelelahan, Timnas Wheelchair Basketball Indonesia Janji Tampil All Out di Partai Pamungkas Kontra Irak

Indonesia vs Thailand di ajang Asian Para Games 2018 (Rizal/NYSN)

Jakarta- Tim nasional (Timnas) wheelchair basketball putra Indonesia harus menelan kekalahan ketiga saat berhadapan dengan Thailand, di Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Rabu (10/10). Donald Pura Santoso dan kawan-kawan tampil kurang greget saat meladeni skuat Negeri Gajah Putih. Hasilnya, Indonesia harus takluk dengan skor 10-62. Sebelumnya, berdasarkan catatan, tim wheelchair Indonesia sudah dua kali berjumpa dengan Thailand. Pertemuan pertama yakni di kualifikasi Asian Para Games 2018, Maret lalu. Ketika itu, Danu Kuswantoro Cs kalah dengan skor 17-82. Perjumpaan kedua terjadi di Invitation Tournament. Indonesia kembali tumbang dengan skor 12-60. Nuruz Zaman, Asisten Pelatih Timnas Wheelchair Basketball Putra Indonesia, mengakui bila anak didiknya itu tampil kurang semangat ketika melawan Thailand. “Mereka kelelahan. Saya melihat beberapa pemain juga tidak disiplin memanfaatkan waktu istirahat,” ujar Nuruz usai laga, Rabu (10/10). “Ini kelihatan ketika masuk lapangan, kurang bergairah, tidak seperti saat melawan Iran atau China. Meski kalah dari Iran atau China, tapi pemain bisa mengeluarkan semangat perlawanan yang luar biasa. Mereka kelihatan dari mulai masuk lapangan,” lanjutnya. Di Pertandingan terakhir penyisihan Pool A, skuat Merah Putih akan menghadapi Irak. Nuruz meminta punggawanya bermain maksimal. Sebab, mereka ditonton ratusan orang yang hadir ke Istora Senayan, serta memberikan dukungan semangat tak putus selama Donald Cs melakoni pertandingan. “Kami akan berusaha yang terbaik, tapi kalau untuk memberikan kemenangan, kami tidak janji,” cetusnya. Menurutnya, secara kualitas permainan tim Indonesia masih di bawah Irak. Terlebih, tambah Nuruz, dengan postur tubuh pemain Irak yang tinggi dan besar, maka akan sangat sulit pemain Indonesia mengimbangi lawan. “Pemain Irak memiliki keunggulan yang sama dengan Iran. Kami sudah siapkan strategi untuk meredam keunggulan postur tubuh dan power pemain Irak,” terangnya. “Kami akan berusaha menahan pemain Irak agar tidak mudah masuk dan berada di bawah ring. Pemain harus jaga zona, pertahanan di zona three point saat ditekan,” tukas Nuruz. (Adt)

Diikuti 39 Negara Dengan 714 Atlet, Cabor Para Atletik Asian Para Games 2018 Jadi yang Terbanyak

Panitia Pelaksana Indonesia 2018 Asian Para Games (INAPGOC) berpose dalam acara Media Gathering Indonesia 2018 3rd Asian Para Games, di Hotel Best Western Premier Solo, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (4/9). (Adt/NYSN)

Solo- Sebanyak 714 atlet dari 39 negara akan bersaing menjadi yang terbaik di cabang olahraga (Cabor) Para Atletik Asian Para Games III/2018, pada 6-13 Oktober. Jumlah ini menjadi yang terbanyak, dibandingkan 17 cabor lainnya, di ajang pesta multievent, bagi para penyandang disabilitas terbesar di Asia. “Para Atletik ini menarik, karena pesertanya paling banyak, hampir 714 orang dari 39 negara peserta. Dan, atlet Indonesia, Setiyo Budi Hartanto, jadi salah satu atlet unggulan yang akan ikut bertanding di cabang ini,” terang Fanny Irawan, Direktur Sport Panitia Pelaksana Indonesia 2018 Asian Para Games (INAPGOC), Selasa (4/9). Selain Para Atletik, ungkap Fanny, cabor yang menyumbang atlet terbanyak yakni Para Swimming. “Para Swimming itu atletnya 275 orang dan diikuti oleh 26 negara. Jumlah ini yang terbanyak setelah Para Atletik,” lanjutnya dalam acara Media Gathering Indonesia 2018 Asian Para Games, di Hotel Best Western Premier, Solo, Jawa Tengah. Ia menambahkan pada penyelenggaraan Asian Para Games kali ini terdapat cabang olahraga yang sangat menarik untuk disaksikan, salah satunya ialah Boccia. “Bahkan kami sampai melakukan studi banding untuk mempelajari Boccia. Nantinya cabang ini akan diikuti 14 negara dengan 83 atlet,” ungkapnya. Fanny juga menjelaskan untuk venue pertandingan, pihaknya memastikan sudah siap. “Untuk status venue, 90 persen siap. Tapi, ada beberapa yang dipercepat renovasinya seperti arena untuk cabang menembak (shooting) yang ada di kawasan Senayan. Dan, Minggu depan sudah mulai dikerjakan,” imbuhnya. “Untuk venue eks Asian Games, sudah tak ada masalah, mungkin beberapa venue yang masih kurang akan disiasati,” ucapnya. Mantan Deputi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI ini berharap, Pelatnas Asian Para Games III/2018 yang saat ini dilakukan di Solo, Jateng, bisa segera bergeser ke Jakarta. “Kami inginnya, para atlet Indonesia di Asian Games III/2018, bisa segera berlatih di Jakarta, agar mereka bisa beradaptasi dengan venue yang ada di Jakarta,” tukas Fanny. Asian Para Games 2018 ini akan diselenggarakan di 11 venue terpisah. Meski begitu, hampir semua venue berlokasi di Jakarta. Komplek Gelora Bung Karno masih menjadi arena utama untuk sebagian besar cabang. Lokasi terjauh ada di Sirkuit Sentul yang akan mempertandingkan cabang Balap Sepeda Road Race. (Adt) Cabang Olahraga Asian Para Games III/2018: 1. Archery (21 negara, 128 atlet) 2. Atletik (39 negara, 714 atlet) 3. Badminton (18 negara, 156 atlet) 4. Boccia (14 negara, 83 atlet) 5. Chess (10 negara, 90 atlet) 6. Cycling (11 negara, 60 atlet) 7. Goalball (10 negara, 89 atlet/tim) 8. Judo (16 negara, 113 atlet) 9. Lawnball (6 negara, 54 atlet) 10. Powerlifting (27 negara, 166 atlet) 11. Shooting (19 negara, 109 atlet) 12. Swimming (26 negara, 275 atlet) 13. Tenpinbowling (11 negara, 134 atlet) 14. Tenis Meja (25 negara, 253 atlet) 15. Sittting Volleyball (10 negara, 145 atlet) 16. Wheelchair Basketball (12 negara, 190 atlet) 17. Wheelchair Fencing (10 negara, 77 atlet) 18. Wheelchair Tennis (9 negara, 52 atlet)