Samantha Edithso, Pecatur 10 Tahun Yang Punya Dua Titel Juara Dunia

Dunia olahraga Tanah Air boleh berbangga dengan pecatur cilik asal Bandung, Samantha Edithso (kiri), yang sukses meraih gelar juara dunia di Spanyol. Ia jadi juara usai mengalahkan pecatur Rusia, Alexandra Shvedova (kanan), dalam partai berdurasi lima jam. (kumparan.com)

Jakarta- Dunia olahraga Tanah Air boleh berbangga setelah pecatur cilik asal Bandung, Samantha Edithso, meraih gelar juara di Spanyol. Gadis cilik 10 tahun ini meraih gelar dunia catur klasik (cadet chess) di World Cadets Chess Championships 2018 U-10, di Santiago de Compostela, Galicia, Spanyol, 3-16 November 2018. Samantha meraih gelar usai mengalahkan pecatur Rusia, Alexandra Shvedova. Dia tak mendapatkan kemenangan dengan mudah, karena harus melakoni pertarungan berdurasi lima jam. Sebagai ilustrasi, di event ini, Shedova adalah pecatur yang belum terkalahkan dalam 10 babak pertandingan, hingga bertemu Samantha. Samantha akhirnya menang setelah 84 langkah. Kemenangan atas Shvedova membuat elo rating Samantha lebih tinggi di antara pecatur lain di usianya. Kini, bocah kelahiran Jakarta, 17 Februari 2008, sudah mengantongi 1.879 poin. Adapun, pada 2016 dia pernah mengantongi 2.301 poin. Saat ini Samantha menyandang gelar Women Fide Master (WFM). Itu juga tak lepas dari raihan gelar pertama tahun ini, yang ia menangkan di Kejuaraan Dunia Catur Cepat G10 alias FIDE World Championship 2018 U-10, yang digelar di Minsk, Belarusia, Juli 2018 lalu. Di balik pesta juara di hari penutupan turnamen di Spanyol itu, ada kepercayaan diri Samantha yang sukses mengantarkannya menjadi pecatur terbaik kategori umur di bawah 10 tahun. Menurut So Siau Sian, sang ibu yang menemani di Spanyol, Samantha sudah bertanya kepada pengurus Percasi soal bendera ‘Merah-Putih’ sebelum 11 babak dirampungkannya. “Sebelum mulai babak sembilan, Samantha sudah tanya ke pengurus, ‘Bawa bendera enggak’?,” tiru So dilansir kumparanSPORT, Jumat (23/11). Pada akhirnya, Samantha kalah di babak tersebut dari rival asal China, Zhou Yafei. Itu bukan yang kekalahan Samantha yang pertama, karena sebelumnya, dia juga kalah di babak empat. Emosi, begitu So menyebut faktor kekalahan dua kali Samantha di sana. “Kalah itu bukan karena teknik, tapi emosi. Terganggu karena temannya (lawan) tidak bisa diam, badan ke depan ke belakang, akhirnya Samantha emosi ingin cepat-cepat selesai,” tuturnya. Di babak 11 sekaligus penentuan, Samantha mengalahkan unggulan klasemen, Shvedova, yang berakhir menjadi runner-up. Dan akhirnya, permintaan Samantha untuk menyediakan sang ‘Merah-Putih’ betul-betul bukan bualan semata,malah menjadi ‘aksesori’ yang menyempurnakan podium sang pecatur muda. “Saat ini Samantha elo ratingnya paling tinggi diantara pecatur seusianya. Sekarang mengantongi 1.879 poin, dulu pada 2016 Samantha pernah mengantongi 2.031 poin,” ujar sang ayah, Larry Edith,. Larry berharap, dengan raihan tersebut Samantha memiliki target untuk menjadi grand master muda wanita pertama asal Indonesia. Samantha memiliki target pada usia 12 atau 13 tahun, sudah bisa memengantungi gelar grand master wanita. Harapannya, dengan seluruh pencapaian itu, Samantha bisa berburu gelar IM (Internasional masters) guna meraih grand master wanita. Prestasi Samantha seolah melanjutkan estafet para seniornya sejak Utut Adianto, Susanto Megaranto, hingga Irene Kharisma Sukandar. “Sekarang Samantha bergelar Women Fide Master (WFM), tahun depan semoga IM (internasional master). Untuk bisa meraih gelar GM wanita tentunya Samantha hanya bertanding di turnamen yang ada elo ratingnya. Target selanjutnya bertanding di Penang dan Johor Malaysia,” ujarnya. (Adt)

Kirim Pecatur Belia Ke Olimpiade Catur Dunia di Georgia, PB Percasi Siapkan Pecatur Masa Depan

Pecatur termuda tim Indonesia, Samantha Edithso (10 th), akan tampil di Batumi, Georgia, dalam ajang Olimpiade Catur Dunia ke-43. Tim Merah Putih akan bersaing dengan 139 negara lainnya pada event bergengsi itu. (sinarharapan.net)

Jakarta- Indonesia akan mengirim dua tim caturnya yang terdiri dari satu grup putra dan satu grup putri ke Batumi, Georgia, untuk mengikuti Olimpiade Catur Dunia ke-43. Tim Merah Putih akan bersaing dengan 139 negara lainnya dalam kejuaraan bergengsi tersebut. Indonesia menunjuk Kristianus Liem sebagai kapten tim. Tim putra diwakili oleh Novendra Priasmoro (19 tahun/FM 2498), Sean Winshand Cuhendi (21 tahun/IM 2441), Azarya Jodi Setyaki (20 tahun/FM 2316), Pitra Andyka (33 tahun/FM 2274), dan Agus Muhamad Kurniawan (20 tahun/FM 2239). Sementara tim putri diwakili oleh Chelsie Monica Sihite (23 tahun/WIM 2244), Ummi Fisabillah (18 tahun/WFM 2227), Shanti Nur Abidah (17 tahun/WFM 1968), dan Samantha Edithso (10 tahun/1805). Kontingen Indonesia telah dilepas oleh ketua umum Pengurus Besar Persatuan Catur Indonesia (PB Percasi), Utut Adianto, pada Rabu (19/9). Pecatur termuda tim Indonesia, Samantha Edithso, pun amat bersemangat. Bocah berusia 10 tahun itu berambisi membawa Indonesia masuk 30 besar peringkat dunia. Ia mengaku membaca buku-buku catur untuk memperdalam teknik dan strateginya. Selain itu ia juga bertandang ke Malaysia, untuk berlatih dengan video trainer. “Meskipun usianya masih muda, Samantha akan bergabung dengan tim Indonesia yang turun di Olimpiade Catur, yang levelnya sudah senior. Dia berpotensi menjadi bintang besar dan kita gembira akan hal itu,” ujar Utut. Kebijakan Percasi mengirim pecatur muda ke Olimpiade yang melibatkan 187 negara itu semata-mata dilandasi oleh keinginan untuk membangun catur Indonesia ke arah lebih baik. Artinya Percasi ingin memberikan pembelajaran kepada para pecatur muda ini. Utut mengatakan dalam menghadapi olimpiade kali ini sejumlah nama pecatur top lainnya tak tampil di 43rd Wolrd Chess Olympiad. Mereka adalah GM Susanto Megaranto, IM Irne Kharisma Sukandar, dan WGM Medina Warda Aulia. Mereka absen, karena jadwal Olimpiade bentrok dengan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jabar 2018. “PB Percasi menekankan faktor pembinaan dengan memilih para pecatur mudia usia, yang berpotensi berkembang lebih lanjut. Mereka adalah pecatur muda yang baru berusia belasan tahun, kecuali Pitra Andyka, juara nasional 2013. Dia dipilih karena masih memilki potensi tinggi untuk maju,” katanya di Jakarta, Rabu (19/9). Selain partisipasi aktif dalam pergaulan catur dunia, PB Percasi juga menargetkan sejumlah pecatur muda, untuk menggenapkan norma persyaratan gelar Grand Master (GM), yakni tiga norma GM dan rating 2500. “Novendra, misalnya, hanya butuh satu norma GM lagi dan tambahan rating 2 poin saja. Juga, Sean Winshand Cuhendi, yang sudah meraih tiga norma GM dan tambahan rating 59 poin,” tegas Utut. Pada Olimpiade catur yang terakhir di Baku, Azerbaijan 2016 lalu, tim putra Indonesia berada di peringkat 52 dari 180 negara. Sementara tim putri berada di peringkat 63 dari 134 negara. “Target kami memperbaiki peringkat atau lebih baik dari dua tahun lalu,” tutur Sean. PB Percasi juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada pihak sponsor yang membantu memberangkatkan tim catur Indonesia ke Batuni, Georgia. “Kepada pihak pemerintah Kempora dan swasta seperti PT Union, Sampoerna Triputra Persada (USTP), PT JAPFA dan Universitas Gunadarma,” ujar Utut. Sedangkan Direktur Corporate Affairs JAPFA, Rachmat Indrajaya mengatakan, dukungan penuh dilakukan pihak JAPFA, bagi atlet kebanggaan Indonesia mendapatkan hasil terbaik di Georgia. “Hampir dua dekade JAPFA bersinergi bersama PB Percasi menggali potensi pecatur muda Indonesia. Ini hal penting menyiapkan pecatur tangguh ke depannya. Mudah-mudahan di Batuni, pecatur Indonesia, putra dan putri bertanding semaksimal mungkin,” ucap Rachmat Indrajaya yang didampingi Chef de Mission (CdM) Tim, R. Arsanti Alif. (Adt)