Olimpiade 2024: Gregoria Ke Semifinal, Akhiri Puasa 16 Tahun Tunggal Putri

Babak perempat-final bulu tangkis tunggal putri di Olimpiade Paris 2024 berakhir manis bagi Gregoria Mariska Tunjung. Jorji, sapaan akrabnya, sukses melaju ke semifinal setelah mengalahkan pebulu tangkis Thailand, Ratchanok Intanon. Bertanding selama 46 menit, Gregoria menang dua set langsung dengan skor 25-23 dan 21-9. Penantian Indonesia untuk melihat lagi tunggal putri di Olimpiade pun berakhir usai 16 tahun lamanya. Kali terakhir tunggal putri mewakili bendera Indonesia di semifinal bulu tangkis Olimpiade adalah Maria Kristin pada 2008. Saat itu, Maria Kristin menutup perjuangannya di Beijing dengan medali perunggu. Kini, giliran Gregoria yang menjadi tunggal putri keempat mewakili Indonesia di semifinal bulu tangkis Olimpiade. Sebelumnya, ada Mia Audina (1996) lalu Susy Susanti—mentor Jorji—di Olimpiade 1992 dan 1996. Gelaran yang disebut pertama berbuah medali emas bagi Susy, sedangkan empat tahun berselang meraih perunggu. Di Olimpiade Atlanta 1996 tersebut, Susy kalah dari Mia di semifinal. Mia kemudian finis dengan medali perak. Dikutip dari Antara, ini merupakan kemenangan kedua beruntun Gregoria atas Ratchanok setelah kali terakhir terjadi pada perempat-final Thomas & Uber Cup 2024 dengan skor 22-20, 21-18. Di semifinal, Gregoria akan melawan tunggal putri nomor satu dunia asal Korea Selatan, An Se-young, yang baru saja menang 15-21, 21-17, 21-8 atas wakil Jepang Akane Yamaguchi di perempat-final. Gregoria adalah satu-satunya wakil bulu tangkis Indonesia yang tersisa di Olimpiade Paris 2024. Total ada enam wakil Indonesia di Paris 2024 yaitu Jonatan Christia dan Anthony Sinisuka Gingting di tunggal putra, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari untuk ganda campuran, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti bertarung di ganda putri, serta ganda putra andalan Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Tunggal putra, ganda campuran, dan ganda putri Indonesia gugur di fase grup, sedangkan langkah ganda putra Indonesia terhenti di perempat-final. Sumber: Kompas

Peta Bulutangkis Dunia Kian Ketat, Susi Susanti : Level Pemain Muda Indonesia Nyaris Sempurna

Level permainan pemain muda Indonesia di ajang ‘Pembangunan Jaya Raya Yonex-Sunrise Junior Grand Prix Gold 2018’, kini nyaris sempurna. (Pras/NYSN)

Jakarta- Legenda bulutangkis tunggal putri Indonesia, Susi Susanti, menilai positif terhadap turnamen bulutangkis ‘Pembangunan Jaya Raya Yonex-Sunrise Junior Grand Prix Gold 2018’, akhir pekan lalu. Turnamen yang berlangsung di GOR PB Jaya Raya Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada 3-8 April lalu, menyuguhkan kompetisi yang sangat baik untuk pemain-pemain muda Indonesia. “Secara teknis, level pemain muda sekarang sudah jauh lebih bagus. Bahkan hampir sempurna,” ujar peraih medali emas Olimpiade 1992, Barcelona, Spanyol itu, akhir pekan lalu. Perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 47 tahun silam itu, menyebut bila saat ini peta persaingan bulutangkis dunia cukup ketat. “Pebulutangkis Indonesia masih bisa bersaing dengan negara-negara lain,” tambah istri Alan Budikusuma itu. Wakil Merah Putih berhasil meraih lima gelar di ajang turnamen bulutangkis paling bergengsi di level junior itu. Lima gelar diperoleh lewat nomor Tunggal Putri U-17 (Aisyah Sativa Fatetani), Ganda Putra U-17 (Rian Cannavaro/Asghar Herfanda). Kemudian, Ganda Campuran U-17 (Muhammad Nendi Novantino/Triyola Nadia), Tunggal Putri U-15 (Ellena Manaby Yullyana), dan Ganda Putri U-15 (Mikala Kani/Febi Setianingrum). Selanjutnya, China mengantongi empat gelar (Tunggal Putri U-19, Ganda Putra U-19, Ganda Putri U-19, dan Ganda Campuran U-19). Lalu, India (Tunggal Putra U-15, dan Ganda Putra U-15), Malaysia (Tunggal Putra U-17), Korea Selatan (Ganda Putri U-17), serta Thailand (Tunggal Putra U-19). Sebanyak 1.054 atlet dari 19 negara turut serta di event ini. Hasil dari turnamen Jaya Raya ini, nantinya memberikan tambahan poin BWF (Federasi Bulutangkis Dunia) bagi pemain di Kategori U-19. Sedangkan, untuk pemain dengan Kategori U-15 dan U-17, akan mendapatkan poin untuk peringkat BAC (Federasi Bulutangkis Asia). (Adt)

PBSI Rilis Tim Atlet Pelatnas Tahun 2018

Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) telah merilis daftar tim pemusatan latihan nasional (Pelatnas) 2018. Pemain kelas utama masih diisi tim ternama seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Greysia Polii, Jonatan Christie, dan sebagainya. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan bernomor SKEP/070/0.3/XII/2017 tentang Promosi Atlet Bulu Tangkis untuk Masuk Pelatnas PBSI Tahun 2018. Atlet pelatnas akan mendapatkan ketentuan baru dalam hal sistem pembinaan yang dimulai 2018, yaitu: Bagi atlet-atlet yang tertera di SK (surat keputusan) seluruh pembiayaan latihan dan pertandingan selama setahun akan dibiayai oleh PBSI. Atlet dengan SK Pemantauan, di mana pembiayaan pelatihan dan pertandingan akan dibiayai oleh PBSI selama enam bulan kemudian dipantau dan dievaluasi prestasinya, jika tak memenuhi target maka statusnya akan berubah menjadi pemain magang atau bahkan dipulangkan ke klub masing-masing (degradasi). Pemain magang yang seluruh pembiayaan latihan ditanggung PBSI, sementara untuk pertandingan dibiayai klub masing-masing. Pemain magang pun dievaluasi penampilannya selama enam bulan, kecuali jika indisipliner, dapat dipulangkan ke klub sewaktu-waktu. Jika berprestasi akan naik menjadi pemain dengan SK Pemantauan. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti berkata tak hanya perubahan dari segi pembinaan, juga perubahan dari segi kuota. Pada tahun 2018, jumlah atlet penghuni pelatnas sebanyak 104 atlet. Mereka dipilih dari penilaian potensinya, attitude, kemauan dan progres selama di pelatnas. Susy juga berkata bahwa prestasi atlet tersebut di tahun 2017 sudah cukup baik. Tahun ini dapat 38 gelar dari level international series hingga super series premier. Susi berharap di tahun 2018 tentu akan lebih baik lagi dan ada regenerasi lebih cepat. Prestasi sepanjang 2017, atlet bulutangkis nomor ganda putra berprestasi dengan luar biasa, begitu juga untuk ganda campuran, mendulang gelar pada event-event penting. Nomor ganda putri pun menunjukkan peningkatan yaitu ada tiga gelar yang diraih dari ganda putri tahun ini. Menurut lansiran, semua ini harus diapresiasi dan tetap harus kerja keras. Seperti halnya untuk Jonatan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana Mustofa diharapkan lebih stabil, bukan cuma di ranking 20 besar dunia, tetapi juga harus top 10. Mereka adalah pemain yang punya kesempatan ke Olimpiade 2020.

Astec, Merek Buatan Pemain Legendaris Bulu Tangkis Indonesia

Astec-Merek-Buatan-Pemain-Legendaris-Bulu-Tangkis-Indonesia-1

Bagi kamu pecinta bulutangkis Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan pasangan atlet legendaris Bulu Tangkis Indonesia, Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Pasangan yang pernah mengharumkan nama Indonesia ke taraf Internasional ini, sekarang sudah merambah dunia bisnis peralatan olahraga. Mereka memilih nama Astec yang merupakan singkatan dari Alan Susi Technology dengan nama perusahaan PT. Astrindo Jaya Sport. Meski keduanya kini tidak aktif menjadi atlet bulutangkis, mereka tetap mendukung perkembangan bulutangkis Indonesia dengan membangun bisnis peralatan oahraga yang lebih difokuskan ke raket bulutangkis. Perjalanan membangun bisnis ini tidak mudah dan banyak mengalami jatuh bangun. Bagi Alan, ia sudah mencoba berbagai merek dan jenis raket-raket dari merek internasional dan nasional. Secara tidak langsung ia bisa membedakan raket yang bagus dan tidak serta mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan dari raket bagi pemain yang menggunakannya. Di Indonesia sendiri sudah banyak merek-merek yang memenuhi pasar olahraga. Alan sempat takut untuk bersaing. Namun dengan segala keyakinannya, ia tetap menekuni bisnis ini dengan menjadi sponsor-sponsor di berbagai turnamen bulutangkis dan menjadi mitra diberbagai sekolah bulutangkis. Astec pun menggandeng atlet-atlet bulutangkis muda untuk menjadi Brand Ambassador seperti Simon Santoso, Gloria Emanuelle Widjaja, Alexander Ronald, dan Bellatrix Manuputty. Raket Astec hadir dengan berbagai tipe dan harga yang berbeda-beda seperti  Astec Aero Legend Alan Series dan Astec Aero Legend Susi Series, Astec Aerohuricane, Astec Aero Tornado dan masih banyak lagi. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 300.000 hingga Rp. 2.000.000. Tidak hanya raket, Astec pun banyak mengeluarkan produk olahraga lain seperti sepatu, tas olahraga, baju, celana dan sebagainya. Untuk raket dari Astec memang sangat enak digunakan untuk smash karena dapat menambah kekuatan. Harga yang terjangkau juga menjadi pertimbangan untuk membeli merek lokal ini. Selain itu, raket Astec juga mudah digunakan bagi pemula karena ringan dan dapat menjaga keseimbangan. Untuk bermain dengan menyerang Astec juga enak digunakan. Namun, jika digunakan untuk bertahan agak kurang dan tidak dapat menahan getar. Tak hanya itu, ketahanan dari raket Astec juga kurang dan mudah tergores jika menyentuh lapangan. Raket Astec memang disarankan untuk pemain tunggal dibandingkan pemain ganda. Merek buatan lokal seperti ini memang patut didukung agar dapat bersaing dengan merek-merek lain yang sebelumnya sudah mendominasi. Mari dukung produk buatan Indonesia.

3 Fakta Hebat Dari Gregoria Mariska, Si Atlet Cantik “Penerus Susi Susanti”

Gregoria Mariska Tanjung berhasil mencetak sejarah untuk tunggal putri Indonesia di Asia Junior Championships 2016. Foto : SindoNews

Kisah inspiratif satu ini berasal dari atlet Indonesia. Usianya masih terbilang muda, namun prestasi yang Ia hasilkan sudah banyak. Bahkan Ia disebut-sebut sebagai penerus Susi Susanti, loh!! Siapakah Dia? Dia adalah Gregoria Mariska Tunjung.. Tahukah Kamu dengan Gregoria Mariska Tunjung? Perempuan ini atlet pebulutangkis Indonesia yang mampu meraih medali emas di nomor tunggal putri pada BWF World Junior Championships 2017. Menurut lansiran dari indosport.com, aksi Gregoria berhasil mengalahkan wakil dari China, Han Yue, lewat permainan rubber set. Ia mengakhiri pertandingan dengan skor 21-13, 13-21, dan 24-22. “nama” juara mampu diraih oleh Gregoria Mariska Tunjung. Kalangan masyarakat pun jadi banyak yang memberi perhatian kepada atlet satu ini. Pasalnya, dulu usai era Susy Susanti, Mia Audina, ataupun Maria Kristin Yulianti, ada kekhawatiran banyak pihak terhadap prestasi pebulutangkis putri Indonesia. Sebab, belum ada lagi pebulutangkis putri Indonesia yang mampu memberikan prestasi besar khususnya di ajang internasional. Dengan melihat prestasi Georgia tersebut, Ia akhirnya digadang-gadang sebagai “The next Susi Susanti“. Kini, secerca harapan pun muncul untuk mendongkrak kembali perkembangan bulutangkis putri di Indonesia. Lantas, Ini Dia 3 Fakta yang belum banyak diketahui oleh publik tentang si Cantik Gregoria Mariska: Halaman Selanjutnya >