Bagi Gadis Ini, Betapa Berharganya Perjuangan Walaupun Mendapatkan Perunggu Sekalipun Dalam Olahraga Wushu

Sri-Wushu

Meningkatnya peminat olahraga wushu menandakan bahwa kebangkitan olahraga menjadi lebih siap bersaing dalam seluruh ajang internasional. Tidak hanya dari lelaki yang siap menantang lawan tanding dari negara luar Indonesia, bahkan wanita Indonesia juga sudah mempersiapkan merebut gelar juara dari negara pencetus olahraga wushu. Atlet wushu wanita, Sri Yogi Utami, merupakan atlet yang cukup berprestasi dalam bidang olahraga tersebut. Bagi Siswi kelas XI di SMAN 3 Tangerang ini, wushu merupakan olahraga beladiri yang unik. “Saya pertama kali ikut wushu sekitar tahun 2012, waktu itu masih kelas 5 SD. Saya tertarik karena perpaduan seni dan beladirinya unik dan asik.” kata Sri. (26/6) Beberapa gelar yang telah berhasil Sri koleksi diantaranya sebagai berikut: 1. Juara 1 kategori chanquan C dalam Kejurprov Banten tahun 2013 2. Juara 2 kategori nanquan B tingkat propinsi 3. Juara 4 kategori nanquan B National Open 4. Juara 1 dan juara 2 dalam Kejuaraan Kungfu Nasional di Cibubur tahun 2017 Perjalanan Sri sampai bisa berprestasi dalam olahraga wushu juga banyak menemukan halangan. Salah satunya adalah tidak direstui oleh orang tuanya. “Waktu SD sampai SMP terkadang tidak diperbolehkan ikut latihan wushu sama Bapak, tapi saya selalu menunjukan bahwa saya bisa berprestasi di bidang wushu. Sekarang, saya jadi semakin didukung sama orang tua karena prestasi saya, malah kadang suka dimarahin kalau malas latihan.” terang Sri Dalam pandangan Sri, seorang guru, orang tua serta para teman temannya merupakan pendukung yang sangat luar biasa untuk dirinya. Diakui Sri, sang guru sangat sabar mengajarinya bahkan ketika Sri sedang tidak mood untuk berlatih. Juga orang tuanya yang rela meluangkan waktu dan uang untuk Sri selama menekuni wushu serta teman-temannya yang selalu mendukung, menemani dan terus membujuknya ketika Sri mulai tidak niat berlatih. Pengalaman unik juga tak luput mewarnai perjalanan Sri selama mendampingi adik seperguruan pada saat turnamen olahraga wushu di Kota Surabaya. “Waktu itu sekitar pertengahan tahun 2014, saya ikut ke Surabaya untuk mendampingi adik seperguruan. Ketika kesana, kebetulan saya masih berada dalam tingkat wushu kelas chanquan, jadi ketika ada bazaar yang menjual senjata untuk berlatih wushu yang isinya satu set senjata panjang tombak sekaligus tasnya, saya langsung membelinya, ternyata ketika pulang dari sana saya dipindah ke kelas nanquan. Jadi tombaknya tidak terpakai dan harus beli senjata baru lagi.” kata Sri, menceritakan pengalamannya. Terkait masa depannya, Sri mengungkapkan bahwa ia ingin menjadi diplomat sekaligus atlet nasional yang bisa selalu membawa nama indonesia untuk menjadi juara dalam cabang olahraga wushu. Karena baginya, wushu sudah menjadi bagian dari kewajiban yang sudah ia tekuni sejak kecil. “Jangan pernah berhenti kalau merasa capek atau jenuh. Nikmati saja prosesnya, karena itu bisa jadi penopang dalam cerita perjalanan prestasi kita. Karena kalau tidak ada asam, sakit, jenuh, dan capek kalian tidak akan tahu betapa berharganya walau satu medali perunggu sekalipun.” tutup Sri.(crs/adt)

Sabet juara 1, Nico : Jatuh cinta kepada wushu sejak umur 4 tahun

Tangsel – Wushu merupakan salah satu jenis bela diri yang ramah dan aman untuk anak-anak. Selain mencakup aspek olahraga, wushu juga melatih mental dan emosi anak. Wushu juga merupakan seni bela diri yang terfokus pada kelenturan, kecepatan, jurus, dan penampilan. Melatih gerakan wushu secara rutin dapat membuat tubuh anak menjadi tangkas, bahkan ketika otot anak masih lentur, tetapi mereka sudah bisa menerima instruksi dan menyerap gerakan yang dicontohkan oleh pelatihnya. Seperti yang tengah di tekuni oleh Nicolas Susanto (Nico) lahir pada 26 Juli 2005, merupakan putra dari Steve Marlon Susanto & Melyawati. Dan saat ini Nico masih berusia 12 tahun, Sekolah di Saint John’s Catholic school Bsd, dirinya mengaku gemar mengenal olahraga jenis Wushu sejak tahun 2009, “Nico mulai belajar wushu dari umur 4 tahun, semua berawal saat melihat aksi barongsai lalu suka, dari situ niko berlatih Wushu, itu juga karna keinginan Niko sendiri,” pungkasnya Selain Wushu, Niko juga mengaku kepada NYSN (8/5) pengalamannya menjuarai wushu tingkat junior dan suka dengan olahraga basket, walaupun hanya sekedar hobby saja. “Saya sangat menggemari wushu, luapan kecintaan terhadap wushu saya buktikan dalam arena pertandingan, akhirnya membuahkan hasil, saya berhasil menjadi juara pertama wushu tingkat junior.” Kata Nico Sementara itu, Steve Marlon Susanto ayah dari Nico mengatakan, dirinya mendukung 100% tentang apa yang menjadi kegemaran putranya, selama tidak mengganggu aktifitas kegiatan pokoknya. “Sepanjang tidak mengganggu sekolah formal kami sebagai orang tua mendukung saja, yang penting focus kepada 1 cabang olah raga, supaya dapat membuahkan prestasi.” Tutup Steve

Berprestasi Dalam Bidang Olahraga Wushu Membuat Atlet Yang Satu Ini Di taksir Banyak Perempuan

Fatih yang berhasil merebut beberapa penghargaan dalam ajang wushu nasional

Wong Fei Hung, Fong Say Yuk, Huo Yuan Jia, Bruce Lee, dan Jet Lee adalah aktor yang sekaligus mendalami dan mempopulerkan silat yang masuk kategori olahraga Wushu. Mendapatkan banyak perhatian dari pecinta para tokoh film di atas, Atlet wushu muda indonesia, Fatih Fahada Akram (11), sudah menggeluti wushu sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekarang sudah naik ke kelas 6 SDN Sukasari 5 Tangerang. Agus Sarulloh, yang tak lain adalah ayahanda Fatih, mengakui bahwa Fatih termasuk anak yang sangat aktif. “Pada dasarnya Fatih merupakan anak yang sangat aktif. Fatih tertarik berlatih wushu ketika tidak sengaja melihat latihan wushu di sebuah sekolah yaitu SD Islamic Village. Setelah itu Fatih bergabung dengan club Gelora Wushu Indonesia.” tutur Agus. Agus menjelaskan kepada NYSN, bahwa Fatih sudah mendapatkan cukup banyak prestasi sejak tahun 2012. Beberapa prestasi yang telah dimiliki oleh Fatih antara lain: 1. Penampil Terbaik Acara Eat Bulaga SCTV 2012 2. Juara 2 Aksi Susu Zee Se Panongan 2012 3. Medali Perak Chan Quan D, Medali Perak Dao Su C, dan Gun Su D dalam Kejurda Banten 2015 4. Medali Emas Chan Quan C, Medali Perak Gun Su C dan Medali Perak Dao Su C dalam Kejurnas Kungfu Cibubur Jakarta 2017 Agus menambahkan bahwa selama mengikuti wushu, putranya tidak pernah ketinggalan pelajaran umum. “Selama ikut Wushu, Fatih tak pernah tinggal kelas. Fatih juga tidak ikut bimbel. Alhamdulillah pelajaran juga tidak tertingggal.” ujar Agus.(7/7) Agus juga mengatakan kepada NYSN, bahwa Fatih pernah mengikuti tes kecerdasan ketika berada di karantina pemilihan King and Queen Froggy Edutograpgy. Dan hasilnya kecerdasan fatih adalah Inter Personal. “Saya tidak pernah menjanjikan hadiah ke Fatih. Saya hanya memotivasi untuk terus semangat latihan dan berprestasi. Fatih juga punya kecerdasan kinestetik.” kata Agus Agus mengakui, prestasi wushu anaknya yang bercita-cita menjadi pilot ini membuat Fatih banyak digandrungi oleh teman-teman perempuannya. “Iya, banyak cewek yang naksir, sampai ada yang kasih bunga segala.” cerita Agus seraya tertawa. Menjelang kejuaraan, biasanya Agus memberikan asupan makanan tambahan untuk anaknya seperti susu, keju dan buah-buahan. Dan memberikan pantangan makanan kepada Fatih yaitu minuman yang mengandung soda dan pemanis buatan. Ayah yang satu ini juga berpesan kepada pembaca NYSN, bahwa hal penting bagi anak adalah support dan dukungan. “Untuk para orang tua, berilah dukungan maksimal terhadap potensi yang dimiliki oleh anak kita.” pesan Agus.(crs/adt)

Berhasil Rebut 25 Medali, Ali Lupa Seragam Bertanding

ali juara wushu

Sosok humoris yang di sajikan kali ini adalah Mahasiswa ITI Serpong yang bernama Ali Sadik Andriani, sudah meraih sekitar 25 medali dalam bidang olahraga wushu. Mahasiswa yang mengikuti wushu sejak kelas 5 SD, awalnya didaftarkan oleh bapaknya mengikuti wushu agar mempunyai jenis olahraga yang ditekuni. Setelah 6 bulan berlatih, pelatih Ali melihat bahwa Ali mempunyai potensi dalam olahraga tersebut. Akhirnya, Ali mulai di ikut sertakan dalam berbagai kejuaraan. Kejuaraan pertama yang diikuti oleh Ali adalah Kejurda di Bandung dan meraih juara 3, setelah itu Ali lanjut ikut Kejurnas di Yogyakarta dan mendapatkan juara 2. Tahun-tahun berikutnya Ali semakin banyak mencetak prestasi, diantaranya juara 1 Porprov Lebak, juara 2 Porprov Serang serta juara 1 dan mendapatkan 3 medali emas dalam Kejurnas di Jakarta. Pada masa SMA, Ali sempat berhenti berlatih Wushu karena merasa bosan, tetapi karena kerinduannya terhadap olahraga tersebut, lalu Ali terus melanjutkan latihannya. Peran ayah dan juga pelatihnya sangat penting bagi Ali, karena selalu memberikannya semangat untuk terus berjuang dan selalu membantunya dalam berlatih. Ali juga mengatakan kepada NYSN dirinya pernah mempunyai pengalaman lucu ketika mengikuti kejuaraan di Yogyakarta. “Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan itu adalah kejadian lucu ketika bertanding di Yogyakarta. Baju pertandingan saya ternyata atasan dan bawahannya berbeda, bukan pasangannya karena lupa tidak terbawa. Sedangkan waktu itu peraturannya baju dan celana harus pasangannya, akhirnya pas pertandingan saya merasa beda sendiri dengan peserta yang lainnya karena baju dan celana yang berbeda itu.” cerita Ali sambil tertawa. Ali berpesan untuk para calon atlet muda wushu yang sedang berjuang bahwa mereka harus tetap semangat latihan, supaya berprestasi dan tentunya membanggakan orang tua, sekolah, dan sasana.(crs/adt)

Majukan Olahraga Wushu, Alfian Bertekad Meraih Kemenangan Dari Negara Pencetusnya

Masih seputar anak muda berbakat yang menyalurkan bakatnya untuk seluruh penghobby olahraga wushu, Alfian Prayoga Bustomi (20), mantan atlet sekaligus pelatih wushu di komunitas Glora Wushu Indonesia. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang ini menyampaikan pandangannya tentang olahraga wushu di Indonesia. “Kebetulan saya sangat menyukai olahraga dan tidak hanya wushu saja. Bicara soal cita-cita mungkin akan sedikit keluar jalur. Buat saya wushu itu adalah olahraga untuk berprestasi karna disana mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya.” ujar Alfian. Alfian juga menambahkan bahwa Wushu juga mengajarkan banyak hal dalam produktifitas, membuat sehat dan membuka peluang untuk berprestasi bagi yang mengikutinya. Remaja yang juga mempunyai hobby fotografi dan bermusik ini mengatakan bahwa atlet wushu di Indonesia seharusnya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan menurut Alfian, atlet wushu Indonesia tidak kalah dengan atlet wushu dari Cina, Negara tempat wushu pertama kali dilahirkan. Menurutnya, berkarya menularkan ilmu pada regenerasi merupakan pengabdian tanpa batas. “Harus tetap maju karna berkarya itu tidak ada batas ukurnya. Lakukan yang terbaik untuk Negara dan bangsa Indonesia. Majukan lagi perkembangan wushu di Indonesia bahkan dunia.”tegas Alfian Lebih lanjut Alfian mengatakan bahwa dari pengamatannya perkembangan olahraga wushu masih belum bisa di terima dengan menyeluruh, padahal sudah banyak atlet wushu tanah air yang berhasil menang di kancah internasional. “Semoga kedepannya indonesia makin meningkat prestasinya dalam olahraga wushu dan tidak luput pemerintah pun harus ikut membantu berperan karna kita lihat bahwa wushu sepertinya masih asing di Indonesia, padahal banyak atlet wushu indonesia yang meraih juara di ajang kompetisi dunia.” tutup Alfian.(crs/adt)

Tekun Dalam Berlatih, Ahmad Berhasil Menguasai Kejuaraan Wushu Tingkat Daerah

Menguasai satu jurus lebih baik dari pada mengerti semua jurus, mungkin demikian ungkapan yang di sampaikan oleh NYSN, konsistensi dan focus tahapan akan membuahkan hasil lebih maksimal dari pada memaksakan hal lain yang di mengerti tapi tidak di lakukan. Remaja yang mempunyai prestasi kali ini bernama Ahmad Rabawi (21), pencinta olahraga wushu yang telah mencetak berbagai prestasi di bidang olahraga tersebut. Ahmad sudah berlatih wushu sejak kelas 1 SMP. Berawal dari niat hanya untuk menjalankan kewajiban mengikuti ekskul sekolah, akhirnya menjadi hobby tetapnya setelah satu tahun menekuni olahraga tersebut. Ahmad juga telah meraih banyak medali dalam kejuaraan wushu, antara lain medali perunggu pada Kejuaraan Daerah 2013, Medali emas, perak dan perunggu pada Kejuaraan Porprov banten 2014, 1 medali emas dan 2 medali perak pada Kejuaraan Daerah. Untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kejuaraan yang diikutinya, Ahmad selalu melakukan persiapan yang sangat matang agar tidak mengecewakan pada saat tampil. “Kalau menjelang kejuaraan pasti selalu ada persiapan, enam bulan menjelang kejuaraan hingga tiga bulan menjelang kejuaraan pasti waktu latihan ditambah, dan dua bulan menjelang kejuaraan latihan pemantapan jurus dan fisik sampai dua hari menjelang kejuaraan harus istirahat latihan dan sudah siap mengikuti kejuaraan.” ujar Ahmad. Rasa jenuh tentu pernah dirasakannya, ketika dirinya kelas 2 SMK, Ahmad sempat merasakan hal tersebut. Tapi perasaan itu bisa disingkirkan oleh Ahmad ketika melihat semangat junior-juniornya yang selalu tersenyum saat latihan. “Rasa bosan itu hilang dan diganti dengan rasa bahagia bisa berlatih bersama, dan bisa saling berbagi ilmu dalam berlatih wushu.” kata remaja yang memang bercita-cita menjadi atlet wushu profesional. Selanjutnya Ahmad juga mengatakan bahwa focus dalam latihan yang di rencanakan secara matang akan menuai hasil yang maksimal ketimbang mencoba cara baru dengan spontan dalam bertanding. “Pesan saya tetap semangat berjuang, jangan kalah dengan rasa lelah dan capek dalam berlatih. Dan jangan bosan untuk mengulang latihan, kita bisa karena biasa. Barang siapa yang mau terus berjuang, niscaya dia akan bisa meraihnya.” tutup Ahmad.(crs/adt)

Rasya Menyabet Medali Emas Berkat Dukungan Penuh Sang Ayah

Perlu di ketahui oleh pembaca NYSN, Sebelum penemuan senjata, Wushu merupakan alat utama pertempuran dan pertahanan diri di Cina. Olahraga yang berasal dari negeri tirai bambu ini sangat memberikan pengaruh kepada hampir seluruh ilmu bela diri, konon mempelajari Wushu merupakan ‘kebiasaan suci’ demi memperkuat disiplin dan keberanian untuk memperjuangkan sekaligus bertahan di tanah mereka M. Rasya Isnan Ahsan, siswa yang baru saja naik kelas 5 di SD Al Fityan School Tangerang merupakan salah satu atlet binaan KONI Tangsel yang berada di cabang olahraga (CABOR) wushu, Rasya telah berlatih wushu sejak kelas 1 SD. Berawal dari melihat kakaknya yang sudah lebih dulu berlatih wushu, dan akhirnya menjadikan olahraga tersebut sebagai salah satu hobbynya. Soni Rusmayudhi, yang tak lain adalah ayah Rasya mengatakan kepada NYSN bahwa awal mula berlatih wushu Rasya belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan. Lalu diberitakan oleh coach/sifu wushu yang mengajar Rasya bahwa akan ada kejuaraan. “Mulanya Rasya berlatih belum terlalu serius dan masih sering bolos latihan, sejak ada informasi itu akhirnya Rasya mengikuti latihan yang sangat intensif, tidak kenal capek. Bisa latihan empat kali seminggu kalau sudah dekat kejuaraan.”ungkap Soni. Karena ingin memberikan yang terbaik dalam kejuaraan, tidak jarang pula Rasya meminta izin kepada pihak sekolah untuk mengikuti latihan wushu. Terbukti usaha Rasya tidak sia-sia, Rasya mendapatkan Medali emas Jurus tangan kosong junior D dan Medali perunggu Jurus senjata panjang dalam Kejurnas. Soni menambahkan bahwa Rasya juga memiliki beberapa persiapan khusus menjelang kejuaraan. “Persiapan latihan intensif, pantangan makan dari sifunya ada beberapa, kalau bermain saya bebaskan.” ujar Soni. Soni sendiri mengakui kepada NYSN bahwa ia sering menjanjikan Rasya untuk mengajaknya jalan-jalan atau dibelikan mainan bila menjadi juara, sehingga Rasya dapat menjadi lebih semangat untuk berlatih. Rasya juga merupakan anak yang cerdas dalam pelajaran sekolahnya. Nilai rata-rata pelajarannya mencapai 90. Soni juga mengatakan bahwa Rasya tidak mengikuti bimbel karena menurut Soni, dirinya masih bisa menangani untuk mengajari Rasya dalam hal pelajaran sekolahnya. Lebih lanjut Soni juga mengatakan kepada NYSN bahwa Rasya merupakan anak yang bersemangat dalam berjuang. “Dia typical anak yang energic, kalah tidak masalah, malah lebih semangat buat perbaikan.”tambah Soni. Walaupun Rasya selalu mengatakan bahwa ia bercita-cita menjadi pengusaha sukses, namun bagi Soni, jika Rasya nantinya berubah pikiran dan ingin menjadi atlet wushu, menurutnya itu juga merupakan hal yang baik. Soni selalu membebaskan Rasya untuk memilih selama itu adalah hal yang positif. “Jangan memaksakan kehendak kita ingin anak kita menjadi apa. Pandai melihat bakat dan minat anak. Dukung dan support dengan sepenuh hati materi mental dan semangat.”tutup Soni (crs/adt)

Alfian Pelatih Wushu Muda ini, Menelurkan Banyak Bibit Berpresatsi

Alfian Prayoga Bustomi yang tak lain merupakan mantan atlet wushu yang sudah menuai banyak prestasi dan akhirnya, memutuskan pilihan untuk menjadi pelatih wushu Coach/Sifu Wushu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang jurusan Fakultas Ilmu Komunikasi ini sudah berlatih wushu sejak kelas 3 SD. “Saya tertarik dengan wushu itu sejak duduk di bangku sekolah kelas 3 sekolah dasar, alasannya adalah karena Wushu itu bela diri yang menyehatkan dan paling lengkap menurut saya bahkan indah.” ujar Alfian. Alfian telah mengikuti berbagai kejuaraan, antara lain Kejurnas di Jogja pada tahun 2013 dan Kejuaraan di Pertamina pada tahun 2010 dan mendapatkan peringkat 4. Alfian juga masuk ke dalam peringkat 5 besar di Taulu Chanquan dalam kategori junior C dan mendapatkan 2 medali dalam Kejurda. Hampir 10 tahun berlatih wushu, menjadikan Alfian mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi pelatih wushu. Sekarang, Alfian melatih wushu dalam komunitas Glora Wushu. Hal tersebut dimulainya semenjak duduk di bangku SMK kelas 11. “Sekarang saya kuliah dan bekerja jadi photographer serta admin media sosial di salah satu perusahaan di Tangerang, Jadi kalau weekend saya mengajar murid-murid saya di Curug Tangerang.” ujar Alfian. Murid-murid wushu yang dilatih oleh Alfian sudah mengikuti banyak kejuaraan. Yang paling berkesan bagi Alfian adalah pada saat Kejurda di Banten, muridnya membawa pulang 14 medali dari beberapa kategori wushu yang dilombakan. Ada pula anak perempuan yang juga merupakan salah satu murid Alfian mendapatkan juara harapan 1 dalam Kejurnas di Jakarta. Salah satu murid yang prestasinya paling menonjol menurut Alfian adalah Fatih, yang sudah meraih juara di kejuaran daerah dan antar club wushu serta di kejurnas jakarta. Diusianya yang masih terbilang muda, Alfian sudah melahirkan siswa siswi berprestasi dalam bidang olahraga wushu lewat didikannya. Remaja yang menyukai berbagai jenis olahraga ini mengatakan kepada NYSN bahwa wushu adalah olahraga yang sangat berprestasi karena mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya. “Tetaplah berolahraga, karena itu sangat penting untuk kesehatan kita. Jadi apapun olahraganya, apapun beladirinya jangan pernah merasa bosan karena itu semua bisa membuat kita lebih sehat.” pesan Alfian.(crs/adt)