Inspiratif, Mengenal Sosok Bambang Pamungkas, Sang Pencetak Gol Timnas Indonesia

Siapa yang tidak mengenal sosok pesepakbola Indonesia satu ini. Bambang Pamungkas, merupakan sosok yang terkenal bagi pencinta sepakbola Indonesia. Ia dikenal sebagai pencetak gol tim nasional Indonesia, dan hingga kini masih sebagai ikon Persija Jakarta. Kisah Perjalanan dan Prestasi Sejak kecil, Bambang Pamungkas atau yang lebih dikenal bepe, tergabung di beberapa klub sepakbola lokal sejak usia delapan tahun, seperti di SSB Getas (1988-1989), SSB Ungaran Serasi (1989-1993) dan Diklat Salatiga (1996-1999). Pertama kali beraksi di lapangan hijau saat menjadi pemain timnas U-19 turnamen Piala Asia. Bepe berhasil merebut gelar Top Scorer meraih tujuh gol selama pertandingan. Prestasi tersebut membuat Ia lolos seleksi pemain Persija 1999. Melihat kemampuan mencetak gol terbaik dari bapak tiga anak ini, klub Eropa pun menawari Ia masa percobaan seperti klub Roda JC Kerkrade Belanda, FC Koeln Jerman dan Borussia Moncengladbach Jerman. Hingga akhirnya, Ia memilih EHC Norad. Namun, setelah 4 bulan disana, kontrak di Negara tersebut pun tak diperpanjang Bepe. Ia kembali lagi ke Persija pada 2000-2004. Awal 2005, Ia mencoba peruntungan ke Malaysia, dengan membela klub Selangor FC. Di sana Ia pun sukses menciptakan gol-gol, hingga memenangkan Piala FA Malaysia, Piala Malaysia dan Liga Utama Malaysia. Selama di Malaysia, total Bepe meraih 63 gol dalam pertandingan. Setelah dua tahun lamanya, Ia kembali lagi ke Persija. Dengan nomor punggung 20 kebanggaannya tersebut, Bepe kembali membela klub itu hingga saat ini. Berbagai prestasi Bambang Pamungkas yang telah diraih, seperti di Liga Indonesia, Indonesia Super League, kompetisi internasional seperti Piala Suzuki AFF 2010 dan Kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014. Bahkan Bepe adalah pemegang rekor penampilan terbanyak dan top skorer Indonesia dengan 77 penampilan dan 36 gol versi FIFA kategori A. WOW! Pasang Surut Perjalanan Bepe, Kemampuan Bepe dalam menyundul, lompatan tinggi, menggiring bola, dan melepaskan tendangan keras sudah tidak diragukan lagi. Kiprah kisah perjalanan dan prestasi yang telah Ia raih tidak lepas dari kisah pasang surutnya juga. Sang idola ini juga pernah merasakan kegagalan, misal saat Ia tidak diikut sertakan ke Piala AFF 2004, dan juga ada kegagalan kiprah dalam liga Australia bersama Wellington Phoenix pada 2010. Mengambil Inspirasi dari Sosok Bambang Pamungkas Di usia yang terbilang terus bertambah, kinerja Bepe dianggap makin menurun dan kontribusi golnya kian surut. Namun, Bepe selalu bangkit dan menampilkan yang terbaik. Dari awal karir, Bambang Pamungkas lebih menggunakan skill dan intelegensi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Kegagalan justru membuat Bepe belajar untuk tetap bermain sportif, menjaga emosi dan yang terpenting sebelum bertanding Ia terus berlatih tanpa letih.  Dengan berusaha dan menjalankan pola hidup serta pikir yang sehat, itulah sebuah resep jitu yang menjadikan Bepe terus tampil di sepakbola tanah air. Dijelaskan Bepe dalam situs goal.com, “Sebagai seorang atlet, modal utama yang harus selalu dijaga adalah kesehatan. Oleh karena itu, pola hidup sehat dan seimbang menjadi syarat utama,” “Serta satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah menjaga pola pikir yang sehat. Dengan pola pikir yang sehat, kita akan dapat memberikan respons terhadap segala sesuatu yang terjadi (baik kejadian yang baik maupun kurang baik) dalam hidup kita dengan lebih positif,” Bepe memberikan pesan inspiratif bagi pemain-pemain junior, Ia mengingatkan untuk jangan  berhenti bermimpi karena suatu saat nanti, mimpi itu pasti menjadi kenyataan. Untuk mewujudkannya, dibantu oleh keyakinan, kerja keras, dan disertai doa. Oleh karena itu, persiapkan diri sebaik mungkin. Bambang Pamungkas, merupakan striker (penyerang) yang langka di Indonesia. keunggulan dari pemain lainnya dan langka di Indonesia menurut  Ivan Kolev, mantan pelatih timnas Indonesia, adalah pada komitmen serta profesionalisme. Reputasi yang telah Ia bangun dari dulu hingga sekarang sebagai pesepakbola di Indonesia sangat tidak mudah. Semua itu dilakukan oleh pemain yang identik dengan nomor 20 ini dengan kedisiplinan serta kerja keras. Bambang Pamungkas selalu menjaga karakternya sebagai panutan yang tak hanya untuk pesepakbola muda, tetapi juga diri sendiri, keluarga, dan Indonesia.

Kisah Inspirasi Dibalik Soeratin Cup dan Kontribusinya ke Tim Nasional Indonesia

soeratin2

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dibentuk pada 19 April 1930 di Yogyakarta, merupakan organisasi olahraga yang dilahirkan pada zaman penjajahan Belanda. Ketua PSSI pertama yakni Ir. Soeratin Sosrosoegondo, belum banyak yang mengetahui, perjuangan Soeratin dalam memajukan perkembangan sepakbola di Indonesia. Pada masa itu Soeratin harus menentang pemerintahan Belanda. Pada 28 Oktober 1928 terdapat pertemuan pemuda Indonesia, moment ini sangat tepat bagi Soeratin untuk membangkitkan nasionalisme melalui sepakbola. Maka dari itu, Soeratin gencar melakukan pertemuan-pertemuan dengan para tokoh sepakbola di Indonesia. Butuh waktu yang lama bagi Soeratin untuk mengembangkan sepakbola bagi pemuda-pemuda Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 19 April 1930, berdirilah organisiasi PSSI yang diketuai oleh Soeratin sendiri. Setelah diangkat menjadi ketua, Soeratin langsung menyusun program untuk mengembangkan sepakbola. Dan, lahirlah kejuaraan sepakbola antar perserikatan untuk menentang pemerintahan Belanda. Soeratin yang melihat sepakbola Indonesia kian berkembang, menambah pondasi kuat dengan membuat badan olahraga nasional yakni ISI (Ikatan Sport Indonesia). Dari ISI lah lahirnya PON di Solo pada tahun 1938. Sepakbola Indonesia pada saat itu kian memuncak. Hanya satu yang menjadi tujuan utama Soeratin yakni membuat sepakbola Indonesia tidak dianggap pecundang di negara besar. Alhasil, Indonesia mampu unjuk gigi dikancah sepakbola dunia yakni Piala Dunia 1938. Kala itu Indonesia masih menggunakan nama East Indies. Para pemain sepakbola Indonesia, mampu bersaing dengan negara besar. Hingga pada akhirnya, Soeratin melepaskan jabatannya menjadi ketua PSSI pada tahun 1942, karena sudah melihat perkembangan sepakbola Indonesia mulai pesat. Dan, diteruskan oleh Artono Martosoewignyo. Saat itu, kehidupan Soeratin menjadi serba sulit. Meski sempat bekerja di perusahaan kontruksi dengan gaji yang besar. Namun, karena kecintaannya terhadap Indonesia dan sepakbola, ia tinggalkan pekerjaan itu. Alhasil pada tanggal 1 Desember 1959, Indonesia berduka. Soeratin wafat dalam keadaan ekonomi yang mengenaskan. Pada tahun 1965, PSSI yang diketuai Maulwi Saelan menggelar Soeratin Cup untuk mengenang bagaimana perjuangan Soeratin menyatukan pemuda-pemuda Indonesia untuk sepakbola. Dari Soeratin Cup situlah muncul talenta muda berbakat, seperti Adjat Sudrajat – PERSIB Bandung, Ronny Pasla – PSMS Medan dan Sutan Harhara dari Persija Jakarta. Dan, menjadikan Soeratin Cup sebagai ajang rutin. Soeratin Cup sempat terhenti akibat kisruh PSSI tahun 2012. Cukup lama terhenti, Soeratin Cup kembali bergulir pada tahun 2014 dengan batasan usia 17 tahun. Hasilnya, banyak pesepakbola muda yang bermunculan seperti Gian Zola, Maldini Pali, Febri Hariyadi dan masih banyak lagi pemain berbakat yang lahir dari Soeratin Cup. Dan, yang paling terbaru ada nama Egy Maulana Vikri, bintang timnas u-19. Egy yang membela Persab Brebes berhasil keluar sebagai juara dan Egy juga menjadi top skor. Terima kasih Ir. Soeratin Sosrosoegondo atas jasanya dalam memajukan sepakbola Indonesia. Jasa-jasa mu dalam sepakbola Indonesia tidak akan masyarakat Indonesia lupakan. Semoga, sepakbola Indonesia semakin hari-semakin baik. Dan, pembinaan usia muda berjalan dengan baik. “Soeratin Engkaulah Pahlawan Sepakbola Indonesia !!!”(pah/adt)

Dua Kali Ikuti Ajang Singa Cup, SSB Astam Cukup Puas Meski Berada Di Posisi 3 Besar

SSB-Astam-U-12

Mengusung konsistensi pembekalan skill secara dini telah dilakukan oleh Sekolah Sepakbola Astam (SSB ASTAM) sebagai salah satu pilot project mencetak atlet muda yang berkualitas. Sempat mengikuti Singa Cup 2017 yang termasuk event tahunan turnamen sepak bola untuk berbagai kelompok usia (KU), mulai dari umur 8, 10, 12,14 hingga 18 tahun di Singapura beberapa waktu lalu. Pada kesempatan itu Tangsel yang diwakili SSB Astam berhasil menyabet gelar juara 3 untuk usia 10 dan juara 2 untuk usia 12. Pelatih SSB Astam, Dzulfikri Bashari mengatakan Singa Cup sudah menjadi agenda rutin bagi SSB Astam, dan ini merupakan kali kedua Astam ikut serta di Singa Cup. “Singa Cup merupakan agenda kompetisi rutin SSB Astam, terutama untuk kompetisi usia 10 dan 12. Astam sendiri baru 2 kali berpartisipasi pada event ini yaitu pada 2016 dan 2017,” ujar Dzulfikri atau biasa disapa Bang Dzul. Di tahun pertama Singa Cup, SSB Astam berhasil menorehkan prestasi yang memuaskan, dimana pada kategori U-12 menjadi runner-up. Sedangkan U-10 pada Singa Cup 2016 harus puas berada di peringkat 4, dimana pada perebutan juara 3 harus takluk oleh tim sesama Indonesia. Di ajang Singa Cup 2017 beberapa waktu lalu, pria yang akrab dengan sapaan Bang Dzul ini juga mengatakan, bahwa tim yang paling siap dalam hal persiapan yakni U-10. Sedangkan, tim U-12 memutuskan tidak ikut dikarenakan beberapa faktor. “Pada Singa Cup 2017 sebenarnya yang paling siap adalah tim U-10 kami, yaitu para siswa kelahiran 2007. Tim U-10 ini selalu berlatih bersama dan mempersiapkan tim untuk singa cup ini dari jauh-jauh hari. Sedangkan, di kategori U-12 sebenarnya Astam sempat memutuskan untuk tidak ikut, karena banyak pemain yang berhalangan untuk ikut dikarenakan banyak hal seperti jadwal sekolah dan lain-lain,” terang Bang Dzul. Namun, beberapa hari menjelang keberangkatan ke Singa Cup, 16 pemain Astam di U-12 telah siap untuk tanding. Nah, pada saat pertandingan berlangsung, Astam yang sejatinya meraih peringkat tiga Singa Cup 2017 U-12. Namun, karena kesalahan teknis membuat Astam meraih runner-up. “Karena tim Imran Soccer Academy terkena diskualifikasi, karena memainkan pemain yang tidak sah, maka Astam U-12 yang tadinya Juara 3 merangkak naik menjadi juara 2, dan Blispi Bina Sentra yang tadinya juara 4 menjadi juara 3. Ini merupakan prestasi yang meningkat bagi Astam,” paparnya. Berikut nysnmedia.com berikan perjalanan SSB Astam U-12 di Singa Cup 2017 Fase Grup: -ASTAM vs Football West Australia (1-0; Ikram Selang) -ASTAM vs FCBarcelona Escola India (4-0; Ikram Selang 2, Rafi Saragih, Hanief) -ASTAM vs ActiveSG Singapore (3-1; Rafi Saragih 2, Ikram Selang) 8 besar -ASTAM vs Balestier Khalsa Singapore (1-0; Rhaga) -Semifinal ASTAM vs ISA (0-5) -Perebutan Juara 3 ASTAM vs Blispi Bina Sentra Indonesia 1(5)-1(4); Zildjian *adu penalti(pah/adt)

Seberapa Pentingkah Peran Pemain Naturalisasi Untuk Timnas Indonesia?

spasojevic

Indonesia dalam hal prestasi sepakbola memang masih belum menunjukan prestasinya yang luar biasa. Pada saat di era kepemimpinan Nurdin Halid tahun 2006, muncul sebuah ide gila untuk mengangkat prestasi sepakbola Indonesia muncul melalui proses naturalisasi. Namun, ide gila ini mendapat pertentangan dari berbagi kalangan, karena Nurdin Halid pada saat itu mengambil sembilan pemain Brazil usia 23 tahun untuk dijadikan pemain timnas Indonesia. Empat tahun berselang, tepatnya tahun 2010. Sistem naturalisasi pemain asing makin kencang. Tetapi, kali ini caranya lebih masuk akal. Diantaranya dengan pola menjadikan pemain asing yang sudah lama tinggal di Indonesia, untuk memeluk kewarganegaraan Indonesia. Produk unggulnya sebut saja Cristian Gonzales, menjadi pemain pertama yang diambil sumpahnya untuk menjadi WNI dan membela timnas Indonesia. Piala AFF menjadi ajang pembuktian, Gonzales di timnas Indonesia. Meski, di ajang AFF 2010 hanya menjadi runner-up, setelah di final kalah melawan Malaysia. Disana PSSI melihat ada peningkatan dalam prestasi, karena semenjak Gonzales bergabung di timnas Indonesia, ini yang membuat PSSI ketagihan atau terus gencar melakukan naturalisasi pemain. Hasilnya, terdapat John Van Bukhering, Tony Cussel, Kim Jefry Kurniawan, Irfan Bachdim, Victor Igbonefo, Bio Paulin, Diego Michiels, Stefano Lilipaly dan yang terbaru terdapat Ilija Spasojevic. Tapi, apakah sudah tepat naturalisasi pemain untuk peningkatan prestasi Indonesia di level Asia atau Asia Tenggara? Tim nysnmedia.com mencoba berbincang hangat dengan pengamat sekaligus wartawan sepakbola Hanif Marjuni. Bung Hanif sapaan akrabnya, yang sudah malang melintang di dunia sepakbola Nasional mengatakan, bahwa naturalisasi untuk membawa jangka panjang sepakbola Indonesia itu penting. Tapi, skalanya hanya untuk menjadi pemicu para pemain lokal untuk bisa bersaing dengan pemain naturalisasi. “Dalam jangka waktu yang panjang itu bisa di katakan penting, tapi kadarnya sebagai pemicu saja, bukan untuk skala yang luas. Karena, kalau kita meliat naturalisasi sebagi proyeksi instan iya, tapi untuk perkembangan timnas saat ini. Kita melihat sebagai jangka panjang untuk menjadi pemicu pemain lokal atau bakat-bakat pemain Indonesia untuk lebih,” terang Bung Hanif kepada nysnmedia.com. Dirinya pun, melihat dua sampai tiga tahun menjadi pemicu untuk pemain lokal. Apalagi, masalah harga pemain lokal sudah bisa bersaing dengan pemain asing. Terlebih, naturalisasi bagi timnas Indonesia belum mampu mengangkat prestasi bagi timnas. Namun, ada sisi baiknya juga dalam hal naturalisasi bagi timnas Indonesia. “Setidaknya sepakbola bukan hanya prestasi saja, tapi dalam sisi entertainment berhasil. Ada perhatian dari public tentang perkembangan sepakbola di Indonesia. Ya, terlepas gagal membangkitkan prestasi sepakbola Indonesia,” tuturnya. Pemain naturalisasi diusia keemasannya, diharapkan mampu memberikan ilmu kepada pemain lokal untuk bisa bersaing sehat. Masyarakat Indonesia pastinya sangat rindu akan prestasi timnas Indonesia, bukan rindu akan masalah. Maju terus sepakbola Indonesia ! (pah/adt)

UBL Mampu Pukul Telak UPH Dengan Skor 3-0

ubl vs uph LIMA Football

UBL meraih kemenangan keduanya atas UPH dengan skor 3-0 di babak lanjutan LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta Conference (GJC) and Nusantara Conference (NC) 2017 di Stadion UI, Depok, Sabtu (18/11). Sebelumnya, UBL yang berhasil menang tipis atas UII Yogyakarta dengan skor 1-0 pada Kamis (16/11) lalu. Berbeda dengan UBL, UPH yang dilaga pertama kalah telak atas tuan rumah UI dengan skor 4-0, ingin merubah nasibnya. UBL yang tampil dengan penuh percaya diri, untuk bisa meraih kemenangan terus melancarkan serangan-serangan berbahayanya. UPH yang ngotot untuk meraih kemenangan pun demikian. UPH bertarung dengan penuh semangat juang yang tinggi. Peluang demi peluang berhasil diciptakan kedua tim. Namun, tak ada gol tercipta hingga peluit babak pertama berakhir. Jeda istirahat dimanfaatkan oleh UBL untuk memperbaiki permainan. Hasilnya, di awal babak kedua, UBL mampu memecah kebuntuan melalui Rio di menit 47. Skor pun berubah 1-0 untuk UBL. UPH yang tersengat gol pertama mulai bangkit. Namun, hilangnya fokus pemain UPH dimaksimalkan pemain UBL ini. Di menit 69, UBL berhasil menggandakan keunggulan melalui Rio kembali dan membuat skor menjadi 2-0. UBL kian memperlebar jarak menjadi 3-0 di menit 87, melalui gol yang diciptakan Gilang. Skor 3-0 untuk UBL bertahan hingga usai. UPH pun, harus menelan dua kali kekalahan dari dua pertandingan. Pelatih UBL, Agus Setiawan mengakui kesulitannya membuat gol di babak pertama dikarenakan fisik pemain yang masih kelelahan. Tak hanya itu, faktor terburu-buru masih menghinggapi pemain UBL. “Saya tadi melakukan pergantian pemain dengan memainkan pemain yang lebih fit. Di babak kedua kami bermain sabar. Hasilnya 3 gol berhasil kami ciptakan,” kata Agus. (pah/adt)

UNJ Kerja Keras Kalahkan UMJ Di Ajang LIMA Football 2017

unj vs umj lima football

Setelah menang atas Universitas Trisakti dengan skor 2-0 pada Jumat (17/11) lalu. Kini, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melanjutkan trend positifnya dengan mengandaskan perlawanan UMJ dengan skor tipis 1-0 di Stadion UI, Depok, Sabtu (18/11). UNJ harus susah payah meraih kemenangan keduanya dalam lanjutan LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta Conference (GJC) and Nusantara Conference (NC) 2017. Di sepanjang babak pertama, UNJ langsung menekan dan tampil dominan. Beberapa peluang berhasil diciptakan anak-anak UNJ ini. Namun, penyelesaian akhir yang kurang baik terbuang dengan percuma. Sementara, UMJ hanya mengandalkan serangan balik cepat. Skor kacamata alias 0-0 pun, menghiasi babak pertama berakhir. Di babak kedua, UNJ tak mengendurkan serangan. Anak-anak UNJ langsung menekan pertahanan UMJ. Namun, disiplinnya pertahanan UMJ masih bisa membendung serangan UNJ. Frustasi tak bisa menembus pertahanan UMJ, anak-anak UNJ mencoba cara dengan melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Hasilnya,l pemain UNJ, Eka berhasil merubah papan skor menjadi 1-0 di menit 53. Unggul 1-0 membuat UNJ kian percaya diri untuk melancarkan serangan dan beberapa kali melancarkan tendangan keras. Sedangkan, UMJ masih mengandalkan serangan balik cepat. Gol tunggal Eka pun, menutup babak kedua berakhir untuk kemenangan UNJ 1-0. Pelatih UNJ, Agung Nopitra mengatakan UMJ merupakan tim yang ditunggu-tunggu. UNJ sebenaenya sudah beberapa kali bertemu dengan UMJ. “Ini merupakan pertandingan yang kami tunggu-tunggu. Kami sudah sering bermain lawan UMJ, tapi ini merupakan kemenangan pertama kami atas UMJ dengan waktu pertandingan normal,” jelasnya. Lanjutnya, dengan kemenangan ini tim UNJ semakin percaya diri untuk meraih kemenangan demi kemenangan di ajang LIMA Football 2017. Dan, hanya butuh beberapa perbaikan dari tim. “Atas hasil ini mungkin kami bisa meneruskan kemenangan kami di pertandingan selanjutnya. Kami hanya mengingatkan teknik dasar dan kerja sama antarpemain,” kata Agung. (pah/adt)

UII Yogyakarta Menjadi Satu-Satunya Universitas Dari Luar Jakarta Pada Ajang LIMA Football 2017

Tim-sepakbola-UII-Yogyakarta

Antusias yang tinggi terlihat, pada saat ajang kompetisi antar mahasiswa LIMA menggelar LIMA Football 2017. Tim sepakbola terbaik dari masing-masing Universitas berlomba-lomba mengikuti LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta Conference (GJC) and Nusantara Conference (NC) 2017. Antusias itu terbukti, terdapat tujuh Universitas terbaik yang mengikuti LIMA Football 2017. Salah satunya, ada tim yang datang jauh-jauh dari Kota Gudeg, Yogyakarta yakni Universitas Islam Indonesia dan menjadi satu-satunya tim yang berasal dari luar Jakarta. Manajer Tim Sepakbola UII, Akhsin Yosidha, mengaku lebih tertarik mengikuti LIMA Football dibandingkan event yang lain, karena level pertandingan yang sangat bagus. “Kami lebih memilih mengikuti LIMA Football ini karena kami melihat level pertandingan di LIMA sangat bagus,” tegas Akhsin. Dalam mengikuti LIMA Football, anak-anak Yogyakarta ini datang ke Jakarta dengan persiapan yang matang. Mereka berlatih dengan intens, demi meraih hasil maksimal di LIMA Football 2017. “Persiapan kami sudah cukup baik. Dalam seminggu, kami berlatih tiga kali. Kami berlatih tidak hanya ketika ada pertandingan saja. Meski tidak ada pertandingan, kami tetap berlatih”, ungkap Akhsin.(pah/adt)

Animo Sangat Tinggi, Tujuh Universitas Ikuti LIMA Football

Tim-dari-LIMA-sedang-melaksanakan-pertemuan

Liga Mahasiswa (LIMA) ajang kompetisi bagi mahasiswa dengan tujuan untuk mempererat pertemanan antar universitas yang ada di Indonesia. LIMA mempunyai lima cabang olahraga (cabor) yakni renang, futsal, basket, bulutangkis dan renang. Nah, LIMA baru saja menggelar empat cabor yang dipertandingkan yaitu renang, futsal, basket dan bulutangkis, baik tingkat reguler maupun Nasional. Kali ini, LIMA menggelar LIMA Football dengan tajuk LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta and Nusantara Conference 2017 yang rencananya akan dilaksanakan di Stadion Universitas Indonesia (UI), Depok pada 16-23 November 2017. Management Consultant LIMA, Achmad Lanang mengatakan, alasan LIMA menggelar cabor sepakbola yakni untuk membantu sepakbola Indonesia lebih maju. Ditambah, animo dari Universitas yang sangat tinggi dalam cabor sepakbola. “Alasan mengapa LIMA membuka cabor sepak bola karena minat tinggi, dan juga sepak bola merupakan olahraganya Indonesia”, ujar Achmad. Sementara itu, Manajer Departemen Kompetisi dan Pertandingan LIMA, sangat senang melihat antusias universitas untuk mengikuti cabor sepakbola. Apalagi, banyak universitas yang sudah menantikan cabor sepakbola. “Ada peserta yang sudah menantikan pelaksanaan cabor sepak bola di LIMA. Mereka pun langsung mendaftarkan timya untuk mengikuti LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta and Nusantara Conference 2017 ini,” pukasnya. Tujuh universitas yang akan mengikuti LIMA Football yakni Unviersitas Budi Luhur, Universitas Pelita Harapan, Universitas Indonesia, Universitas Muhamadiyah Jakarta, Universitas Trisakti, Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta).(pah/adt)

Kupas Tuntas Kontroversi Liga 1 Indonesia

kontroversi-liga-1

Tanggal 15 April 2017 menjadi sejarah bangkitnya sepakbola Indonesia. Dua tahun lamanya, sepakbola Indonesia telah mati suri setelah di hukum oleh FIFA. November 2016 pula, lahirnya ketua umum PSSI periode 2016-2020 yakni Edy Rahmayadi. Edy terpilih sebagai Ketua Umum PSSI untuk periode 2016-2020 dalam Kongres PSSI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/11/2016). Dalam pemungutan suara, Edy, yang juga merupakan Pangkostrad TNI, meraih 76 suara. Dia mengalahkan Moeldoko yang hanya meraih 23 suara. Sementara itu, calon lainnya, Eddy Rumpoko, hanya mendapatkan satu suara. Edy yang juga aktif sebagai TNI berpangkat Letnan Jendral menjabat Pangkostrad ini, diharapkan oleh pecinta sepakbola Indonesia bisa memajukan sepakbola Indonesia dengan ketegasannya. Dalam kutipan cnn.indonesia (10 November 2016) setelah terpilih, Edy memiliki target untuk timnas Indonesia. Edy berjanji akan segera bekerja agar target-targetnya tercapai, salah satunya targetnya adalah timnas tampil di Olimpiade dalam kurun waktu delapan tahun dari sekarang. “Mungkin itu sulit sekali bagi pemain-pemain yang saat ini masih kita ketahui bersama (kemampuannya), tetapi Insya Allah di 2024 kita sudah bisa berkiprah.” “Di saat ini kami harus segera bekerja. Di kelompok U-15, ini kita booming-kan, kami meriahkan, sehingga delapan tahun yang akan datang pemain-pemain yang berusia 23 tahun sudah bisa berkiprah di internasional,” ucapnya melanjutkan. Benar saja, enam bulan memimpin PSSI, tepatnya 15 April dibukanya Liga 1 Indonesia yang memainkan antara Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (SGBLA). Namun, sebelum Liga 1 bergulir banyak kontroversi yang terjadi yakni mengenai regulasi. Regulasi yang diterapkan di liga yaitu tim diwajibkan mengontrak sedikit-dikitnya lima pemain U-23, kemudian hanya bisa mengontrak maksimal tiga pemain asing, di mana dua merupakan pemain non-Asia dan satu pemain Asia atau disebut aturan dua plus satu. Selanjutnya, jumlah pemain berusia 35 tahun ke atas tidak boleh lebih dari dua orang di setiap tim. Peraturan lainnya yaitu setiap klub bisa mengontrak satu “marquee player” yaitu pesepak bola asing yang dianggap berkelas dunia yang pernah bermain setidaknya dalam tiga putaran Piala Dunia terakhir (untuk hal ini pada tahun 2006, 2010 dan 2014) atau pernah berkiprah di klub elite Eropa. Persib Bandung contohnya, mereka menggaet Michael Essien eks Chelsea dan Carlton Cole bintang Timnas Inggris sebagai pemain marquee player mereka. Sementara, regulasi yang mewajibkan klun memainkan pemain U-23 menuai beberapa pro dan kontra. Regulasi ini dibuat memang dipersiapkan untuk timnas Indonesia berlaga di Sea Games Kuala Lumpur, Malaysia. Setiap klub, diwajibkan memainkan tiga pemain U-23. Pelatih pun, mau tidak mau menurunkan pemain U-23. Banyak komentar miring dengan regulasi ini, ada yang beranggapan bahwa jika pemain tidak siap bisa merugikan klub dan pemain U-23 bisa bermain di tim senior bukan karena aturan melainkan karena kesiapan pemain serta prestasi pemain. Setengah musim berjalan, masyarakat Indonesia mulai mengenal wonderkid Febry Haryadi dan Gian Zola (Persib), M Rezaldi Hehanusa (Persija), Kurniawan Kartika Ajie (Persiba Balikpapan). Bisa dikatakan sukses? Mari kita telaah kembali. Kebijakan PSSI membuat regulasi U-23 memang dipersiapkan untuk Sea Games Malaysia, namun ekspektasi berlebih hanya membuahkan medali perunggu saja bagi Indonesia yang dipimpin pelatih asal Spanyol Luis Milla. Muncul kembali peraturan dari PSSI yang membingungkan. Setelah Sea Games berlangsung, PSSI menghapus regulasi U-23 di Liga 1. Keputusan ini, sontak membuat para klub dan pelatih berang. Para pelatih dan klub, menganggap keputusan awal yang dibuat oleh PSSI dengan seenaknya di hapus. Namun, ada juga klub yang bisa dikatakan ketiban durian runtuh dengan adanya penghapusan regulasi U-23. Tak hanya itu, regulasi saja yang membuat kisruh, suporter pun masih belum cukup dewasa. Almarhum Riko Andrean suporter Persib yang tewas pada saat laga big match melawan Persija Jakarta menjadi pusat perhatian kancah dunia sepakbola. PSSI pun, menghukum bobotoh. Sudah seharusnya, suporter Indonesia dewasa. Kepemimpinan wasit pun, menjadi fokus pembenahan PSSI. Wasit Indonesia seharusnya bisa mengambil keputusan dengan tegas tanpa takut di intervensi oleh tim maupun pemain. Puncaknya, PSSI menghadirkan wasit asing pada bulan Agustus. Tujuan PSSI dengan hadirnya wasit asing, bisa memberikan contoh kepada wasit asal Indonesia. Lagi dan lagi, hadirnya wasit asing menjadi pro dan kontra. Seperti pelatih PSM Makasar, Robert Rene Albert yang mengatakan bahwa Indonesia tidak butuh wasit asing tetapi membutuhkan teknologi VAR (Video Assintant Referee). Benar saja, puncaknya pada laga big match antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung kesalahan fatal dibuat wasit asing. Shaun Evan merupakan yang memimpin laga big match tersebut. Wasit asal negeri kangguru Australia, menganulir gol dari penyerang Persib, Ezechiel N’Douassel pada menit ke-27. Sundulan N’Douassel terlihat sudah melewati garis dan sundah menyentuh jaring gawang. Namun, Shaun menganggap bola tersebut belum gol. Kontroversi dari wasit Evans, masih berlanjut. Bek Persib Bandung, Vladimir Vujovic, mendapatkan kartu merah pada menit ke-82 setelah terlihat mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada wasit yang memberinya kartu kuning karena melanggar Bruno Lopes. Pemain Persib yang tidak terima, bergerak kepinggir lapangan. Namun, Evans menganggap pemain Persib mogok bertanding dan menyudahi pertandingan pada menit 83. Ini menjadi perbincangan hangat bagi para pecinta sepakbola. Polemik wasit belum usai, kini giliran penentuan juara yang menjadi pusat perhatian. Bhayangkara FC dinobatkan menjadi juara Liga 1 2017. Kepastian tersebut didapat setelah Bhayangkara FC unggul atas pesaingnya Bali United yang bertengger di posisi kedua. Klub berjuluk The Guardians itu unggul agregat dari dua pertemuan kontra Bali United meski di klasemen memiliki poin yang sama yaitu 68 poin. Namun, terjadi kontroversi juara Bhayangkara. Pada saat melawan Mitra Kukar yang berkesudahan imbang 1-1, Bhayangkara mengajukan banding dengan alasan Mitra Kukar memainkan pemain ilegal yakni Mohammed Sissoko yang sebelumnya mendapatkan hukuman sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI. Hasil putusan pun, Bhayangkara menang dengan skor 3-0 dan membuatnya naik kepuncak klasemen menggeser Bali United. Ini yang menjadi perdebatan para tim, khususnya Bali United dan PSM Makasar yang bersaing dalam perebutan gelar juara. Di laga terakhirnya, Bhayangkara memastikan juara Liga 1, meski kalah dari Persija Jakarta dengan skor 1-2. Bhayangkara yang sudah dipastikan juara, menjadi gonjang ganjing. PT LIB (Liga Indonesia Baru) belum memastikan Bhayangkara FC juara Liga 1 Indonesia. Tak hanya itu, laman resmi FIFA pun, secara mengejutkan mengeluarkan klasemen yang menyatakan Bali United FC yang menjadi juara di Liga 1 Indonesia. Namun, pada akhirnya FIFA merubah laman tersebut dengan menyatakan Bhayangkara FC sebagai juara Liga 1. … Read more

Ribuan Pemain Sepakbola JSFL Tumpah Ruah Di Lapangan British School

Para calon peserta dari beberapa sekolah yang menghadiri sistem Grading untuk persiapan JSFL 2018 pekan lalu (11/11/17). Foto: NYSN Media (Fahrizal)

Ribuan lebih para peserta berbondong-bondong mendatangi lapangan British School, Tangerang Selatan, untuk melakukan seleksi grading yang di adakan oleh comite sepakbola JSFL (11/11) Menurut Kirk Evans, Ketua Komite JSFA, moment ini terlaksana tak lepas dari sosok komite terdahulu, yang konsisten menangani, dan secara professional hingga semua dapat terlaksana dengan baik. “Sosok komite terdahulu sangat menginspirasi kami, berorientasi kepada realisasi program, dan bergerak secara sosial merupakan misi kami untuk menambah minat masyarakat terhadap olahraga sepakbola,” tutur Kirk Kirk juga menambahkan, bahwa moment seperti ini sudah berjalan selama 13 tahun yang lalu. “Program yang di ikuti oleh sekolah Ini sudah berjalan kurang lebih 13 tahun. Sedangkan sistem seperti ini sudah berlangsung selama10 tahun, karena sebelumnya juga pernah ada orang dari british international school yang menjadi bagian dari komite, awalnya sih ada orang tua murid yang menanyakan “Kok anak saya selalu main bola di sekolah, tapi tidak ada kompetisinya”, lalu di buatlah ajang seperti ini,” tambah Kirk Kirk juga berterimakasih kepada semua pihak yang turut membantu hingga acara sepakbola JSFL ini terlaksana hingga tuntas nanti. “Acara ini berlangsung berkat kerjasama yang baik dengan semua pihak, terutama panitia, dan tak kalah penting adalah dorongan dari sponsor kami, yaitu coca cola, dan yang lainnya, tanpa sponsor kami tak mungkin bisa membuat sebesar ini,” tutup Kirk (red)

JSFL 2018 Menggelar Sistem Grading Untuk Menerapkan Sistem “Fair Play”

Para calon peserta JSFL 2018 yang sedang melalui proses Grading yang digelar di British School pekan kemarin, 11/11/17. Foto: NYSN Media (Fahrizal)

Seleksi atau tahapan grading yang di lakukan oleh panitia Ajang JSFL 2018 menjadi perhatian penting bagi pelaksana acara, bagaimana tidak, pentingnya pengelompokan skill bertujuan untuk menggelar acara yang adil apabila ditinjau dari kekuatan masing-masing tim. Lebih lanjut, grading juga bertujuan untuk mengenal skill kemampuan, lalu di kelompokan secara matang, dan di pertandingkan dengan lawan yang setimpal. Guna menggelar kegiatan fair play tersebut, koordinator pelaksana ajang JSFL 2018, Pak Raden, mengatakan memakai pola yang dijalankan berkiblat dari ajang liga inggris. “Kami memakai sistem yang sama dengan liga inggris, memakai sistem home away, apalagi pertandingannya bukan hanya di lapangan British School saja, tetapi juga sejabodetabek,” ujar Pak Raden Sementara itu, menurut data yang di himpun terdapat peserta kurang lebih 40 sekolah untuk ajang U-8, dan 70 tim dari kategori U-10 yang tengah melakukan grading (red)

Kamu Harus Tahu, Tiga Tokoh Olahraga Ini Juga Pahlawan Bangsa

10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia. Tahukah kamu perjuangan para pahlawan bangsa bukan hanya untuk melawan gerakan penjajah yang hadir di dunia diplomasi dan pemerintahan. Namun, perjuangan pahlawan itu juga hadir dalam dunia sepak bola. Nah, artikel kali ini akan membahas tokoh pahlawan Indonesia di dunia sepak bola yang pasti belum kamu ketahui… Menurut lansiran dari bola.com, dahulu saat Indonesia masih terjajah, sepak bola menjadi alat membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat. Perlawanan dari lapangan hijau pun bermacam-macam loh. Salah satunya dengan membentuk Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI) di Mataram pada 19 April tahun 1930. PSSI didirikan untuk menyaingi klub-klub bentukan Belanda yakni NIVB atau NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie). Teguhnya pendirian tim PSSI, Hingga saat Piala Dunia 1938 berlangsung, PSSI pun ikut mengirimkan pemain-pemain pribumi yang mewakili nama Indonesia. Perlawanan anak bangsa lewat jalur sepak bola telah memunculkan nama sejumlah tokoh. Mereka sebagai pahlawan bangsa yang punya peran masing-masing dalam melawan penjajah. Tentunya melawan lewat kiprah mereka di lapangan. Ini dia 3 tokoh sepak bola Indonesia yang ikut memperjuangkan Indonesia versi lansiran dari bola.com: Soeratin Soesrosoegondo Berlatar belakang bukan dari dunia sepak bola bagi pria kelahiran Yogyakarta ini. Semasa muda, Soeratin menempuh pendidikan sekolah teknik di Jerman. Meski lulusan dari sekolah Jerman, semangat membela tanah air dan mengusir penjajah tetap tertanam di jiwa raga Soeratin.  Sumpah Pemuda 1928, Ia membuat suatu perlawanan dengan membentuk organisasi PSSI pada tahun 1930. Ini merupakan satu cara membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia dalam sepak bola. Kemudian, Soeratin terpilih jadi ketua umum PSSI pertama. Maulwi Saelan Saat tahun-tahun awal bangsa Indonesia merdeka, namanya mencuat. Maulwi berhasil memperkuat timnas Indonesia melawan Uni Soviet pada Olimpiade Melbourne 1956. Tak sampai disitu, Maulwi juga berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 1958 dan melaju ke semifinal Asian Games 1954. Kiprahnya begitu gemilang dalam dunia sepakbola, mengharumkan nama bangsa Indonesia di kanca Internasional. Di luar kiprah gemilang tersebut, ternyata Maulwi juga gemilang di bidang militer, Ia ikut angkat senjata melawan penjajah.  Tercatat, Ia pernah melawan Belanda antara lain penyerbuan markas NICA di Makassar pada 1945. Hingga Maulwi masuk sebagai anggota pasukan pengamanan presiden pada 1962. “Pengawal setia Presiden Soekarno” Raden Maladi Maladi tercatat aktif memperkuat sepak bola Indonesia hingga 1940. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI 1950-1959. Sementara di ranah politik, Menteri Pemuda dan Olahraga (1964-1966). Maladi tidak hanya berjuang di lapangan hijau. Seperti halnya Maulwi dan Soeratin, Maladi juga ikut angkat senjata mengusir penjajah. Salah satunya saat Pertempuran Empat Hari di Solo. Maka itu, tahun 2003 kota Solo menyematkan nama Raden Maladi ke Stadion legendaris, Stadion Sriwedari untuk menghormati pria yang wafat 30 April 2001 tersebut.   Itulah ketiga tokoh pahlawan bangsa Indonesia di lapangan hijau. Ternyata perjuangan mengharumkan nama bangsa sudah dilakukan oleh para tokoh terdahulu. Sekarang saatnya generasi muda Indonesia, untuk semangat dan bangkit meraih kemenangan di setiap laga. Semua itu atas nama “Indonesia” Selamat Hari Pahlawan!

Rules Of The Game Yang Digunakan JSFL Berkiblat Kepada FIFA

Kirik-evans-selaku-ketua-comite-JSFA-2018

Moment grading yang di lakukan oleh komite JSFA di lapangan sekolah British School di warnai kemeriahan sorak sorai suara para pendukung sekolah yang sedang bermain, terlebih orang tua dari masing-masing pemain, turut menyemangati anaknya untuk bermain bagus. Kirk Evans mengatakan kepada nysnmedia.com bahwa panduan rules of the game pertandingan mengacu kepada FIFA. “Di JSFL Kami dibawah FIFA. Dan akan selalu mengikuti aturan FIFA atau Rules Regulation FIFA,” papar Kirk Kirk juga menambahkan transparansi menjadi kunci sukses di tiap kegiatan yang di laksanakan. “Disini kami open book, untuk orang keuangan langsung di lakukan dari pihak sekolah British International School, mereka part time untuk audit. Karena uang pendaftaran masuk ke rekening BIS, dengan istilah open book. Tidak ada yang disembunyikan atau nothing to hide,” tambah Kirk Sementara itu untuk moment grading ini pihak pelaksana melibatkan personil kurang lebih berjumlah 60 orang. “Personil yang terlibat diluar JSFL sekitar 20 orang, dan kalau ditambahkan dengan wasit, yang personilnya kurang lebih 40 orang. Dan disetiap venue atau lapangan harus ada perawat/nurse & ambulance. Jadi total personil termasuk nurse kurang lebih bisa 60 personil,” tutupnya (red)

Uni Papua, NGO Asal Indonesia Ini Meraih Penghargaan Dari Federasi Tertinggi Sepakbola Dunia, FIFA

Uni Papua Football Community. Foto : Doc. Uni Papua

Uni Papua Football Community kali ini mendapat perhatian dari federasi tertinggi sepakbola dunia, FIFA. Melalui ajang FIFA Diversity Awards 2017 yang diadakan pada 2 November lalu, FIFA memberikan penghargaan kepada Uni Papua Football Community sebagai salah satu anggota yang dianggap berhasil memperjuangkan anti diskriminasi dan rasisme secara konsisten baik dalam skala nasional maupun internasional. Penghargaan ini sudah dilakukan federasi tertinggi sepakbola dunia, FIFA sejak tahun 2011. Uni Papua dinobatkan sebagai juara ketiga yang dianggap berhasil melakukan kegiatan sepakbola sosial dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, mempromosikan perdamaian, pembentukan karakter yang dapat memberikan kekuatan kepada generasi muda untuk bisa mengatasi penyalahgunaan obat terlarang, alkohol serta pergaulan bebas. Selain itu, Uni Papua juga dianggap berhasil mengkampanyekan sepakbola anti warna kulit, ras dan agama. Harry Widjaja selaku CEO dan pendiri Uni Papua FC menuturkan rasa bahagia mendapatkan penghargaan tersebut. “Saya mengucapkan selamat kepada para pelatih, anggota, relawan, pengurus para mitra, sponsor, penasihat serta media partner yang selama ini ikut berj uang membesarkan Uni Papua FC.” Tuturnya Uni Papua FC memang memiliki tujuan utama untuk pembentukan karakter pemain sepakbola sejak usia dini. Hingga saat ini, Uni Papua FC sudah memiliki 40 cabang di seluruh Indonesia dan 4 cabang di Finlandia, Amerika Serikat dan negara Asia. Selain penghargaan dari FIFA ini, Uni Papua FC juga pernah mendapatkan penghargaan internasional lainnya seperti Global Family Award dari Asosiasi Organisasi Non Goverment Organization (NGO) terbesar di Finladia tahun 2015 lalu.(put/adt)

Bertema Nivea Men Top Skor Cup U-16, 22 Tim Akan Bertarung Di Lapangan ISCI Ciputat

Pembinaan sepakbola usia dini harus terus digencarkan oleh PSSI maupun masyarakat. (sumber foto: Viva News)

Sepakbola merupakan olahraga yang sangat popular, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia hingga kini. Dua tahun lamanya, sepakbola Indonesia sempat mati suri karena di hukum oleh federasi FIFA. Tahun 2017, menjadi kebangkitan sepakbola Indonesia. Tentunya dengan begitu, tak hanya PSSI yang memajukan sepakbola Indonesia, tetapi dari berbagai kalangan pihak dan membutuhkan komitmen banyak pihak agar dapat terus menggeliat dan memperlihatkan prestasi yang mengharumkan nama Bangsa dan Negara. Tak hanya itu, proses pembinaan usia dini juga menjadi faktor yang sangat penting, di percaya untuk mencetak pemain-pemain muda berbakat, dan berkualitas yang menjadi harapan Bangsa di masa mendatang. Melihat pentingnya proses pembinaan usia dini pada olahraga populer sepakbola tersebut, NIVEA MEN sebagai merek perawatan kulit muka terkemuka di dunia memperlihatkan kontribusinya untuk turut mendukung perkembangan olahraga sepakbola Tanah Air melalui penyelenggaraan kompetisi sepakbola NIVEA MEN Top Skor Cup U-16. NIVEA MEN Top Skor Cup U-16 adalah turnamen sepakbola paduan antar Sekolah Sepakbola (SSB) dan sekolah formal (SMU/SMK) terbaik di wilayah Jabodetabek berusia di bawah 16 tahun. Terdiri dari 22 kesebelasan yang diundang berdasarkan prestasi dan reputasinya di turnamen maupun kompetisi usia muda. Ajang ini juga menjadi wadah talent scouting PSSI untuk persiapan Timnas U-16 menuju putaran final Piala Asia U-16 tahun 2018 mendatang. Nivea Men Top Skor Cup U-16 secara resmi akan digulirkan pada tanggal 11 November 2017 mendatang di International Sports Club of Indonesia (ISCI), Jalan Ciputat Raya No. 2, Cireundeu (sebelum kampus UIN), Ciputat, Tangerang Selatan. Bagi Nivea sendiri, tournament untuk U-16 sendiri baru pertama kali digelar.(pah/adt)

Share Your Story: Kisah Semangat Dari Panji, Anak Hiperaktif Yang Berhasil Mengukir Prestasi Dari Sepakbola

tim-sepak-bola

Ini adalah cerita kiriman Andhika Panji Hardian pada rubrik Share Your Story. Seiring waktu yang berjalan kedepan, tepat pada 17 tahun yang lalu, aku dilahirkan dengan nama lengkap Andhika Panji Hardian. Waktu aku belum sekolah,  aku tergolong sebagai anak yang hiperaktif dan pintar, bahkan saat itu aku sering mengerjakan PR kumon kakakku. Sewaktu aku berusia genap 4 tahun dan sudah sekolah di taman kanak-kanak, mama sempat kerepotan mendididik aku, karena aku sering menjahili orang-orang yang ada di lingkungan sekolah dan sekitar rumah aku. Selain itu, aku juga suka menulis dan mencorat-coret apa saja, dan aku juga suka bermain bola, walaupun tidak ada bola di rumah tetapi aku tetap akan menendang apa saja yang bisa aku raih. Singkat cerita akhirnya oleh mama aku diikut sertakan dalam program psikotest yang ada disekolahku. Dan hasilnya adalah aku tergolong sebagai anak yang memang hiperaktif dan mama harus memfasilitasi aku dengan kegiatan apa saja untuk menyalurkan sifat aku agar aku tidak terus-terusan menjahili orang, selain itu yang lebih penting adalah bahwa mama harus selalu menyiapkan bola dirumah, bola yang aku maksud adalah bola apa saja, selama bisa digunakan oleh aku untuk ditendang. Berawal dari kegemaran aku bermain bola, akhirnya aku tergabung dalam tim futsal saat aku di Taman Kanak-kanak, saat itu aku ditunjuk menjadi Kaptennya dan dipercayakan untuk menjadi kapten terlama di sekolahku Al Azhar Pamulang, mulai dari TK sampai aku SD selama 8 tahun, Aku sangat bersyukur bahwa mama sangat mensupport kegiatan aku, sehingga aku menjadi berprestasi dan juara dalam olahraga bola, mulai saat aku TK sampai saat ini di Sekolah Menengah Atas (SMA). Mulai dari tingkat Kota, Provinsi, bahkan sampai tingkat Nasional. Selain aktif di sepakbola sekolahku aku juga tergabung dalam club futsal dan club sepak bola. Dan hasilnya pun, sangat lumayan, minimal aku bisa membeli sepatu bolaku sendiri,  dan juga mendapat beasiswa untuk pendidikanku di SMP dan SMA. Saat ini aku mengajak teman-teman semua untuk menekuni bakat atau hobby yang kamu suka dan capailah prestasimu, Ayo teman-teman, tetap semangat dan jangan menyerah karena pasti bisa membawa kesuksesan untuk kamu dimasa yang akan datang. Jangan lupa doakan aku ya, kemarin aku menang juara 1 liga santri se-Provinsi Banten, dan nanti di bulan Oktober 2017 aku ke Bandung untuk bertanding di tingkat Nasional. Sukses ya teman-teman pembaca nysnmedia.com. Dan semoga media nysnmedia.com menjadi medianya para juara. Salam..Panji.. Amiin.(red)

Sering Di Kenakan Dalam Laga Internasional Oleh Beberapa Klub di Eropa, Ternyata Jersey Ini Adalah Produk Indonesia

manchester united 2012-2013 squad

Jersey yang digunakan oleh tim-tim sepakbola tentunya mendapat perhatian khusus pecinta sepakbola. Apalagi, saat ini jersey tim sepakbola menjadi incaran para pecinta sepakbola dengan mengenakan jersey tim kesukaannya. Tapi, taukah kalian, jika ada jersey tim sepakbola di Eropa yang asli produk Indonesia? Pada masa millennium terdapat inovasi terbaru dalam penggunaan teknologi tehnik pembuatannya. Saat ini, sudah mulai banyak pabrik-pabrik produsen kaos jersey di Indonesia yang berkualitas sangat bagus. Karena itu mulai banyak klub-klub sepakbola di seluruh dunia mulai melirik apparel-apparel yang berasal dari Indonesia. Tidak hanya itu, apparel yang berasal dari Amerika Serikat seperti brand sepatu Nike pun mulai memproduksi kaos jersey untuk kaos sepakbola hasil kerjasama dengan pabrik yang berada di Indonesia. Bukan tanpa alasan, apparel ternama memilih produksi kaos jersey di pabrik Indonesia. Selain kualitasnya terbukti, harganya pun sangat murah tetapi berkualitas. Manchester United klub terbaik di dunia, jerseynya pun merupakan buatan produk Indonesia. Pabriknya pun berasal dari Tangerang. Terdapat keterangan Made in Indonesia terpampang jelas di setiap jersey yang dijual di Megastore di stadion Old Trafford. Apparel Nike sendiri, sudah dari jaman dulu menunjuk pembuatan jersey klub Manchester United ke pabrik yang ada di Indonesia. Perwakilan dari klub Manchester United, Brand Manager The Official Store Indonesia yaitu Ari Haryanto berkata “kostum Manchester United dibuat oleh PT Tuntex Garment Indonesia yang notabene berada di daerah Cikupa, Tangerang”. Selain, Manchester United terdapat rival se-kota MU yakni Manchester City. Dan, juga jersey timnas Inggris pada tahun 2014 tampil diajang Piala Dunia dibuat di Tangerang yaitu PT Grand Best Indonesia, yang merupakan anak perusahaan dari PT. Tuntex Garment Indonesia. Ada klub Spanyol, Barcelona dan beberapa klub besar yang pernah merasakan jersey berkualitas buatan Indonesia. Lalu apakah kita Bangga menjadi anak bangsa Indonesia! (pah/adt)

Demi Memberantas Isu Intoleran Dan Sara, GP Ansor Gandeng Yayasan Generasi Indonesia Internasional Lewat Sepakbola Sosial

Harry Widjaja, CEO ID Gen (Kanan) jalin kesepakatan dengan GP-Ansor yang diwakili oleh Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (Kiri) untuk untuk pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter, sekaligus mengkampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, hingga menciptakan perdamaian kepada generasi muda Indonesia melalui sepakbola sosial.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) H. Yaqut Cholil Qoumas bersama CEO Yayasan Generasi Indonesia Internasional (ID-Gen) Harry Widjaja menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter, dan juga mengkampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, hingga menciptakan perdamaian kepada generasi muda Indonesia melalui sepakbola sosial. Pada kesempatan itu, kedua belah pihak bersepakat untuk mengadakan beberapa program seperti coaching clinic yang akan diadakan bulan November. Program ini akan diikuti 12 Propinsi seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT dan Papua. Program Coaching Clinic ini akan mengajak para peserta untuk turut serta bermain bola dengan mempraktekkan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan juga toleransi yang akan berdampak pada kehidupan sosial mereka. Metode seperti ini diyakini cukup efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri setiap pemain. Anak-anak indonesia yang menjadi peserta coaching clinic akan memahami pentingnya toleransi dan juga perdamaian serta akan terbentuk karakter yang baik dari dalam diri masing-masing peserta. Kesepakatan ini dilakukan untuk menyadari begitu pentingnya peran anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan Indonesia. Saat ini, isu-isu dan tindakan anarkisme yang membawa nama agama dan saling hujat akan membuat Indonesia terpecah. Karena itu, hal-hal posistif seperti ini harus terus dilakukan untuk menjadikan bangsa Indonesia semakin kuat. ID-Gen memiliki beberapa program unggulan, seperti komunitas sepakbola sosial Uni Papua, Club Sepakbola ID-Gen untuk tim sepakbola profesional, Papua Preneurship untuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan Produksi Media Kreatif. Untuk tahun depan, GP Ansor akan bekerja sama lagi dengan ID-Gen untuk membentuk komunitas sepakbola sosial dengan nama Ansor Football Community dengan menyelenggarakan Festival Sepakbola Perdamaian dan Liga Ansor Nusantara 2018. (put/adt)

Warga Cisauk Ciptakan Kompetisi Sepakbola U-12, Sebagai Ajang Seleksi Untuk Tingkat Asprov

Anak-anak usia grassroot antusias mengikuti kompetisi sepakbola yang digelar oleh warga Cisauk, Kabulaten Tangerang.

Geliat sepakbola Indonesia kembali meningkat. Setelah hukuman Indonesia dicabut oleh FIFA, kini masyarakat Indonesia mulai disuguhkan beberapa Kompetisi Sepakbola pertandingan timnas Indonesia di level Internasional. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia mulai berbondong-bondong menggelar turnamen untuk usia grassroot yakni usia 6 hingga 12 tahun. Masyarakat Indonesia ingin membantu mencetak bibit-bibit pemain yang dapat membela Timnas Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh warga Cisauk, Kabupaten Tangerang yang menggelar Kompetisi Sepakbola U-12. Kompetisi ini merupakan ajang tahunan dan sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-89. Antusias tim serta anak-anak yang berlaga membuat kompetisi ini menjadi ajang pencarian bakat. Ari Eka yang juga menjabat sebagai manager Sinyal FC mengatakan, bahwa kompetisi sepakbola ini sudah rutin digelar. “Pertandingan ini merupakan kali kedua dalam agenda tahunan. Persiapan tiap tahun biasanya dimulai dari usia 10, 11 dan 12 untuk selanjutnya akan terus diseleksi kembali,” ujar Ari. Lanjutnya, ajang tahunan ini, sudah memiliki prospek kedepannya akan seperti apa. Nantinya, para pemain akan dipantau dan akan masuk ke Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Banten. “Sebenarnya dari pertandingan tahunan ini, kita memiliki rencana dari Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang untuk menyeleksi para pemain dari setiap tim yang nantinya bisa masuk ke Asprov PSSI sekitar 5 sampai 6 orang,” tutur Ari. Dari pertandingan tersebut pihak penyelenggara berharap kedepannya anak-anak didiknya dapat mengikuti seleksi Nasional dan pastinya agar lebih sabar untuk membentuk bibit baru yang akan dibentuk. (pah/adt)

Fakta Menarik : Produk Bola Asal Majalengka Ini Ternyata Tembus ke Kancah Sepakbola Internasional

Jabulani-produk-bola-asal-Indonesia

Kapan Timnas Indonesia bisa berlaga di Piala Dunia? Kata-kata tersebut pasti terlontar bagi pecinta sepak bola Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia. Namun, masyarakat Indonesia patut berbangga karena bola “Made in Indonesia” sudah digunakan di ajang Piala Dunia. Salah satu perusahaan asal Indonesia yang mampu memasok bola untuk Piala Dunia adalah Sinjaraga Santika Sport. Dalam waktu sebulan, biasanya Sinjaraga Santika Sport mampu memproduksi 100 ribu bola. Ya, 100 ribu bola. Harga jual bola pub bervariasi, mulai dari US$ 5-15 per buah. Piala Dunia di Perancis 1998 merupakan momentum bersejarah, karena itulah ini momentum pertama kali perusahaan yang memiliki pabrik di Majalengka, Jawa Barat, telah lebih dulu memproduksi bola resmi untuk Piala Dunia. “Kami pernah memproduksi untuk Piala Dunia 1998 di Perancis. Harganya ketika itu US$ 8 per buah, segitu sudah sangat besar,” kata Irwan Suryanto, pemilik Sinjaraga Santika Sport. Kini perusahaan bola itu semakin besar dan sudah dipercayakan kepada penerusnya H. Jefri Romdonny yang tiada lain adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari H. Irwan. Produk bola asal Majalengka ini, sudah mengantongi lisensi FIFA. Artinya, bola ini memiliki standar baku yang ditetapkan. Sebagai informasi, FIFA menetapkan tujuh tes untuk mengetahui kelayakan bola resmi digunakan untuk sebuah pertandingan sepakbola. Tes yang pertama yaitu circumference. Circumference adalah menguji kesempurnaan lingkaran bola. Kedua adalah sphericity, untuk menguji stabilitas bola di udara. Ketiga adalah rebound, menguji pantulan bola. Keempat adalah water absorption, menguji tingkat ketahanan bola terhadap air. Kelima adalah weight, menguji berat bola. Keenam adalah loss of pressure, menguji apakah bola kehilangan udara selama permainan atau tidak. Dan ketujuh adalah, shape and size retention, untuk menguji apakah berat dan ukuran bola berubah atau tidak selama permainan berlangsung. Kualitas produk bola asal Majalengka ini, satu-satunya di Indonesia yang mempunyai standar FIFA. Di Brasil 2014, Sinjaraga Santika Sport kembali mengirimkan bola produksinya sebanyak 1 juta bola. Namun bukan untuk pertandingan resmi, melainkan acara-acara pendukung seperti sponsor, cinderamata, dan lain sebagainya. Tak hanya, ajang Piala Dunia saja. Bola buatan Sinjaraga Santika Sport ini digunakan di ajang dua tahunan sekali yakni Piala Eropa. Bahkan, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pun sangat bangga dengan bola buatan Indonesia yang sudah mendunia.(pah/adt)