Kisah Dua Bersaudara Atlet Fencer Yang Sarat Ambisi

Kisah Dua Bersaudara Atlet Anggar Yang Sarat Ambisi

Olahraga anggar sudah tak asing bagi Putri Faradilah dan Sandy Daffa Faradilah. Mewarisi bakat sang ayah yang merupakan fencer (atlet anggar) profesional era 1980-2000, dua bersaudara ini mulai mendunia. Orang tua merupakan role modele bagi anaknya. Pengalaman Hendra Faradilah melanglang buana ke berbagai penjuru negara, benar-benar memikat hati kedua anaknya. Ketertarikan berawal dari si sulung, Putri Faradilah. “Papa (panggilan Putri ke Hendra) kan pelatih. Awalnya ya iseng lihat, anggar itu bagaimana sih. Akhirnya tertarik, oh ternyata begini ya. Dari coba-coba malah ketagihan sampai sekarang,” ujar dara berusia 17 tahun itu, dikutip dari Jawa Pos Radar Solo. Sebelumnya, siswa kelas XII SMAN 4 Surakarta tersebut lebih tertarik ke dunia renang. Namun dia akhirnya beralih ke anggar saat duduk di bangku kelas I SD. Kini olahraga tersebut sudah menjadi bagian hidup Putri. Putri merupakan sosok yang tak kenal kata menyerah. Bisa dibilang tidak ada hari tanpa berlatih. Mulai dari matahari terbit, dari pukul 06.00-07.30. Dilanjutkan sesi kedua mulai 18.00-19.30. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Fencer kelahiran Palembang ini sudah mengantongi banyak prestasi. Mulai dari daerah hingga internasional. Jadi tak usah kaget jika namanya tercatat sebagai wakil dari Indonesia. “Saya bakal bertanding di FIE Junior World Cup: Men’ and Women’s Foil, Individual, and Teams di Bangkok, Thailand. Tentu saya akan mempersiapkan diri. Terutama di fisik,” bebernya. Ini bukan kejuaraan dunia pertama bagi Putri. Sebelumnya putri dari Dessy Arisandy ini pernah terbang ke Negeri Jiran. Dan berhasil meraih juara II Beregu Sabel Putri SEAFF Malaysia 2017. Dara manis tersebut optimistis bisa tampil maksimal plus membanggakan Indonesia di Negeri Gajah Putih. Tak sendiri, Putri berangkat bersama dua atlet lainnya. Salah satunya sang adik, Sandy Daffa Faradilah. “Kalau ini merupakan kejuaraan dunia pertama bagi saya,” imbuh Sandy. Terpaut empat tahun dengan sang kakak, Sandy juga tak kalah hebat. Fencer kelahiran 30 Mei 2008 ini sudah sering terjun di kejuaraan nasional. Salah satunya di Kejurnas Anggar 2022, dia berhasil menyabet medali emas. Prestasi dua bersaudara ini tidak diraih secara instans. Keduanya intens berlatih bersama sang ayah di rumah. “Sandy itu dulu melihat kakaknya (Putri) berprestasi. Terus dia ingin (ikut anggar). Jadi sering latihan bersama. Meski kakak beradik dan berbeda jenis kelamin, mereka tak mau kalah saat latihan,” cerita sang ayah. Sejak kecil memang sudah tertanam jiwa kompetitif tinggi. Tentunya mereka ingin menang, siapapun lawannya. Hendra pun sering mengingatkan bahwa keduanya merupakan saudara. Jadi kompetisi tidak boleh dibawa ke luar lapangan. “Kadang saya ingatkan kalau mereka itu kakak adik. Mereka juga tak mungkin bertemu, kenapa harus seperti itu (saling berlomba menang). Tapi namanya anak-anak dan atlet, tetap aja tak mau kalah,” jelas Hendra. Sementara itu, Hendra sendiri memulai karirnya sebagai fencer sekitar 1987. Mulai 1988 dia sudah mengikuti kejurnas berlanjut PON. Terakhir mengikuti Sea Games di Manila tahun 2005. “Prestasi yang belum pernah saya ikuti itu olimpiade. Jadi saya ingin anak atau anak didik saya bisa mencapai level tersebut,” kata Hendra. Soal kejuaraan di Bangkok yang bakal berlangsung 16-18 Desember ini, Hendra terus mendorong mental plus strategi bagi kedua anaknya. Targetnya tak muluk-muluk, yakni lulus di sesi gugur. Sebab, lawannya bukan ecek-ecek. Peta kekuatan yang dominan di pegang oleh tim Eropa. Seperti Perancis, Italia, dan Amerika Serikat. “Mereka ranking 1-10 besar dunia. Kalau kami masih awal, apalagi dua tahun ini puasa kompetisi level internasional (imbas Covid-19). Sehingga kami harus merangkak dari bawah dulu,” beber pria yang menjabat sebagai kepala bidang pembinaan prestasi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Kota Solo.

PB IKASI Harap Kejurnas Anggar 2022 Jadi Momentum Lahirkan Atlet Berprestasi

PB IKASI Harap Kejurnas Anggar 2022 Jadi Momentum Lahirkan Atlet Berprestasi

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI), Agus Suparmanto, membuka Kejurnas Anggar 2022. Ajang ini digelar di di Gelanggang Olahraga (GOR) POPKI Cibubur, Jakarta Timur pada Jumat, 28 Oktober 2022. Sebanyak 620 atlet dari 24 provinsi ikut serta dalam Kejurnas Anggar 2022 yang berlangsung pada 27 Oktober hingga 3 November 2022 ini. Agus mengatakan ini adalah bagian dari pembinaan untuk atlet anggar di semua umur. Selain itu Kejurnas Anggar 2022 ini juga digelar untuk melahirkan atlet-atlet terbaik dari cabang olahraga (Cabor) Anggar. Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan dalam kejuaraan ini antara lain Floret, Degen maupun Sabel untuk putra, putri dan beregu. “Dari seluruh daerah kita kumpulkan di sini, nanti kita pilih atlet-atlet mana saja yang potensial. Karena ini dari mulai tingkat pra-kadet, kadet, junior dan senior. Jadi seluruh umur,” kata Agus kepada awak media. Agus juga mengatakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan PB IKASI untuk memberikan pengalaman kepada para atlet demi mempersiapkan diri menghadapi event-event internasional seperti SEA Games, Asian Games hingga Olimpiade. Selain itu, dalam rangka menemukan parter sparing yang lebih baik, PB IKASI juga berencana mengirim 24 atlet ke Korea Selatan. “Kami lakukan pelatihan-pelatihan dan dalam dua minggu lagi kami akan kirim atlet-atlet ini ke Korea Selatan untuk berlatih bersama sehingga mereka semua bisa menambah pengalaman,” kata Agus. Menurut Agus, atlet-atlet Anggar Indonesia akan mendapatkan pengalaman berharga jika bisa berlatih tanding dengan atlet-atlet Korea Selatan. Pasalnya, atlet anggar Korsel berhasil menyumbangkan banyak medali pada ajang Asian Games 2018 dengan rincian enam medali emas, tiga perak dan enam perunggu. Sumbangan medali tersebut berhasil membawa Korsel menjadi juara umum. “Mereka juga punya salah satu atlet yang juara dunia. Kami juga punya hubungan baik, di mana rutin setiap tahun ada pertukaran. Sehingga atlet-atlet senang dan bisa mengukur kemampuan mereka. Karena anggar ini perlu sparing parter yang bagus dalam bertanding,” ujarnya. Dia mengakui pandemi COVID-19 telah menghambat semua aspek kehidupan termasuk program-program yang dicanangkan oleh PB IKASI. Pasalnya, kata dia, Cabor Anggar ilmunya lebih banyak di luar. Namun dia memastikan pihaknya tidak menyerah untuk memberikan pembinaan dan pelatihan yang baik bagi para atletnya. “Pandemi ini memang jadi masalah. Selama dua tahun ini kami sulit mengadakan pertandingan, dan keluar negeri juga lebih susah, tapi kami tak bisa stop begitu aja jadi kami carikan jalan keluarnya. Jadi ini adalah Kejurnas pertama setelah pandemi. Mudah-mudahan kita bisa melaluinya dan tetap bersemangat,” kata Agus. Sementara itu, Komite Eksekutif NOC Indonesia, Rafiq Hakim Radinal mengatakan pihaknya menyambut baik Kejurnas Anggar 2022 yang merupakan Kejurnas pertama yang digelar setelah pandemi. Selain itu, dia juga mendukung PB IKASI yang berencana mengirim 24 atletnya ke Korea Selatan. “Ini satu kemajuan yang sangat baik. Karena ketika pandemi kita semua sulit ya. Semoga ini bisa kembali melahirkan prestasi yang lebih baik. Saya lihat juga Ikasi memprioritaskan kepada pelatihan untuk para pelatih dan kesejahteraan dari para pengurus, pelatih dan seluruh ofisial dari Cabor Anggar,” kata Rafiq di lokasi. Adapun untuk para atletnya, Rafiq menilai PB IKASI juga memberikan perhatian yang cukup di mana para atletnya diberikan kesempatan untuk berlatih di luar negeri. Selain itu, dengan hadirnya perwakilan dari 24 provinsi pada Kejurnas Anggar 2022, juga menunjukkan kepedulian PB Ikasi kepada potensi-potensi yang ada di daerah-daerah. “Saya juga dengar peralatan dikirim dari PB Ikasi ke daerah-daerah, sehingga pembinaan di daerah insyaallah bisa jauh lebih baik. Sekarang gimana kita bantu agar pelatih juga bisa masuk ke daerah, karena atlet ini gak bisa berlatih tanpa pelatih yang baik di setiap provinsi,” tandas Rafiq.

Jelang Asian Games 2018, Cabor Anggar Gelar West Java International Fencing Championship 2018

PB Ikasi menggelar Kejuaraan Internasional di Sentul, Bogor, yang bertajuk West Java International Fencing Championship 2018. (bolasport.com)

Jakarta- Paska menggelar kejuaraan berskala provinsi bertajuk Sirkuit Anggar Jawa Barat, Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB Ikasi) kembali mengadakan kejuaraan anggar. Event ini ialah West Java International Fencing Championship 2018, di Wisma Padepokan Voli, Sentul, Bogor, pada 28-29 April. Ajang ini diadakan dalam rangka meramaikan kegiatan menjelang Asian Games 2018. Selain itu, ajang ini juga berguna mengakrabkan komunitas anggar di Indonesia, maupun Asia Pasifik. Beberapa tim dari negara Asia Pasifik berpartisipasi, seperti Singapura, Malaysia, Brunei dan Taiwan. “Dengan semakin bertambah dalam jumlah partisipasi negara yang hadir. Tim-Tim dari Korea Selatan, Irak, Hongkong, Japan, China adalah yang sangat diperhitungkan di Asia,” ujar Asyanti Rozana Thalib, Ketua Pelaksana Kejuaraan West Java International Fencing Championship 2018, Sabtu (28/4). Kehadiran atlet asing tentu saja menjadi nilai penting dan kesempatan besar bagi atlet Indonesia. Para atlet dapat bertemu dan mencoba langsung kelebihan atlet-atlet dari negara lain. Selama ini, hanya sebagian kecil atlet Indonesia yang sempat merasakan pertandingan di luar negeri. Untuk itu pun mereka harus mengeluarkan biaya sendiri guna menambah jam terbang dan mengasah kemampuan pada kejuaraan terbuka di negara lain. Beberapa klub dan Pengprov juga bahkan telah menyiapkan sejumlah atletnya. Secara umum West Java International Fencing Championship 2018 mempertandingkan tiga nomor, yakni Foil, Epee dan Sabre. Pembagian kategori usia yang diperlombakan meliputi kategori usia 12 tahun (U-12), usia 14 tahun (U-14), serta kelompok senior/open dan veteran kelompok umur 50 sampai dengan 59 tahun. (art)