Belum Genap 17 Tahun, Nabilah Sabet Medali Perak PON XX

Belum Genap 17 Tahun, Nabilah Sabet Medali Perak PON XX

PON XX Papua 2021 memang selalu menghadirkan kejutan, terutama untuk atlet-atlet muda yang menjadikan ajang PON sebagai pembuktian menjadi yang terbaik, sekaligus mengalahkan seniornya. Salah satu kejutan besar terjadi di cabang olahraga renang artistik di nomor solo yang bertanding di Stadion Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Selasa 05 Oktober 2021. Nomor solo open final artistic swimming PON XX Papua ini diikuti enam atlet terbaik dari enam provinsi yang telah lolos seleksi. Mereka merupakan atlet-atlet yang pernah tergabung di tim nasional, dan sebagian besar membela Indonesia di ajang Asian Games 2018 Jakarta. Namun ini tidak membuat nyali putri Ambon ciut, Nabilah Marwa Umarella. Usianya baru 16 tahun, belum memiliki KTP atau Kartu Tanda Penduduk. Justru melawan atlet senior, Nabilah yang akrab disapa Lala semakin percaya diri. “Memang sebenarnya perasaan saya awalnya deg-degan, ada groginya. Ini PON dan saya membawa nama besar kontingen Yogyakarta. Tapi saya tetap fokus untuk bertanding melupakan lawan, fokus pada diri sendiri,” ucap Lala yang lahir 24 Oktober 2004. Tidak hanya muda atletnya, Pelatihnya Ocha, juga pelatih kepala paling muda diantara pelatih kepala daerah lainnya. Ada dua nomor solo technical routine dan solo free routine, keduanya bernilai 50% kemudian digabung untuk mendapatkan nilai terbaik. Pada solo tecnical routine Nabilah atau yang akrab disapa Lala menari-nari di air diiringi lagu dari Meatlove berjudul ‘I Would do anything for love’ dan untuk free routine ada lagu Lathi – Weird Genius feat Sara Fajira, cover by Caramello Official. “Lagu pertama tentang kecintaan Lala pada renang artistik, yang melahirkan kekuatan untuk melewati segala tantangan yang ada. Jadi lagu dan koreografi menceritakan tentang nilai-nilai yang didapat dan akan terus dipegang di dunia olagraga, beserta cerita tentang tantangan-tantangan mempertahankan nilai-nilai tersebut,” ucap Pelatih Ocha. Usai lomba dewan juri akhirnya memberikan nilai kepada Lala dengan tota 71,3602 poin yang terdiri dari nilai technical routine 35,36015 ditambah nilai free routine 36,1. Dengan hasil ini Lala berhak membawa pulang medali perak untuk Kontingen D.I. Yogyakarta. Lala hanya kalah tipis dari sang juara Livia Lukito (Jatim) dengan total nilai 72,4986. Medali perunggu milik Nurfa Nurul Utami (Sulsel) dengan total nilai 71,13 poin. “Senang bisa mendapatkan perak. Saya berlatih setiap harinya di Yogya bersama klub JAQ Yogya. Ini semakin menambah motivasi saya untuk bisa terus berlatih mengejar prestasi dunia lainnya,” ujar Lala. “Ini jadi modal awal Lala, untuk terus giat berlatih karena target berikutnya Lala harus jadi nomor satu di Indonesia dan menggapai prestasi internasional,” harap kedua orang tuanya Muhamad Rizal Umarella dan Ully Pitaloka.

Silviana Sukses Sumbang Emas Cabor Biliar untuk Papua

Silviana Sumbang Emas Cabor Biliar untuk Papua

Silviana Lu sukses menambah medali emas Papua dari Cabang Olahraga Biliar pada nomor 10 ball single putri race to 7. Silviana butuh perjuangan berat untuk menaklukkan Pebiliar Jawa Barat Annita Kanjaya di partai final 10 ball single putri di Venue Biliar Timika, Rabu (6/10/2021). Keduanya saling berebut skor. Penonton yang memenuhi Gedung Biliar Timika juga dibuat tegang saat skor 6-6. Keduanya bersaing ketat mengakhiri pertandingan dengan kemenangan. Keberuntungan berpihak pada atlet kelahiran 29 September 1998 ini, karena terlebih dahulu menurunkan bola 10 dan dinyatakan sebagai pemenang. Skor berakhir 7-6 dengan kemenangan Silviana Lu. Setelah berhasil memasukkan bola kunci, Silviana langsung melompat kegirangan. Tangisnya memecah keharuan, apalagi saat bertanding keluarganya ikut menyaksikan secara langsung. Atlet berusia 23 tahun ini merupakan salah satu atlet biliar nasional yang pernah mewakili Indonesia pada Sea Games Philipine dan mendapatkan perunggu. Ia juga pernah mengikuti kejuaraan dunia. Silviana juga merebut dua medali emas pada PON Jabar 2016 ketika masih memperkuat Kalimantan Barat.

Berkat Kerja Keras dan Dukungan Sang Ibu, Rifda Borong Empat Medali Emas

Berkat Kerja Keras dan Dukungan Sang Ibu, Rifda Borong Empat Medali Emas

Rifda Irfanaluthfi berhasil memenuhi targetnya untuk membawa pulang empat medali emas senam artistik PON Papua. Emas keempatnya diraih di Istora Papua Bangkit, Senin, 4 Oktober 2021, lewat penampilannya di nomor lantai. Pesenam berusia 21 tahun tersebut mengungguli 7 peserta lainnya termasuk satu perwakilan dari DKI Jakarta, serta dari Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Papua. Sebelumnya, Rifda sudah menyabet tiga medali emas yang berasal dari beregu, serba bisa perorangan putri, dan meja lompat. Tentu kemenangan itu menjadi suatu kebanggaan karena untuk nomor beregu putri setelah 25 tahun vakum, DKI Jakarta yang memutuskan kembali ikut ambil bagian dalam nomor itu justru mendapatkan kemenangan tertinggi. Kemenangan itu pun berhasil menjawab harapan Rifda yang memang sudah langganan memenangkan medali di setiap perlombaan yang ia ikuti. Di balik laguh lagah kegiatan para atlet senam yang berlangsung di arena Istora Papua Bangkit, ada banyak dukungan dari anggota tim lainnya hingga keluarga atlet yang hadir di bangku penonton hingga akhirnya para juara bisa muncul di PON XX Papua. Bagi Rifda, salah satu sistem pendukungnya yang paling setia yaitu ibunya Yulies Andriana telah mengirimkan energi baik yang akhirnya bisa membuatnya meraih prestasi gemilang di PON XX Papua. “Kalau ada bunda, aku tampil lebih tenang dan lebih fokus,” kata Rifda saat diwawancarai seusai menyelesaikan penampilannya. Ia pun dengan bangga mengenalkan sang bunda kepada awak media dan akhirnya kami pun bercengkrama mendengar sepotong kisah perjuangan ibu Yulies mengawal Rifda untuk tampil pada PON pertama yang diselenggarakan di Bumi Cendrawasih. Sudah menjadi semacam tradisi bagi Yulies yang kini berusia 53 tahun untuk menyaksikan Rifda bertanding menjadi seorang atlet. Berbagai arena perlombaan skala regional, nasional, hingga internasional sudah pernah ia sambangi untuk memberikan energi baik kepada putrinya kala berkompetisi sebagai seorang pesenam. Ia bahkan pernah menjadi satu-satunya pendukung Rifda dan Indonesia di ajang SEA Games Malaysia pada 2017 yang mengantarkan Indonesia meraih medali emas. Oleh karena itu, pada perhelatan PON Papua Yulies tak mau tertinggal untuk kembali mendukung Rifda. Awalnya Yulies memang urung untuk datang ke Papua karena harus merawat ibunya yang mengalami sakit keras jauh hari dari waktu PON XX digelar. Namun takdir berkata lain, sang ibu tutup usia mendekati pelaksanaan pesta olahraga skala nasional empat tahunan itu. Dalam kondisi itu, Yulies pun masih sangat ingin mendampingi putrinya dan mencari cara agar bisa tiba di Bumi Cendrawasih sebelum Rifda dan tim DKI Jakarta bertanding pada 1 Oktober. Setelah proses pencarian yang begitu mendadak dan tak gampang, Yulies akhirnya berhasil mendapatkan tiket untuk terbang satu hari sebelum pertandingan senam artistik digelar. Ia pun sangat bersyukur dan optimistis anaknya bisa gemilang di perhelatan PON XX Papua. “Bagi saya menerima rapor itu biasa, tapi ikut mendampingi anak ke sebuah pertandingan menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu,” katanya.

PON XX Pembuktian Prestasi Atlet Muda, Kemenpora Fokus Pada Cabang Olahraga DBON

PON XX Pembuktian Prestasi Atlet Muda, Kemenpora Fokus Pada Cabang Olahraga DBON

Sesuai dengan isi yang ada dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) terkait pembinaan atlet dan fasilitas olahraga di daerah, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, berharap fasilitas PON XX bisa terjaga dengan baik agar bisa mewujudkan pembinaan atlet di masa mendatang. Hal itu disampaikan Amali usai meninjau langsung jalanya beberapa pertandingan PON XX Kamis (30/9/2021) petang kemarin. Amali menilai PON ini adalah ajang bagi atlet-atlet muda untuk menunjukkan prestasi yang terbaik sementara untuk atlet senior bisa digunakan untuk menjaga performa. “Sesuai dengan isi DBON, fasilitas yang ada di PON XX Papua ini sudah sangat luar biasa yang memiliki standart internasional. Saya harap setelah PON ini, fasilitasnya bisa terjaga dengan baik dan ada tim khusus yang menangani fasilitas PON,” kata Amali dilansir dari laman resmi Kemenpora.go.id Jumat (1/10/2021). Amali juga ingin ajang PON ini jadi pembuktian bagi atlet-atlet muda seluruh Indonesia untuk menunjukkan prestasi terbaiknya. “Saya ingin ada pecah rekor baru baik nasional atau internasional yang diukir atlet muda Indonesia. Ajang PON ini diharapkan jadi ajang pembuktian bagi atlet muda kita,” paparnya. Amali memang menjadikan DBON sebagai fondasi untuk pembinaan atlet muda Indonesia yang bisa melahirkan prestasi tertinggi di pentas dunia. PON sendiri menurutnya sebagai ajang kompetisi nasional yang diharapkan bisa melahirkan atlet muda berprestasi. Karena itu Amali selama PON akan melihat langsung pertandingan, khususnya cabang olahraga yang masuk dalam DBON. “Saya akan datang ke cabor untuk melihat pertandingan, khususnya pertandingan cabor yang masuk dalam DBON. Saya ingin PON ini digunakan sebagai wadah pembinaan dan pembibitan atlet-atlet muda Indonesia. Dari sini mereka harus bisa melahirkan prestasi agar bisa masuk menjadi atlet pelatnas,” tutup Amali.

Ini Target Azzahra Permatahani di PON Papua

Ini Target Azzahra Permatahani di PON Papua

Pekan Olahraga Nasional atau PON XX 2021 di Papua dijadwalkan berlangsung mulai 2 Oktober sampai 15 Oktober nanti. PON Papua nantinya akan diikuti oleh 6.442 atlet dari seluruh provinsi di Indonesia pada 37 cabang olahraga. Salah satunya yakni renang.Para atlet pun sudah tidak sabar turun bertanding, salah satunya Azzahra Permatahani. Perenang nasional yang turun di Olimpiade Tokyo 2020 ini pun mengaku mempunyai misi pribadi untuk memecahkan rekor nasional (rekornas). “Jadi bagaimana caranya bisa memperbaiki waktu saya. Bagaimana bisa memperbaiki waktu-waktu saya yang sebelumnya lagi memecahkan Rekornas,” ujarnya. Di PON XX Papua, Azzahra mengaku akan lebih fokus memperbaiki waktu-waktu yang sebelumnya ia torehkan. “Jadi menurut saya kalau misalkan kita fokus ke waktu kita dulu. Medali akan menyusul. Medali akan mengikuti dengan sendirinya. Jadi fokus ke waktu dulu,” katanya, dalam acara Webinar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) belum lama ini. Menurut Azzahra, PON XX 2021 di Papua sangat penting guna memberikan kebanggaan untuk provinsinya masing- masing. Setiap atlet pun pasti berharap bisa memberikan yang terbaik. Bicara soal olahraga renang, Azzahra mengaku bahwa orang tuanya telah mengenalkan olahraga renang sejak usia tiga tahun. “Saya pribadi itu menyukai olahraga renang dan mulai mencoba olahraga renang itu dari umur 3 tahun,” kata dia. Setelah masuk sekolah dasar (SD), orang tuanya pun memasukan Azzahra ke klub renang. Menurut Azzahra, selain karena suka dan hobi, kedua kakaknya yang merupakan atlet renang pun membuat Azzahra bersemangat untuk menjadi atlet renang. Setelah duduk di bangku SMP, Azzahra pun mulai mengikuti lomba- lomba renang. Pada saat itulah, ia meraih medali pertama dalam lomba renang. Diakuinya, menjadi atlet renang membuat hidupnya lebih disiplin dan mandiri. Terlebih jika saat mengikuti lomba yang mengharuskan jauh dari keluarga dan orang tua. “Terus juga dari olahraga renang ini saya juga bisa menambah pengalaman saya. Bisa belajar untuk menjadi disiplin, mandiri,” tutur Azzahra.