Layaknya Robin Hood, Bunda Naufal Optimis Raih Juara Olahraga Panahan Tingkat Internasional

Naufal sedang menembakkan panah saat mengikuti lomba panah

Naufal Apta Vijaya yang masih duduk di kelas 4 SDN PUSPITEK selalu semangat mengikuti latihan memanah. Menurut remaja laki-laki yang akrab di sapa Apta sudah tergabung dalam club Panahan POWER ARCHERY CLUB di bawah bimbingan couch Neng Siti Sakdiah. Apta juga Beberapa kali mengikuti perlombaan baik itu di Kota Tangerang Selatan sampai ke Luar Kota seperti Bandung, Jakarta dan Bekasi. Tak hanya itu, Apta juga pernah meraih juara 1 di pertandingan tingkat SD yang diadakan pada lomba panah PURSEN ARCHERY CHAMPION SHIP Kota Tangerang Selatan dan juara 3 beregu di pertandingan lomba panah ALIX CUP di Jakarta Selatan. Untuk dapat meraih prestasi yang lebih baik Apta mengatakan dirinya harus lebih banyak berlatih. untuk menjadi Atlit olahraga panahan yang bisa berprestasi. Apta putra nomor 3 dari 3 bersaudara Putra dari Jaya Selwan dan Isnaniar ini lahir di Jakarta 07-07-2007, ingin Seperti Kakak-kakaknya yang di Power Archeri Club yang sudah dapat Prestasi hingga ke luar Negeri. Sementara itu, Isnaniar yang menjadi Ibu dari Naufal Apta Vijaya mengatakan kepada NYSN, sangat mendukung  kegiatan olahraga panahan yang ditekuni oleh Apta. “Karena olah raga memanah ini sangat baik untuk melatih ketenangan, kesabaran dan fokus. Dan yang lebih penting lagi adalah sharingnya sesama teman. Mengajarkan sportifitas, saling mendukung  sesama teman. Walaupun perlengkapan memanah ini tergolong agak mahal tapi tidak menjadi masalah asalkan tidak mengganggu kegiatan Sekolah, menurut saya ini kegiatan positif yang dapat membawa nama baik orang tua, Sekolah bahkan Kota Tangerang Selatan dan selalu optimis memenangkan sampai tingkat internasional,”ujarnya. (ryo/adt)

Taekwondo: Berbekal Rasa Penasaran Pada Kemampuan Sendiri, Remaja Ini Menjadi Juara Internasional

Rizkia Asnari Anwar, juara Taekwondon Internasional yang menang berkat rasa penasaran diri sendiri yang besar.

karena rasa penasarannya pada Taekwondo, akhirnya Rizkia mencoba untuk mengikuti latihan di sekolahnya. Latihan demi latihan ditekuninya sampai akhirnya pelatih menunjuk Rizkia untuk mengikuti kejuaraan di Korea Selatan.

Olahraga Panjat Tebing Menjadi Pilihan Ayu Untuk Menuju Puncak Karirnya.

Ayu yang bermimpi menjadi seorang atlit panjat tebing international

“Naik naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali.” Demikian sepenggal kutipan lyric lagu anak karya Ibu Sud. Lagu ini menyimpan makna mendalam bahwa hidup di mulai dari bawah, lalu beranjak naik, jangan tergoda pada sekeliling untuk mencapai puncak dari cita cita yang di dambakan. Ada persamaan yang di lakukan oleh remaja putri yang bernama Ayu Wahyuni, yang kebetulan mempunyai hobby menggeluti olahraga ekstrim panjat tebing sejak kelas 5 SD, dan sudah mencetak prestasi yang cukup banyak dalam bidang olahraga tersebut. Prestasi Ayu dalam panjat tebing antara lain pernah merebut juara 1 kategori Lead Youth B Putri dalam Kejurprov di Serang, lalu juara 3 Kategori Lead Youth B Putri dalam Sirkuit Banten di Tangerang, dan kemudian menjadi juara 2 Kategori Speed Youth B Putri dalam Kejurprov di Pandeglang. Pada kesempatan itu Ayu mengatakan kepada NYSN, bahwa pemanasan yang sering di lakukan adalah meditasi agar lebih rilex. “Saya latihan tidak lama, karena memang saya sangat menyukai olahraga ini. Ketika akan mengikuti kejuaraan, saya tidak melakukan pemanasan atau persiapan yang sangat khusus. Paling saya hanya meditasi atau dengerin lagu dan menggerak-gerakan tubuh sedikit.” jelas Ayu. Ayu juga mengatakan kepada NYSN bahwa meskipun olahraga panjat tebing dinilai sedikit berbahaya, tetapi keluarga Ayu tidak pernah melarang Ayu untuk menekuni olahraga ini. Menurut Ayu, selama menggeluti olahraga panjat tebing, Ayu tidak pernah bisa melupakan pengalamannya saat menjadi juara untuk pertama kalinya. Ayu mengakui bahwa dirinya mempunyai cita cita menjadi atlet climbing professional. “Memang sejak kecil saya sudah bercita-cita menjadi atlet climbing internasional dan olahraga ini juga termasuk salah satu hobby saya.” kata Ayu. Siswi kelas X di SMU Darussalam ini menuturkan bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam olahraga panjat tebing, bahkan olahraga ekstrim ini mempunyai banyak efek positif yang selama ini dirasakan oleh Ayu antara lain menjadi lebih kuat, sehat dan bisa meraih banyak prestasi jika ditekuni dengan serius. “Kalau menurut saya, jika ingin cepat bisa harus berlatih sekeras dan sesering mungkin. Perjuangan itu pasti tidak akan sia-sia.”tutup remaja kelahiran 6 Agustus 2002 ini.(crs/adt)

Sering Diusir Oleh Pemancing Saat Berlatih Olahraga Dayung, Anak Ini Berhasil Menoreh Prestasi

Dimas (sebelah kanan) saat sedang berlatih

Memang agak lucu cerita Dimas, Siswa yang duduk di kelas XI di SMAN 2 Tangerang Selatan. Pasalnya tutur pria yang bernama lengkap Muhammad Dimas Antariksa Syadza. Dirinya sudah menggeluti olahraga dayung sejak duduk di bangku kelas 7. Remaja yang sehari-harinya dipanggil Dimas ini tergabung dalam club dayung PODSI Tangsel. Dimas mengatakan kepada NYSN, bahwa olahraga dayung belum terlalu banyak peminatnya, dan peluang untuk menjadi juara sangat terbuka lebar. “Karena dayung belum terlalu banyak peminatnya jadi gampang masuknya dan menjadi juara, sementara itu saya pun hobby bermain air.” ujar Dimas yang pernah berprestasi Juara 1 Porkot Tangsel dan juara 1 kategori perahu naga di Kejurda Serang. Dimas bercerita bahwa dirinya mulai mahir dalam berlatih dayung ketika masuk di tahun pertama. Orang tua Dimas juga mendukung penuh minat anak mereka dalam olahraga tersebut. Walaupun merasa bahagia karena sudah menuai berbagai prestasi, Dimas mengatakan bahwa ia pernah mempunyai pengalaman pahit saat berlatih nyebur ke danau . “Pengalaman jatuh di tengah danau saat berlatih dan nggak ada yang nyamperin buat nolongin. Akhirnya saya berusaha berenang sampai dermaga.”imbuhnya Tidak hanya itu, Dimas menambahkan bahwa ketika berlatih masih sering ditegur oleh warga yang sedang memancing di danau karena dianggap mengganggu. “Iya, saat saya sedang jadwal latihan, saya di anggap mengganggu orang yang sedang memancing. Karena kebetulan tempat saya latihat berada di tempat umum.”tambah Dimas Namun Dimas bukanlah anak yang mudah menyerah, Ia tetap berusaha menjadi yang terbaik dan berlatih dayung dengan semangat. Bahkan, Dimas tetap dapat menyeimbangkan antara waktu berlatihnya dengan kewajibannya sebagai pelajar, yaitu bersekolah. Dimas akan terus berjuang untuk meraih cita-citanya menjadi atlet profesional dan bisa terus menggeluti olahraga dayung. Dimas juga sempat berpesan kepada NYSN bahwa rajin berdoa dan sabar merupakan kunci kemenangan. “Kuncinya adalah rajin berdoa, sabar, tekun, rajin berlatih dan jangan mudah pesimis.” tutup Dimas.(crs/adt)

Disiplin Dalam Latihan Membawa Calvin Ke PON Cabang Olahraga Sepatu Roda

Calvin yang berhasil mengukir preastasi hingga ke PON melalui sepatu roda

Olahraga sepatu roda yang satu ini sempat terkenal pada saat era 90 an, olahraga ini sempat di angkat menjadi film layar lebar dalam film Olga, karya Hilman Hariwijaya Berbeda dengan Calvin Leonardo, yang lahir di Jakarta 13 februari 1998, mulai ikut sepatu roda sejak tahun 2011 dan tergabung dalam club JRF (Jakarta Roller Flash). “Saya memang hobby dalam berolahraga, awalnya karena adik saya tergabung dalam club sepatu roda, saya coba ikutan dan akhirnya menjadi hobby sampai sekarang.” ungkap Calvin. Prestasi Calvin pertama kali yaitu dalam lomba marathon 42 KM kejuaraan V3 open 2013 yang diadakan di Jakarta dan mendapatkan medali perak. Tidak sampai di situ, setelah itu Calvin kembali mendapat 2 medali perak dan 1 medali perunggu dalam Malaysia Roller Games, 1 medali perak dalam Kejurnas Piala Ibu Negara di Malang tahun 2015, serta mendapat 1 medali perunggu di lomba 42 KM marathon pada PON XIX Jabar. Calvin sempat mengakui, jika sudah sekitar satu bulan menjelang kejuaraan, jadwal latihan akan ditingkatkan sampai bisa setiap hari. Dalam seminggu, Calvin melakukan latihan berat selama 5 hari dan latihan ringan selama 2 hari. “Kalau latihan dalam jangka panjang latihan hanya 4 kali dalam seminggu. Pemanasannya antara lain pelemasan otot, jogging dan melakukan sedikit gerakan dalam sepatu roda agar saat bermain badan kita tidak kaku.” jelas Calvin. Calvin juga menuturkan kepada NYSN, bahwa orang pertama yang paling berperan dalam perjuangannya meraih prestasi selama ini adalah ibundanya, dan juga pelatihnya terdahulu Shinta Septriana yang tidak kenal lelah untuk melatih dan mendukungnya. “Saat proses menuju PON jabar kemarin sampai saat kejuaraannya, disana saya banyak belajar berbagai macam hal, contohnya saya sekarang bisa lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung sama orang tua lagi, pokoknya saya bisa jadi pribadi yang lebih dewasa berkat PON Jabar kemarin.” ujar Calvin. Calvin juga merupakan orang yang sangat disiplin dalam masalah waktu. Ia kurang suka jika ada yang tidak bisa disiplin waktu. Karena menurut Calvin, disiplin waktu adalah hal yang sangat penting untuk siapapun, dan berhubungan dengan komitmen seseorang. “Saya selalu bercita-cita ingin menjadi orang yang sukses. Disamping itu saya juga berimpian untuk menjadi orang Indonesia yang bisa mengikuti dan memenangkan kejuaraan sepatu roda tingkat dunia. Saya akan terus giat berlatih untuk mengikuti PON XX di Papua tahun 2020 nanti, setelah lulus kuliah saya juga akan tetap fokus berlatih sepatu roda.” tutup Calvin.(crs/adt)

Berhasil Rebut 25 Medali, Ali Lupa Seragam Bertanding

ali juara wushu

Sosok humoris yang di sajikan kali ini adalah Mahasiswa ITI Serpong yang bernama Ali Sadik Andriani, sudah meraih sekitar 25 medali dalam bidang olahraga wushu. Mahasiswa yang mengikuti wushu sejak kelas 5 SD, awalnya didaftarkan oleh bapaknya mengikuti wushu agar mempunyai jenis olahraga yang ditekuni. Setelah 6 bulan berlatih, pelatih Ali melihat bahwa Ali mempunyai potensi dalam olahraga tersebut. Akhirnya, Ali mulai di ikut sertakan dalam berbagai kejuaraan. Kejuaraan pertama yang diikuti oleh Ali adalah Kejurda di Bandung dan meraih juara 3, setelah itu Ali lanjut ikut Kejurnas di Yogyakarta dan mendapatkan juara 2. Tahun-tahun berikutnya Ali semakin banyak mencetak prestasi, diantaranya juara 1 Porprov Lebak, juara 2 Porprov Serang serta juara 1 dan mendapatkan 3 medali emas dalam Kejurnas di Jakarta. Pada masa SMA, Ali sempat berhenti berlatih Wushu karena merasa bosan, tetapi karena kerinduannya terhadap olahraga tersebut, lalu Ali terus melanjutkan latihannya. Peran ayah dan juga pelatihnya sangat penting bagi Ali, karena selalu memberikannya semangat untuk terus berjuang dan selalu membantunya dalam berlatih. Ali juga mengatakan kepada NYSN dirinya pernah mempunyai pengalaman lucu ketika mengikuti kejuaraan di Yogyakarta. “Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan itu adalah kejadian lucu ketika bertanding di Yogyakarta. Baju pertandingan saya ternyata atasan dan bawahannya berbeda, bukan pasangannya karena lupa tidak terbawa. Sedangkan waktu itu peraturannya baju dan celana harus pasangannya, akhirnya pas pertandingan saya merasa beda sendiri dengan peserta yang lainnya karena baju dan celana yang berbeda itu.” cerita Ali sambil tertawa. Ali berpesan untuk para calon atlet muda wushu yang sedang berjuang bahwa mereka harus tetap semangat latihan, supaya berprestasi dan tentunya membanggakan orang tua, sekolah, dan sasana.(crs/adt)

Menguasai Ilmu Beladiri Judo, Allyana Tak Khawatir Jika Berada Di Luar Rumah

Allyana, Siswi yang berprestasi dalam cabang olahraga Judo

Pada umumnya Olahraga bertujuan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani, meningkatkan daya tahan tubuh, upaya pengobatan dari suatu penyakit, juga sebagai profesi untuk menghasilkan uang (olahraga professional). Atlet beladiri judo muda perempuan yang bernama Luthfy Allyana Damayanti Saqha, siswi SMA Yadika 6 mengikuti judo sejak ekskul di kelas 2 SMP. “Karena judo masuk kategori beladiri yang beda dari yang lain anti mainstream gitu. Aku penasaran jadi aku ikut eskulnya semenjak sekolah SMP.” cerita Allyana. Remaja kelahiran Jakarta, 18 Maret 2001 ini telah mencetak berbagai prestasi lewat judo, diantaranya lain: 1. juara 3 Sirkuit Judo Pelajar 2012 2. juara 1 SEJABODETABEK + 2015 3. juara 3 JCUP Malaysia 2015 4. juara 2 Beregu Putri Piala Gubenur 2015 5. juara 3 Kejuaraan Daerah 2015 6. juara 3 POPDA Banten 2016 7. juara 1 Kejuaraan Newaza 2016 8. juara 3 Walikota Cup 2016 9. juara 2 Walikota Cup 2017 Allyana juga berprestasi dalam olahraga lain yang masih sejenis dengan judo, yaitu: 1. juara 2 Kerjurnas Jujitsu 2016 2. juara 3 Sambo Championship 2016 3. juara 2 Kerjurnas Jujitsu Arena Cup 2017 Perjuangan Allyana menjadi atlet berprestasi bukanlah dijalankan dengan mudah. Dirinya sempat mendapatkan penolakan dari orang tuanya. “Orangtua saya tidak setuju kalau anak perempuannya ikut bela diri karena mereka khawatir nantinya bisa patah tulang, sakit dan sebagainya. Tapi aku terus berlatih dan menunjukkan judo itu tidak berbahaya buat perempuan.” terangnya. Lebih lanjut Siswi yang juga mempunyai hobby berenang tersebut mengatakan bahwa dengan berlatih judo, membuatnya tenang jika berada di luar rumah. “kita jadi mempunyai ilmu beladiri yang dapat melindungi diri kita sendiri dari orang jahat jika sedang keluar dari rumah sendiri.”ungkap Allyana Fokus berlatih judo juga tidak membuat nilai-nilai Allyana di sekolah menjadi menurun. Allyana tetap rajin meminjam catatan temannya agar dapat mempelajari pelajaran-pelajarannya yang tertinggal. Dan Ia juga selalu berusaha menyeimbangkan waktu sekolah dan latihannya agar tidak terganggu atau bentrok antara keduanya. Allyana juga mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya pernah mengalami cidera yang sampai sekarang masih sering terasa. “Pas latihan sempat pundak aku keseleo dan sampai sekarang kadang-kadang kambuh, dan pas tanding suka ngerasain pundak kanan aku seperti geser gitu tapi aku abaikan aja lama-lama engga kerasa lagi.” tutur Allyana. Cidera tidak akan membuat Allyana kapok untuk terus berjuang menjadi atlet judo profesional. Menurutnya, selama tubuhnya masih sehat dan kuat serta tidak mengganggu kuliahnya di masa mendatang, Allyana akan terus menjadi atlet judo. “Pesan aku buat siswa siswi, kalian bisa berprestasi sesuai bidang kalian masing masing. Bisa di bidang akademik maupun di non akademik. Ayo, sebagai penerus bangsa Indonesia jadilah pemuda pemudi yang berguna untuk bangsa ini.” pesan Allyana.(crs/adt)

Kepiawaian Sherena Dalam bermain Bola Voli Membawa Timnya Menjadi Juara

Permainan olahraga dalam tim yang terdiri dari 6 orang dengan tumpuan utamanya adalah pada kekuatan tangan, lompatan dan kekuatan kaki lebih di kenal dengan sebutan bola voli. Olahraga ini menggunakan kedua tangan namun boleh juga menggunakan kaki pada saat yang dibutuhkan. Adapun perbedaan ada pada ukuran tinggi net, tinggi net putra adalah 2,43 meter dan untuk net putri adalah 2,24 meter atau terpaut sekitar 19 cm. Remaja belia yang bernama Sherena Arabella Chairunisya, yang lahir di jakarta, 19 juni 2003 ini sangat piawai memainkan bola seberat dari 260 sampai 280 gram. Atlet sekaligus kapten olahraga Voli bernama Sherena Arabella Chairu, mempunyai segudang prestasi di bidang olahraga tersebut. Sebagai kapten sekaligus pemain terbaik dalam tim nya, Sherena mengaku sangat mencintai olahraga voli. Remaja berusia 14 tahun tersebut berlatih voli sedari kecil, mengikuti jejak ayahnya yang juga mempunyai hobby bermain voli. “Menurut aku voli itu menarik karena bagaimana caranya kita itu harus benar-benar kerja tim, kompak dan lainnya karena voli itu kan olahraga kelompok bukan individual.” ujar Sherena. Sherena telah mengikuti beberapa kejuaraan diantaranga O2SN sampai tingkat nasional mewakili banten, juara 1 tingkat SMA mewakili sekolahnya se Kota Tangsel, juara 2 tingkat sekolah sejabodetabek, juara 2 di kejurda, kejuaraan tingkat SMP di Pandeglang, popda tingkat SMA di Pandeglang, juara 2 walikota cup Kota Tangerang, kejuaraan DPRD Kota Tangerang Selatan. Siswi yang akan naik kelas 3 SMP PGRI 1 Ciputat ini merupakan tim inti dalam tim volinya dan berada di posisi open spike dan quicker. Karena kemampuan terbaiknya, tidak heran Sherena menjadi kapten dan merupakan andalan bagi tim volinya setiap mengikuti kejuaraan. Sherena juga mengakui bahwa dirinya seringkali tertinggal pelajaran bahkan nilainya sempat menurun karena terlalu fokus latihan voli. Tetapi Sherena tetap berusaha untuk mengejar nilai-nilainya di sekolah. Walaupun pernah cidera di bagian ankle pada saat latihan, Sherena tetap nekad mengikuti latihan rutin saking tidak bisanya meninggalkan latihan tersebut. Karena bagi Sherena, berlatih Voli adalah hal yang bisa membuat dirinya menghilangkan penat. “Kalau mau sukses, berlatih terus jangan pernah menyerah, pokoknya jangan setengah-setengah deh, apalagi kalau sudah diberikan dukungan dan fasilitas dari orang tua, jangan sampai disia-siakan.” kata Sherena. Sherena memang sangat mencintai olahraga ini, ia mengatakan kepada NYSN bahwa dirinya tidak akan pernah merasa bosan dengan voli dan akan terus mengejar cita-citanya menjadi atlet voli profesional untuk membanggakan kedua orang tuanya.(crs/adt)

Majukan Olahraga Wushu, Alfian Bertekad Meraih Kemenangan Dari Negara Pencetusnya

Masih seputar anak muda berbakat yang menyalurkan bakatnya untuk seluruh penghobby olahraga wushu, Alfian Prayoga Bustomi (20), mantan atlet sekaligus pelatih wushu di komunitas Glora Wushu Indonesia. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang ini menyampaikan pandangannya tentang olahraga wushu di Indonesia. “Kebetulan saya sangat menyukai olahraga dan tidak hanya wushu saja. Bicara soal cita-cita mungkin akan sedikit keluar jalur. Buat saya wushu itu adalah olahraga untuk berprestasi karna disana mengajarkan berbagai macam pelajaran yang positif serta meningkatkan kecerdasan individunya.” ujar Alfian. Alfian juga menambahkan bahwa Wushu juga mengajarkan banyak hal dalam produktifitas, membuat sehat dan membuka peluang untuk berprestasi bagi yang mengikutinya. Remaja yang juga mempunyai hobby fotografi dan bermusik ini mengatakan bahwa atlet wushu di Indonesia seharusnya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Bahkan menurut Alfian, atlet wushu Indonesia tidak kalah dengan atlet wushu dari Cina, Negara tempat wushu pertama kali dilahirkan. Menurutnya, berkarya menularkan ilmu pada regenerasi merupakan pengabdian tanpa batas. “Harus tetap maju karna berkarya itu tidak ada batas ukurnya. Lakukan yang terbaik untuk Negara dan bangsa Indonesia. Majukan lagi perkembangan wushu di Indonesia bahkan dunia.”tegas Alfian Lebih lanjut Alfian mengatakan bahwa dari pengamatannya perkembangan olahraga wushu masih belum bisa di terima dengan menyeluruh, padahal sudah banyak atlet wushu tanah air yang berhasil menang di kancah internasional. “Semoga kedepannya indonesia makin meningkat prestasinya dalam olahraga wushu dan tidak luput pemerintah pun harus ikut membantu berperan karna kita lihat bahwa wushu sepertinya masih asing di Indonesia, padahal banyak atlet wushu indonesia yang meraih juara di ajang kompetisi dunia.” tutup Alfian.(crs/adt)

Dari Seorang Yang Pendiam, Hingga Dapat Medali Emas Di Bangkok Berkat Gymnastic

Gymnastic mulai merambah ke semua lini, peraturan-peraturan dalam senampun mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur. Dia adalah Kathleen, siswi kelas 5 di SD Saint John’s Meruya, merupakan siswi yang berprestasi dalam olahraga senam lantai gymnastic. Sejak 2 tahun yang lalu, Kathleen sudah mulai menggeluti bidang olahraga ini, dan itu adalah kemauannya sendiri. Menurut Silvania, ibunda Kathleen, anaknya memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh. “Kebetulan anaknya memang suka gerak. Dan Kathleen memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan banyak menggerakan tubuh ” ujar Silvania Silvania menceritakan bahwa awalnya ia bingung mau memasukkan Kathleen di bidang olahraga apa. Silvania sempat membawa Kathleen ikut trial ballet, tapi ternyata Kathleen tidak suka. Selain itu kathleen sangat pemalu jika diwawancara oleh media. “Kath bilang gurunya jahat, maksudnya galak. Karena kebetulan kelas ballet yang kath ikuti sedang mendekati waktu ujian ballet, jadi gurunya agak keras.”tambah Silvania. Setelah menelusuri melalui internet berbagai jenis olahraga yang kira-kira seperti apa yang disukai oleh Kathleen, Silvania akhirnya memberikan beberapa pilihan jenis olahraga pada Kathleen yaitu renang, wushu dan gymnastic. Kathleen memutuskan untuk mengikuti gymnastic. “Saya sempat tanya, nanti kalau gurunya keras bagaimana? Eh, anaknya bilang gapapa tetap mau. Dan akhirnya Kathleen memutuskan memilih untuk mengikuti gymnastic. ” kata Silvania. Kathleen juga sempat tidak mau ikut gymnastic lagi ketika awal diminta ikut kejuaraan. Menurut Silvania, Kathleen bersikap seperti itu karena dirinya merasa gugup, karena memang belum pernah mengikuti kejuaraan apapun sebelumnya. Juga karena latihan-latihan extra yang harus dijalani menjelang lomba dan guru yang lebih ketat, membuat Kathleen merasa tertekan. Sebagai orang tua yang ingin anaknya maju, Silvania tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan semangat kepada anak perempuan kesayangannya. “Saya beritahu, menang atau kalah tidak ada masalah, yang penting Kath sudah mencoba yang terbaik.”lanjut Silvania. Ternyata, di kejuaraan pertamanya, Kathleen berhasil meraih juara meskipun belum masuk di 3 besar. “Tapi itu sanggup menumbuhkan percaya dirinya, sampai sekarang setiap pertandingan membuat Kath semakin percaya diri, bahkan kalau saya tanya sekarang Kath sama sekali tidak ada rasa grogi waktu bertanding.” cerita Silvania. Semakin hari Kathleen semakin mencintai gymnastic, bahkan Kathleen mengatakan bahwa ia tidak akan pernah merasa bosan dengan olahraga tersebut. Kathleen juga menolak untuk pindah ke bidang olahraga lain ketika ditawari oleh ibunya. Prestasi Kathleen semakin lama semakin meningkat, berbagai prestasi telah diraihnya diantaranya: 1. Gold Medalist on Bangkok Gymnastics Moose Game Invitational Meet 2016 2. Gold Medalist on First Sonny Ty International Gymnastics Cup 2016 3. Juara 3 Invitasi Cabang Olahraga Senam Provinsi DKI Jakarta 4. 2rd on Vault Gavrila Gymnastics Festival International 5. 3rd on Overall Gavrila Gymnastics Festival International “Saya tidak mau memaksakan, nanti kalau dipaksa apa yang kita mau, malah anaknya tidak suka, nanti jadinya tidak enjoy.” tutup Silvania.(crs/adt)

Mahasiswi Ini Bermimpi Dapat Bermain Di Olimpiade Demi Membawa Nama Indonesia

Heravita Mediana Taher, Mahasiswi UNJ yang bermimpi untuk berparisipasi membela Indonesia di Olimpiade di Cabang Olahraga Tenis.

Olahraga yang berkembang diawal abad ke-11, ternyata sampai saat ini masih menjadi teka teki, tidak ada rekam pasti siapa orang yang menemukannya. Popularitas olahraga tennis lapangan umumnya dimainkan oleh kaum bangsawan pada masanya. Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, yang bernama Heravita Mediana Taher juga merupakan atlet tennis yang sangat berprestasi. Prestasi Vita antara lain mendapat medali emas dalam kategori tennis beregu di Islamic solidarity games tahun 2015, juara 2 International womens circuit tennis di solo, dan medali emas dalam kategori tunggal serta perak dalam kategori ganda campuran pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang diadakan di Yogyakarta dan Aceh. Sejak SD, Vita sudah mengikuti latihan tennis. Tidak heran jika ia sangat berbakat dan cepat mahir, karena vita memang dilahirkan dari keluarga yang sudah menggeluti olahraga tennis sejak lama. Mahasiswi jurusan pendidikan psikologi yang lahir tanggal 22 Agustus1995 ini telah memasuki semester 8. Dan dilatih langsung oleh sang ayah yang merupakan atlet tenis pada masa mudanya. Vita mengakui bahwa sempat ada rasa bosan yang ia rasakan, tetapi hal tersebut tidak membuatnya untuk berhenti karena diakuinya, ia sudah sangat mencintai olahraga tenis. Peran orang tua sangat penting bagi Vita karena berkat mereka, Vita dapat tumbuh menjadi remaja yang mempunyai prestasi membanggakan. Vita mengatakan kepada NYSN bahwa ia mempunyai mimpi yang sangat besar mampu, generasi muda bahu membahu dan berjuang meraih semua kategori lomba untuk Indonesia. “Aku punya mimpi bisa main di olimpiade, hal itu yang membuatku terus menjalani tenis sampai sekarang. Aku berharap generasi muda indonesia kelak akan lebih banyak yang berprestasi di bidang olahraga, membawa nama indonesia bangkit di kancah internasional, tidak hanya di satu atau dua bidang olahraga tapi dalam semua bidang olahraga. Karena satu hal yang paling bisa membanggakan adalah memberikan dedikasi terbaik untuk negara tercinta.” tutup vita. (crs/adt)

Ingin Seperti Yuna Kim, Tiada Hari Libur Bagi Naura Untuk Bermain Ice Skating

Naura (Kiri) bersama temannya Kinan (Kanan) saat mengikuti acara Indonesia Ice Skating Open (IISO) 2017.

Berseluncur di atas permukaan es dengan menggunakan sepatu runcing berbahan baja berhasil menarik hati para penggemarnya. Bintaro X change yang menyajikan wahana hobby bercampur olahraga ini berhasil memanjakan pengunjungnya lewat ruangan elegan beralaskan bongkahan es yang tertata apik. Salah satunya adalah siswi SD IT Aulia, gadis belia yang bernama Naura Jannati Ahmad, telah mahir bermain ice skating sejak duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Berawal dari sedang jalan-jalan ke Mall, Naura tertarik melihat latihan ice skating di Mall tersebut. Ia langsung meminta orang tuanya mendaftarkan dirinya untuk bergabung, dan hingga saat ini bakat pelajar berusia 8 tahun ini sudah tidak diragukan lagi dalam bidang olahraga tersebut. Beberapa bulan setelah berlatih, Naura akhirnya mulai mengikuti berbagai kompetisi. Diantaranya Kejurnas, Skate Bangkok, Skate Bandung, dan kompetisi di Abu Dhabi merupakan beberapa kompetisi yang pernah diikuti Naura. “Aku suka banget ice skating. Kalo disuruh berhenti aku bisa sedih.” terang siswi yang meraih juara 1 kategori solo spotlight dalam kompetisi Skate Bandung. Naura juga mengatakan kepada NYSN bahwa ia pernah mengalami cidera bocor di bagian kepala karena terjatuh saat latihan. Tapi, karena sangat mencintai ice skating, hanya selang waktu beberapa hari saja Naura sudah mulai kembali berlatih. Diakuinya ia tidak bisa berlama lama libur latihan. Hal senada juga di katakan oleh Junaedi, pelatih Naura, Naura adalah anak yang pendiam. “Awalnya Naura tidak ada bakat apapun, tapi karena dia sangat rajin latihannya, Naura menunjukan perkembangan pesat.” kata Junaedi. Dengan nada lugu gadis belia ini juga berpesan kepada khalayak banyak bahwa rajin merupakan modal utama. “Harus rajin, tidak boleh malas, nanti pasti jadi pintar mainnya.” tutup siswi yang mengagumi ice skater Yuna Kim.(crs/adt)

Layaknya Putri Salju, Kinan Mengadu Bakat Ice Skatingnya Hingga ke Abu Dhabi

Kinan Saat Berlaga di Lapangan Ice Skating

Kemampuan berseluncur di atas es merupakan keterampilan dasar untuk mengikuti olahraga hoki, seluncur cepat, seluncur indah, dan dansa es. Cut Kinanti Putri Safhira (7), merupakan atlet muda di bidang olahraga ice skating yang telah mengikuti berbagai kompetisi di bidang olahraga tersebut. Siswi SD Islam Al-Azhar 17 Bintaro ini mulai berlatih ice skating sejak usia 6 tahun dan sekarang sudah berada di level freestyle 4. “Dulu aku didaftarin mama, terus setelah ikut latihan beberapa kali akhirnya aku suka deh.” terang Kinan. “Ice skating itu seru, soalnya ada level-levelnya.” lanjut Kinan, yang mengaku bahwa level dalam ice skating membuat dirinya merasa lebih tertantang. Sekitar 12 kompetisi ice skating telah Kinan ikuti. Dan prestasi yang telah diraihnya antara lain, dalam kompetisi Skate jakarta tahun 2016, Kinan menyabet juara 1 dalam Kategori Solo Com, dan juara 2 dalam Kategori Artistic, Technical dan Footwork. Tak tanggung-tanggung, Kinan juga pernah mengikuti kompetisi di Abu Dhabi dan meraih juara 1 dalam kategori Solo Spotlight dan Footwork, serta juara 2 dalam kategori Artistic, dan juara 3 dalam kategori Technical. Menurut Desi yang tak lain adalah Ibunda Kinan, awal mula Kinan terjun dalam olehraga ice skating disaat sedang mencoba-coba bermain ice skating dan belum mahir berjalan di atas es. Ketika itu, Junaedi, sang pelatih ice skating di Mall Bintaro Xchange yang sekarang menjadi pelatih Kinan, melihat bahwa Kinan mempunyai potensi di bidang olahraga tersebut. Setelah diusulkan, Desi akhirnya mendaftarkan Kinan untuk bergabung dalam jadwal latihan ice skating di Mall Bintaro Xchange. Dan seiring berjalannya waktu, Kinan menjadi sangat menyukai ice skating. Desi mengatakan kepada NYSN bahwa Kinan mempunyai semangat yang luar biasa dalam berlatih. “Walaupun menjelang ujian sekolah, Kinan tidak mau mengurangi jadwal latihan ice skatingnya. Dia selalu membawa buku pelajaran ke tempat latihan agar tetap bisa belajar pelajaran sekolah sambil berlatih ice skating. Semangatnya luar biasa dalam menekuni olahraga seluncur yang satu ini.” ujar Desi. Perjuangan Kinan yang selalu menyeimbangkan antara hobby dan kewajibannya sebagai pelajar ini terbukti dengan prestasinya yang luar biasa dalam olahraga ice skating maupun di sekolah. Meskipun sering tidak bisa masuk sekolah karena kompetisi, Kinan tetap masuk dalam peringkat 10 besar di kelasnya. Dalam waktu dekat ini Kinan sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Skate Asia pada bulan Agustus mendatang. Menjelang kompetisi lebih lanjut Desi mengakui kepada NYSN bahwa Kinan lebih banyak berlatih dari jadwal biasanya. “Kinan berlatih setiap hari selama 1 jam. Bahkan jika ada waktu luang, Kinan selalu gunakan untuk berlatih ice skating.” kata Desi, yang selalu setia mendampingi anaknya di setiap kegiatan. Sebagai penambah semangat untuk menjadi juara dalam kompetisi, Kinan selalu minta orang tuanya membelikan mainan kesukaannya ketika ia mendapatkan juara. “Kinan gemar bermain squishy. Dia minta 2 buah squishy kalau bisa juara 1, dan 1 buah squishy kalau mendapatkan juara 2.” ujar Desi. Walaupun sangat tertarik untuk menjadi pelatih ice skating ketika dewasa nanti, Kinan mengatakan kepada Desi bahwa ia tetap bercita-cita menjadi Dokter. “Walau dua hal tersebut terlihat tidak berhubungan, namun Kinan yakin bahwa dirinya bisa membagi waktu untuk menjadi Dokter sekaligus pelatih.” tutup Desi. (crs/adt)

Pelajar dari Lampung Raih Medali Emas Dalam Seleksi di Madrid

Bupati Lampung Tengah Ir. Mustafa (Kiri) dan Rio Helmi Saputra (Kanan). Foto : merdeka

23 pemain muda berbakat mewakili Indonesia dalam seleksi ESP (Entry Soccer Profesional) di Madrid, Spanyol 28-29 Mei lalu. Ajang berkelas internasional ini mengembangkan bibit muda pesepakbola. Tim Indonesia menyumbang keberhasil dengan membawa pulang medali emas. Rio Helmi Saputra, pelajar asal Lampung Tengah adalah salah satu pemain yang terpilih berlaga dalam ajang tersebut. Rio beruntung terpilih untuk mewakili Lampung Tengah, bahkan Lampung berlaga memperkuat Tim Nasional Sepak Bola Anak Indonesia (Timnas SBAI) dalam ajang bergengsi Barcelona Football Festival. Pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas Inti Bandarjaya, Sunarto mengatakan, anak didiknya tersebut dapat bergabung dalam Tim nasional karena terpilih melalui seleksi nasional setelah mengikuti kompetisi BAI di Jakarta. Putra pasangan Asep (39) dan Enita (38) ini, bersama 23 anak lainnya yang berasal dari berbagai provinsi di tanah air yang berhasil mengalahkan tim asal Irlandia dalam laga final dengan skor 1-0. Sebelumnya, rio yang merupakan siswa SMPN 4 Terbanggibesar ini juga sudah tampil di ajang yang sama di tahun 2016 lalu. Pada Kesempatan kedua kalinya mewakili Lampung, bahkan Indonesia untuk berlaga di kelas internasional dan berhasil membawa medali emas. Kemenangan Rio di laga internasional ini sangat menarik perhatian Bupati Lampung Tengah, Mustafa. “Dari Lampung, Rio menjadi satu-satunya pemain yang lolos seleksi. Alhamdulillah sesuai dengan harapan, Rio pulang membawa medali emas. Tentunya ini menjadi kebanggaan tersendiri,” kata Sunarto, yang dilansir dari harianlampung. Kamis (8/6/2017) saat mendampingi Rio menemui Bupati Lamteng, Mustafa di kantornya . Sementara itu Korwil SBAI Lampung Ivan Sumantri mengatakan jika Rio dapat lolos dalam seleksi tersebut, nantinya akan mendapatkan beasiswa pendidikan sepak bola selama 3 tahun dari Federasi Sepakbola Spanyol. “Untuk itu kami sangat berharap Rio bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik”, tuturnya. “Hal ini menunjukan Lampung Tengah memiliki potensi bibit atlet yang baik, khususnya sepak bola. Saya bangga sekali, meski kita level kabupaten, namun ternyata banyak anak-anak kita yang mampu bersaing ditingkat internasional. Saya siap support,” ungkap Mustafa. Untuk meningkatkan potensi olahraga di Lampung tengah, ke depannya pemkab akan memberikan perhatian lebih pada bibit-bibit berprestasi yang ada di Lampung tengah. Dahulunya Mustafa juga pernah memberikan beasiswa untuk sejumlah atlet sepak bola agar dapat kesempatan belajar di beberapa negara. “Kami telah suport beasiswa untuk para atlet. Baru-baru ini kami kirim dua orang ke china, sebelumnya ada yang ke Malaysia dan Barcelona. Ini bukti bahwa kami sangat suport melahirkan atlet-atlet berprestasi, khususnya dibidang sepak bola,” ujar bupati ronda. Ia juga meminta dinas olahraga dan pemuda setempat untuk bisa menjaring dan memetakan potensi anak-anak, untuk dikembangkan secara optimal. Baginya, Lampung Tengah dipandang sebagai ladang atlet sepakbola harus terus ditingkatkan.

Hobi Iseng-Iseng Luki Berbuah Menjadi Juara 1 Renang Popda

Hanya berawal dari mengisi waktu luang dan iseng-iseng, Luki akhirnya dapat berkembang dan mencetak berbagai prestasi yang sangat membanggakan dalam olahraga renang. Theodorus Luki, yang lahir di Jakarta, pada tanggal18 Agustus 2000 ini, merupakan siswa kelas XI di SMU Saint John’s BSD, Tangsel. Remaja yang sehari-hari dipanggil Luki ini sangat berprestasi di bidang olahraga renang. Tergabung dalam club renang bernama Citius Aquatic sejak kelas 3 SMP, membuat Luki banyak mendapatkan ilmu renang yang cukup untuk menjadikannya sebagai juara di berbagai kejuaraan. Dan ia tercatat sebagai salah satu perenang terbaik dalam Club tersebut. Prestasi yang berhasil diraih Luki antara lain Juara I Popda Banten dan Juara 3 Seleksi Nasional. Bagi Luki, orang tua dan juga orang-orang di sekitarnya sangat berperan dalam perjuangannya meraih prestasi karena selalu memberikannya dukungan positif. Menurut Luki, kejuaraan antar sekolah adalah hal yang paling seru, karena dirinya dapat bertemu dengan pelajar-pelajar dari sekolah lain dan saling membagi ilmu. “Terkadang saya harus mengurangi ikut kejuaraan untuk mengejar ketinggalan pelajaran, karena acara perlombaan renang cukup banyak yang mengadakan eventnya. Jadi kalau diambil semua pasti harus sering izin sekolah dan bisa tertinggal pelajaran.” ungkap Luki seolah menjelaskan kendala yang kadang terjadi. Luki yang mengikuti les bahasa inggris dan mandarin di luar sekolah, juga mempunyai hobby renang dan menyukai berbagai jenis olahraga. Luki yang bercita-cita ingin menjadi pebisnis handal sangat senang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan bidang management. Luki mengatakan kepada NYSN, bahwa latihan gaya dan pernapasan adalah hal tersulit untuk dipelajari sampai benar-benar mahir. Tapi jika rajin latihan, lama kelamaan akan terbiasa dan terlatih. “Saya amat sangat menggemari semua jenis makanan, namun tetap mengatur pola makannya untuk menjaga kondisi fisiknya dengan cara menghindari junk food. Karena menurutku, hal tersebut dapat membuat tubuh lebih mudah terserang penyakit.”tutup Luki (crs/adt)

Stevie Persiapkan Diri Untuk Bersaing Di Cabang Olahraga Bola Basket Popnas Semarang

Stevie (Kanan) saat sedang mewakili Banten dalam pertandingan Kejurnas

Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) adalah kegiatan olahraga multi event yang merupakan titik kulminasi pembinaan olahraga pelajar di Indonesia. Stevanie Suhori, kelas XI SMU Saint John’s BSD, Tangsel sangat hobby bermain basket memaparkan kepada NYSN awal bergelut di dunia bola basket. “Awal tertarik dengan basket waktu kelas 4 SD, karena diajak sama guru untuk bergabung di salah satu club basket.” ujar Stevie yang mulai ikut kejuaraan sejak kelas 5 SD.”paparnya Di kelas 2 SMP, Stevie mulai diundang untuk mengikuti seleksi daerah mewakili tangsel dan menang sehingga bisa melanjutkan untuk mewakili Banten. Tidak hanya sampai disitu, Stevie lanjut lagi mengikuti beberapa Kejurnas dan salah satunya menduduki peringkat 4. Pada bulan Mei tahun 2016, Stevie kembali mendapatkan juara I mewakili Tangsel dalam Popda yang diadakan di Pandeglang. Dan di bulan November 2016, Stevie mendapatkan peringkat 2 dalam Popwil di Yogyakarta. Dan saat ini, Stevie sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Popnas di Semarang bulan September nanti. Stevie menceritakan kepada NYSN, bahwa ia semakin mahir bermain basket ketika mulai rutin latihan untuk Popda. Dalam seminggu, Stevie berlatih 4-5 kali, yang akhirnya membuat Stevie juga lebih banyak mempunyai pengalaman setelah mengikuti berbagai kejuaraan. Remaja yang bercita-cita ingin menjadi Teknik Sipil tersebut juga mengakui bahwa dirinya merupakan orang yang mempunyai komitmen yang tinggi. “Saya sering datang lebih cepat dari jadwal latihan. Walaupun pelatih dan teman-teman belum datang, saya suka memulai latihan sendiri, itu komitmen yang selalu saya tanamkan terhadap diri sendiri.” Menurut Stevie, basket memang terkenal dengan ukuran tubuh yg tinggi, dan ia menyadari bahwa tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tapi ia mengatakan bahwa jangan selalu mengandalkan badan, karena yang terpenting adalah skill dan kepintaran kita dalam bermain basket. Dalam basket, Stevie unggul dalam menembak/shooter. Waktu latihan yang terkadang bertabrakan dengan jam sekolah membuat Stevie sering izin tidak mengikuti pelajaran sekolah. Akan tetapi, Stevie selalu aktif bertanya kepada guru mengenai pelajaran-pelajaran yang dirasa tertinggal olehnya. “Semuanya harus balance, kalau dalam pelajaran mengalami penurunan, izin latihan bisa dicabut dari sekolah sampai nilai-nilai meningkat kembali.” ungkap remaja yang juga menyukai hampir semua bidang olahraga. Dengan portofolio basket dan ijazah akademiknya yang sangat berprestasi, Stevie sudah mengantongi beasiswa dari salah satu Universitas di luar negeri. Orang tua Stevie yang awalnya lebih mendukung Stevie untuk fokus pada sekolahnya, akhirnya membebaskan anaknya untuk tetap bermain basket karena prestasi yang Stevie tunjukan. “Basket itu hobby, cita-cita saya tetap Teknik Sipil, tapi saya tidak menolak untuk mengembangkan kemampuan basket saya sampai keluar negeri.” ujar Stevie kepada NYSN. Terakhir, Stevie menutup percakapannya bersama NYSN dengan memberikan pesan bahwa jika ingin sampai ke level yang lebih tinggi, harus selalu rajin latihan dan sangat penting untuk berkomitmen. “Memang butuh pengorbanan, tetapi semua rasa capek dan lelah akan terbayar dan sepadan dengan apa yang sudah kita perjuangkan.”imbuhnya (crs/adt)

Kelas 2 Sekolah Dasar, Zachry Sudah Menguasai Tehnik Motor Trail

Sejiwa dengan saudaranya siswa SDN 03 Pd. Ranji, tangsel bernama M. Zachry Akbar (9) sangat menyukai balap motor trail. Ia tergabung dalam komunitas PPC Pondok Cabe di kelas 65 cc. Ibunda Zachry memaparkan kepada NYSN bahwa menyukai olahraga tersebut ketika mendatangi sirkuit balap motor trail dan langsung berminat untuk bergabung. Prestasi Zachry dalam berbagai kejuaraan balap motor trail juga sudah tidak diragukan lagi. Ia tercatat menjadi juara beberapa kali, diantaranya juara I kejurda Banten, juara I kejurda Jabar, dan juara 5 dalam kejurnas dan masih banyak lagi. “Sejak kelas 2 SD, Zachry sudah mengikuti latihan balap motor trail.” ungkap Andi Tenri Seno, Ibunda Zachry. Ajaibnya dikatakan Andi, Zachry berlatih menggunakan motor kopling 65cc sedangkan untuk anak seusianya biasa menggunakan motir matic 50cc sebagai langkah awal. Namun hal tersebut malah membuat Zachry jadi lebih cepat menguasai motor matic karena motor kopling lebih susah proses latihannya.”papar Andi. Sibuk mengikuti kejuaraan dimana-mana tidak membuat pelajar yang mengikuti jejak kakaknya menjadi pembalap motor trail ini meninggalkan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Siswa yang menyukai pelajaran matematika ini selalu masuk 10 besar di kelasnya. Walaupun masih kelas 3 SD, Zachry merupakan anak yang mempunyai semangat tinggi. Sampai suatu ketika, Zachry mengalami demam tinggi di hari akan diadakannya perlombaan. Andi sempat ragu bahwa Zachry tetap bisa menghadiri acara tersebut. Namun, Zachry mengatakan bahwa ia mampu melakukannya, dan ternyata ia dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik di sela-sela kondisinya yang kurang sehat. Pertama kali mengikuti kejurnas, Zachry merasa kecewa karena motornya bermasalah ketika sedang ikut kejuaraan. Menurutnya, seharusnya ia berpeluang untuk menjadi juara I, tetapi karena di tengah pertandingan motornya mengalami kendala, Zachry akhirnya berhasil menyelesaikan balapan dengan menduduki peringkat kedua. Dan hal itu membuat Zachry belajar untuk lebih baik lagi. Zachry juga pernah mengalami cidera di perut ketika sedang mengikuti salah satu kejuaraan. Namun bagi Andi, hal tersebut sudah biasa untuk anak-anak yang menggeluti motor trail, yang penting tetap memakai atribut keamanan agar dapat meminimalisir cidera yang serius saat terjatuh.(crs/adt)