Latihan Timnas U-23 Masih Belum Lengkap, Empat Pemain Absen

Timnas U-23 saat menggelar latihan hari kedua, di Lapangan A, Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 24 April 2018. (Ham/NYSN)

Jakarta- Timnas U-23 memulai pemusatan latihan (training camp) di Lapangan A, Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, sejak Senin (23/4). Memasuki hari kedua jelang Anniversary Cup 2018, empat dari 24 pemain yang dipanggil Luis Milla, masih absen. Keempat pemain itu adalah Rezaldi Hehanusa dan Andritany Ardiyasha dari Persija Jakarta, Saddil Ramdani dari Persela Lamongan, dan Irfan Jaya dari Persebaya Surabaya. Khusus untuk Irfan, Milla dikabarkan harus mencoretnya, karena mengalami sakit tifus. Masih belum dipastikan siapa pengganti Irfan. “Kita tadi latihan diawali dengan rondo, lalu dibagi dua tim kecil. Agar transisi saja bagi mereka,” ujar Asisten Pelatih Timnas Indonesia U-23 Bima Sakti Tukiman, saat ditemui usai latihan, Selasa (24/4). Dua punggawa Selangor FA, Evan Dimas dan Ilham Udin Armayin juga telah nampak berlatih. Pun halnya dengan Ilija Spasojevic dan Ricky Fajrin dari Bali United yang absen di latihan perdana kemarin. Meski masih minus empat pemain, namun Bima mengatakan hal ini tak terlalu bermasalah. Sisa waktu sebelum Timnas U-23 bermain melawan Bahrain pada Jumat, dinilai masih cukup. “Skema (permainan) tetap sama. Tapi memang pemain lain bisa menggantikan dan memang coach Luis memberikan kesempatan untuk pemain yang membela klubnya di AFC,” kata Bima. Pemain yang harus absen untuk klubnya adalah Andritany dan Rezaldi dari Persija Jakarta. Keduanya akan membela skuad Macan Kemayoran di laga penyisihan Piala AFC 2018 malam ini. Satu pemain lain yang absen dari latihan Timnas U-23 adalah Saddil Ramdani. Saddil yang masih berumur 18 tahun, dikabarkan harus absen karen harus mengikuti Ujian Nasional SMA. Rencananya ia baru akan bergabung pada Jumat mendatang. (Ham)

Tepis Rumor Dipecat, Youbel Sondakh Bawa SM Juara di Kandang Pelita Jaya

Youbel Sondakh (kaos hitam), arsitek Satria Muda berteriak gembira usai timnya menang dari Pelita Jaya, dalam final Indonesian Basketball League (IBL) Pertalite 2017/2018, pada Minggu (22/4). (oekzone.com)

Jakarta- Satria Muda (SM) Pertamina memastikan gelar juara Indonesian Basketball League (IBL) Pertalite 2017/2018, pada Minggu (22/4), di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro Jakarta. SM menutup gim penentu dengan skor 69-64 atas Pelita Jaya (PJ), karena pada dua laga sebelumnya kedua tim bermain imbang 1-1. “Puji Tuhan dikasih juara setelah dua tahun tanpa gelar. Puji Tuhan juga saya berada di tim juara Satria Muda,” ujar Youbel Sondakh, arsitek Satria Muda usai laga. Pada pertandingan itu, Youbel memberikan apresiasi tinggi pada Jamar Andre Johson yang mencetak 21 angka sekaligus MVP Final. “Kami percaya pada Jamarr. Dia bisa melakukan banyak hal buat kami,” lanjut Youbel. “Tuhan membawa saya ke Indonesia, setiap hari saya kerja keras untuk timku, untuk pelatihku,” timpal Jamarr. Sementara, Johanis Winar, juru racik Pelita Jaya, mengakui keperkasaan lawan. “Kami lambat start. Anak anak kemudian juga terburu melakukan eksekusi,” cetusnya. Namun, ia memuji pemainnya yang terus berjuang hingga sempat hanya tertinggal tiga angka. “Kita sudah berusaha. Berarti musim depan harus bekerja lebih keras lagi,” tukasnya. SM sukses memenangi trofi pertama sejak berganti ke era IBL. Arki Dikania Wisnu dan kawan-kawan memenangi dua pertandingan dalam format best of three. Usai menjadi juara, Youbel mengaku sedikit bernafas lega. Maklum, pelatih berusia 33 tahun ini sempat digosipkan bakal dipecat apabila gagal menjadi juara. “Apabila saya dipecat SM, berarti Tuhan punya rencana yang lebih baik. Namun, nyatanya kami bisa menjadi juara dan itu yang terbaik,” sebut Youbel. “Mengenai materi pemain, seharusnya kerangka tim juara tetap dipertahankan. Saat ini, saya belum ingin memikirkan hal itu dulu,” pungkasnya. (Adt)

Kampiun Piala Wagub DKI 2018, SMABA Berangkat Ke Kejuaran Basket di Paris Juli Nanti

Juarai Kejuaraan Bola Basket 4x4 Piala Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta 2018, SMABA Siap berangat ke Paris, Perancis. (dok.Kharisma Bangsa)

Jakarta- Sekolah Menengah Atas Kharisma Bangsa (SMABA) sukses menjadi kampiun pada Kejuaraan Nasional Bola Basket 4×4 Piala Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta 2018, 11-15 April 2018. Pada partai puncak, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (15/4), sekolah yang berlokasi di Kawasan Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten sukses menekuk Tim Basket SMAN 13 Depok, Jawa Barat, dengan skor 28-18. “Kejuaraan itu melibatkan 100 peserta namun yang hadir 64 tim. Mulai babak 32 besar kami belum menemukan kesulitan untuk mengalahkan lawan. Justru lawan yang paling sulit adalah saat semifinal bertemu dengan SMAN 116 Ragunan PPLP DKI Jakarta,” ujar Ari Adiska, Pelatih Basket SMABA, Rabu (18/4). “Sama-sama tahu mereka memang sekolah khusus olahragawan. Jadi pertandingannya juga sangat ketat. Tapi, anak-anak bisa bermain dengan tenang dan sangat smart play. Sehingga bisa menang (28-24) dan melaju ke final,” lanjutnya. Ia menyebut kunci keberhasilan pada Kejuaraan Basket 4×4 Piala Wagub DKI dikarenakan anak didiknya itu mampu menerapkan gameplan dengan baik. “Gameplan berjalan dengan baik, kemudian kami juga bermain secara teamwork, sehingga berhasil menjadi juara setelah mengalahkan SMAN 13 Depok di final,” tukas Ari. Kedepan, Ari mengatakan tim-nya harus berlatih lebih keras, mengingat masih ada kejuaraan yang bakal kembali diikuti anak didiknya tersebut. “Terdekat itu ada NYSN Cup April ini. Dan kami bersiap menghadapi Kejuaraan di Paris, Prancis, pada 6-13 Juli mendatang,” cetusnya. Turnamen di Paris adalah event Kejuaraan Dunia antar SMA. SMABA mendapatkan undangan untuk bisa berpartisipasi. “Sebagai persiapan Kejuaraan di Paris, akan kami gelar training camp selama kurang lebih 2 Minggu mulai 26 Juni, sebelum mereka berangkat ke Paris pada 5 Juli 2018,” tambahnya. “Saat latihan dan training camp itu kami akan buat auranya sudah seperti pertandingan. Sehingga yang tertanam dibenak mereka adalah semangat kompetisi. Jadi saat tampil di Paris sudah tidak kaget saat menghadapi lawan-lawannya,” tutup Ari. (Adt)

Seleksi Pemain Hingga Akhir Bulan, Timnas Voli Putri Masuk Pelatnas Asian Games

Nandita Ayu Salsabila (Jakarta Pertamina Energi), peman terbaik Proliga 2018 yang terpilh masuk dalam skuat seleksi timnas voli putri Asian Games 2018. (bolapsort.com)

Jakarta- Paska selesainya event Proliga 2018, pelatnas timnas voli putri akan bergulir pada pekan depan. Para atlet diberi kesempatan untuk melakukan recovery. Hal ini disampaikan oleh pelatih timnas voli putri, Muhammad Ansori. Menurut Ansori, rencananya atlet akan dikumpulkan di Sentul, Bogor, pada Senin (23/4). “Ada 18 atlet yang dipanggil Badan Tim Nasional (BTN) Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI). Paling banyak dari Jakarta Pertamina Energi, sekitar lima sampai enam atlet,” kata Ansori pada Senin (16/4). Dari 18 atlet itu, Ansori mengatakan, akan diseleksi lagi menjadi 14 atlet untuk menjadi tim inti di Asian Games 2018. Proses seleksi berlangsung dari pekan depan, sampai akhir April. “Kami harus segera memangkas pemain, karena status entry by name harus ada meski penutupannya baru akhir Juni nanti,” katanya. “Setelah itu, kami akan melakoni uji coba di dua lokasi. Tapi, saya belum tahu kelanjutannya seperti apa, yang jelas salah satunya kejuaraan Asia. Sementara untuk try in, kami berencana melakukan uji tanding dengan tim atau klub putra,” tambah Ansori. Soal target di Asian Games, Ansori tak ingin muluk-muluk. Dia patok lolos grup lebih dulu, lalu ke target yang lebih tinggi. “Kalau bisa melewati fase grup dulu, karena ada China, Jepang, Korea, dan Taiwan, itu berat-berat ya. Kami harus mencuri kesempatan dan mendapat peringkat yang terbaik,” ujar dia. (art) Pelatih/ofisial Tim Putri 1. M. Ansori 2. Walfidrus Wahyu Telagasari 3. Labib 4. Niko Dwi Purwanto Tim Putri 1. Amalia Fajrina Nabila 2. Aprilia Santini Manganang 3. Megawati Hangestri Pertiwi 4. Novia Andriyanti 5. Amasya Manganang 6. Wilda Siti Nur Fadilah Sugandi 7. Arsela Nuari Purnama 8. Asih Titi Pangestuti 9. Putri Andya Agustina 10. Rika Dwi Latri 11. Yola Yuliana 12. Nandita Ayu Salsabila 13. Hanny Budiarti 14. Yulis Indahyani 15. Berlian Marsheilla 16. Tri Retno Mutiara 17. Yolana Betha Pangestika 18. Khalisa Azila Rahma

Surabaya Fever Perkasa di Tiga Seri Srikandi Cup Musim Ini, Berkat Filosofi Jari Tangan

Tim Basket Putri Surabaya Fever mencapai prestasi terbaik lewat polesan tangan dingin sang pelatih, Wellyanto Pribadi. (Pras/NYSN)

Jakarta- Surabaya Fever tampil perkasa pada tiga seri kompetisi basket putri profesional Srikandi Cup musim ini. Filosofi jari tangan dinilai menjadi kunci kesuksesan tim kebanggaan ‘Kota Pahlawan’ itu. Peran Wellyanto Pribadi, sang arsitek Surabaya Fever, menjadi krusial. Berkat tangan dinginnya, ia mampu melahirkan sebuah tim yang disegani lawan diberbagai ajang kompetisi basket di Tanah Air. Namun, pria berusia 53 tahun itu, enggan jika kesuksesan timnya selama ini dianggap andil besarnya. Baginya basket adalah olahraga tim dan semua yang terlibat memiliki peran dalam setiap kesuksesan. Ko Welly, sapaan akrabnya, menyebut dalam menangani Gabriel Sophia dkk, dirinya memiliki filosofi bahwa mereka harus bisa bekerja sama seperti halnya jari tangan. “Saya bukan pelatih hebat. Justru anak-anaklah yang mempunyai potensi itu. Semua pemain Surabaya Fever bisa menjadi pemain inti karena memahami filosofi jari tangan,” ujar Ko Welly beberapa waktu lalu. Prinsip jari, bagi Ko Welly berarti kelengkapan jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking. Jika disatukan secara fungsi kerja, maka akan menghasilkan kekuatan yang utuh Dalam ingatannya, ia mengawali kecintaanya bermain basket di klub CLS Surabaya saat masih duduk dibangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) sekitar awal tahun 1990-an. Berposisi sebagai point guard, kala itu Welly dinilai pekerja keras oleh salah satu pelatih legendaris Nasional sekaligus sesepuh CLS, Widiarto Hartanu, atau Mpek, sapaan akrabnya. Menurut Mpek, Welly memiliki kecepatan meski postur tubuhnya tidak terlalu tinggi. Berlatih di bawah gemblengan keras Mpek membuatnya mendapat ilmu baru dalam dunia kepelatihan. Toh, hal itu tak lantas membuatnya tertarik untuk menjadi pelatih dan terjun di dunia kepelatihan. Bahkan setelah lulus kuliah, ia lebih tertarik berdagang membantu bisnis keluarganya. Hingga pertengahan 1997, Mpek yang menderita sakit keras lalu memberi wasiat kepada para pengurus CLS untuk meminta Welly kembali aktif, membantu melatih di klub CLS Surabaya. Ia tergugah dan akhirnya memulai profesi sebagai pelatih baik tingkat junior hingga senior. Pada 2014, Welly menjadi pelatih Surabaya Fever. Dengan pengalaman yang dimilikinya, Surabaya Fever dibawanya kejenjang prestasi yang lebih tinggi. Tercatat, pada 2015 menjadi Juara WNBL, Juara WIBL (2016) serta Juara Perbasi Cup (2017). Dan bukan tak mungkin, mereka akan merebut Tropi Srikandi Cup musim ini, melalui babak playoff yang akan dihelat pada 18-21 April 2018, di Arena Generasi Muda Cirebon (GMC), Jawa Barat. “Ko Welly itu seperti teman. Tak banyak menuntut, tapi selalu mengingatkan jika ada kurang, terutama jangan cepat terlena. Karena diri kita sendiri itu musuh terbesar,” timpal Gabriel Sophia, center andalan Surabaya Fever. Cepat atau lambat, Welly menyadari Surabaya Fever pasti akan mengalami kekalahan, tapi ia berharap terus memberikan hasil yang terbaik. “Saya berharap lewat kompetisi Srikandi Cup yang teratur, prestasi-prestasi Timnas Putri Indonesia dapat berbicara banyak di kancah ASEAN maupun Asia,” ucap Welly lagi. (Adt)

Dijanjikan Juara AFF 2018 dan Lolos Piala AFC, Hary Tanoe : Kensuke Dikontrak Jangka Panjang

Menjadi pelatih anyar timnas futsal Indonesia, Pelatih asal Jepang, Kensuke Takahasi (kiri) langsung menangani tiga tim sekaligus. (Ham/NYSN)

Jakarta- Federasi Futsal Indonesia (FFI) resmi menunjuk Kensuke Takahasi sebagai pelatih anyar timnas futsal Indonesia. Pelatih asal Jepang itu membubuhkan kontrak di Jakarta, pada Senin (2/4). Ia diikat hingga 2020 nanti. Durasi kontrak ini bisa saja diperpanjang oleh FFI, andai Kensuke sukses membawa timnas futsal Indonesia berprestasi selama musim 2018. Hal ini disampaikan Ketua Umum Federasi FFI, Hary Tanoesoedibjo. “Dia melatih Timnas putra putri, dan dikontrak jangka panjang,” ucap Hary Tanoe. “Kontrak tiga tahun yang opsinya bisa diperpanjang, jika jadi juara AFF 2018 dan lolos Piala Futsal AFC 2020,” tegas Ketua Partai Perindo ini. Kensuke akan mengawal Timnas pada empat ajang yang dilewati timnas futsal putra dan putri Indonesia, selama 2018. Keempat event itu adalah AFC Women’s Futsal Championship, Kualifikasi AFC Women’s Futsal Championship 2019, AFF Futsal Championship, Kualifikasi AFC U-20 Futsal Championship. Hary Tanoe sangat optimistis Kensuke bisa membawa kesuksesan berama timnas futsal Indonesia baik putra dan putri. Menurutnya Kensuke merupakan pelatih yang sangat komunikatif dan intes berbicara dengannya. “Dia itu tahu apa yang harus dikerjakan, dan punya pandangan kelemahan timnas futsal Indonesia,” tutur Hary Tanoe. “Konsepnya jelas disampaikan ke saya, yakni satu tahun itu akan lolos final Piala AFF 2018, lalu masuk empat besar Piala AFC 2020, dan meningkatkan kualitas futsal Tanah Air di dunia,” beber pria asal Surabaya ini Ia menambahkan bahwa Kensuke harus meningkatkan komunikasi dengan FFI. Eks arsitek klub futsal Jepang, Badral Urayasu itu tak akan bekerja sendiri selama membesut timnas futsal Indonesia. “Dia perlu kerja sama yang intens dengan pengurus FFI, dan dengan para anggota timnas,” pungkasnya. (Ham) Biodata Nama : Kensuke Takahasi Tanggal lahir: Hokkaido (Jepang), 8 Mei 1982 Tinggi/Berat : 173cm/62Kg Negara : Jepang Karir Pemain 2003-2004 Divertido Asahikawa 2004-2008 Predator FC (Bardral Urayasu) 2008-2010 Caja Segovia (Spanyol) 2010-2011 Guadalaraja (Spanyol) 2011-2015 Bardral Urayasu Prestasi Pemain AFC Futsal Championship Juara (2006, 2010, 2012) Runner-up (2005 dan 2007) Karir Timnas 2003-2012 Timnas Senior (60 caps) Piala Dunia Futsal 2004 (Fase Grup) 2012 (16 Besar) Karir Melatih 2016-2017 Bardral Urayasu (Direktur Teknik) 2017-2018 Bardral Urayasu (Tim Senior) 2018-.. : Timnas Indonesia Prestasi Melatih Bardral Urayasu – Peringkat 4 All Japan Futsal Championship 2018

Tak Bersinar Jadi Pemain, Blitz Tarigan Mantap Berkarir Melatih Akademi

Blitz Tarigan kini mendedikasikan hidupnya menjadi pelatih akademi SSB Villa 2000. (Ham/NYSN)

Pamulang- Blitz Tarigan sudah menekuni profesi sekaligus hobinya bermain sepak bola, sejak masih usia remaja hingga menjadi Karyawan Swasta. Berawal dari klub Dumai Putra (Riau) dirinya mencoba untuk melatih, karena mendapat dukungan dari warga di lingkungan kerja dan tempat tinggal. Hingga akhirnya menjalani mengikuti sekolah khusus menjadi pelatih dan mendapatkan Lisensi di tahun 1999 membuatnya semakin serius menjadi pelatih. “Dulu sering diminta melatih anak-anak sekitar komplek sama warga. Selain itu, melatih temen-temen karyawan di kantor, akhirnya ikut kursus dan resmi jadi pelatih dan mulai serius, begitu pensiun kerja dan main bola, saya berkarir jadi pelatih,” ungkapnya. Sebelum melatih, pria asli Medan ini sempat menjajal ikut seleksi bergabung PSMS Medan Junior. Sayang, impiannya kandas. Beberapa kali kembali ia mencoba, hanya kegagalan yang ia terima karena gagal lolos seleksi, sehingga membuat karirnya ‘terjun bebas’ bermain di klub Divisi 1 saat itu, yakni PS Teras di Dumai, Riau. Blitz sejatinya adalah seorang penjaga gawang, namun awal bermain ia memilih posisi bek kiri. Sayang, pada 1998 ia mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) dan membuatnya absen beberapa laga saat bermain di Turnamen Dumai. “Suka dukanya, karir saya sebagai pemain nggak sampai level atas mainnya. Paling tinggi ya cuma Divisi 1, kalau sekarang setara liga 2,” tukas pelatih yang membawa Villa 2000 U-21 sebagai jawara Liga 3 ini. Saat berkarir di Dumai, Riau, Walikota saat itu serius dengan sepakbola, dan mengontrak pelatih dari luar Riau, agar berprestasi. “Saat itu yang dipanggil adalah Iwan Setiawan (Borneo FC). Saat itu bang Iwan adalah Direktur Teknik klub Villa 2000. Bang Iwan ini alumni Diklat Medan, senior saya,” jelasnya. Beberapa kali mendampingi Iwan di Riau, Blitz justru mendapat tawaran melatih di Villa 200. “Saya malah ditawari bergabung ke Villa 2000, untuk terlibat bersama tim,” bilangnya soal awal karirnya bergabung di Villa 2000. Fokus melatih membuatnya mantap untuk mencari standar lisensi kepelatihan, agar menunjuang kinerjanya. Berbagai level kursus kepelatihan diikutinya. Hingga saat ini, Blitz memiliki lisensi sebagai Pelatih B AFC, dengan segudang pengalaman. “Sebaiknya, pemain jangan hanya fokus pada bermain sepak bola. Jika ada kesempatan, segera ikuti kursus untuk menjadi pelatih saat pensiun nanti. Selain bekal, lisensi pelatih juga menambah wawasan dalam ilmu sepakbola, “ tutupnya. (Ham) Biodata Nama : Blitz Tarigan Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 5 Oktober 1969 Klub : Villa 2000 Posisi : Pelatih Tim U-21 & U-18 (Liga 3 dan Suratin Cup) Pengalaman Bermain 1985 : PSMS Medan Jr 1986 : Diklat Medan 1987 : PSSI Pelajar Asia Selection 1988 : PS Teras, PS MINAS (Riau) – Divisi I PSSI 1993 : Persemai Dumai (Riau) – Divisi I PSSI 1994-1999 : Dumai Putra (Riau) – Divisi I PSSI Pendidikan Kepelatihan 2001 : Youth Assistance Degree PSSI 2003 : APSI Refreshment Course – Mr Fujita (Japan) 2004 : C License PSSI 2005 : Certificate of Attendance – AFC Youth Workshop AFC Festival Pnom Penh, Cambodia 2008 : Certificate of Coaching – AS ROMA Just for Kick Ramon Turrone (Italy) 2008 : B License PSSI 2009 : Carlos Biliardo Coaching Clinic 2010 : PSSI “A” License Coaching Award 2010 : Certificate of Coaching – Cursos de Porteros Fundacion Marcet – Barcelona, Spain 2014 : C AFC Coaching Licensed 2017 : B AFC Coaching Licensed Pengalaman Kepelatihan 1998-2002 : PS Dumai Putra (Riau) 2003 : Dumai Putra (Riau) 2003-2004 : GK Coach Persemai Dumai (Riau) 2005 : GK Coach Timnas U-13 AFC Festival, Kamboja 2005 : GK Coach Timnas U-17 Piala AFF U17 – Thailand 2006 : GK Coach Timnas U-17 Pra Piala Asia U17 – Laos 2006-2008 : GK Coach Persiko Kotabaru (Kalsel) 2008 : Assistant Coach PSS Sleman 2008 : Head Coach PSAD Indonesia 2008 : Assistant Coach PON DKI PON Kaltim 2008 2008 : PS TNI AD 2009 : Persas Sabang (Aceh) 2009 : Director of Football Coaching Bakrie School of Management 2009-2010 : GK Coach Persisam Samarinda ISL 2010-2011 : Head Coach PON DKI Jakarta 2012 : Assistant Coach/Head Coach Deltras Sidoarjo : 2013-2015 : Assistant Coach Persija Jakarta 2015 : Assistant Coach Pelita Bandung Raya (PBR) Piala Presiden 2016 : Koordinator Villa 2000 Football Academy Prestasi Kepelatihan 2004 : Persemai Dumai Promosi ke Divisi I 2005 : Best Team Award AFC U-13 Festival (National Team), Kamboja 2006 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Juara Divisi III Nasional 2007 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Promosi ke Divisi II Nasional 2008 : Persiko Kotabaru (Kalsel) Promosi ke Divisi I Nasional 2008 : Tim PON DKI 4 besar PON Kaltim 2008 2009 : Persisam Samarinda Juara Andi Mattalata Cup 2017 : Head Coach Villa 2000 U-21 Liga 3 (Champion)

Kalah 1-3 Dari Rombongan Tim Pelatih Lisensi B, Latihan Timnas Putri Diliburkan

Timnas Putri kalah 1-3 dari tim Pelatih Kursus Lisensi B , di laga uji coba perdana. (bola.com)

Jakarta- Memasuki akhir pekan, seleksi Timnas Putri Indonesia melakukan uji coba perdana versus tim pelatih kursus lisensi B AFC, di lapangan National Youth Training Camp (NYTC), Sawangan, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (10/3) pagi. Melawan tim yang banyak dihuni mantan pemain timnas semisal Aples Tecuari dan Bonggo Pribadi, Zahra Muzdalifah dkk takluk dengan skor 1-3. Namun, pelatih Timnas Putri, Satia Bagdja mengaku cukup puas dengan permainan anak asuhnya. “Dari sisi pemainan saya puas, kan lawannya laki-laki. Dari uji coba ini, kami ingin melihat penerapan materi latihan. Positif hasilnya, dan cukup baik di pertandingan tadi”, ujar Satia usai laga. Meski puas, namun kekalahan Timnas ini mendapatkan catatan khusus dari sang pelatih. Gol satu-satunya Timnas dicetak oleh Tugyati. “Banyak catatan khususnya, semuanya diperbaiki mulai pekan depan. Kami kan baru terhitung latihan bersama selama 3 hari,” sambungnya. Hal serupa juga disampaikan salah satu kandidat winger dan striker Timnas Putri, Zahra Muzdalifah. Wanita berpostur semampai ini mengaku bila kerjasama tim memang masih sangat minim. “Dari fisik dan cara main, kami sudah kalah. Tapi coach Satia ingin melihat transisi pemainan kami dari menyerang ke defence, berjalan atau tidak. Apalagi, lawan kami nanti punya kemampuan longpass and passing control yang baik,” ujar Zahra. Dara kelahiran Jakarta 4 April 2001 ini memahami jika koordinasi permainan masih perlu waktu untuk beradaptasi. Berlatih bersama dengan 40 pemain selama 4 hari, tentu tak mudah menyatukan visi bermain. “Latihan dan berkumpul bersama selama 4 hari terkahir ini, ya pasti belum optimal mainnya. Tapi, kami bisa kontrol bola dari belakang, serta melakukan pergeseran posisi antar lini, bukti kami sudah mulai menyatu,” bilang winger klub tim jakarta 69 FC ini. Setelah melakukan uji coba melawan pelatih kurus lisensi B AFC, pekan depan Timnas Putri memang dijadwalkan kembali menggelar pertandingan uji coba melawan SSB Pelita Jaya. “Nggak pakai persiapan khusus untuk uji coba. Uji coba itu kami anggap seperti latihan biasa saja”, ujar Beny Van Breukelen, pelatih kipper. Selama proses seleksi hingga 5 April nanti, Timnas Putri rutin mengagendakan laga uji coba, setiap akhir pekan dengan beberapa SSB dan klub remaja. Usai laga uji coba perdana ini, Timnas Putri diliburkan dan kembali berlatih pada Senin (12/3). (Dre)

Pelatih Harus Dapat Terapkan Manajemen Olahraga Modern

Menpora_Imam_Nahrawi

Jakarta-Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), berharap pelatih saat ini harus bisa menerapkan manajemen olahraga modern, dengan meninggalkan manajemen tradisional yang selama ini mereka ikuti. “Semakin ke depan, semakin banyak inovasi, improvisasi dan gagasan yang tidak boleh di tolak tapi justru sebaliknya, harus bisa beradaptasi, termasuk manajemen olahraga modern yang harus bisa diterima,” ujar Imam di GOR Lila Bhuana, Denpasar, Bali, akhir pekan lalu. Menurutnya, saat ini sebisa mungkin untuk tidak lagi menggunakan manajemen tradisional agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain. “Negara-negara lain itu betul-betul menerapkan semuanya dengan baik,” sambungnya. Disisi lain, pria kelahiran Bangkalan, Jawa Timur (Jatim), 44 tahun silam itu, menyebut bila saat ini Indonesia masih kekurangan pelatih. Untuk itu, tambah Imam, pihaknya fokus dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatih di Indonesia sebanyak 100 ribu orang. “Setiap pelatih diharapkan minimal dapat mengidentifikasi dan melatih 1 orang atlet potensial maka dimasa mendatang kami akan mendapatkan 100 ribu atlet untuk dibina dan dikembangkan menjadi atlet nasional,” tutupnya. (adt)

Kupas Tuntas Dilema Karir Para Pelatih Bulutangkis Indonesia, Mengabdi Di Indonesia Atau Berkarir Di Luar Negeri?

Perhelatan Indonesia Open beberapa waktu lalu ternyata dijadikan ajang unjuk kemampuan  para pelatih bulutangkis asal Indonesia untuk melihat seberapa tangguh atlet binaan mereka di luar negeri. Menurut lansiran dari metrotvnews.com (10/08/2017), Para pelatih bulutangkis seperti sebut saja Hendrawan, Rexy Mainaky, Mulyo Handoyo, Agus Dwi Santoso, dan beberapa mantan atlet bulutangkis Indonesia lainnya. Mereka kini ‘mengabdi’ ke negara lain. Contohnya seperti Mulyo Handoyo, ia memilih ikut membantu India dalam merevolusi olahraga bulutangkis di negeri Bollywood tersebut. Tak hanya itu, Agus Dwi Santoso juga ikut mencoba mengadu nasib ke Korea Selatan. Kemampuan Agus telah dirasakan oleh para pebulutangkis Negeri Gingseng tersebut. Gaji dan Prestasi Agus meninggalkan PB Djarum pada Mei 2016 karena sebuah alasan prinsip. Ia mencoba pertama datang ke negeri Vietnam, tapi lantaran tak ada gaji untuk pelatih, ia pun pergi dari negeri itu. Pada waktu yang nyaris berdekatan, Agus mendapatkan kabar Korea Selatan (korsel) sedang mencari pelatih. Setelah itu, kepala bidang PBSI, Basri Yusuf dan Rexy Mainaky meminta surat lamarannya untuk dikirimkan ke Pelatnas bulutangkis Korsel. Beruntung lamaran itu langsung direspons oleh pihak Korsel. Agus sendiri sempat dilanda rasa khawatir karena tiga bulan pertama gaji belum juga turun. Namun akhirnya ketika pada bulan keempat gajinya sudah dilunasi oleh pihak bulutangkis Korsel. “Selama hampir empat bulan saya sempat enggak menerima gaji. Saya baru mendapatkannya setelah empat bulan. Ternyata malah enggak sesuai dengan kontrak. Maksudnya, pihak Korea bukan hanya melunasi gaji saya selama empat bulan, tapi memberikan bonus Rp53 juta. Itu karena saya dinilai mampu mengangkat performa bulutangkis putri Korsel. Intinya mereka menghargai saya,” akui Agus seperti yang dilansir metrotvnews.com. Tak hanya bonus, belum genap enam bulan Agus diangkat sebagai pelatih kepala dengan membawahi sektor tunggal putra dan putri. Performa yang diangkat Agus bukan sembarang. Ia mampu membantu Korsel menang 3-2, mematahkan dominasi Tiongkok dalam enam gelaran terakhir Piala Sudirman. Lewat final dramatis di Gold Coast, Australia. Akhirnya saat ini Agus yang menjabat sebagai pelatih kepala, dan dibantu oleh dua pelatih lokal. Targetnya kali ini membawa Korsel bersinar dalam Kejuaraan Dunia BuluTangkis yang digelar Agustus tahun ini. Bagaimana PBSI Bersikap Akan Hal Ini? Kepala Bidang Pengembangan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti menanggapi peran Agus dan beberapa mantan atlet bulutangkis. Bagi Susy, itu adalah hak pribadi masing-masing untuk memilih jalan menjadi pelatih di luar negeri. “Enggak apa-apa lah, mereka juga kan mencari pekerjaan. Mungkin mereka punya tawaran lebih tinggi di sana, artinya mereka kan bebas untuk bisa memilih. Negara mana yang mau dengan mereka. Jadi buat saya sih sah-sah aja,” terang Susy seperti dilansir metrotvnews.com Secara global kondisi tersebut justru bagus untuk persaingan bulutangkis di dunia. Karena saat ini ada beberapa pelatih asal Indonesia yang kini membela banyak negara. Dan juga para pelatih tersebut juga dianggap Susy memiliki potensi yang baik karena menjadikan bulutangkis sebagai mata penghasilan mereka. Sebagai bentuk dukungan, pihak PBSI ternyata telah menyiapkan sebuah program kepada pelatih-pelatih Tanah Air yang ingin melatih para atlet luar. Salah satunya dengan mengadakan coaching clinic kepada mereka, agar mendapatkan sertifikat. Di sana mempelajari di level mana berlatih atau mungkin dengan standar gaji berapa, serta bagaimana mereka nantinya di luar negeri akan membuat program dalam pelatihan. Pilih Mana Pengabdian Atau Harga? Seperti yang dilansir metrotvnews.com, Ia bukan tidak ingin membantu atlet Indonesia namun karena ia mengakui kalau jodohnya saat ini berada di Korsel. Agus pernah berjodoh dengan Indonesia dan ia telah melatih atlet tunggal putra Tanah Air. Termasuk mengantarkan Hendrawan merebut medali perak di Olimpiade Sydney 2000 dan juara dunia di Sevilla pada 2001. Selain itu ada tim Merah-Putih saat menjuarai Beregu Putra Asian Games 1998, serta Piala Thomas 2000 dan 2002. “Kalau negara memerlukan saya lagi, saya harus lihat dulu siapa yang memanggil saya. Pokoknya, harus dengan pihak resmi dari PBSI, bukan kata orang atau rumor dari pihak yang tak jelas,” terangnya. Menurut Agus yang dilansir metrotvnews.com, ada perbedaan yang mencolok dalam urusan ‘uang’ saat melatih di Indonesia dengan di luar negeri. Untuk Indonesia, Agus menyatakan itu bersifat pengabdian jadi tidak ada tawar menawar. Sedangkan untuk luar, Dia tak mengelak kalau akan mematok harga kepada klub atau negara lain jika ada yang berminat dilatih olehnya. ‘Terlewatkan dan Tidak Dimanfaatkan’ Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata juga ikut andil memberikan pandangannya terkait fenomena ini. Menurut lansiran dari metrotvnews.com, Koh Chris ini melihat kalau para mantan atlet bulutangkis yang sukses melatih di luar negeri, bisa dibilang ‘terlewatkan dan tidak dimanfaatkan’ oleh PBSI. Hal ini menurutnya bisa dilihat dari dua sisi yaitu orang lain membutuhkan mereka atau mereka pintar cari peluang. Christian juga menyatakan fenomena itu sudah lama sekali terjadi. Fenomena mantan atlet bulutangkis Indonesia rantau ke negeri orang untuk menyebarkan ilmu bukanlah hal baru.  Tepatnya ada tahun 1969, saat Tan Joe Hok salah satu legenda bulutangkis Indonesia merantau ke meksiko. Dengan kata lain, fenomena tersebut menurut Chris memiliki dua efek positif. Pertama, ini bisa menjadi pacuan buat pelatih-pelatih di dalam negeri agar terus semangat melatih dan jangan mau kalah. Kedua, tentu bisa membuat cabang bulutangkis pamor di dunia karena adanya persaingan yang sengit. Sebab kalau hanya negara Tiongkok atau Denmark yang hanya mendominasi bulutangkis, maka, pasti nanti cabang olah raga bulutangkis takkan bisa dimainkan di Olimpiade. Sumber : metrotvnews.com

Final Honda DBL East Java Series 2017: Lions Mengoyak habis Gloria 1

Perhelatan kedua skuat tangguh putra, yakni SMA Gloria 1 Surabaya berhadapan dengan  SMA IPH East Surabaya (julukan: Lions) di Final Honda DBL East Java Series 2017 berlangsung ketat sejak peluit dibunyikan. Lions berhasil menorehkan sejarah baru karena menggulingkan Gloria 1 dengan skor akhir 55-52, kemarin (23/8). Seperti yang dilansir dblindonesia.com (24/08/2017), kedua tim tersebut merupakan tim yang sama-sama tangguh dan pernah mendapat predikat sebagai finalis dalam laga final. Gloria 1 dua tahun berturut-turut lolos di babak final pada 2014 dan 2015 sedangkan Lions mencicipi panas final dengan SMA St Louis 1 Surabaya tahun lalu. Lions pada pertandingan kemarin mendominasi dua kuarter awal dan memperlebar jarak dengan Gloria 1 hingga 20 poin. Hingga akhirnya, Lions mampu menunjukkan skill dan mengoyak habis Gloria 1, dengan menjadikan center Kenny Robert sebagai serangan tim. Pelatih Lions, David A. mengatakan pada awalnya tim memang yakin bisa menang di pertandingan. Kemudian, sempat di kuarter keempat permainan berlangsung kendor, tapi beruntung karena kapten terus memotivasi anak-anak tim asuhan Dia tersebut.