Dibuka Menpora, INKAI Gelar Kejurnas ALT CUP IV 2022

Dibuka Menpora, INKAI Gelar Kejurnas ALT CUP IV 2022

Setelah dua tahun tertunda karena pandemi, Kejurnas Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) kembali digelar. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) INKAI Albert Lumban Tobing (ALT) Cup IV 2022 diikuti karateka dari seluruh Indonesia. “Atlet-atlet karate khususnya INKAI harus memberikan prestasi hingga tingkat dunia,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, di Jakarta, Sabtu (27/8/2022). Ia mengatakan, ada negara kecil dengan jumlah penduduk hanya 2 juta jiwa namun mempunyai prestasi olahraganya yang luar biasa yaitu Jamaika. “Kami berharap dari event ini melahirkan atlet-atlet dunia khususnya dari INKAI,” kata Zainudin. Ketua panitia Kejurnas ALT CUP IV 2022, Kolonel Laut (S) Ferry Mulyadi Arifin mengatakan, kejurnas digelar keempat untuk menghormati sang pendiri, Albert Lumban Tobing. Selain itu, menjadi sarana untuk bertemu dan mengasah keahlian dan pengetahuan dalam olahraga bela diri Karate semua anggota. Menurut dia, ada banyak nomor yang dipertandingkan dalam Kejurnas yang digelar hingga 28 Agustus besok. Lebih 300 nomor pertandingan, baik Kata maupun Kumite. Dari pemula, kadet, junior, under 21, dan senior. “Dari event ini kami mencari wakil-wakil INKAI yang nantinya akan bertanding di kejuaraan nasional karate dari Forki (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia),” ujarnya. Hal yang sama diungkapkan Ketua Umum Pengurus Pusat INKAI, Laksamana Muda TNI Ivan Yulivan. Dia mengatakan, kejuaraan ini digelar untuk mencari atlet terbaik di kelasnya masing-masing. Para pemenang di setiap nomor kompetisi selanjutnya akan dikirim untuk mengikuti Kejurnas PB Forki. “Melalui kejuaraan ini, kami mencari bibit atlet berprestasi dengan sasaran diberangkatkan ke Kejurnas Forki. Kami akan saring jadi sekitar 90 atlet terbaik dari kejuaraan ini,” katanya.

Forki Kirim 12 Karateka Untuk Asian Games 2018, Bonus Rp 1 Miliar Peraih Emas Menanti

Karateka pelatnas Andi Dasril Dwi, saat berlaga pada Kelas Kata Perorangan, ketika mengikuti seleksi akhir Timnas inti Asian Games 2018, di Ciloto. (suara.com)

Jakarta- Usai melewati serangkaian seleksi, akhirnya Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (PB FORKI) mendapatkan 12 karateka yang akan bertarung ke Asian Games 2018. Mereka ini terpilih melalui seleksi akhir yang berakhir, Senin (11/6) di Ciloto, Jawa Barat. Untuk bagian putra terjaring, Ahmad Zigi Zaresta (kata putra), Rifky Ardiansyah (60 kg), Jintar Simanjuntak (-67 kg), Sandi Firmansyah (-75 kg), Romario Setiamu (-84 kg), dan I Made Budi Kertayasa (+84 kg). Sementara di nomor putri ada Nawar Kautsar M (kata), Srunita Sari Sukatendel (kumite -50 kg), Cokorda Istri Agung Sanistyarani (-55 kg), Intan Nurjanah (-61 kg), Ceyco Goergia (-68 kg), dan Dessynta Rakawuni Banurea (+68 kg). Kedua belas karateka ini merupakan hasil terbaik dari proses panjang yang dilakukan PB Forki jelang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang pada Agustus. Saat seleksi tahap pertama di tempat sama pada 10 Maret lalu, Forki menyeleksi 28 karateka untuk mendapatkan hasil 150%. Sementara pada tahap kedua, Forki menyaring 24 karateka yang terdiri dari 18 atlet pelatnas, empat karateka yang pernah mengundurkan diri dari pelatnas, dua karateka berprestasi di Kejuaraan Piala Mendagri, Kejuaraan Karate SEAKF, dan Kejuraan Karate AKF. Hasilnya adalah 12 karateka di 12 kelas berbeda. Cabang karate Asian Games 2018 akan mempertandingkan 12 kelas. Namun, sesuai ketentuan yang berlaku, tiap negara hanya boleh turun di delapan kelas. Karena itu, Forki masih perlu melakukan seleksi akhir lewat analisis potensi atlet dan peluang di 12 kelas yang dipertandingkan tersebut. “Kami hanya akan memasukkan delapan nama untuk tim inti Asian Games nanti. Entry by name-nya pada 30 Juni mendatang. Jadi, kami masih punya waktu sekitar dua minggu untuk mengevaluasi dan menganalisi kelas-kelas berpeluang merebut medali di AG nanti,” ujar Sekretaris Jenderal PB Forki, Lumban Sianipar. Analisis peluang di setiap kelas itu sangat diperlukan, mengingat persaingan ketat di ajang multievent empat tahunan itu. Terutama persaingan dengan karateka-karateka Jepang, Iran, Malaysia, dan negara-negara bekas Uni Soviet seperti Uzbekistan, Kazakhstan, dan lain-lain. Karena itu, Forki harus mampu melihat kelas yang berpotensi merebut medali, terutama emas, bagi Indonesia. Apalagi, karate termasuk cabang yang diharapkan bisa merebut emas bagi Indonesia. Sebab, dalam perjalanan Asian Games, Indonesia pernah menorehkan sejarah manis saat merebut medali emas pada Asian Games 1998 Bangkok lewat Arif Taufan Syamsuddin, dan Asian Games 2002 Busan melalui Muhammad Hasan Basri. “KOI memang menargetkan 1 medali emas dari cabang karate. Tapi, kami berharap bisa mendapatkan tiga medali emas di ajang Asian Games nanti,” ujar Ketua Umum PB Forki Gatot Nurmantyo. Gatot pun menyiapkan bonus Rp 1 miliar untuk karateka Indonesia yang mampu merebut medali emas pada Asian Games 2018. Dalam rilis PB Forki kepada media, Selasa (12/6), pemberian bonus itu untuk memacu motivasi atlet yang akan bertanding pada ajang multievent Asia empat tahunan tersebut. Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berjanji memberi bonus Rp 1,5 miliar bagi atlet peraih emas di Asian Games 2018. “Jadi, kalau ditotal, jumlahnya Rp 2,5 miliar dengan bonus dari Kemenpora,” kata Gatot saat di Ciloto Puncak, Cianjur, Jawa Barat, Senin (11/6). Jika Forki mewujudkan target tersebut, tentu menjadi sejarah besar karate Indonesia di ajang multievent. Untuk mempersiapkan itu, Forki akan segera mengirim ke-12 atlet hasil seleksi, ke kejuaraan karate Asia di Yordania, Juli mendatang. Bahkan, khusus delapan atlet yang nanti masuk entry by name, Forki akan memberikan program latihan di Jepang, untuk karateka nomor kata dan training camp di Mesir dan Ukraina untuk karateka nomor kumite. (art)