Tetesan Air Mata Lalu Muhammad Zohri, Apresiasi dan Beban Berat Di Pundaknya

Jakarta- Kedatangan Lalu Muhammad Zohri ke Tanah Air disambut meriah. Kalungan bunga dan uang pembinaan dari pemerintah sebesar Rp 250 juta serta tabungan emas 1 kg dari salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) didapat. Belum lagi beberapa sponsor yang lainnya.

Bahkan, orang nomor satu di negeri ini, Presiden Joko Widodo, memerintahkan Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpupera) untuk membangun rumah sprinter muda itu di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Itu semua ‘buah’ keberhasilannya sebagai juara dunia nomor 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20, di Tampere, Finlandia, pekan lalu. Dari catatan resmi Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF), dalam 32 tahun penyelenggaraan, prestasi terbaik Indonesia hanya mampu menembus peringkat 8 babak penyisihan, pada 1986.

“Saya tak menyangka mendapat sambutan seperti ini. USoal pembangunan rumah, saya banyak kenangan dengan rumah itu, terutama ingat ibu dan bapak saya. Terima kasih kepada semuanya yang menyambut saya,” ujar Zohri lirih seraya meneteskan air mata, di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (17/7) malam.

“Saya tidak pernah menyangka (juara). Namun saya percaya diri dan yakin pertolongan Tuhan. Saya bersyukur kepada Allah bisa menjadi juara,” tuturnya. Lahir di Lombok, NTB, 1 Juli 2000, remaja yang akrab disapa Badok ini, merupakan anak ketiga dari Lalu Muhammad (ayah) dan Saeriah (ibu).

Pria berpostur tegap itu ditinggal ibundanya sejak bangku SD (sekolah dasar). Dan, setahun yang lalu, ayahnya meninggal dunia. Ia kini tinggal bersama saudaranya yakni Baiq Fazilah, Lalu Ma’arif, dan Baiq Fujianti, di rumah sangat sederhana, di Karang Pangsor.

Zohri bergabung di pelatnas atletik pada 2017. Adalah Mohammad Hasan, atau akrab disapa Bob Hasan, orang yang berjasa besar atas prestasi fenomenal Zohri. Ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). Bob Hasan telah membina atletik selama empat dasawarsa. Bekerja denga hati.

Menteri Perindustian dan Perdagangan era Presiden Soeharto itu melakuan pencarian talenta muda berbakat ke pelosok, serta pusat pendidikan latihan dan pelajar (PPLP), dan menggelar kejuaraan nasional (Kejurnas). Seluruh biaya dikeluarkan melalui kantong pribadi pria kelahiran 1931 ini.

Soal prestasi Zohri, pria asal Semarang, Jawa Tengah itu mewanti-wanti, agar Zohri diberikan dukungan bukan pujian berlebihan. “Jangan dipuji-puji. Nanti kepalanya besar. Jadi tegang, malah kalah,” cetusnya, beberapa waktu lalu. Kini, Zohri menanggung beban berat dipundaknya.

Kurang dari satu bulan, ia akan membela Merah Putih di ajang Asian Games 2018. Di pesta multievent empat tahunan itu punya tantangan besar. Sebab, berhadapan dengan pelari-pelari senior sekaligus para pesaingnya. Catatan waktu Zohri yakni 10,18 detik saat di Finlandia, masih kalah jauh dibandingkan Femi Ogunade.

Sprinter asal Qatar ini adalah kampiun Asian Games 2014 pada nomor yang sama. Ogunade meraih emas dengan catatan waktu 9,93 detik. Tak hanya emas, tapi ia mencatatkan namanya dalam rekor pelari 100 meter tercepat di Asia. Di peringkat kedua, ada sprinter asal China, Su Bingtian.

Rekor Su Bingtian adalah 10,10 detik. Diikuti Kei Takase dari Jepang, yang mendapat medali perunggu dengan waktu 10,15 detik. Dari statistik ini, Zohri belum memiliki catatan waktu yang lebih cepat, dari tiga besar juara nomor 100 meter Asian Games 2014 itu. (Adt)

Catatan Prestasi Zohri:
1. Juara 1 Kejuaraan Nasional PPLP (Pusan Pendidikan dan Latihan Pelajar) nomor 100 meter (10,25 detik)
2. Emas Kejuaraan Atletik Asia Junior nomor 100 meter (10,27 detik) di Gifu, Jepang
3. Emas Westwood Rafer Johnson & Jackie Joyner-Kersee Invitational nomor 100 meter (10,36 detik) di Amerika Serikat
4. Perak Test Event Asian Games 2018 nomor 100 meter (10,32 detik)
5. Emas Kejuaraan Dunia Atletik U-20 nomor 100 meter (10,18 detik) di Tempere, Finlandia

Leave a Comment