Jelang Umumkan Hasil Seleksi Tahap Pertama, Indra Sjafri Pulangkan 3 Pemain TC Timnas U-22

Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri, sudah memulangkan tiga pemain pada akhir pekan pertama, pemusatan latihan Timnas U-22. Indra juga mengungkapkan bila hasil seleksi tahap pertama Timnas U-22, akan diumumkan pada Sabtu (12/1) malam. (tirto.id)

Jakarta- Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri memulangkan tiga pemain pada akhir pekan pertama pemusatan latihan. Meskipun memulangkan tiga pemain, pelatih 55 tahun itu memanggil tiga pemain baru untuk menggenapi pemain yang telah ada. Tiga pemain yang dipulangkan dari pemusatan latihan pekan pertama timnas U-22 Indonesia ialah, kiper Hilman Syah (PSM Makassar), lalu dua gelandang Damiansyah Matutu (Arema FC), dan Yoga Pratama (PSIM Yogyakarta). Sementara tiga pemain yang akan menggantikan tiga pemain yang dipulangkan itu ialah kiper Nadeo Argawinata (Borneo FC), serta dua gelandang yakni Jayus Hariono (Arema FC) dan M Syafril Lestaluhu (Persib U-19). Dengan masuknya Nadeo, Jayus, dan M Syafril, komposisi skuat timnas U-22 Indonesia masih berjumlah 35 pemain. Sebelumnya PSSI merilis total 38 pemain yang mengikuti TC yang dimulai sejak Senin (7/1), namun hingga saat ini tiga pemain masih belum hadir. Tiga pemain yang masih belum bergabung ialah Egy Maulana Vikri (Lechia Gdansk), Ezra Walian (RKC Waalwijk), dan Saddil Ramdani (Pahang FA). Dilansir Kompas.com, Indra menentukan empat faktor sebagai patokan untuk memilih pemain yang akan berlaga di Piala AFF U-22 2019. Empat hal itu adalah skill, fisik, taktikal dan kecerdasan mental, serta info medis. Info medis tidak hanya kondisi kesehatan pemain, namun juga catatan cedera yang pernah dialami. Termasuk juga hasil psikotes. Indra mengungkapkan bila hasil seleksi tahap pertama, akan diumumkan pada Sabtu (12/1) malam. “Tadi malam saya sudah diskusi (dengan tim kepelatihan). Ada beberapa kesimpulan yang sudah kami dapat,” tukas pria kelahiran 2 Februari 1963 usai sesi latihan di Lapangan ABC,Jakarta, Sabtu (12/1) pagi. Indra menyebut taak hanya menilai pemain dari informasi yang didapat saat pertandingan 2×30 menit di sesi latihan. “Bukan hanya informasi pertandingan 2×30 menit (di sesi latihan). Kalau itu terlalu naif untuk menentukan dia bagus atau tidak. Saya ingin tiada dusta di antara kita,” ujar Indra menambahkan. Soal pemain yang nantinya dicoret, pria asal Batang Kapas, Sumatra Barat ini, berpesan untuk tak berkecil hati. Ia menegaskan pencoretan bukan akhir dari kesempatan pemain untuk membela timnas. “Saya akan bilang, saya akan report ke pelatih klub bahwa dia sementara belum dan kekurangannya ini. Clear kan,” pungkasnya. (Adt)

Waktu Mepet Jelang Piala AFF U-22, Timnas Hanya Uji Coba 2 Kali

Timnas U-22 melakukan latihan perdana di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Senin (7/1). Mereka akan mengikuti Piala AFF U-22 2019 di Kamboja. Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri, akan memilih 23 pemain terbaik dan dijadwalkan menjalani dua kali uji coba lebih dulu. (bola.com)

Jakarta- Timnas U-22 akan mengikuti Piala AFF U-22 2019 di Kamboja. Skuat Garuda dijadwalkan menjalani dua kali uji coba lebih dulu. Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri, memanggil 38 pemain untuk mengikuti seleksi tahap pertama. Indra akan memilih 23 pemain terbaik. Pertaruhan terdekat Timnas U-22 ada di Piala AFF U-22 di Kamboja, pada Februari 2019. Indonesia berada di Grup B bersama tuan rumah Kamboja, Myanmar, Malaysia dan Singapura. Namun, waktu persiapan yang dimiliki terbilang mepet, karena mereka sudah harus berangkat ke Kamboja pada 14 Februari 2019. Indra menyebut Timnas bakal menjalani dua kali uji coba untuk mematangkan persiapan. Pertama, Timnas menghadapi salah satu konstestan Liga dan, yang kedua, melawan tim di luar Asia Tenggara. Dua-duanya direncanakan dilaksanakan pada awal Februari. “Ada dua uji coba, yakni lokal dan internasional. Belum bisa saya sebutkan, yang pasti satu dari Asia Tenggara. Kalau lokal, tunggu saja karena mereka juga persiapan kompetisi. Semua uji coba, digelar sebelum kami ke Kamboja,” ujar Indra, usai latihan di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Senin (7/1). Lawan pertama yang akan dihadapi Timnas U-22 kemungkinan adalah Timnas China U-22. Anggapan itu berlatar pernyataan PSSI yang berencana mempertemukan tim Merah Putih dengan kesebelasan tersebut. Kemudian, Persija Jakarta juga ditengarai bakal menjadi lawan uji coba Tim merah putih muda. Tim Macan Kemayoran disinyalir akan menjadikan ajang itu sebagai persiapan Liga 1 2019. Sementara itu, Egy Maulana Vikri absen pada latihan perdana Timnas U-22 ini. Tak hanya Egy yang absen pada latihan kali ini. Firza Andika, Saddil Ramdani, Osvaldo Haay, dan Ezra Walian juga tidak nampak kehadirannya. Pada latihan perdana Timnas U-22 yang dimulai pukul 06.30 WIB tersebut, Indra didampingi dua asistennya, yakni Nova Arianto dan Yunan Helmi. Indra juga menunjuk Hendro Kartiko, sebagai pelatih kiper Timnas U-22. Pria berusia 45 tahun itu bertugas menangani empat penjaga gawang seleksi. Sejatinya, pemusatan latihan (TC) ini digelar Indra untuk menyongsong tiga agenda pada 2019. Pertama adalah Piala AFF U-22 di Kamboja, 17 Februari sampai 2 Maret mendatang. Garuda muda kemudian tampil di Kualifikasi Piala Asia U-23 (22-26 Maret), serta multievent SEA Games 2019 di Filipina (30 November-10 Desember). (Adt)

Menuju Piala AFF U-22 di Kamboja, PSSI Gelar Seleksi Singkat 38 Pemain

Osvaldo Haay (25) masuk seleksi Timnas U-22. Ia masyhur sebagai winger berkecepatan tinggi. Namun pemuda 20 tahun asal Jayapura ini pernah menghuni pos striker murni bersama timnya, Persebaya Surabaya, di Liga 1 2018. Ia pun pemain multifungsi. Empat pos sanggup dimainkannya, yakni bek kiri, gelandang, sayap, dan penyerang. (medcom.id)

Jakarta- Piala AFF U-22 akan segera bergulir pada 17 Februari hingga 2 Maret 2019, di Kamboja. Menghadapi turnamen penting itu, PSSI memanggil sekaligus menseleksi 38 pemain, yang bakal memperkuat skuat Garuda Muda, di bawah asuhan Indra Sjafri. Para pemain ini memulai pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk Timnas U-22 mulai 7 Januari, di Jakarta. Dari 38 nama yang rencananya dipanggil, sebagian besar merupakan skuat Timnas U-19. Di antaranya Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, dan Todd Rivaldo Ferre. Selain itu, terdapat nama Ezra Walian, yang saat ini bermain untuk klub Belanda, Almere City. Namun, pemain berpostur 177 cm itu sedang menjalani masa pinjaman di RKC Waalwijk. Ezra sempat menjadi bagian dari Timnas U-22 di SEA Games 2017. Namun, pada Piala AFF 2018, ia gagal mendapatkan izin dari klub untuk membela Timnas Indonesia senior. Selain Ezra, PSSI turut memanggil bomber Persik Kediri sekaligus pemegang titel topskor Liga 3, Septian Satria Bagaskara. “Kami memilih pemain yang bermain di kompetisi Liga 1, 2, dan 3, sehingga memiliki jam terbang. Ini jadi landasan utama kami dalam menentukan pemain. Kami juga sudah mengumpulkan data dari tim HPU (high performance unite),” ujar Indra, di Jakarta, pada Jumat (4/1). Juru racik tim kelahiran Lubuk Nyiur, Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), 2 Februari, 55 tahun silam itu, mengatakan semua pemain dari U-19 masuk ke dalam skuat Garuda. “Semua pemain dari Timnas U-19 yang kemarin itu masuk, tapi minus striker. Banyak striker bagus, dan paling tidak, kini ada 4 striker yang kami siapkan,” tambah pelatih yang mengecap karir junior di PSP Padang 1981-1986. Sementara itu, terkait sempitnya waktu persiapan timnas, Indra tak mempermasalahkan. “Training center untuk timnas tak perlu lama. Saya inginnya satu, dua, tiga hari. Harusnya mereka yang dipanggil pemain yang pembinaan di klubnya bagus, sehingga kami hanya tinggal memantapkan program saja kepada para pemain ini,” jelas Indra. Untuk staf pelatih, mayoritas staf Indra dari Timnas U-19 akan disertakan. Namun, Indra juga membawa dua asisten pelatih baru yang dipastikan sudah memiliki lisensi kepelatihan yang sesuai arahan AFC. “Tim ini adalah tim yang terbaik, termasuk team behind the team, pelatih yang kami pilih adalah yang terbaik karena mengikuti standar arahan dari AFC. Asisten satu nanti akan dibantu oleh Yunan Helmi dari Barito (Putera),” papar Indra. “Asisten dua, yakni Nova Arianto dari Lampung Sakti, dan kebetulan sekarang dalam posisi tidak dalam kontrak. Seluruh pelatih itu masuk kriteria AFC soal sertifikasi,” tukas pria yang memulai karir sebagai pelatih U-12 ini. Sedangkan Ratu Tisha, Sekertaris Jenderal (Sekjen) PSSI, menyebut jika Indra memiliki beban berat dalam mempersiapkan Timnas U-22. Sebab, menurutnya, selain Piala AFF U-22 pada 2019 ini, tim merah putih muda juga akan berlaga di kualifikasi Piala Asia U-23 pada 2020, dan SEA Games 2019 Filipina. “Ada beberapa target dari PSSI, seperti Piala AFF di Kamboja, AFC U-23 Qualifiers, juga menyongsong target emas di SEA Games 2019. Mulai 7 Januari akan ada rangkaian program-program itu,” cetus Tisha. “Kami harapkan dukungan, doa, serta semangat dari masyarakat demi kejayaan sepak bola Indonesia,” lanjutnya. Timnas U-22 akan menjalani laga perdana pada 18 Februari kontra Timnas U-22 Myanmar, pada babak penyisihan grup Piala AFF U-22 2019. Setelah itu, skuat Garuda bakal berjumpa dengan Singapura, Malaysia, dan tuan rumah Kamboja. (Adt) Daftar 38 pemain Timnas Indonesia U-22: Kiper 1. Hilman Syah (PSM Makassar) 2. Awan Setho (Bhayangkara) 3. Satria Tama (Madura United) 4. M Riyandi (Barito Putera) Belakang 5. Nurhidayat (Bhayangakara) 6. Rachmat Irianto (Persebaya Surabaya) 7. Bagas Adi (Arema FC) 8. Dallen Ramadhan (Bali United) 9. Dandi Maulana (Barito Putera) 10. Andi Setyo (PS TIRA) 11. Fredyan Wahyu (PSMS Medan) 12. Indra Mustafa (Persib Bandung) 13. Firza Andika (PSMS Medan) 14. Asnawi Mangkualam (PSM Makasar) 15. Adnan Lestaluhu (Persija Jakarta) 16. Samuel Christianson (Sriwijaya FC) Tengah  17. Hanif Sjahbandi (Arema FC) 18. Wahyudi Hamisi (Borneo FC) 19. Rafi Syaharil (Barito Putera) 20. Todd Rivaldo (Persipura Jayapura) 21. Gian Zola (Persela Lamongan) 22. Saddil Ramdani (Persela Lamongan) 23. Sani Riski Fauzan (Bhayangkara) 24. M Luthfi Kamal (Mitra Kukar) 25. Witan Sulaeman (SKO Ragunan) 26. Egy Maulana (Lechia Gdansk) 27. Osvaldo Haay (Persebaya Surabaya) 28. Rifal Lastori (PSS Sleman) 29. Kadek Agung (Bali United) Striker 30. Billy Keraf (Borneo FC) 31. Yoga Pratama (PSIM Yogyakarta) 32. Dalmiansyah Matutu (Arema FC) 33. Dimas Drajad (PS TIRA) 34. Beni Oktaviansyah (Kalteng Putra) 35. Marinus Wanewar (Bhayangkara) 36. Ezra Walian (RKC Waalwijk) 37. Septian Satria Bagaskara (Persik Kediri) 38. M Rafli (Arema FC)

Timnas Balap Sepeda Bawa Enam Emas Di Thailand, Dara 20 Tahun Asal Lumajang Sumbang Dua

Pebalap tim sprint putri Indonesia, Crismonita Dwi Putri dan Elga Kharisma Novanda (merah/tengah), berpose usai menerima medali emas pada kejuaraan "ACC Track Asia Cup 2018" di Suphan Buri, Thailand, pada Minggu (7/10). Total Timnas Indonesia membawa pulang enam medali emas dan dua perak. (Antara/PB ISSI)

Jakarta- Timnas balap sepeda Indonesia tampil gemilang pada kejuaraan “ACC Track Asia Cup 2018” di Suphan Buri, Thailand yang berakhir, Minggu (7/10), usai membawa pulang enam medali emas dan dua perak. “Hasil ini membuat kami semakin optimistis, untuk menghadapi Asian Championship Track di Jakarta, Januari pada 2019,” kata manajer timnas balap sepeda Indonesia, Budi Saputra saat dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu (7/10). Emas timnas Indonesia dari Velodrome Suphan Buri Thailand ini, dipersembahkan pebalap track terbaik saat ini yakni Puguh Admadi, Terry Kusuma dan I Gusti Bagus Saputra, yang turun pada nomor tim sprint. Di final, trio Indonesia ini mengalahkan tuan rumah Thailand dengan waktu 59.49 detik. Keperkasaan Puguh Admadi tak berhenti sampai di sini. Pebalap yang sempat menekuni BMX ini juga mampu mempersembahkan emas, dari nomor 200 meter sprint yang difinal mengalahkan pebalap andalan Thailand, Jai Angsuthasawit. “Jai adalah peraih medali emas nomor keirin pada Asian Games 2018 lalu,” ucap Budi menegaskan. Satu lagi pebalap putra Indonesia yang menorehkan medali emas yaitu Terry Yuda. Pebalap asal Jawa Tengah ini meraih hasil terbaik pada nomor 1.000 meter dengan catatan waktu satu menit 33,882 detik. Untuk perak direbut pebalap Hongkong, Tsz Chun Law dan perunggu untuk pebalap Singapura, Mohammad El Yas. Di sektor putri, pebalap andalan Indonesia juga tampil gemilang. Pasangan Elga Kharisma Novanda dan Crismonita Dwi Putri, sukses jadi yang terbaik pada nomor tim sprint putri dengan catatan waktu 47,477 detik. Perak untuk tim Hongkong dan perunggu untuk Thailand. Crismonita Dwi Putri juga gemilang pada nomor 500 meter time trial. Dara kelahiran Lumajang Jawa Timur 23 April 1998 ini, meraih emas, paska membukukan waktu tercepat yaitu 36,477 detik. Untuk perak direbut pebalap Hongkong, Hoi Yan Jessica Lee dan perunggu untuk pebalap Malaysia, Aris Amira Rosidi. “Crismonita juga meraih emas dari nomor keirin. Jadi, total ada enam emas yang dibawa pulang,” kata pria asal Purwokerto Jawa Tengah itu. Tak hanya emas, pebalap Indonesia juga membawa dua medali perak atas nama Bernard Benyamin van Aert, dari nomor scratch, dan satu perak lagi dipersembahkan oleh Puguh Admadi, dari nomor keirin. Budi menjelaskan dengan hasil ini pihaknya tak hanya optimistis skuatnya akan tampil bagus di Asian Championship Track 2019, namun juga menjadi modal menghadapi road to Olympic 2020, karena poin pada kejuaraan tersebut terutama untuk tim sprint putri, sudah masuk hitungan. (art)

Efek Domino Piala AFF U-22 2019, Kunci Tongkat Estafet Skuat Junior Timnas Indonesia

Salah satu event yang jadi terobosan baru AFF adalah event Piala AFF U-22, yang akan diselenggarakan di Kamboja, sekaligus menjadi negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah perdana. Nama Egy Maulana Vikri yang memperekuat klub Polandia, Lechia Gdansk, menjadi kandidat skuat Timnas Indonesia di ajang itu. (goal.com)

Jakarta- Dewan AFF menggelar sidang ke-16 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu (25/8). Dalam sidang itu diputuskan beberapa negara yang menjadi tuan rumah kejuaraan, mulai Piala AFF U-15, Piala AFF U-18, sampai Piala AFF U-22, untuk penyelenggaraan 2019. Hasil sidang memutuskan Piala AFF U-15 2019 akan berlangsung di Thailand, Piala AFF U-18 2019 di Vietnam. Dan, Piala AFF U-22 digelar di Kamboja. Dari sekian banyak agenda kejuaraan AFF pada 2018, Indonesia tak kebagian satupun sebagai penyelenggara. Sebab, pada 2018, Indonesia sudah banyak menjadi tuan rumah agenda AFF. Salah satu event yang menjadi terobosan baru AFF adalah pelaksanaan perdana ajang Piala AFF U-22. Rencananya kejuaraan itu bakal diselenggarakan di Kamboja, sekaligus menjadi negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah pertama. Namun, untuk kepastian bulan atau tanggal pasti penyelenggaraannya, AFF belum bisa memutuskan. Meski demikian ada opsi yang disiapkan, yakni sebelum, atau sesudah SEA Games 2019 yang berlangsung di Filipina. Khusus bagi Indonesia, mengikuti Piala AFF U-22 bakal dibutuhkan perombakan besar di skuat tim nasional. Maklum, sebagian besar penggawa Asian Games 2018 sudah melewati batas usia 22 tahun, pada 2019. Sebagai contoh di lini belakang, hanya ada nama Andy Setyo (20 tahun) dan Bagas Adi Nugroho (21 tahun) yang pada 2019, belum melewati umur 22 tahun. Lalu di posisi kiper, tinggal menyisakan Awan Setho (21 tahun), dan Satria Tama, jika ia masih dipanggil Timnas. Sementara itu di lini tengah, Indonesia kehilangan generasi yang menjuarai Piala AFF U-19 2013. Trio Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi, tahun depan akan menginjak usia 23-24 tahun, yang tentunya tak bisa diturunkan di Piala AFF U-22. Dua pemain yang berpotensi tampil adalah Hanif Sjahbandi dan Septian David Maulana. Keduanya sekarang berumur 21 tahun. Justru, yang paling mengkhawatirkan adalah komposisi lini depan. Indonesia sampai detik ini belum memiliki penyerang kategori U-22 dengan kualitas mumpuni. Bahkan, di gelaran Asian Games 2018, pun merah putih sampai harus menggunakan jasa Beto Goncalves, sebagai pemain senior naturalisasi. Opsi terbaik sementara ini adalah Saddil Ramdani, yang belum genap berkepala dua, itupun sebagai penyerang sayap. Untuk penyerang tengah, ada dua nama populer yakni Ezra Walian (20 tahun), dan Egy Maulana Vikri (18 tahun), meski sebaiknya tidak terlalu berharap, karena belum tentu mereka dilepas klubnya. Lalu bagaimana jika memanggil nama Amiruddin Bagus Kahfi, yang tampil gemilang di Piala AFF U-16? Tidak menutup kemungkinan ia mendapat panggilan ke timnas U-22, tapi juga tidak bisa dibebani ekspektasi yang tinggi, lantaran usianya yang masih sangat belia. Pada 2019, Indonesia akan ditinggal sejumlah besar pemain U-23 yang tampil di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Artinya, Garuda Muda akan memasuki era baru dengan para pemain baru. Sayangnya, saat ini belum terlihat pemain yang berpotensi menjadi andalan di Timnas U-22 tahun depan. Persoalan ini sebelumnya juga pernah dihadapi Indonesia, jelang SEA Games 2017. Minimnya jumlah pemain U-22 yang cukup menit bermain di klubnya, ‘memaksa’ PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) meneken regulasi anyar, yang mewajibkan seluruh tim Liga 1, harus memainkan pemain U-23 sebagai starter. Regulasi itu memang berhasil. Ada banyak pemain muda yang meroket seperti Rezaldi Hehanussa, Hanif Sjahbandi, Febri Hariyadi, Osvaldo Haay, hingga Marinus Wanewar. Itu menunjukkan, andai klub lebih berani memberikan porsi bermain pada pemain muda, akan ada banyak bakat besar yang terus berkembang. Langkah serupa seharusnya diterapkan jelang Piala AFF U-22. Tentu menimbulkan pro dan kontra, meski tak dipungkiri muncul efek negatifnya, bagi beberapa klub. Tapi, jika kesadaran untuk memainkan pemain muda, masih belum dimiliki klub, maka kelak akan muncul kembali, aturan yang “memaksa” untuk melakukannya. Timnas junior Indonesia terus menyabet prestasi dan hasil membanggakan. Sebagian besar skuat juara, kemudian menjadi tulang punggung di kategori usia selanjutnya. Jika trofi juara bisa disabet di Piala AFF U-22 2019, bukan tak mungkin, Timnas Indonesia akan memiliki calon generasi juara di Piala AFF senior. (Art)

Berkat Motivasi Tinggi, Ronald berhasil bergabung di Timnas Bola Basket Indonesia

Ronald Firdaus Puadawe, mahasiswa baru jurusan Manajemen Institut Perbanas ini ikut berkontribusi membela Perbanas di ajang Liga Mahasiswa 2018.

Tangerang – Olahraga basket merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari kaum remaja, mulai dari usia dini hingga tingkat lanjut. Ronald Firdaus Puadawe salah satunya, mahasiswa baru jurusan Manajemen Institut Perbanas ini ikut berkontribusi membela Perbanas di ajang Liga Mahasiswa 2018. Bermula dari sang kakak sepupu yang menekuni olahraga basket, Ronald mulai tertarik untuk mengikuti jejaknya saat memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Dia panutan saya, makanya saya termotivasi untuk fokus bermain basket dari nol hingga bisa bermain di Liga Mahasiswa sekarang” kata Ronald. Selain memulai karirnya di bangku SMP, dirinya tidak hanya mengikuti ekstrakulikuler di sekolah namun juga bergabung di klub basket Fielders di Rawamangun. Proses yang dijalani juga tidak mudah, dari tekanan yang dihadapi dari senio-senior rekan tim hingga intensitas latihan yang cukup sering sehingga harus pintar membagi waktu antara olahraga dan pendidikan. Namun hal tersebut membuahkan hasil yang manis, remaja kelahiran Jakarta tersebut mendapatkan pemanggilan dari Timnas Indonesia U-18. “Ikut bergabung juga dengan timnas indonesia, kemarin dapet kabar melalui pemanggilan sejak satu bulan lalu, jadi nanti mulai latihan tanggal 5 Juli 2018” imbuh Mahasiswa Baru Institut Perbanas itu. Ronald mengatakan bedanya latihan antara Perbanas dengan Timnas yaitu dari segi intensitas dan tekanan latihan, saat mengikuti latihan bersama Perbanas anggota tim terdiri dari rekan sebaya dan juga senior. Dirinya kerap diberikan arahan serta edukasi ketika menjalani latihan, pasalnya ada beberapa pemain muda yang baru bergabung di klub Perbanas. “Kalau di timnas kan seumuran jadi sedikit santai dan gak terlalu tegang, tapi tekanannya sama juga kerasnya” tambahnya. Remaja yang mengidolakan Arki Wisnu dari Satria Muda, LeBron James dan Kobe Bryant itu juga mengungkapkan kalau dirinya saat ini akan fokus bermain basket, mengingat usianya masih sangat muda dan memiliki prestasi segudang yang pernah diraihnya. (Ham) Profil Singkat Nama : Ronald Firdaus Puadawe Tempat/Tgl lahir : Jakarta, 16 Februari 2000 Alamat : Perum THB Blok S 17 No. 1 Kota Bekasi Orang Tua : Gunawan Puadawe (ayah) Paulina Mariantje Fanggidae (ibu) Nomor Ponsel : 087884843261 Akun Media Sosial : Instagram @ronaldfirdausp Pendidikan : SDN 04 Pagi Ujung Menteng SMPN 193 Jakarta SMAN 116 Ragunan Prestasi Juara 1 Kejurnas U-14 2014 Jakarta JRNBA ASIA 2014 Beijing China Timnas SEABA U-16 2015 Philipphines Juara 1 Kejurnas U-16 2015 Jakarta Juara 1 Kejurnas U-16 2016 Yogyakarta Juara 1 Popwil 2016 Jakarta Juara 1 Popnas 2017 Jateng Juara 1 3×3 Under Armour 2017 3×3 U-18 Asia Cup Cyberjaya Malaysia 3×3 Worldcup Championship, Chendu China

Indonesia Berlaga di SEABA Pra-Kualifikasi Piala Asia 2021, Bidik Posisi Empat Besar

Pelatih Timnas Indonesia Fictor Roring (tengah), berharap anak didiknya bisa menempati empat besar SEABA Pra-Kualifikasi Piala Asia 2021, di Thailand. (detik.com)

Jakarta- Tim nasional (timnas) basket Indonesia bakal berlaga di Pra-Kualifikasi Piala Asia FIBA (FIBA Asia Cup) 2021 Wilayah Asia Tenggara, di Nonthaburi, Thailand, 26-30 Juni 2018. Pada event basket khusus wilayah Asia Tenggara atau SEABA (South East Asia Basketball Association) itu, Andakara Prastawa dan kawan-kawan bakal berjumpa tuan rumah Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Singapura. Turnamen itu menggunakan format round-robin yakni empat tim terbaik lolos ke babak kedua atau kualifikasi wilayah Asia Tenggara pada September nanti. Ada 12 pemain yang bakal dibawa Fictor Gideon Roring (Pelatih Timnas Indonesia) yang didampingi Johannis Winar dan Youbel Sondakh (Asisten Pelatih Timnas). Mereka adalah Kaleb Ramot Gemilang, Abraham Damar Grahita, Andakara Prastawa Dhyaksa, Sandy Febiansyakh Kurniawan, Kevin Yonas Argadiba Sitorus, Ponsianus Nyoman Indrawan, Firman Dwi Nugroho, Valentino Wuwungan, Xaverius Prawiro, Arki Dikania Wisnu, Juan Laurent Kokodiputra, dan Jamarr Andre Johnson. Piala Asia itu telah dimulai sejak 1960. Skuat Merah Putih selalu ikut kejuaraan yang sudah berlangsung 29 edisi tersebut. Namun, Indonesia hanya beberapa kali lolos ke babak utama. Selebihnya, pasukan Garuda tak lolos di fase kualifikasi. Kiprah terakhir Indonesia di babak utama Piala Asia FIBA, terjadi pada 2014. Saat itu, Indonesia diwakili Tim Aspac Jakarta yang berlaga di Wuhan, China, 11-19 Juli 2014. Ito, sapaan akrab Fictor Roring, menyebut timnas yang dikirim untuk mengikuti turnamen SEABA Pra-Kualifikasi Piala Asia 2021 adalah pemain yang ikuti berlatih di Amerika Serikat (AS). Ia menambahkan tim ini yang nantinya dipersiapkan ke ajang Asian Games 2018. “Soal target, kami ingin lolos kualifikasi ini dulu, artinya harus bisa menempati empat besar,” ujar Ito dikutip mainbasket, Sabtu (16/6). Senada diungkapkan Budi Djiwandono, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar (PB) Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi). Ia menjelaskan timnas Indonesia memikul tugas berat di turnamen SEABA tahun ini. Sebab, tegasnya, bila turnamen ini juga menjadi seleksi untuk menuju Piala Dunia FIBA 2019. “Target kami tentu mencapai prestasi setinggi-tingginya. Kalau bisa Indonesia menjadi juara,” tukas Budi. (Adt)

Peringkat Terbaru FIFA Merosot, Indonesia Sejajar Dengan Guyana dan Nepal

Ranking FIFA pada 17 Mei 2018 menempatkan Timnas Indonesia di posisi 164 dunia, yang sejajar dengan Guyana dan Nepal. (bola.com)

Zurich- Peringkat terbaru FIFA dirilis pada Kamis (17/5). Hasilnya Indonesia yang sejak 2018 belum menggelar pertandingan resmi untuk timnas senior, posisinya terus merosot. Dalam peringkat terbaru FIFA, Indonesia ada di posisi 164 dunia. Posisi ini satu level dengan Guyana dan Nepal, dua negara yang juga memiliki 111 poin dan berhak duduk di peringkat 164 dunia. Peringkat ini sebenarnya justru turun dua tingkat dari bulan April lalu. Hal itu bisa dimaklumi karena sekali lagi, sejak awal tahun ini timnas senior tak turun bertanding di laga resmi internasional. PSSI lebih sibuk untuk mencari uji coba buat Timnas U-23. Tapi hal itu wajar karena pelatih Luis Milla juga merangkap sebagai pelatih Timnas U-23. Bahkan tugas utamanya adalah membawa Timnas U-23 ke semifinal Asian Games 2018. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, posisi terbaik masih dimiliki Vietnam. Negeri Paman Ho ada di peringkat ke-102. Sebentar lagi bakal tembus 100 besar dunia. Sepanjang sejarahnya, Timnas Indonesia pernah menghuni peringkat ke-76 pada Ranking FIFA. Posisi itu diraih hampir dua dekade silam, saat September 1998. Adapun peringkat terburuk Timnas Indonesia tak lain tangga ke-191 pada edisi Juli-Agustus 2016. Posisi pada Ranking FIFA edisi Mei 2018 ini sekaligus menempatkan Indonesia pada peringkat ke-32 di antara negara-negara Asia. Untuk wilayah Asia Tenggara, Timnas Indonesia hanya berada di peringkat kelima. Di wilayah ASEAN, posisi Indonesia masih di bawah Vietnam (peringkat ke-102), Filipina (111), Thailand (122), dan Myanmar (227). Dari empat negara terakhir, adalah Filipina yang mencatatkan rekor posisi terbaik di Ranking FIFA. Posisi tertinggi Filipina sebelumnya adalah urutan ke-113 pada bulan lalu. (Dre/Ham)

SH+ Jadi Pilihan Aksesoris Atlet Sepeda, Mahal Tapi Nyaman

Helm SH+ Shalimar 2017 yang menjadi salah satu prototype perlengkapan bagi Timnas sepeda Indonesia di Asian Games 2018. (ciclimattio.it)

Jakarta- Aktifitas bersepeda tak lengkap tanpa aksesoris pendukung. Apalagi bersepeda salah satu olahraga yang memiliki risiko besar terjadinya cedera. Berbagai pilihan produk aksesoris beredar di pasaran, mulai dari yang berharga murah hingga yang mahal. Namun, pilihan ada pada Anda? Brand SH+ adalah salah satu yang bisa menjadi rekomendasi bagi para pecinta sepeda dalam memilih aksesoris. Terpilih sebagai pemenang ‘Special Mention’ dalam Cyclist’s Choice Award Togoparts 2016, membuat SH+ selalu melakukan inovasi tanpa henti menghasilkan produk olahraga berkualitas dan memiliki kinerja terbaik hingga kini. Salah satunya model helm sepeda yang mendapat perhatian khusus dari para pecinta sepeda. Selain kenyamanan, performa dan design yang ditampilkan, disisi lain yakni memiliki berat hanya 230 gram. Helm ini bahkan lebih ringan dibandingkan dengan model helm lain yang jauh lebih mahal dan lebih terkenal. Produk shalimar sebagai model utama line helm SH+ menarik perhatian berkat kemantapan performa dan perlindungannya. Berbekal material EPS serta cover shell polikarbonat sebagai material helm, mampu melindungi pemakai kala benturan. Selain itu, adapula Gogle atau kacamata. Soal harga, tidak kurang dari Rp 1,5 juta per unit. Alasan itu membuat Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) bersedia disponsori oleh perusahaan asal Italia untuk equipment balapan pada ajang Asian Games 2018, Agustus-September mendatang, yaitu berupa helm, kacamata dan sepatu. Sebelumnya, pada SEA Games 2017, Timnas balap sepeda Indonesia sudah menggunakan produk SH+. Hasilnya, berkat performa mereka dan aksesoris pendukung tersebut, Indonesia mampu mengantongi 11 medali emas. “Design helm khusus dimodifikasi sesuai dengan ukuran kepala pebalap Indonesia. Juga warnanya, dibuat sedemikan rupa menyerupai bendera Merah Putih. Helm dan kacamata ini khusus dibuat untuk Timnas balap sepeda disiplin track dan road race, buatan handmade di Italia,” ujar Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum PB ISSI. Ia melanjutkan kekuatan helm telah teruji pada saat balapan Tour d’Indonesia 2018. Saat insiden pebalap Bernard van Aert. Ben saat itu sempat terjatuh ke dalam sebuat lubang saat menggowes pada kecepatan 70 km/jam. Beruntung, Ben memakai Helm produk SH +. Meski helmnya mengalami retak, namun kepala Ben tak terluka sedikit pun. “Sangat membantu aerodinamik para pebalap Indonesia diberbagai event balapan. Terlebih, helm ini juga memiliki kekuatan yang bagus, karena sudah diuji dengan berat pukulan tertentu,” sambung pria yang akrab disapa Okto. Helm ini juga memiliki bentuk ekor yang didesain unik dan aerodinamis, tanpa meninggalkan faktor kenyamanan bagi pecinta sepeda. Elga Kharisma Novanda, pebalap BMX yang saat ini menekuni disiplin track itu mengaku helm produksi SH+ tersebut sesuai dengan karakter pebalap. “Ukurannya pas. Saya sudah mencoba saat kejuaraan di India beberapa waktu lalu. Tidak ada kendala termasuk aerodimanisnya,” tegas Elga. (Adt)

Inilah Pelatih Asing Pertama yang Mengasuh Timnas Indonesia

Sejumlah nama-nama pelatih asing telah hilir mudik mewarnai perjalanan sejarah Timnas Indonesia sejak pertama kalinya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan pada tahun 1930 hingga sampai saat ini. Luis Milla, Alfred Riedl, Jacksen F Thiago hingga Ivan Venkov Kolev, tak asing di telinga penikmat sepakbola saat ini. Mereka silih berganti manjadi pelatih asing yang pernah dipilih untuk menangani timnas Indonesia. Namun taukah anda Siapa pelatih pertama Indonesia? Siapa sangka, pelatih asing pertama timnas setelah Indonesia merdeka, ternyata datang dari negeri tetangga. Pelatih asing tersebut ialah Choo Seng Quee. Choo lahir dan besar di Singapura. Sebelum menjadi pelatih sepakbola, Choo tercatat pernah tergabung dalam klub asal Singapura, Singapore Chinese FA. Pelatih yang akrab disapa Paman Choo ini mulai mencuri perhatian publik pasca ditunjuk menjadi pelatih Timnas Singapura di era 1949 hingga 1950. Setahun berselang, Paman Choo diboyong oleh PSSI untuk melatih Timnas Indonesia. Timnas Indonesia saat itu ialah Maulwi Saelan dkk. Paman Cho melatih Timnas Indonesia hingga tahun 1953. Gelaran Asian Games perdana yang di selenggarakan di New Delhi, India pada tahun 1951 menjadi tugas pertama Paman Choo untuk melatih timnas kebanggaan bangsa Indonesia tersebut. Asian Games edisi perdana tersebut mempertandingkan tujuh cabang olahraga, yakni atletik, renang loncat indah dan polo air, kesenian (arts), sepak bola, angkat besi, basket, dan balap sepeda. Pada saat itu, Komite Olahraga Indonesia memutuskan hanya mengikuti dua cabang olahraga yaitu atletik dengan mengirimkan 17 atlet dan sepak bola 18 atlet. Ketua Umum PSSI saat itu, Raden Maladi, saat itu menginginkan Timnas Indonesia harus mampu bermain dengan baik pada gelaran Asian Games perdana tersebut. Dengan begitu Paman Choo memiliki tugas berat, karena dirinya dianggap kompeten untuk mampu menukangi timnas. Saat itu, cabang sepak bola di Asian Games perdana tersebut hanya diikuti oleh enam negara, yaitu Afghanistan, Burma, India, Indonesia, Iran dan Jepang. Sayangnya, Tim Merah Putih belum bisa menampilkan permainan yang memuaskan. Pada babak penyisihan, timnas Merah Putih dibungkam oleh India dengan skor 0-3 yang saai itu India tampil tanpa menggunakan alas kaki atau sepatu pada medio 5 Maret 1951. Mengutip data RSSSF (Rec.Sport.SoccerchoocI Statistics Foundation), gawang Maulwi Saelan dijebol Sahu Mewalal di menit ke-27. Dua gol lainnya masuk ke gawang timnas melalui gol bunuh diri dari bek Chaeruddin Siregar di menit ke-42 dan 50. Menang dari Indonesia, India mengamankan medali emas setelah membekap Iran 1-0. Sumber: Superball.id

Menginspirasi! Belajar Sepak Bola Dari Eks Striker Timnas Inggris

Michael Owen, mantan striker timnas Inggris datang ke Indonesia dan bercerita mengenai perkembangan sepak bola di tanah airnya. Menurut lansiran dari tempo.co pada Senin (5/2), Owen bercerita di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Inggris menjadi salah satu produsen pemain bola handal dunia. Kunci kesuksesan Inggris yang telah menjadi poros pesepakbola dunia adalah sebuah pembinaan sejak dini. Owen berkata saat masih muda gunakanlah untuk belajar teknik, seperti teknik dasar dan kontrol bola dalam permainaan sepak bola. Setelah itu, di Inggris usia 12-13 tahun, para bibit muda kemudian dilatih teknik dengan aspek-aspek sepak bola yang lebih tinggi dan mendalam. Menurut eks penyerang Liverpool tersebut, kualitas sepak bola di suatu negara akan bertambah baik apabila punya pelatih banyak, daya partisipasi tinggi dan juga ada fasilitas yang memadai. Pada umur 20 tahun, akan menjadi fase ujian. Tingkat keberanian serta mental di lapangan akan banyak teruji di umur tersebut. Owen berkata di Inggris pada zaman ia dulu, Ada banyak, sekitar 15 pemain muda potensial setiap tahunnya. Namun, hanya sedikit yang mampu bertahan dari ujian mental tersebut pada level senior bahkan saat masuk ke tim nasional (timnas). Seperti yang dilansir dari tempo.co, ia mengatakan pemain bola yang sukses berkembang yaitu mampu menjaga talentanya dan memanfaatkan kesempatan. Kedua hal tersebut merupakan kombinasi untuk masuk ke level yang lebih tinggi Eks mantan striker timnas Inggris berkata Indonesia punya peluang mengembangkan sepak bolanya. Hal ini karena masyarakat Indonesia sangat antusias terhadap sepak bola. Sampai-sampai Owen berencana akan membuat sekolah sepak bolanya di Indonesia. Michael Owen Michael James Owen, seorang eks striker timnas Inggris yang punya pengalaman hebat dan menginspirasi. Pemain kelahiran Chester, Inggris 14 Desember 1979, tampil di even tiga Piala Dunia ini menorehkan 40 gol dari 89 penampilan bersama Timnas. Pada 2001, saat menginjak usia 22 tahun, Owen menjadi salah satu pemain termuda yang menyabet gelar pemain terbaik Ballon d’Or. Usai membela Liverpool, Owen sempat berkarir di Real Madrid, Newcastle United, Manchester United, dan Stoke City. Akibat cedera lutut yang diderita, ia harus mengakhiri karirnya cukup cepat. “Kami harus menjadi pemain multitalenta. Ketika kamu ingin sukses, harus belajar dan saya rasa jika sudah ada talenta, akan lebih mudah lanjutnya,” -Michael Owen-

Awal Tahun 2018, Timnas Indonesia Akan Tampil di Dua Ajang Penting

Di awal tahun 2018, Timnas Indonesia akan hadapi dua ajang penting. Pada Januari, Tim Garuda Indonesia akan hadapi timnas Islandia, sedangkan satu lagi, pada Februari, akan tampil pada laga uji coba lokasi pertandingan Asian Games 2018. Menurut Direktur Teknik PSSI Danurwindo bahwa dua ajang tersebut sebagai bagian dari persiapan sebelum tampil di ajang Asian Games 2018. Ajang penting itu dijadikan juga pemantapan tim Merah Putih, sehingga nantinya akan tahu kekurangan yang harus diperbaiki dan kelebihan yang akan dipertajam. Ajang Test event Asian Games memberikan gambaran tentang kekuatan Timnas Indonesia. Dari situlah Timnas terpantau sejauh mana level permainannya. Hal ini baik untuk bahan pengembangan menuju Asian Games. Untuk mengejar ketertinggalan, Danur berkata Timnas Indonesia harus menang, kemudian menjadikan kekuangan dari tim papan atas sebagai bahan evaluasi. Dengan begitu, bisa dijadikan motivasi dalam meraih hasil maksimal di pertandingan terbesar Asia tersebut. Rencananya PSSI akan undang tujuh tim untuk ikuti tes event Asian Games 2017 bersama Tim Garuda Indonesia. Tiga negara yaitu China, Korea Selatan, Vietnam pun sudah menyatakan kesiapannya.

Lima Kandidat Kuat Penerus Boaz Salossa di Timnas Indonesia

penyerang-tim-nasional-indonesia--boaz-solossa_663_382

Siapa yang tak kenal dengan penyerang timnas Indonesia, Boaz Salossa. Duetnya bersama Ilham Jaya Kesuma dalam ajang Piala Tiger (saat ini Piala AFF) 2004 silam, membawa namanya kian melejit. Memiliki nama lengkap Boaz Theofilius Erwin Salossa atau disapa Boci ini sangat garang di depan gawang lawan. Bersama timnas Indonesia, Boci sudah bermain sebanyak 42 penampilan dengan mengemas 14 gol. Tentunya, penampilan Boaz sangat ditunggu oleh pecinta sepakbola Indonesia. Namun, karena faktor usia Boaz yang sudah tak muda lagi, membuat pecinta sepakbola bertanya-tanya adakah pengganti atau penerus Boaz? Berikut adalah beberapa kandidat penerus Boaz di timnas yang dinilai berdasarkan gaya permainan dan prestasi Boaz menurut versi nysnmedia.com, yaitu: Lerby Eliandry Pong Babu Lerby Eliandry Pong Babu atau biasa disapa Lerby lahir di Samarinda, 20 November 1991. Ia kini bermain bersama Pusamania Borneo FC, klub asal Kalimantan Timur, sebagai penyerang tengah. Penampilannya impresifnya di Pusamania Borneo FC sejak 2016 lalu, membuat pelatih kepala Indonesia saat ditangani Alfred Riedl kepincut menggunakan jasanya. Lerby yang memiliki tinggi 180 cm sangat lihai dalam duel udara, selain itu dua kakinya sama baiknya. Lerby yang mampu mencetak satu gol kegawang Thailand, meski akhirnya Indonesia harus kalah dengan skor 4-2. Pada ajang uji coba persahabatan Indonesia lawan Kamboja, 4 Oktober 2017, Lerby dipanggil kembali oleh pelatih Luis Milla. Tak sia-sia, Lerby membayar kepercayaan dengan mencetak satu gol. Usianya yang masih muda, tentunya membuat Lerby bisa terus mengasah kemampuannya. Terens Owang Puhiri Nama Terens Puhiri tiba-tiba kembali menjadi sorotan mata dunia, karena kecepatannya dalam mencetak gol ke gawang Mitra Kukar Hal itu tak lepas dari gol cantiknya ke gawang Mitra Kukar. Rekan satu tim Lerby ini pun, mempunyai kecepatan yang aduhai. Performa apik Terens Puhiri sebenarnya sudah terpantau sejak lama. Ia pernah membela timnas Indonesia U-16 dan mencetak delapan gol pada AFF Cup U-16 tahun 2012. Sempat cedera dan tak bisa membela timnas Indonesia U-19 tahun 2013, membuat Terens tak patah arang untuk terus meningkatkan prestasinya. Usia yang masih terbilang muda, di tahun 2016 membawa Borneo menjuarai Piala Gubernur Kaltim. Di Liga 1 2017, Terens tampil sempurna. Ia, telah mencetak enam gol dan delapan assist. Jika, terus konsisten bukan tidak mungkin kecepatan Terens akan diminati oleh Luis Milla untuk memperkuat timnas Indonesia. Febri Haryadi Febri Haryadi adalah pemuda asli Bandung, ia adalah jebolan SSB Pro UNI Bandung. Pada saat memperkuat Persib U-21, tak butuh waktu lama bagi Febri untuk meyakinkan Djajang Nurjaman pelatih Persib Bandung kala itu, untuk masuk ke tim senior. Pada saat ajang Sea Games Kuala Lumpur, Febri mencetak gol cantik melalui tembakan kerasnya dari luar kotak penalti. Meski bermain di posisi sayap, kecepatan Febri hampir mirip dengan Boaz pada saat muda. Kekuataan kaki kiri dan kaki kanan, membuat pemain lawan harus mencari cara untuk menutup pergerakannya. Egy Maulana Vikri Egy si kelok 9, demikianlah julukannya yang diberikan oleh komentator sepakbola Valentino Jebret. Sosok Egy, sudah mulai mencuat pada saat ajang Piala Soeratin. Dimana, Egy menjadi top skor saat membela Persab Brebes. Indra Sjafri sebenarnya sudah mencium bakat Egy sejak usia yang sangat muda. Akhirnya, Egy kembali mencuat di ajang AFF U-18. Saat ini, nama Egy masih hangat dalam perbincangan Indonesia. Demi menjaga bakatnya, Egy akan dikirim ke Eropa untuk menambah ilmu olah bola. Meski postur tubuh yang kecil, tak membuat Egy takut untuk berduel dengan lawan. Bukan, tidak mungkin Egy akan menjadi penerus Boaz. M Rafli Mursalim Di awal gelaran piala AFF U-18, ia duduk di bangku cadangan, namun seiring berjalannya waktu, M Rafli Mursalim menjelma sebagai striker yang mengerikan dengan berhasil mencetak 6 gol. Si santri asal Kota Tangsel ini, Sosok Rafli kian berkibar dengan torehan gol sebanyak itu. Kecepatan Rafli tak perlu dipernyakan lagi, ditambah dukungan tinggi badan serta postur tubuh yang ideal membuatnya sangat ditakuti lawan. Saat ini, Rafli menjadi incaran klub-klub Liga 1 Indonesia. Insting mencetak gol dan kengototannya merebut bola sangatlah mungkin Rafli bisa menjadi andalan lini depan Timnas Indonesia di masa mendatang. Nah, itu tadi hasil rangkuman tim nysnmedia.com, memberikan lima kandidat pemain yang mungkin akan menjadi penerus Boaz di Timnas Indonesia mendatang. Semoga, mereka nantinya bisa membawa nama harum Indonesia dan membuat Indonesia bersaing dengan Thailand.(pah/adt)

Kisah Inspirasi Dibalik Soeratin Cup dan Kontribusinya ke Tim Nasional Indonesia

soeratin2

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dibentuk pada 19 April 1930 di Yogyakarta, merupakan organisasi olahraga yang dilahirkan pada zaman penjajahan Belanda. Ketua PSSI pertama yakni Ir. Soeratin Sosrosoegondo, belum banyak yang mengetahui, perjuangan Soeratin dalam memajukan perkembangan sepakbola di Indonesia. Pada masa itu Soeratin harus menentang pemerintahan Belanda. Pada 28 Oktober 1928 terdapat pertemuan pemuda Indonesia, moment ini sangat tepat bagi Soeratin untuk membangkitkan nasionalisme melalui sepakbola. Maka dari itu, Soeratin gencar melakukan pertemuan-pertemuan dengan para tokoh sepakbola di Indonesia. Butuh waktu yang lama bagi Soeratin untuk mengembangkan sepakbola bagi pemuda-pemuda Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 19 April 1930, berdirilah organisiasi PSSI yang diketuai oleh Soeratin sendiri. Setelah diangkat menjadi ketua, Soeratin langsung menyusun program untuk mengembangkan sepakbola. Dan, lahirlah kejuaraan sepakbola antar perserikatan untuk menentang pemerintahan Belanda. Soeratin yang melihat sepakbola Indonesia kian berkembang, menambah pondasi kuat dengan membuat badan olahraga nasional yakni ISI (Ikatan Sport Indonesia). Dari ISI lah lahirnya PON di Solo pada tahun 1938. Sepakbola Indonesia pada saat itu kian memuncak. Hanya satu yang menjadi tujuan utama Soeratin yakni membuat sepakbola Indonesia tidak dianggap pecundang di negara besar. Alhasil, Indonesia mampu unjuk gigi dikancah sepakbola dunia yakni Piala Dunia 1938. Kala itu Indonesia masih menggunakan nama East Indies. Para pemain sepakbola Indonesia, mampu bersaing dengan negara besar. Hingga pada akhirnya, Soeratin melepaskan jabatannya menjadi ketua PSSI pada tahun 1942, karena sudah melihat perkembangan sepakbola Indonesia mulai pesat. Dan, diteruskan oleh Artono Martosoewignyo. Saat itu, kehidupan Soeratin menjadi serba sulit. Meski sempat bekerja di perusahaan kontruksi dengan gaji yang besar. Namun, karena kecintaannya terhadap Indonesia dan sepakbola, ia tinggalkan pekerjaan itu. Alhasil pada tanggal 1 Desember 1959, Indonesia berduka. Soeratin wafat dalam keadaan ekonomi yang mengenaskan. Pada tahun 1965, PSSI yang diketuai Maulwi Saelan menggelar Soeratin Cup untuk mengenang bagaimana perjuangan Soeratin menyatukan pemuda-pemuda Indonesia untuk sepakbola. Dari Soeratin Cup situlah muncul talenta muda berbakat, seperti Adjat Sudrajat – PERSIB Bandung, Ronny Pasla – PSMS Medan dan Sutan Harhara dari Persija Jakarta. Dan, menjadikan Soeratin Cup sebagai ajang rutin. Soeratin Cup sempat terhenti akibat kisruh PSSI tahun 2012. Cukup lama terhenti, Soeratin Cup kembali bergulir pada tahun 2014 dengan batasan usia 17 tahun. Hasilnya, banyak pesepakbola muda yang bermunculan seperti Gian Zola, Maldini Pali, Febri Hariyadi dan masih banyak lagi pemain berbakat yang lahir dari Soeratin Cup. Dan, yang paling terbaru ada nama Egy Maulana Vikri, bintang timnas u-19. Egy yang membela Persab Brebes berhasil keluar sebagai juara dan Egy juga menjadi top skor. Terima kasih Ir. Soeratin Sosrosoegondo atas jasanya dalam memajukan sepakbola Indonesia. Jasa-jasa mu dalam sepakbola Indonesia tidak akan masyarakat Indonesia lupakan. Semoga, sepakbola Indonesia semakin hari-semakin baik. Dan, pembinaan usia muda berjalan dengan baik. “Soeratin Engkaulah Pahlawan Sepakbola Indonesia !!!”(pah/adt)