Pembalap Sepeda asal Pontianak Cetak Sejarah untuk Indonesia di Kolombia

Pembalap Sepeda asal Pontianak Cetak Sejarah untuk Indonesia di Kolombia

Pembalap sepeda asal Pontianak, Kalimantan Barat, Bernard Benyamin Van Aert, berhasil mengukir sejarah, saat meraih medali perak di ajang Omnium Race Nations Cup, mewakili Indonesia, di Kolombia. Saat ditemui, Bernard mengatakan, mencetak sejarah baru untuk Indonesia adalah babak baru yang harus ia pertahankan. Ia masuk peringkat kedua, dengan poin yang berbeda tipis dari juara pertama, yang diraih atlet asal Italia. Bernard meraih 114 poin, di bawah juara pertama, dengan jumlah 116 poin. “Awalnya saya cuma ingin lihat, gimana cara balapan di sana (ajang internasional). Cari pengalaman. Intinya, saya percaya diri, walaupun di awal ada rasa takut, karena pembalapnya ramai. Ada 25 orang, padahal biasanya saya ikut lomba, paling banyak itu 16 sampai 17 orang saja yang balap,” kata Bernard, Kamis, 28 Juli 2022, dikutip dari Hi!Pontianak. Ia mempersiapkan latihan balap yang matang di Yogyakarta selama satu tahun lebih, dengan berbagai macam track yang dilalui. Mulai dari jalan raya, jalan menanjak, hingga track bukit-bukit tinggi. Bernard dibawa oleh club Mula Cycling ke Kolombia mewakili Indonesia. Ada 3 orang perwakilan dari Indonesia, di antaranya atlet dari Pontianak, Jawa Tengah, dan Bandung. Ia berangkat ke Kolombia pada 3 Juli 2022, hanya sempat menyesuaikan diri dari lingkungan dalam waktu empat hari, langsung ikut pertandingan tersebut. Sebelumnya, di hari pertama Bernard mengikuti balap kategori Medison, dengan rekannya asal Jawa Tengah. Ia mendapat peringkat ke 9 dalam kompetisi tersebut. Keesokan harinya, ia mengikuti balap kategori Omnium Race. Persaingan sangat ketat pada race ke 4 atau pada race terakhir. Bernard mengatakan ini adalah pengalaman baru, pada race final ia mencapai 100 lap. “Race pertama itu 35 lap, sekitar 25 kilometer, race kedua juga sama. Race ketiga itu tergantung para peserta, dan race keempat itu sistemnya point. Kemarin sampai 100 lap, kurang lebih sampai 28 menit di 100 lap itu,” ungkapnya. Bernard sempat menduduki posisi pertama pada pertengahan race terakhir, namun dikejar oleh pembalap asal Italia. Saat menonton siaran ulang, Bernard mengakui masih banyak kesalahan yang dilakukan. Dari inilah ia dapat memperbaiki kualitas diri untuk kompetisi berikutnya. “Awalnya takut, kayak baru main sepeda ramai nih. Pertengahan race mulai coba berani maju ke depan, terus sprint terakhir saya percaya diri dan bisa. Target awal saya cari point untuk World Champ, menyelesaikan tiap race. Sempat di posisi nomor 1, itu pertengahan race terakhir,” katanya. Berbagai kesulitan yang ia hadapi, mulai dari Bernard belum mengetahui situasi jam terbang pesepeda antar dunia, dan waktu adaptasi yang kurang. Namun kesulitan tersebut dapat ia lewati hingga mendapat medali perak pada ajang dunia tersebut. “Targetnya saya mau lolos ke World Championship, di Paris. Itu bulan Oktober 2022. Kalau event terdekat ini di Korea, balapan track juga, untuk cari point,” ucap Bernard. Tak hanya ke Kolombia. Sepulang dari sana, Bernard marathon langsung terbang ke Jawa Timur, untuk kembali balap mengikuti Kejuaraan Nasional di Banyuwangi, untuk mewakili daerah Kalimantan Barat. Dalam kejuaraan nasional tersebut, ia kembali mendapatkan medali perak. Walaupun kurang istirahat, dan kurang berlatih untuk perlombaan tersebut, namun Bernard dapat memberikan prestasi yang luar biasa. “Setelah dua hari, langsung ke Banyuwangi, ikut kejuaraan nasional, nomor 2 Juara Nasional. Kemarin buat istirahat aja gak ada, belum ada tidur 2 hari. Saya mewakili Kalbar, itu ada 10 lap, sekitar 30 kilometer,” paparnya Bernard menceritakan, ia meniti karier sebagai seorang atlet balap sepeda sejak 2010. Namun pada 2016 awal ia masuk ke program pelatihan nasional (pelatnas) muda di pusat. Dan kemudian bergabung di Mula Cycling, Yogyakarta. “Selama ini saya tinggal di Yogyakarta, dengan tim Mula Cycling. Jadi atlet dari 2010, masih SMP. Ditarik nasional tahun 2016 awal, jadi Pelatnas muda. Saya kemarin 6 hari latihan aktif, 1 hari istirahat. Latihan itu 6 sampai 7 jam, tergantung program-programnya,” jelasnya. Selama mengikuti marathon perlombaan di bulan Juli 2022 ini, Bernard dibiayai oleh klub dan suporter lainnya. Ia berhadap, dalam hal ini pemerintah, khususnya Provinsi Kalbar, dapat memberikan dukungan, terlebih kepada atlet-atlet muda yang berprestasi. “Semoga dengan prestasi saya ini, mendapatkan juara dunia, harapan saya buat semangat adik-adik kita di Indonesia, terutama di daerah Kalbar. Semoga semakin ada perhatian dari daerah, untuk support adik-adik kita, supaya mereka lebih semangat. Lebih ke perhatiannya juga. Kalau dilihat, kemampuannya mereka sangat bisa bersaing di dunia. Hanya butuh perhatian dan pembinaan dari pemerintah,” tukasnya.

Kejuaraan Nasional Sukses Digelar, Pelatih Timnas BMX Indonesia Akui Banyak Atlet Muda Berpotensial

Kejuaraan Nasional Sukses Digelar, Pelatih Timnas BMX Indonesia Akui Banyak Atlet Muda Berpotensial

Kejuaraan Nasional BMX 2022 sukses digelar di Jakarta International BMX, Pulomas, Jakarta, Sabtu (26/3/2022). Diketahui, Kejuaraan Nasional BMX 2022 tersebut digelar Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI). Sebanyak 103 atlet (putra-putri) dari berbagai provinsi ikut serta pada sejumlah kategori lomba mulai dari Elite , junior, U-23, Challenge 15-16 , serta Challenge 13-14. Lewat Kejurnas BMX 2022, Pelatih Timnas BMX Indonesia Ari Kristanto mengatakan dirinya telah melihat beberapa atlet muda yang potensial. “Tahun ini, Kejurnas ini memang sangat top sekali, banyak potensi bermunculan. Jadi sekarang lebih kompetitif,” katanya saat ditemui seusai Kejurnas. Ari melanjutkan, dari 103 peserta yang bertanding, di kelas challange dirinya melihat atlet dari Jawa Timur begitu potensial. Sementara di kategori junior ada Yogyakarta dan Jawa Tengah, sementara di U-23, ada atlet potensial ia temukan dari DKI Jakarta. Adapun saat ini, atlet pelatnas BMX masih dihuni oleh tujuh atlet yakni: – Muhammad Alfauzan (Men Junior) – Aditya Fajar Putu Soekarno (Men U-23) – Yussi Wakhidur Rizal (Men Elite) – Fasya Ahsana Rifki (Men U-23) – I Gusti Bagus Saputra (Men Elite) – Amellya Nur Sifa (Women U-23) – Jasmine Azzahra Setyobudi (Women Junior) Lantas, melihat bibit baru yang bermunculan, Ari berpesan agar atlet muda yang bersinar di Kejurnas tetap tekun dan semangat berlatih, karena ia mengaku akan selalu melakukan pemantauan. Peluang masuk ke pelatnas terbuka lebar, mengingat saat ini promosi dan degradasi diterapkan di pelatnas BMX Indonesia. “Tetap tekun, tetap semangat karena semuanya kan proses ya. Nanti kalau sudah terlihat seperti ini, akan dipantau untuk masuk timnas,” sambungnya.

Kejurnas BMX 2022 Resmi Dimulai Besok, Pencarian Atlet Level Junior Dimulai

Kejurnas BMX 2022 Resmi Dimulai Besok, Pencarian Atlet Level Junior Dimulai

Tak kurang dari 103 atlet BMX dari berbagai daerah mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) BMX 2022 atau BMX National Championship di Jakarta International BMX, Pulomas, Jakarta, Sabtu (26/3/2022). Jawa Barat menjadi provinsi paling banyak mengirim wakil yakni 34 atlet dalam agenda pertama Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) pada tahun 2022 tersebut. Jawa Tengah mengirim wakil kedua terbanyak dengan 23 atlet, disusul Yogyakarta15 atlet, DKI Jakarta dan Jawa Timur sama-sama mengirim 11 atlet, Sumatera Utara mengirim lima atlet, Nusa Tenggara Barat dua atlet, Bangka Belitung dan Kalimantan Timur masing-masing satu atlet. Mereka bakal berlomba pada sejumlah kategori mulai dari Elite (putra dan putri), U-23 (putra dan putri), Junior (putra dan putri), Challenge 15-16 (putra dan putri), serta Challenge 13-14 (putra dan putri). Pelatih timnas BMX Indonesia, Ari Kristanto mengatakan BMX National Championship menjadi kesempatan atlet di daerah untuk unjuk gigi. Itu karena, menurutnya ajang ini bisa menjadi jalan bagi atlet di daerah untuk masuk skuad pemusatan latihan nasional (pelatnas). “Kami akan memantau penampilan atlet mulai dari kategori elite hingga challenge. Atlet di daerah masih punya peluang untuk bisa bergabung dengan pelatnas bila menunjukkan konsistensi pada Kejurnas. Kami akan memberikan kesempatan. Semakin banyak pilihan atlet tentunya akan semakin kompetitif,” kata Ari di Jakarta, Jumat (25/3/2022). Ari juga mengungkapkan akan melakukan pemantauan untuk atlet junior dan yang turun di kategori challenge. “Ini dilakukan untuk menjaga regenerasi. Jadi kami juga mencari atlet untuk level junior. Kami harus pantau agar regenerasi tidak terputus. Jadi ini adalah kesempatan bagi atlet di daerah,” kata Ari. Saat ini, pelatnas BMX sendiri dihuni tujuh atlet yakni Muhammad Alfauzan (Men Junior), Aditya Fajar Putu Soekarno (Men U-23), Yussi Wakhidur Rizal (Men Elite), Fasya Ahsana Rifki (Men U-23), I Gusti Bagus Saputra (Men Elite), Amellya Nur Sifa (Women U-23), dan Jasmine Azzahra Setyobudi (Women Junior).Mereka semua juga bakal turun di Kejurnas BMX 2022 dengan membela daerah masing-masing. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB ISSI, Parama Nugroho, mengatakan Kejurnas BMX 2022 adalah ajang untuk menjaring bibit atlet baru potensial. “Kejurnas adalah agenda tahunan PB ISSI. Ini adalah salah satu cara untuk mencari bibit baru. Untuk kategori usia 13, 14, 15, dan 16 tahun ini adalah bagian penting menuju Youth Olympic. Tentu untuk mempersiapkannya membutuhkan kompetisi di usia-usia tersebut,” kata Parama. “Tujuannya, agar terus berkesinambungan dan tidak ada gap antar atlet. Artinya regenerasi jangan sampai terputus. Kami terus upayakan kompetisi terus berjalan agar ada bibit pelapis dari atlet senior,” kata Parama Nugroho menambahkan. Menurut Parama, BMX menjadi disiplin paling penting dalam pembinaan olahraga balap sepeda. Banyak atlet pelatnas dari berbagai disiplin lainnya yang memulai karier dari disiplin BMX. UCI mengatur kategori usia BMX Racing dimulai dari lima tahun. “Kejurnas BMX kali ini juga melombakan kategori U-23, di mana atlet yang turun pada kategori tersebut juga bisa turun di kategori Elite. Sehingga ada masa transisi dari Junior ke Elite,” kata Parama.

Keren! Pembalap Sepeda Indonesia Tembus 10 Besar di Kejuaraan Level Dunia

Keren! Pembalap Sepeda Indonesia Tembus 10 Besar di Kejuaraan Level Dunia

Atlet Indonesia meraih pencapaian yang patut dibanggakan di kejuaraan balap sepeda kelas internasional bertajuk Manavgat Side Junior UCI 2.1, Tim AS Monsters menduduki peringkat 10 besar. Pada balapan yang digelar di Turki pada 3-4 Maret 2022, tim AS Monsters digawangi oleh lima orang pembalap yaitu Julian Abimanyu, Muhammad Syelhan Nurrahmad, Davian Josef Lomboan, Syarif Hidayatullah, dan Rajasa Khamadeva. Sport Director ASC Monsters Indonesia, Handika, sangat bersyukur dengan kemenangan yang diraih. Hal ini juga semakin membanggakan karena sebagai klub sepeda yang masih sangat muda, pencapaian inni merupakan awal yang sangat baik. “Tentunya kami sangat bangga dengan prestasi yang berhasil diraih para atlet junior ASC Monsters ini. Selain karena telah turut mengharumkan nama Indonesia di Turki, prestasi ini juga diraih dengan penuh perjuangan, terutama karena para pesertanya sendiri sangat kompetitif dan sudah biasa langganan juara di Eropa,” ujarnya. “Selain itu, ASC Monsters Indonesia juga sebuah klub balap sepeda junior yang terbilang sangat baru di Indonesia, kurang lebih 1 tahun namun sudah mampu bersaing dengan atlet kelas internasional. Jadi ini merupakan pencapaian yang luar biasa,” katanya. Handika menyebut, pencapaian ini melampaui target awal di peringkat 20 besar. Para atletnya akan terus menjalani pemusatan pelatihan demi meningkatkan performa, hingga bisa terus mencetak prestasi di masa depan. “Sebenarnya target di awal hanya masuk 20 besar karena ini event sepeda Eropa pertama untuk ASC Monsters, jadi targetnya melatih mentalitas mereka di level yang lebih tinggi, namun ternyata berhasil menduduki peringkat 7 besar,” ucapnya. “Ke depannya para atlet akan menjalani pemusatan pelatihan untuk terus mengikuti kompetisi balap sepeda di Polandia dan beberapa negara Eropa lainnya. Lalu pada kesempatan ini, kami juga ingin berterima kasih kepada seluruh teman dan kerabat atas dukungannya, dan terutama kepada pembina kami Pak Ahmad Sahroni (Anggota DPR) atas berbagai dukungannya,” ungkapnya. Sahroni menyampaikan rasa kepada para atlet binaannya tersebut. Dia menyebut, dirinya akan terus berkomitmen untuk mendukung para atlet dalam mencetak prestasi, hingga ke level elit dunia. “Saya tentunya sangat bangga dengan pencapaian ini, dan saya juga berkomitmen untuk terus mendukung mereka sampai ke level elit dunia,” ujar Sahroni.

Punya Tekad jadi Juara Nasional, Fajar Gigih Berlatih

Punya Tekad jadi Juara Nasional, Fajar Gigih Berlatih

Satu lagi atlet sepeda muda asal Sulawesi Utara (Sulut). Namanya Ahmad Fajar Ghassani. Atlet muda ini tercatat masih mengenyam pendidikan di bangku kelas 2 SMA. Fajar, sapaan akrabnya, tercatat sebagai atlet sepeda Sulut yang sukses meraih juara di banyak perlombaan sepeda. Mulai dari, juara 3 di Tour de Tomohon 2021 dalam rangka Tomohon Internasional Flower Festival, juara 3 BSG Uphill Challenge yang diselenggarakan oleh BSG dalam rangka HUT ke 60, yang menempuh rute sejauh 60 KM dengan tanjakan yang luar biasa. Yakni, melewati RingRoad II-Koka- Kembes-Tondano dan jalan Rurukan-Kumelembuai. Dia pun menjadi juara pertama di Masoso Race 2021 dengan rute 73 KM yang diselenggarakan oleh Pemkab Minut bersama dengan Lintas Komunitas Sepeda Sulut Peloton Membara dalam rangka HUT Minut ke 18 Tahun. Juara 4 Ride into 2022 Peloton Membara dan sebagai finisher pertama dalam ivent Likupang Dualthlon 2021 juga sebagai finisher di event Tour Gorontalo Manado. Dia juga telah mengikuti lomba di luar daerah yaitu Tour de Banggai 2021 di wilayah Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Banggai yang dilaunching oleh Bupati Banggai di RTH Teluk Lalong dan berhasil sebagai juara 3. Segudang prestasi ini dicapainya dengan latihan dan kerja keras yang tidak mudah. Selain itu dukungan dari keluarga, teman dan coach menjadi bagian dari kesuksesan ini. Ketua ISSI Sulut, Revino Pepah mengapresiasi semangat para anak muda dalam bersepeda. Dia menuturkan, dengan bersepeda akan mengkampanyekan gaya hidup sehat di tengah pandemi Covid-19. “Untuk para anak muda tetaplah berprestasi sambil mengharumkan dan mempromosikan daerah Sulut,” pesannya. Sumber: Manado Post

Sosok Dara Latifah, Pebalap Sepeda Muda Sarat Prestasi

Sosok Dara Latifah, Pebalap Sepeda Muda Sarat Prestasi

Dara Latifah merupakan seorang atlet balap sepeda yang baru saja meraih medali emas di ajang Kejurnas Balap Sepeda ICF Nasional Championship 2021, kelas Women Junior National Championship, di Garut Jawa Barat, pada 23 – 27 Oktober 2021 lalu. Ia mengatakan, prestasi itu merupakan hasil kerja kerasnya selama latihan. Meski masih muda, rupanya gadis yang akrab disapa Dara ini sudah terjun ke cabang olahraga (cabor) sejak masih duduk di bangku SMP. Dara mengisahkan bagaimana ia bisa terjun di cabor ini. “Sejak tahun 2017, tapi fokus nya di 2018. Awal nya main dan gabung sama anak sepeda lainnya itu biasa aja. Tapi pertama kali diajak balapan sepeda tuh rasanya nagih,” katanya, Minggu (31/10/2021), dilansir Tribun Medan. Lanjutnya, setelah memutuskan untuk menyeriusi cabor ini, Dara pun memilih masuk klub sepeda RBC Medan, kemudian pindah ke klub Wikawiki. “Dulu main BMX cross, latihan nya ya di Tuasan Jalan Pancing,” ujarnya. Akunya, untuk aktif di dunia balap sepeda ia termotivasi oleh keluarga dan seniornya saat di klub Wikawiki. Disinggung mengenai apakah ada larangan dari keluarga, Dara mengatakan, ia sempat tidak diizinkan. Keluarganya menilai, mengikuti balap sepeda merupakan cabor yang agak berbahaya bagi perempuan. “Awalnya aja kayak rada takut gitu, karena anak cewe nya suka olahraga gituan. Heheh. Saya hanya bilang ke orang tua, kalau mau sukses harus ngelewatin beberapa rintangan dan ngejalanin proses,” ucapnya. Diakui Dara, Terjun di dunia balap sepeda memiliki dinamika tersendiri. Apa lagi mengingat ia merupakan seorang wanita. “Karena perasaan nya berubah-ubah, kadang seneng banget, kadang juga takut sama lawan dan track yang lumayan ekstrim buat cewek,” ujarnya. Lebih jauh, atlet binaan ISSI Sumut ini menyebutkan, bagi seorang perempuan, terjun di cabor balap sepeda merupakan suatu hal yang biasa. Serupa dengan idola nya di cabor itu, Jolandanef dan mantan atlet nasional, Kusmayati Yazid. Meski seorang perempuan, kedua atlet tersebut bisa berprestasi hingga ajang internasional. “Kalau dari Kusmayati Yazid, aku ambil dari teknik balapan dan cara berpikirnya dia buat maju dan raih prestasi,” katanya. Mahasiswi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan PKO, angkatan 2021 Unimed ini pun berharap, kompetisi dan program pembinaan balap sepeda, mesti ditingkatkan di Sumatera Utara. “Karena banyak sparing partner nya dan lokasi nya emang paling mantep buat kita kuat di Jawa. Di Sumut susah, engga ada sparing partner anak mtb nya. Terus lokasi buat latihan gak pas, karena kalau kita latihan lebih bagus di ketinggian,” ujarnya. Biodata: Nama: Dara Latifah Tempat Tanggal Lahir: Medan,18 April 2003 Asal: Medan, Sumatera Utara Cabor: Balap Sepeda Prestasi: 1. Juara 3 event MTB XCO di Langsa tahun 2018 2. Juara 1 event enduro di Padang tahun 2019 3. Juara 1 event enduro di Batam tahun 2019 4. Juara 2 event BMX internasional Banyuwangi tahun 2019 5. Juara 1 event enduro di Malaysia tahun 2019 6. Juara 1 event MTB XCO di Kaldera Bikepark danau Toba tahun 2021 7. Juara 1 Enduro di ICF national champhionship tahun 2021

Atlet Muda Indonesia Ukir Sejarah Lolos ke Final Piala Dunia BMX 2021

Atlet Muda Indonesia Ukir Sejarah Lolos ke Final Piala Dunia BMX 2021

Atlet Indonesia kembali mengharumkan nama negara di luar negeri. Kali ini, giliran Amellya Nur Sifa yang mencatatkan sejarah dengan menembus final Piala Dunia BMX 2021 atau UCI BMX Supercross World Cup yang bergulir di Sakarya, Turki, Minggu 31 Oktober 2021. Sekadar informasi, Indonesia seharusnya mengirimkan empat wakil untuk Piala Dunia BMX 2021. Selain Sifa, ada Jasmine Az-Zahra, Aditya Fajar Putu Soekarno, dan Muhammad Alfauzan. Namun, Fauzan mengalami cedera di Belanda sehingga hanya tiga wakil Indonesia yang beralga di Piala Dunia BMX 2021. Di antara mereka, Sifa mampu mengukir prestasi yang luar biasa. Sifa yang turun di ketegori U-23, finis kelima pada awal lomba dengan catatan waktu 41,292 detik. Akan tetapi, dia mampu bangkit pada ronde kedelapan sehingga langsung lolos ke semifiinal setelah finis kedua dengan catatan waktu 41,358 detik pada kesempatan terakhir. Laju impresif Sifa berlanjut di semifinal. Tampil di heat dua, Sifa menunjukkan kemampuan terbaiknya sehingga bisa finis ketiga dengan catatan waktu 40,425 detik. Sifa pun lolos ke final untuk bersaing dengan tujuh atlet lainnnya dari berbagai negara. Di final, Sifa sayangnya hanya finis keenam usai mencatatkan waktu 40,648 detik. Sementara itu, gelar juara pun jatuh ke wakil Prancis, Lea Bridjonc, yang finis pertama dengan catatan waktu 38,676 detik. Sifa mungkin gagal menjuarai Piala Dunia BMX 2021. Akan tetapi, aksinya sungguh luar biasa. Bagaimana tidak, dia adalah atlet Indonesia pertama yang menembus final Piala Dunia BMX. View this post on Instagram A post shared by AMELLYA NUR SIFA (@amellyanur_sifa) Meski seharusnya masuk dalam kategori junior, Sifa mampu bersaing di U-23. Hal itu membuktikan kehebatan Sifa dalam mengendarai sepeda BMX. Prestasi Sifa pun dipuji oleh Kepala BIdang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI). “Sejarah untuk BMX Indonesia dari Amellya Nur Sifa setelah hanya mencapai semifinal di World Cup round 5, 6, dan 7, akhirnya di World Cup round 8 bisa masuk final dan makin meningkat skill-nya,” kata Budi, dikutip dari Antara, Senin (1/11/2021). Budi pun menyatakan PB ISSI akan terus melatih atlet BMX Indonesia sebaik mungkin. Alhasil, mereka bisa berprestasi di level dunia untuk mengharumkan nama Indonesia. “Mereka terus kami siapkan dan matangkan performance dan jam terbang berlomba di level dunia. Terima kasih, kepada Bapak Ketua Umum PB ISSI atas support dan dukungannya,” tutur Budi.

Kejurnas Balap Sepeda 2021 Lahirkan Atlet Muda Berbakat

Kejurnas Balap Sepeda 2021 Lahirkan Atlet Muda Berbakat

Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) menyebut sejumlah bibit atlet muda potensial lahir dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Balap Sepeda 2021 di Garut dan Ciamis, Jawa Barat, 23-31 Oktober. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PB ISSI, Budi Saputra mengatakan, sejak hari pertama lomba atlet muda dari berbagai daerah telah menunjukkan talenta yang luar biasa dalam persaingan menjadi juara. “Animo Pengurus Provinsi (Pengprov) pada Kejurnas Balap Sepeda 2021 sangat tinggi dan yang terpenting adalah potensi-potensi atlet muda bermunculan,” kata Budi kepada ANTARA, Selasa. Selain prestasi atlet yang berasal dari Pulau Jawa, sambung Budi, yang membuat PB ISSI senang adalah keberhasilan tim Kalimantan Selatan menjuarai nomor Cross Country Team Relay (XCR). Dalam lomba tersebut, Rizaldi Ashshadiqqi Ridha, Ramadhana, Nanda Nur Apriliyani, dan Yunia Angelly Syahdat meraih medali emas seusai membukukan catatan waktu 16 menit 10,875 detik. Kalimantan Selatan mengalahkan tim Jawa Timur dan Jawa Barat yang masing-masing meraih perak dan perunggu. “Potensi atlet daerah keluar semua setelah hampir dua tahun tak ada lomba. Terlebih lagi di PON Papua juga tak ikut serta. Semuanya terobati dengan Kejurnas ini,” ujar Budi menambahkan. “Banyak sekali potensi atlet muda, terutama sektor putri bermunculan. Mereka masuk di bank data kami dan akan kami tindak lanjuti untuk proyeksi tiga sampai lima tahun ke depan,” Budi menuturkan. PB ISSI juga bakal menjalankan program pembinaan berkelanjutan alias jangka panjang untuk disiplin balap sepeda. “Kami punya Pelatnas jangka panjang yang sekarang sudah berjalan seperti BMX junior yang sedang lomba di World Cup di Turki,” pungkas Budi.

Tim BMX Junior Indonesia Mampu Menembus Semifinal Kejuaraan Dunia

Timnas BMX junior buat sejarah dengan tembus semifinal Kejuaraan Dunia

Dua dari empat atlet tim nasional BMX junior Indonesia mencetak sejarah dengan menembus babak semifinal dalam 2021 BMX World Championships, Belanda pada 21-22 Agustus lalu. Kedua atlet tersebut adalah Jasmine Azzahra dan Amelia Nur Sifa. Namun, baik Jasmine Azzahra maupun Amelia Nur Sifa belum mampu bersaing di babak final setelah keduanya gagal menempati posisi pertama saat semifinal. Dalam laga semifinal yang berlangsung Minggu (22/8), Jasmine menempati posisi keenam dari delapan peserta yang tergabung dalam Heat 1. Lalu, Amelia finis di urutan kedelapan Heat 2, demikian catatan resmi Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI). Hasil tersebut menjadi catatan sejarah bagi Indonesia sebagai satu-satunya negara Asia yang meloloskan atlet junior putri ke semifinal Kejuaraan Dunia. Sementara itu, dua atlet putra timnas BMX junior, yakni Aditya Putu dan Alfauzan kandas sejak babak penyisihan. Adapun gelar juara kelas men dan women junior masing-masing direbut oleh pebalap Prancis Louison Rousseau dan Mariane Beltrado. Di kelas elite, podium utama Kejuaraan Dunia di Papendal diraih oleh pebalap Inggris Raya Bethany Shriever dan pebalap tuan rumah Niek Kimmann yang sebelumnya memenangi medali emas di Olimpiade Tokyo. Selain berlatih di Belanda, para atlet Indonesia juga diagendakan mengikuti berbagai kejuaraan BMX di Eropa, mulai dari kejuaraan level C1 Series, European Series, hingga World Cup dan World Championships. Usai Kejuaraan Dunia, timnas BMX junior tidak akan langsung pulang ke Tanah Air. Mereka akan bermukim selama tiga tahun di Belanda untuk melanjutkan program pelatihan (staycamp) demi mengumpulkan poin supaya lolos kualifikasi Olimpiade 2024 Paris. Belanda dipilih sebagai tempat pelatihan karena merupakan salah satu negara terbaik di dunia untuk balap sepeda. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Negeri Kincir Angin itu meraih medali perunggu di kategori BMX putri dan medali emas BMX putra hanya dengan berlatih di sirkuit supercross mereka di Papendal.

Amelia Nur Sifa Ikuti UCI Championship, Sudah Jalani Training di Belanda

Amelia Nur Sifa Ikuti UCI Championship, Sudah Jalani Training di Belanda

Pembalap sepeda BMX putri Jateng, Amelia Nur Sifa optimistis tampil di UCI 2021 BMX World Championship di Sirkuit BMX Arnhem Papendallaan, Amsterdam, Belanda, Minggu (22/8). Sifa akan turun di kelas Women’s Junior U-18. Sifa bersama tiga atlet Indonesia lainnya yakni Jasmine Azzahra Setyobudi, Soekarno Aditya Fajar Putu, dan Muhammad Alfauzan. Pembalap asal Temanggung itu saat ini berada di peringkat 18 dunia kategori yunior. Wakil Ketua II Pengprov Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Jateng Suma Novendi mengatakan, Sifa menjalani program stay training camp UCI di Belanda sejak 10 Agustus lalu. “Sebuah kebanggan bagi Jateng, atlet BMX mewakili Indonesia turun di kejuaraan dunia,” tutur Suma saat dihubungi, Jumat (20/8). “Bagi Jateng, ini sebuah kesempatan emas. Sifa bisa semakin matang baik teknik maupun mental. Dia bisa belajar banyak di Belanda nanti. Lawan mereka pembalap yunior kelas dunia. Jadi ini kesempatan bagus untuk mendapatkan pengalaman. Jangan bicara target dulu, terpenting mampu tampil semaksimal mungkin,” tutur pengusaha asal Cepu, Blora itu. Tampilnya Sifa, kata dia, menjadi motivasi bagi atlet BMX lain di Jateng. Dengan latihan rutin dan kerja keras, prestasi akan bisa teraih. Suma menilai, Sifa punya potensi yang besar ke depannya. Harapan jauh yakni bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Karena itu, pihaknya akan mendorong dan menjaga Sifa semaksimal mungkin. “Belanda merupakan tempat latihan rider BMX kelas dunia dengan fasilitas latihan kelas internasional. Negara itu punya atlet putri Merel Smulders peraih perunggu olimpiade dan Niek Kimmann peraih emas. Sifa juga menjadi harapan kami di berbagai ajang. Semoga saja PON XXI 2024 nanti, balap sepeda diperlombakan,” ujar Suma. Sumber: Suara Merdeka

Empat Atlet Junior Indonesia Latihan di Belanda, Bidik Olimpiade Paris

Empat Atlet Junior Indonesia Latihan di Belanda, Bidik Olimpiade Paris

Sebanyak empat atlet sepeda BMX junior Indonesia akan mengikuti BMX World Championship U-18 di Papendal, Belanda 17-22 Agustus 2021. Kemudian, setelah tampil di BMX World Championships U-18, empat atlet junior tersebut akan melanjutkan program pelatihan (staycamp) selama tiga tahun di Belanda demi mengumpulkan poin dan mempersiapkan Olimpiade Paris 2024. Empat atlet Indonesia tersebut adalah Aditya, Alfauzan, Jasmine Azzahra, dan Amellya Nur Sifa. Rencananya, para atlet junior ini akan berangkat ke Belanda pada Senin (16/8/2021) pagi dengan didampingi dua pelatih, Toni Syarifudin dan Ari Kristanto. “Target mereka di BMX World Championship U-18 adalah untuk memperbaiki peringkat dunia secara individu dan negara,” ujar Sekjen PB ISSI, Parama Nugroho. “Setelah hampir 1,5 tahun tidak mengikuti kompetisi, peringkat para atlet pun ikut terdampak. Selain itu, juga untuk menambah jam terbang perlombaan para atlet junior yang untuk pertama kali menjajal Sirkuit BMX Supercross di Belanda,” tuturnya. Melalui program ini, diharapkan para atlet mampu meningkatkan performa dan skill mereka dalam bersepeda BMX. Keempat atlet juga akan mendapatkan pengalaman latihan yang berbeda dan didukung oleh beragam fasilitas olahraga standar internasional. Kompetisi yang diagendakan untuk diikuti keempat atlet tersebut adalah World Cup, European Series, dan C1 Series. “Selama di Belanda para atlet juga diharapkan bisa menaikkan performasnce dan skill mereka dengan sistem kepelatihan modern di sana,” kata Parama menambahkan. “Sebab, target utama dari staycamp itu adalah supaya atlet BMX junior Indonesia bisa lolos ke Olimpiade Paris 2024,” tuturnya. Sebagai informasi, saat ini Belanda menjadi negara terbaik di dunia untuk balap sepeda. Di Olimpiade Tokyo 2020 lalu, misalnya, Belanda berhasil meraih medali perunggu BMX putri dan medali emas BMX putra. Jelang keberangkatan, para atlet dan pelatih terlebih dahulu diterima Ketua Harian PB ISSI, Wahyu Hadiningrat. “Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh atlet atas semangat dan dedikasinya dalam mengikuti setiap program pelatihan,” ujar Wahyu. “Saya menitipkan pesan supaya atlet selalu semangat dalam menjalankan seluruh proses latihan sehingga dapat memberikan performa terbaiknya di setiap kompetisi yang diikuti. Di situasi pandemi Covid-19, para atlet juga harus selalu menjaga kesehatan dan selalu waspada akan penyebaran virus Covid-19 di mana pun berada,” ia memungkasi. Sumber: Skor.ID

Tembus 8 Besar Dunia, Pebalap Putri 20 Tahun Lolos Kualifikasi Kejuaraan Dunia Polandia

Pebalap putri Indonesia, Crismonita Dwi Putri, akan tampil di kualifikasi kejuaraan dunia trek di Warsawa, Polandia, pada 27 Februari - 3 Maret 2019. Dara berusia 20 tahun akan turun di satu nomor saja, yaitu 500 meter time trial. (kompas.com)

Jakarta- Pebalap putri Indonesia Crismonita Dwi Putri, akan tampil di kualifikasi kejuaraan dunia setelah sebelumnya mampu menembus posisi delapan besar pada kejuaraan dunia trek di Hongkong, akhir Januari lalu. Kualifikasi kejuaraan dunia trek akan digelar di Warsawa, Polandia, 27 Februari – 3 Maret 2019. Pebalap berusia 20 tahun pada kejuaraan trek di Warsawa ini akan turun di satu nomor saja, yakni 500 meter time trial. “Crismon (sapaannya) berkesempatan tampil pada kualifikasi kejuaraan dunia. Hasil di Hongkong itu amat berpengaruh akan keberangkatannya ke Polandia,” kata Budi Saputra, manajer Crismon. Saat di Hongkong, dara kelahiran Lamongan (Jawa Timur), 23 April 1998 itu turun di nomor tim sprint, bersama Wiji Lestari. Dan nomor sprint-lah yang menempatkannya di posisi delapan dunia. Pada nomor sprint 200 meter, ia mengawali balapan dengan mengalahkan wakil Italia, Miriam Vece, pada babak 1/16 besar dengan waktu 11.487 detik. Hasil positif itu berlanjut di babak perdelapan besar. Crismon mampu mengalahkan wakil Jerman, Lea Sophie Friedrich, dengan catatan waktu 11.339 detik. Memasuki babak perempat final, pertarungan semakin ketat karena delapan pebalap terbaik bersaing. Pada babak ini Crismon berhadapan dengan wakil Lithuania, Simona Krupeckaite. Tiga kali perlombaan harus digelar karena kedua pebalap memiliki skor yang sama 1-1. Namun, di balapan penentuan Crismon harus menyerah dari sang lawan. “Kami harapkan progres Crismon terus meningkat. Saat ini, tim pelatih terus memberikan program menghadapi kejuaraan dunia,” katanya menambahkan. Di Polandia, atlet cantik ini bakal bertandem dengan pebalap putra kelahiran 14 Maret 1999, Terry Yudha Kusuma. Atlet Boyolali (Jawa Tengah) ini turun pada kualifikasi nomor 1.000 meter time trial. “Ini kesempatan bagi Terry, menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dia masih muda dan berpotensi,” kata pria asal Purwokerto Jawa Tengah itu. Guna menghadapi kejuaraan dunia trek di Polandia, baik Crismon maupun Terry Yudha terus ditempa di arena Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur. Mempunyai velodrome kelas dunia jelas menjadi keuntungan sendiri bagi pebalap Indonesia. (Adt)

Balapan di Kejuaraan Dunia Trek, Momen Atlet 20 Tahun Crismonita Raup Poin Demi Lolos Olimpiade 2020

Pebalap sepeda putri Indonesia berusia 20 tahun, Crismonita Dwi Putri, lolos ke kejuaraan dunia trek yang berlangsung di Hong Kong, 25-27 Januari. Event ini menjadi ajang menambah poin agar lolos Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. (instagram)

Banyuwangi- Performa gemilang di Kejuaraan Asian Track Championship (ATC) 2019, di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, pada 9-13 Januari, membuat pebalap putri Indonesia, Crismonita Dwi Putri, berhak tampil di Kejuaraan Dunia Track, di Hong Kong, pada 25-27 Januari 2019. Partisipasi Crismon, sapaannya, di kejuaraan dunia ini, karena akumulasi poin yang diraih mantan atlet disiplin mountain bike (MTB) dan road race ini selama mengikuti kejuaraan-kejuaraan balap sepeda resmi, seperti di India, Thailand, dan Malaysia, sudah mencapai 562 poin untuk nomor Sprint, dan 330 untuk nomor Keirin. Dan, di Hongkong, Crismon akan bertanding di 3 nomor yaitu Keirin, Sprint dan Team Sprint. Ia tak sendiri berjuang di kejuaraan dunia itu, karena Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI), juga memberangkatkan tandemnya saat turun di nomor team sprint ATC 2019 yaitu Wiji Lestari. PB ISSI juga berharap event ini bisa menambah poin sebanyak-banyaknya sebagai modal lolos menuju Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. Dara kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 23 April 1998 itu, jadi satu-satunya pebalap trek Indonesia yang berpeluang tampil di pesta multievent sejagat di Negeri Sakura. Dadang Haries Purnomo, Pelatih Timnas Balap Sepeda Indonesia, mengatakan kejuaraan dunia ini memiliki poin tinggi. Untuk itu, ia meminta Crismon meraih hasil terbaik. Sekaligus menambah jumlah poin bagi dirinya agar bisa lolos dan berlaga di Olimpiade 2020. “Crismon jadi satu-satunya pebalap putri Indonesia yang punya peluang terbesar lolos Olimpiade. Sehingga dia harus tampil maksimal, dan meraih hasil terbaik,” ujar Dadang berharap kepada pemilik dua medali perak dan satu perunggu PON 2016 itu, Jumat (25/1). (Adt)

Indonesia Koleksi 13 Medali di ATC 2019, PB ISSI Tambah Skuat Atlet

Dalam Asian Track Championship (ATC) 2019 yang diikuti 16 negara, di Jakarta International Velodrom (JIV), Jakarta Timur, Merah Putih finis pada urutan ke-11 di kategori able alias normal. Sementara dari kategori paracycling atau balap sepeda disabilitas, Indonesia finis di urutan tiga dari enam negara yang berpartisipasi. (Pras/NYSN)

Jakarta- Ajang Asian Track Championship (ATC) 2019 di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur, usai digelar pada Minggu (13/1). Event yang berlangsung sejak 8-13 Januari, Indonesia berhasil meraih total 13 medali dalam kejuaraan eliet Asia tersebut. “Kami tak puas karena persiapan minim. Setelah AG (Asian Games) kami hanya persiapan 2,5 bulan. Tapi hasil ini ada progresnya yang sudah bagus, bukan dari perolehan medali, tapi dari waktu,” kata manajer tim balap sepeda Indonesia, Budi Saputra, di Jakarta Internasional Velodrome (JIV), Jakarta Timur, Minggu (13/1). Dari total 16 negara yang mengikuti kejuaraan bergengsi ini, Merah Putih finis pada urutan ke-11 di kategori able alias normal. Sementara dari kategori paracycling atau balap sepeda disabilitas, Indonesia finis di urutan tiga dari enam negara yang berpartisipasi. Empat medali diraih atlet able, sementara sisanya atlet disable. “Dari waktu yang dicatat mereka semuanya memecahkan rekor AG dan Asian Para Games (APG),” sambungnya. Selepas kejuaraan ini, Budi, menjelaskan seluruh atletnya kembali menjalani latihan setelah diberi libur selama sepekan. Persatuan Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) pun juga akan melakukan evaluasi. Chrismonita yang digadang-gadang menyumbang medali emas di nomor sprint putri belum mampu mewujudkannya. Dia mempersembahkan medali perunggu di nomor individual time trial 500 meter putri. Di kelompok junior, Angga Dwi Prahesta mencuri perhatian setelah mempersembahkan medali emas di nomor balapan scratch. Pebalap berusia 17 tahun itu juga menyumbang medali perak dan perunggu masing-masing di nomor poin race dan omnium. “Ini jadi program berkesinambungan, jangan sampai putus. Mungkin anak-anak akan mendapat libur 1 minggu, lalu langsung masuk Pelatnas lagi,” tuturnya. Evaluasi lainnya adalah akan ada penambahan atlet balap sepeda yang masuk ke dalam skuat pelatnas. “Yang pasti ada tambahan atlet. Soal pengurangan akan diskusikan dengan pelatih. Kami akan evaluasi, tapi penambahan pasti ada,” jelas Budi. Hal itu dilakukan karena PB ISSI mempunyai keinginan agar ada pebalap sepeda Indonesia bisa bermain di kejuaraan dunia balap sepeda dan Olimpiade 2020 di Tokyo. Tak hanya itu, untuk pemusatan latihan nasional di Jakarta International Velodrome nanti, juga diikuti paracycling Indonesia. Budi mengatakan, akan langsung melanjutkan program untuk atletnya, sebab waktunya tinggal 1,5 tahun. “Paracycling juga ikut karena tim paracycling adalah bagian dari federasi, mereka akan latihan disini, tak ada perbedaan,” pungkasnya. (Adt) Atlet Balap Sepeda Indonesia yang Meraih Medali Elite: Chrismonita Dwi Putri: 500 individual time trial (perunggu) Junior: Angga Dwi Wahyu Prahesta: scratch (emas), poin race (perunggu), omnium (perak) Paracyling: M. Fadli Immammuddin: 4.000 meter individual pursuit (emas), team sprint 750 meter (perak) Sufyan Saori: 4.000 meter individual pursuit (perunggu), 1.000 time trial (perak) Sri Sugiyanti: 3.000 meter individual pursuit putri (perak), women sprint (perunggu), 1.000 meter time trial (perak) Triagus Arif Rachman: 3.000 meter individual pursuit putra (perunggu) Marthin Losu: 1 km time trial C4 dan C5 (perak)

Cetak Medali Perak di Hari Terakhir, Pebalap Sepeda 17 Tahun Selamatkan Wajah Indonesia

Pebalap sepeda kelahiran Lumajang, 15 Agustus 2001, Angga Dwi Wahyu Prahesta, meraih perak dari nomor omnium junior putra, di hari terakhir Asian Track Championships (ATC) 2019, pada Minggu (13/1). Perak dari nomor omnium, jadi medali ketiga bagi atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur ini. (Tribunnews.com)

Jakarta– Pebalap sepeda junior putra Indonesia, Angga Dwi Wahyu Prahesta, kembali meraih medali saat turun di hari terakhir ajang Asian Track Championships (ATC) 2019, pada Minggu (13/1). Teraktual, Hesta, sapaaanya, berhasil meraih perak dari nomor omnium junior putra. Remaja kelahiran Lumajang, 15 Agustus 2001 ini meraih medali perak nomor omnium, usai mencatatkan 129 poin dari empat nomor balapan, yakni scratch, tempo, elemination, dan point race. Omnium merupakan nomor balapan track, yang menggabungkan empat balapan sekaligus. Dari nomor scratch, ia mengumpulkan 32 poin, tempo 38 poin, elemination 30 poin, serta point race 29 poin. Menurutnya, point race adalah balapan paling krusial hingga dirinya berhasil menggondol medali perak. Medali emas di nomor omnium diraih atlet Kazakhstan, Danill Pekhotin dengan jumlah 133 poin. “Pertandingan tadi sangat berat. Karena ada empat lomba (balapan sekaligus). Race terakhir yang tadi (point race) adalah balapan paling krusial,” ungkapnya di paddock Tim Indonesia, di Jakarta Internasional Velodrome (VIJ), Minggu (13/1). Perak dari nomor omnium, jadi medali ketiga, bagi atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur, khusus balap sepeda, yang berlokasi di Malang ini, di ATC 2019. Sebelumnya, pebalap sepeda berusia 17 tahun itu meraih satu medali emas, dari nomor scratch dan satu perunggu dari nomor point race. Hesta pun mengaku sangat puas dengan raihan total tiga medali di ATC 2019. Selain menandai debut gemilangnya dengan prestasi, emas yang diraih Hesta menghantarkannya mencetak sejarah. Ia menjadi pebalap junior Indonesia pertama yang berhasil meraih medali emas di ajang balap sepeda track tingkat Asia. Selain itu, medali emas miliknya juga menyelamatkan wajah Indonesia di kategori able ATC 2019. Selain Hesta, para pebalap elit Tanah Air gagal mempersembahkan medali emas. Hanya pebalap putri, Crismonita Dwi Putri, yang berhasil menyumbangkan medali perunggu di nomor 500 individual time trial. Sejatinya, Hesta bukanlah pebalap yang menekuni disiplin track. Ia justru turun di nomor downhill dan road race. Namun, hasil tiga medali tersebut, ia menuturkan tak menutup kemungkinan akan mulai berkonsentrasi di nomor track. “Di semua nomor saya bisa. Dengan hasil ini, saya akan fokus menekuni nomor track ini. Saya kurangnya pengalaman, kalau fisik ya semuanya sama. Mudah-mudahan kedepan di beri trainnig camp lagi, di Eropa atau di mana saja,” tutupnya. (Adt)

Indonesia Cetak Sejarah, Atlet 17 Tahun PPLP Jatim Sabet Emas Junior Asia 2019

Atlet balap sepeda junior putra Indonesia yang masih berusia 17 tahun, Angga Dwi Wahyu Prahesta, meraih medali emas pada nomor scratch junior putra, dalam Kejuaraan Asian Track Championship 2019, di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta, Kamis (10/1). (suara.com)

Jakarta- Atlet balap sepeda junior Indonesia, Angga Dwi Wahyu Prahesta, mencetak sejarah perlombaan disiplin track dengan menyabet medali emas, dalam Kejuaraan Asian Track Championship 2019, yang berlangsung di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta, Kamis (10/1). Hesta, sapaannya, meraih medali emas pada nomor scratch junior putra. Atlet binaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Timur, khusus balap sepeda yang berlokasi di Malang ini, menungguli atlet India, Venkappas Kengalagutti pada posisi kedua dan atlet Taiwan, Chih Sheng Chang yang menempati posisi ketiga. “Persiapan saya hanya dua pekan sejak pertengahan Desember 2018. Saya bangga sekali bisa dapet medali emas karena perlombaan sangat ketat,” ujar alumni SMPN 3 Lumajang ini. Ia mengaku dua lap terakhir menjadi momentum untuk menyabet medali emas karena atlet-atlet lain Asia sudah kesulitan untuk melewatinya. “Target awal saya adalah medali perunggu karena ini perlombaan pertama di level Asia bagi saya,” terang remaja kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 15 Agustus 2001 itu. Ia mengaku telah berlatih di India, selama tiga pekan pada Desember 2018, sebelum kembali ke Indonesia pada awal Januari ini. “Saya turun pada nomor point race, omnium, dan scartch pada perlombaan Asia ini,” kata pelajar, yang yang memulai karir dari nomor disiplin sepeda gunung dan road race itu. Pelatih balap sepeda nasional, Dadang Haris Purnomo, mengaku terkejut dengan hasil ini Semula, ia tak mengunggulkan Hesta menyabet medali emas, karena perlombaan Asia di Velodrome menjadi ajang penambah pengalaman bagi atlet-atlet junior. “Saya sempat tak percaya karena hasil yang diraihnya. Itu adalah pembuktian pembinaan PB ISSI yang berhasil mencari atlet-atlet penerus,” kata Dadang. (Adt)

Catat Waktu Dibawah 5 Menit, M Fadli Kunci Emas dan Pertajam Rekor Asia

Pebalap para-sepeda Indonesia, M. Fadli Imammudin, meraih emas sekaligus mempertajam rekor Asia, usai berlaga di final nomor individual pursuit putra C4-C5, dalam ajang para-sepeda di Asian Track Championship 2019, di Jakarta International Velodrome, Jakarta, Kamis (10/1). (kompas.com)

Jakarta- Pebalap para-sepeda track Indonesia, M. Fadli Imamuddin memakai “senjata” baru yang membantunya merebut medali emas nomor 4.000 m individual pursuit putra C4-C5 sekaligus memecahkan rekor pribadi di kejuaraan para-sepeda Asian Track Championship 2019, di Jakarta, Kamis. “Saya mempunyai senjata baru yaitu Look R96, yang kastanya jauh dari sepeda terakhir yang saya pakai,” ungkap Fadli, usai menerima medali emas di Jakarta International Velodrome, Kamis. Sepeda buatan Prancis itu memiliki rangka yang terbuat dari serat karbon dan didukung dengan teknologi paling terkini dalam balap sepeda track. Dengan sepeda itu, Fadli sanggup memperbaiki catatan waktunya dari kisaran waktu 5 menit 3 detik, yang dia ciptakan di Asian Para Games 2018 ke angka 4 menit 58,185 detik pada babak kualifikasi di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur. Dengan waktu ini, pria kelahiran Bogor Bogor 25 Juli 1985 juga memecahkan rekor waktu terbaiknya, di tingkat Asia nomor 4.000 m individu pursuit putra C4-C5 cabang para-sepeda. “Saya mendapat perbaikan (waktu) saat pemusatan latihan dua bulan terakhir ini. Ini lanjutan dari Asian Para Games, jadi memang tidak ada jeda,” ujarnya. “Lima detik dalam waktu dua bulan saya cukup senang dengan hasil ini,” kata dia. Fadli menjadi yang tercepat di babak final perebutan medali emas dengan catatan waktu resmi 4 menit 59,601 detik dan setelah difaktorkan, menjadi 4 menit 56,965 detik menyingkirkan pebalap sepeda Iran, Mahdi Mohammadi di peringkat dua (5:23.920). Selain menggunakan sepeda baru, mantan pembalap motor ini menjalani latihan bersama dua pelatih sekaligus, yaitu pelatih dari PB ISSI dan pelatih dari NPC Para-Sepeda. “Alhamdulillah pada kejuaraan ini saya mendapatkan perbaikan dibandingkan hasil Asian Para Games, karena dua pelatih berkolaborasi,” kata Fadli. Sementara itu, pebalap para-sepeda Indonesia lainnya, Sufyan Saori meraih perunggu (5:13.951) mengalahkan pebalap Malaysia, Zuhairi Ahmad Tarmizi (5:23.920) di final perebutan tempat ketiga. (Adt)

Asian Track Championship 2019 Dihelat, Ratusan Pebalap Buru Poin Olimpiade 2020 di Velodrome Rawamangun

Hajatan Asian Track Championship (ATC) 2019 yang akan diikuti 300 pebalap dari 16 negara, siap dihelat di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur, pada 8-13 Januari. Mereka berburu poin poin untuk kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. (Pras/NYSN)

Jakarta- Hajatan Asian Track Championship (ATC) 2019 siap dihelat di Jakarta International Velodrome (JIV), Rawamangun, Jakarta Timur, pada 8-13 Januari. Indonesia kembali menjadi tuan rumah setelah 10 tahun yang lalu, Kejuaraan Balap Sepeda Track level Asia ini, digelar di Velodrome Tarakan, Kalimantan Timur, pada 2008. Event ke-39 ini akan diikuti 16 negara, dengan estimasi jumlah peserta sebanyak 300 pebalap. Ajang Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) sekaligus menjadi rangkaian Para Asian Track Championship ke-8, dan Junior Track Championship ke-26. Tujuannya menjadi ajang pengumpulan poin untuk kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang, yang akan dimulai dari awal 2019 hingga awal 2020, atau sebelum batas akhir penutupan poin kualifikasi Olimpiade oleh UCI (Union Cycliste Internationale). Parama Nugroho, Ketua Penyelenggara ATC 2019, mengaku persiapan hampir mencapai 100 persen. Khusus penyelenggaraan ATC 2019 ini, pihaknya kaget dengan jumlah peserta yang melebihi target. “Kami hanya melihat dari entry by name yang kami terima yaitu 255 pebalap, dan ternyata yang hadir 297 pebalap,” ujar Parama, pada Senin (7/1). Dengan jumlah peserta yang melebihi target itu, membuat pihaknya harus menyiapkan akomodasi lain. “Pastinya bagi kami, ini menjadi tantangan yang sangat menyenangkan,” lanjutnya. Sedangkan, Terry Yudha Kusuma, pebalap Indonesia, mengungkapkan telah melakukan persiapan selama kurang lebih tiga bulan guna menghadapi event ini. “Saya sangat antusias, apalagi untuk menambah poin Olimpiade 2020. Di event ini saya fokus team sprint dan 1000 meter. Karena spesialisasi saya 1000 meter. Tapi, di nomor keirin, saya juga turun,” terang alumni SMA Negeri Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Ia pun berharap sanggupu memecahkan rekor nasional. “Saya memecahkan rekor nasional dengan catatan waktu 1 menit, 3 detik pada waktu Asia Championship di Malaysia, tahun lalu. Kalau bisa, disini (ATC 2019), lebih tajam catatan waktunya, inginnya 1 menit, 1 detik. Semoga bisa terwujud,” cetus pemuda kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 14 Maret 1999. Disisi lain, Wahyu A. Harun, Direktur Operasi PT Jakarta Propertindo (Jakpro), menyebut pihaknya bangga bisa menjamu dan turut berpartisipasi aktif dalam perhelatan ATC 2019. “Gelaran sport sepeda internasional ini penting sebagai bagian dari pengumpulan poin atlet menuju Olimpiade 2020 Tokyo,” tutur Wahyu. Dia menjelaskan JIV memiliki sertifikasi standar internasional yang ditetapkan UCI. “Venue ini terbaik untuk perhelatan sepeda internasional seperti ATC 2019, JIV kini menjadi salah satu ikon dunia sepeda internasional,” tukas Wahyu. (Adt)

Elga Diminta Turun di ATC 2019, Pelatih Rekomendasikan Diganti Atlet 18 Tahun

Pebalap kelahiran Blitar, 20 Juni 2000, Wiji Lestari, mendapat rekomendasi dari sang pelatih, untuk menggantikan Ratu sepeda BMX putri Indonesia, Elga Kharisma Novanda yang masih menjalani pemulihan cedera pinggang, tampil dalam ajang Asian Track Championship (ATC) 2019. (mainsepeda.com)

Jakarta- Ratu sepeda BMX putri Indonesia, Elga Kharisma Novanda, masih menjalani pemulihan cedera pinggang yang menderanya sejak awal tahun. Namun, atlet 26 tahun ini sudah diminta turun dalam event Asian Track Championship (ATC) 2019, di Jakarta International Velodrome, Rawamangun, pada 8-13 Januari. Pebalap kelahiran Malang, 14 November 1993 ini, diminta turun di nomor tim sprint putri bersama, Crismonita Dwi Putri. Keduanya memang menorehkan catatan waktu yang cukup baik di kejuaraan Track Asia Cup, September lalu. Dengan catatan waktu 34,862 detik, mereka diharapkan bisa mengulangi pencapaian tersebut. Ketua PB ISSI, Raja Sapta Oktohari mengaku, meski masih proses penyembuhan, ia yakin Elga bisa tampil prima di ATC 2019. “Saya tahu perkembangannya. Dipastikan nanti akan turun di Asian Track Championships 2019,” katanya. Namun, pendapat berbeda justru diutarakan oleh pelatih Elga, Nur Rochman. Rochman merasa, Elga harus diberi waktu untuk istirahat. Berdasarkan saran dokter, pemulihan pasca operasi setidaknya membutuhkan waktu minimal tiga bulan. Menurut Rochman, peran Elga sebaiknya digantikan oleh atlet junior, Wiji Lestari, yang pada Asian Games 2018, berhasil meraih perunggu di nomor BMX. Hal itu membuat Wiji kini dinilai layak mendampingi Crismonita. “Wiji memang harus membenahi beberapa teknik bersepeda. Dia itu memiliki power yang luar biasa, tapi dia harus bisa lebih efisien lagi, supaya tidak boros tenaganya,” jelas Rochman. Wiji, remaja kelahiran Blitar, Jawa Timur, 20 Juni 2000 ini menyumbang perunggu Asian Games bagi Indonesia, usai tampil di Pulo Mas International BMX Centre, pada Sabtu (25/8) dan membukukan waktu 40,788 detik. Ia kalah cepat dari Zhang Yaru (China, 39,843 detik) dan Kitwanitsathian Chuttikan (Thailand, 40,379 detik). Sebelum meraih perunggu Asian Games 2018, Wiji yang tinggal di Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, mengunci gelar juara kelas junior putri, dalam ajang International BMX Competition 2018, di Banyuwangi, Jawa Timur, pada Juli silam. (Adt)