Medali Emas Defia Rosmiar Bukan Instan, Bahkan Ia Rela Tak Hadiri Pemakaman Sang Ayah Demi Asian Games 2018

Defia Rosmiar bersama sang ibu, Kaswati, usai meraih medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, dari cabor Taekwondo, nomor Women Individual Poomsae, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, pada Minggu (19/8). (istimewa)

Jakarta- “Kamu bisa dek, kamu bisa jadi juara,” demikian ucap Ermanto, sang ayah memberi motivasi pada Defia Rosmaniar, sebelum meninggal akibat penyakit stroke yang dideritanya. Tak ingin larut dalam duka berkepanjangan, ia fokus pada pencapaian menjadi yang terbaik di kawasan Asia. “Iya, ayah meninggal bulan Maret. Persis seminggu aku latihan di Korea. Proses pemakaman, aku enggak datang. Datang itu, beliau sudah dikuburkan, ya sudah enggak apa-apa,” tutur Defia seraya mengahapus air mata yang tak tertahan. “Terima kasih ayah, udah dukung Defi,” lanjutnya lirih. Tentu, ketidakhadiran Defia dalam pemakaman sang ayah yang sangat dicintainya itu, bukanlah hal yang diinginkan. Juga bukan hal yang dilihat sebagai ambisi semata, wanita kelahiran Bogor, Jawa Barat (Jabar), 25 Mei 1995, di Asian Games semata. Sepenuhnya ia sadar, adalah berkat semangat Ermanto yang telah mendukungnya di dunia beladiri taekwondo, kini jadi energi terbesarnya tegar menghadapi rintangan dan cobaan yang berat dalam hidupnya. Mendapatkan dukungan penuh keluarga, terutama ayah serta bentuk baktinya bagi Ibu Pertiwi, Defia tetap berlatih keras. Ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk pertama kalinya, tampil dalam pesta multievent empat tahunan, dimana Indonesia sebagai tuan rumah untuk kedua kalinya setelah menunggu selama 56 tahun sejak Asian Games edisi ke-4 pada 1962 dihelat di Jakarta. Entah berapa peluh yang harus dilewati Defia, demi naik podium tertinggi mengharumkan nama bangsa dan negara, disela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi semester lima Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta. Medali emas pun menjadi mimpi yang ingin diwujudkan. Momen bahagia itu hadir, medali emas yang menjadi kebanggaan setiap atlet ia rengkuh. Menjejak ke partai final, seluruh masyarakat menaruh harapan besar pada wanita berusia 23 tahun itu. Babak demi babak dilibas. Di perempat final, Defia menyingkirkan Tuyet Van Chau (Vietnam) dengan skor 8.460-8.330. Tiket semifinal dalam genggaman. Harapan makin membesar, usai disemifinal ia berhasil menekuk lawan tangguh wakil Korea Selatan (Korsel), Yun Jihye dengan skor 8.520-8.400. Melenggang ke partai puncak, Defia makin tegang. Akhirnya, sejarah itu tercipta. Dihadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pendukung tuan rumah yang hadir di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (19/8), kebahagiaan atlet yang gemar menulis itu meledak, ketika meraih emas nomor poomsae tunggal putri dengan skor 8.690. Hasil itu lebih baik dari skor yang dicetak pesaingnya asal, Iran Salahshaouri Marjan yang harus puas diposisi runner up dengan skor 8.470. Ini emas pertama untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games XVIII/2018, sekaligus pertama kalinya cabang olahraga taekwondo Indonesia mampu meraih emas di ajang olahraga prestisius. Defia melakukan selebrasi keliling arena sambil membentangkan bendera merah putih. Tak hanya sang bunda yang hadir di arena pertandingan, ayahnya pun pasti bangga dengan Defia, bahkan jutaan rakyat Indonesia. ‘Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil’, begitu ungkapan bijak. Dan prestasi gemilang yang diraih Defia bukanlah hasil instan. Ia mengenal olahraga beladiri asal Korea Selatan itu sejak kelas 1 SMP di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jabar. Melalui kakak sepupunya yang juga pelatih taekwondo DKI Jakarta, Defia mulai tertarik dengan olahraga beladiri khas Korea Selatan ini, Namun, awal masa berlatih, Defia mengaku malas-malasan. “Karena terus menerus dijalani, lama-lama jadi suka,” ungkapnya. Bahkan, Defia menceritakan bila awalnya tidak menekuni nomor poomsae, melainkan kyorugi atau petarung. “Awal kelas yang saya geluti adalah di kelas kyorugi sampai akhirnya saya pindah haluan ke kelas poomsae, karena sakit yang saya derita,” tuturnya. “Berkat latihan yang sungguh-sungguh dan percaya akan keajaiban, saya bisa mengikuti dan bisa masuk Pelatnas poomsae sampai sekarang,” tambahnya. Namun, perjalanan karier Defia sempat ditentang Kaswati, sang ibu. Sebagai ibu, ia khawatir dengan keselamatan putrinya. Tetapi dengan semangat dan tekad yang kuat, Defia pun akhirnya didukung oleh keluarga, khususnya dari almarhum ayah, Ermanto. “Ya namanya hobi, enggak bisa dilarang saya cuma bisa doain. Almarhun ayahnya juga ngedukung terus. Saya cuma takut kenapa-napa namanya juga ada perempuan tapi ya mau gimana lagi. Pesen saya ke Defia cuma satu, jangan sombong,” ungkapnya. Kini, Kaswati pun sangat bangga dengan prestasi yang telah diraih Defia mengharumkan bangsa Indonesia. Ia berharap, para atlet Asian Games 2018 mendapat perhatian ke depannya dari pemerintah. “Yang pasti sangat senang dan bangga sebagai ibunya karena mengaharumkan negara. Semoga apa yang diraih Defia diperhatikan pemerintah, juga atlet-atlet lainnya di Asian Games,” tutup Kaswati. Seiring waktu, latihan demi latihan dijalani, deretan prestasi didapat. Yakni emas individual U-17 female Korea Open, Gwangju 2012, emas Pair Mixed U-29 Korea Open, Gwangju 2012, emas Individual female U-30 poomsae (Taekwondo World Hanmadang 2016, Korea), dan emas individual female U-30 poomsae (1st Bankimon Open Korea 2016). Terakhir, pada Mei 2018, di nomor poomsae tunggal putri Kejuaraan Asia, di Ho Chi Minh, Vietnam, Defia secara mengejutkan bisa mengalahkan atlet asal Korea Selatan yang merupakan ‘raja’ taekwondo dunia. Masuk skuat taekwondo Asian Games 2018, wanita berhijab itu mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Negeri Ginseng sejak Maret, hingga Agustus tahun ini. “Sejak Maret berjuang di Korea, tidak saya sia-siakan,” tukas anak didik Rahmi Kurnia, Pelatih Kepala Taekwondo Indonesia. (Adt) Biodata Nama Lengkap : Defia Rosmaniar Tempat Tanggal Lahir : Bogor, Jawa Barat, 25 Mei 1995 Ayah : (Alm) Ermanto Ibu : Kaswati Hobi : Menulis Pendidikan : Mahasiswi semester lima, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta Akun Instagram (IG) : @defiarosmaniar Prestasi  – Medali emas Individual U-17 Female Korean Open, Korea 2012 – Medali emas Pair Mixed U-29 Korean Open, Korea 2016 – Medali emas Individual Female U-30 poomsae Taekwondo World Hanmadang, Korea 2016 – Medali emas Individual emale U-30 poomsae Bankimon Open, Korea 2016 – Medali emas pada Kejuaraan Asia Taekwondo, Vietnam 2018 – Medali emas Asian Games 2018, Jakarta

Persembahkan Emas Perdana, Defia Penuhi Target PB TI Raih Medali

Defia Rosmaniar sukses merebut medali emas pertama bagi kontingen Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). (sindonews.com)

Jakarta- Defia Rosmaniar merebut medali emas pertama bagi kontingeng Indonesia, di Asian Games 2018. Defia merebut medali emas di poomsae taekwondo, Minggu (19/8). Di final, Defia mengalahkan Marjan Salah shouri dari Iran. Ini merupakan medali kedua Indonesia di Asian Games 2018. Sebelumnya, Edgar Xavier Marvelo menjadi peraih medali pertama bagi tim Indonesia di Asian Games 2018 ini, ia meraih perak nomor changquan putra. Bertarung di komplek Jakarta Convention Center (JCC), atlet kelahiran Bogor 25 Mei 1995 ini, menang dalam dua babak. Babak pertama Defia mengumpulkan 8,620 dan Marjan mendapatkan nilai 8,760. Kemudian di babak kedua, Defia meraih 8,760 dan lawan mendapatkan 8,470. Presiden RI, Joko Widodo turut menyaksikan langsung perjuangan Defia. Usai berhasil memastikan emas, Defia pun bertemu dengan Presiden Jokowi, untuk mendapatkan ucapan selamat. Defia terlihat menangis saat bertemu dengan Presiden Jokowi. Dengan perolehan emas ini, maka target dari Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) terpenuhi. Sebab, taekwondo menargetkan satu emas di Asian Games 2018. Sementara itu Sampai pukul 16.00, update perolehan medali terbanyak masih dikumpulkan China disusul Taiwan. China untuk sementara berada di posisi 1 klasemen perolehan medali sementara Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang. China mengumpulkan 1 medali emas dari wushu, 1 medali perak dari menembak. Diposisi kedua Taiwan mengumpulkan 1 emas dari menembak, 2 perunggu wushu dan taekwondo. Sedangkan Indonesia, berhasil meraih 1 medali perak pada cabang wushu. Posisi empat klasemen diduduki India dengan meraih 1 perunggu menembak. Lalu, posisi 4 lainnya yaitu Filipina, Thailand dan Vitenam yang mendapat 1 perunggu dari taekwondo. Korea dan Malaysia juga mendapat 1 perunggu dari taekwondo. (Adt)