Olimpiade 2024: Meski Cedera, Atlet Muda Ini Torehkan Sejarah

Cedera lutut membuat kangkah atlet senam Indonesia, Rifda Irfanaluthfi, harus terhenti di Olimpiade 2024 Paris. Namun demikian, Rifda telah mencatatkan sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama yang tampil di ajang Olimpiade. Ia mengalami cedera di bagian tulang rawan pada lutut dan robekan ligamen lutut. Rifda yang turun di nomor All Around putri tidak maksimal saat berlaga di Bercy Arena Perancis, Minggu, 28 Juli 2024. Cedera lututnya memaksa Rifda menyelesaikan lomba lebih cepat dari seharusnya. “Rifda ingin membuat orang-orang yang mendukung Rifda bisa bangga Rifda bisa tampil di olimpiade,” ujar Rifda kepada media di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, Kamis, 1 Agustus 2024. Saat tiba ia nampak menggunakan kursi roda bersama pelatihnya. Keluarga dan perwakilan Kemenpora, perwakilan Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani), dan perwakilan dari NOC Indonesia, menyambutnya. “Sampai saat ini masih merasakan kebasnya rasa sakit. Motivasi Rifda itu ya bisa tembus di olimpiade, karena itu cita-cita Rifda. Rifda sudah berangkat sudah dapat kepercayaan dan dukungan banyak orang,” jelas atlet kelahiran 16 Oktober 1999 ini. Saat ini ia mengaku campuraduk, meski demikian usai perjuangannya di Olimpiade 2024 Paris, ia akan fokus pada recovery penyembuhan cederanya baik di dalam dan luar negeri.

Rifda Ingin Cetak Sejarah untuk Indonesia di Olimpiade 2024

Pesenam muda Rifda Irfanaluthfi mengatakan ingin mencetak sejarah untuk Indonesia pada Olimpiade 2024 Paris, yang digelar pada Juli nanti. “Saya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pesenam Indonesia ada di sana (bisa bersaing di panggung tertinggi),” kata Rifda, dikutip dari laman resmi Olimpiade, Senin. Adapun realokasi negara tuan rumah membuat Rifda mendapatkan tempat di Olimpiade Paris 2024 seusai tampil di Kejuaraan Dunia Senam Artistik (Artistic Gymnastics) 2023 di Antwerp, Belgia.Atas keberhasilannya itu, Rifda pun mencetak sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama yang akan tampil di Olimpiade. Komite Olimpiade Nasional (NOC) memiliki kewenangan eksklusif untuk mewakili negaranya masing-masing di Olimpiade; Partisipasi atlet di Olimpiade Paris bergantung pada NOC yang memilih mereka untuk mewakili delegasinya di Paris 2024. Namun, Rifda mengakui bahwa perjalanan dan penantiannya untuk lolos Olimpiade cukup berliku. Pada Oktober 2023, ia mengalami cedera lutut saat melakoni Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Belgia. Cedera itu pun membuatnya harus menjalani pemulihan dengan baik, sampai akhirnya ia dipastikan lolos ke Paris. “Saya terus bertanya kepada manajer saya, pelatih saya, dan teman-teman saya. Saya mengirim pesan kepada mereka satu per satu untuk menanyakan, ‘Apakah saya memenuhi syarat (untuk lolos)?’,” ungkap Rifda. “Saat itu saya menangis sambil memeluk pelatih saya. Pelatih saya memberi tahu saya bahwa akhirnya perjuangan kami di tahun 2015 menjadi kenyataan,” ujarnya menambahkan. Lebih lanjut, Rifda mengatakan bahwa keberhasilan sebagai pesenam putri pertama Indonesia yang berlaga di Olimpiade tak hanya berarti untuk dirinya sendiri, tapi ia berharap ini juga bisa memotivasi para atlet muda lainnya dari berbagai cabang olahraga. “Ini bukan untuk saya sendiri. Saya ingin memberikan motivasi kepada semua pihak, khususnya para atlet muda, tidak hanya pada senam artistik, tapi juga pada cabang olahraga lain yang belum pernah lolos ke Olimpiade,” kata Rifda. “Saya ingin memberi tahu mereka jika saya bisa melakukannya, Anda juga bisa,” ujar atlet kelahiran tahun 1999 tersebut. Sumber: Tempo

Rifda Irfanaluthfi Wakili Indonesia di SEA Games Vietnam

Rifda Irfanaluthfi Wakili Indonesia di SEA Games Vietnam

Atlet Senam Artistik, Rifda Irfanaluthfi merasa senang bisa mewakili Indonesia di SEA Games 2021. Menurutnya, dengan terpilihnya dirinya oleh tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kemenpora maka dirinya merasa lebih dipercaya dan menjadi pemacu semangat untuk berpretasi menuju olimpiade. “Saya merasa dipercaya dan itu menjadikan saya tanggung jawab lebih dibandingkan sebelumnya. Dan, menjadi semangat saya untuk bisa usaha lebih keras lagi untuk menuju olimpiade,” kata atlet berusia 22 tahun tersebut, Selasa (26/4) petang. Menurutnya, saat ini dirinya tengah fokus mempersiapkan diri menghadapi SEA Games 2021. Dia berharap bisa ikut mewakili Indonesia di Asian Games 2023 nanti dan lolos kulifikasi Olimpiade Paris 2024 mendatang. “Jadi sekarang fokus ke SEA Games dulu, setelah SEA Games baru fokus di Asian Games,” ujarnya. Dalam kesempatan ini, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali menjelaskan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan perubahan paradigma olahraga dimana SEA Games dan Asian Games menjadi sasaran antara menuju target utama yakni olimpiade. Menurutnya, pada multi event sebelumnya yakni SEA Games dan Asian Games Indonesia bangga mengirim atlet dengan jumlah yang banyak, sementara tidak semuanya berprestasi. Sehingga dengan adanya perubahan paradigma melalui panduan DBON dan UU Keolahragaan, maka atlet-atlet yang dikirim adalah atlet yang berpretasi dengan rekomendasi tim review berdasarkan data-data prestasi yang ditorehkan sebelumnya. “Sekarang ini perubahan paradigma besar-besaran di olahraga kita. Pengiriman atlet benar-benar didasarkan pada catatan-catatan yang objektif. Jadi gak ada karena menterinya suka dan tidak suka. Tapi berdasarkan catatan prestasi yang saya dapatkan dari tim review. Target kita sekarang Olimpiade, SEA Games itu step kita untuk ke Asian Games, dan Asian Games step kita menuju ke olimpiade,” kata Menpora Amali. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Chandra Bhakti, Wakil Ketua Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia SEA Games 2022 Ade Lukman, dan Ketua tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kemenpora, Prof. Dr. Moch Asmawi. Hadir pula Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB PersanI) Dian Arifin dan pelatih tim nasional Eva Novalina. Sementara itu, Pengurus Besar (PB) Persatuan Senam Seluruh Indonesia (Persani) menargetkan 2 medali emas pada SEA Games 2021 yang digelar di Hanoi, Vietnam, 12-23 Mei 2022. Target ini sama dengan hasil yang disumbangkan pada Kontingen Indonesia pada SEA Games 2019 Filipina. “Kalau dari kita target tidak kurang dari SEA Games 2019 Filipina. Saat di SEA Gamas 2019, kita meraih 2 emas. Berarti untuk SEA Games 2021 Vietnam target 2 emas, tapi kalau bisa lebih dari 2 emas lebih bagus,” kata pelatih senam artistik putri nasional, Eva Novalina, saat di temui di GOR Senam DKI Jakarta, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (26/4/2022). Ia menambahkan, raihan 2 emas ini bisa mengandalkan dari atlet putra dan putri. “Untuk putri kita bisa mengandalkan Rifda Irfanaluthfi untul meraih 1 emas dan untuk 1 emas lagi bisa dari Dwi Samsul Arifin,” ujarnya.

Berkat Kerja Keras dan Dukungan Sang Ibu, Rifda Borong Empat Medali Emas

Berkat Kerja Keras dan Dukungan Sang Ibu, Rifda Borong Empat Medali Emas

Rifda Irfanaluthfi berhasil memenuhi targetnya untuk membawa pulang empat medali emas senam artistik PON Papua. Emas keempatnya diraih di Istora Papua Bangkit, Senin, 4 Oktober 2021, lewat penampilannya di nomor lantai. Pesenam berusia 21 tahun tersebut mengungguli 7 peserta lainnya termasuk satu perwakilan dari DKI Jakarta, serta dari Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Papua. Sebelumnya, Rifda sudah menyabet tiga medali emas yang berasal dari beregu, serba bisa perorangan putri, dan meja lompat. Tentu kemenangan itu menjadi suatu kebanggaan karena untuk nomor beregu putri setelah 25 tahun vakum, DKI Jakarta yang memutuskan kembali ikut ambil bagian dalam nomor itu justru mendapatkan kemenangan tertinggi. Kemenangan itu pun berhasil menjawab harapan Rifda yang memang sudah langganan memenangkan medali di setiap perlombaan yang ia ikuti. Di balik laguh lagah kegiatan para atlet senam yang berlangsung di arena Istora Papua Bangkit, ada banyak dukungan dari anggota tim lainnya hingga keluarga atlet yang hadir di bangku penonton hingga akhirnya para juara bisa muncul di PON XX Papua. Bagi Rifda, salah satu sistem pendukungnya yang paling setia yaitu ibunya Yulies Andriana telah mengirimkan energi baik yang akhirnya bisa membuatnya meraih prestasi gemilang di PON XX Papua. “Kalau ada bunda, aku tampil lebih tenang dan lebih fokus,” kata Rifda saat diwawancarai seusai menyelesaikan penampilannya. Ia pun dengan bangga mengenalkan sang bunda kepada awak media dan akhirnya kami pun bercengkrama mendengar sepotong kisah perjuangan ibu Yulies mengawal Rifda untuk tampil pada PON pertama yang diselenggarakan di Bumi Cendrawasih. Sudah menjadi semacam tradisi bagi Yulies yang kini berusia 53 tahun untuk menyaksikan Rifda bertanding menjadi seorang atlet. Berbagai arena perlombaan skala regional, nasional, hingga internasional sudah pernah ia sambangi untuk memberikan energi baik kepada putrinya kala berkompetisi sebagai seorang pesenam. Ia bahkan pernah menjadi satu-satunya pendukung Rifda dan Indonesia di ajang SEA Games Malaysia pada 2017 yang mengantarkan Indonesia meraih medali emas. Oleh karena itu, pada perhelatan PON Papua Yulies tak mau tertinggal untuk kembali mendukung Rifda. Awalnya Yulies memang urung untuk datang ke Papua karena harus merawat ibunya yang mengalami sakit keras jauh hari dari waktu PON XX digelar. Namun takdir berkata lain, sang ibu tutup usia mendekati pelaksanaan pesta olahraga skala nasional empat tahunan itu. Dalam kondisi itu, Yulies pun masih sangat ingin mendampingi putrinya dan mencari cara agar bisa tiba di Bumi Cendrawasih sebelum Rifda dan tim DKI Jakarta bertanding pada 1 Oktober. Setelah proses pencarian yang begitu mendadak dan tak gampang, Yulies akhirnya berhasil mendapatkan tiket untuk terbang satu hari sebelum pertandingan senam artistik digelar. Ia pun sangat bersyukur dan optimistis anaknya bisa gemilang di perhelatan PON XX Papua. “Bagi saya menerima rapor itu biasa, tapi ikut mendampingi anak ke sebuah pertandingan menjadi sesuatu yang saya tunggu-tunggu,” katanya.

Rifda Irfanaluthfi, Gadis Muda Yang Berhasil Menyabet Medali Nasional Maupun Internasional

Rifda-Irfanuluthi

Rifda Irfanaluthfi, namanya mungkin masih asing  di telinga masyarakat indonesia, namun prestasinya dapat membuat kita tercengang. Rifda, panggilan akrabnya, lahir pada 16 Oktober 1999. Gadis berusia 18 Tahun ini merupakan atlet Senam Artistik asal Jakarta yang bernaung di bawah asuhan pelatih Eva Novalina Butarbutar. Ia mulai menggeluti dunia Senam artistik sejak kecil dan telah mengumpulkan berbagai macam mendali, namun ia baru mulai mengikuti kejuaraan berkelas Internasional beberapa tahun belakangan ini. Pada 2014 lalu, ia berhasil meraih dua medali emas di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja sebagai perwakilian Provinsi Jakarta. Mulai dari sanalah ia bertekad untuk bisa maju ke ajang internasional. Debut internasionalnya dimulai pada Maret 2015 lalu, ketika mengikuti pertandingan Doha World Cup yang di selenggarakan di Qatar. di mana dia bertanding di nomor meja lompat, balok keseimbangan, dan senam lantai. Pada Juni 2015 pada SEA Games yang di selenggarakan di Singapura, ia berhasil meraih medali perak di nomor senam lantai. Tak sampai disitu, pada bulan Juli di Asian Artistic Gymnastics Championships di Tokyo Jepang, ia bertanding lagi, namun tak meraih medali. Hal yang sama terjadi saat ia bertanding di ajang World Artistic Gymnastics Championships Glasgow yang di adakan di Inggris. Pada September 2016 sebelum ia berangkat ke Inggris. Ia mengikuti kejuaraan Pekan Olahraha Pelajar Nasional (POPNas), Rifda meraih tiga medali emas dan Indonesian National Youth Games meraih dua medali emas. Tak puas dengan kesuksesannya di ajang Nasional saja, Rifda terus berjuang meraih emas di ajang Internasionalnya. Pada Mei lalu ia mewakili Indonesia di ajang Islamic Solidarity Games 2017 yang di selenggarakan di Azerbaijan. Ia berhasil meraih perunggu di nomor tim bersama Tazsa Miranda Devira dan Armartiani. Serta medali perunggu di nomor meja lompat. Belum puas hanya mendapatkan mendali perunggu di ajang Internasional, Rifda mencoba peruntungannya di ajang SEA Games 2017 yang di selenggarakan di Malaysia pada bulan Agustus lalu. Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ini berhasil memborong Lima mendali di SEA Games 2017 lalu, ia berhasil mengumpulkan empat medali yang salah satunya adalah Emas. Mendali yang ia raih dari berbagai nomor pertandingan, yaitu Mendali perak di nomor vault, Perunggu di nomor uneven bars, Emas di nomor balance beam, dan perunggu di nomor floor. Tak hanya itu, Dalam ajang tersebut, Rifda bersama teamnya berhasil meraih medali perunggu untuk nomor team all-around. Namun, Perolehan emas ini merupakan yang pertama bagi Rifda setelah mengikuti berbagai ajang internasional. Pada 21 Desember kemarin, Rifda baru saja menambahkan koleksi mendalinya dengan meraih Perunggu di ajang Voronin Cup 2017 yang di adakan di Moscow, Rusia. Tahun 2017 merupakan tahun gemilang Rifda, ia berhasil mengumpulkan pundi-pundi mendali dari berbagai Ajang perlombaan. Semoga di tahun 2018 nanti, ia dapat menambah koleksi mendali. Yang pada rencananya, ia akan terjun dalam ajang Asian Games 2018 yang akan di adakan di Jakarta dan Palembang.